You are on page 1of 28

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya
manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia. Keadaan gizi yang baik adalah suatu prasyarat utama dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai
sejak dalam kandungan, bayi, anak, dewasa, hingga usia lanjut. Periode dua tahun pertama
kehidupan merupakan masa kritis karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat
permanen, tidak dapat diperbaiki walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya
terpenuhi.
Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan
kesehatan individu. Kedua faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh masalah ekonomi,
pelayanan kesehatan serta pola asuh. Oleh karena itu masalah gizi harus dipecahkan melalui
pendekatan keluarga, dan melalui pendekatan terpadu. Di dalam Undang-undang nomor 25
tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan di dalam visi
Indonesia Sehat 2010, ditetapkan bahwa sekurang kurangnya 70% keluarga menjadi
Keluarga Mandiri Sadar Gizi, karena keluarga mempunyai nilai yang amat strategis dan
menjadi inti dalam pembangunan seluruh masyarakat, serta menjadi tumpuan dalam
pembangunan manusia seutuhnya. Salah satu sasaran dari strategi Departemen Kesehatan
adalah Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
Keluarga Sadar Gizi adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan
mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Suatu keluarga dikatakan Kardazi
apabila telah berperilaku gizi yang baik dan secara terus menerus. Perilaku sadar gizi yang
diharapkan terwujud minimal adalah (1) menimbang berat badan secara teratur, (2)
memberikan ASI eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan, (3) makan beraneka
ragam, (4) menggunakan garam beryodium, (5) minum suplemen gizi sesuai anjuran.1
Apabila salah satu dari indikator tesebut tidak terpenuhi, maka keluarga tersebut tidak
termasuk dalam keluarga sadar gizi.
Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, cakupan penimbangan balita pada tahun
2015 terjadi penurunan menjadi 73,0% dibandingkan pada tahun 2014 sebesar 80,3%.
1
Menurut Direktorat Gizi Masyarakat oleh Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2016
didapatkan persentase bayi baru lahir yang mendapatkan inisiasi menyusui dini hanya
sebesar 49,7% dan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 65,1%. Gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, dimana pada
tahun 2013 prevalensi GAKY di Indonesia mencapai 11,1%. Pada tahun 2015 cakupan
pemberian Vitamin A pada balita 6-59 bulan di Indonesia sebesar 83,5%, sedikit menurun
dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 85,4%. Proporsi anemia penduduk pada ibu hamil
sebesar 37,1 %.1,2
Masih banyaknya masalah diatas menunjukkan bahwa kesadaran akan gizi di tingkat
keluarga masih kurang. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pemberdayaan melalui
pendampingan. Pendampingan keluarga Kadarzi adalah proses mendorong,
menyemangati, membimbing dan memberikan kemudahan oleh kader pendamping
keluarga guna mengatasi masalah gizi yang dialami.1 Di Kecamatan Cilamaya masih
terdapat permasalahan dalam cakupan Kardazi. Tercatat pada tahun 2016 cakupan hanya
10% dari target 100%.3-5

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, cakupan penimbangan balita
menurun menjadi 73,0%.
1.2.2. Menurut Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Indonesia tahun
2016 persentase bayi baru lahir yang mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini
sebesar 49,7%.
1.2.3. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 65,1%.
1.2.4. Prevalensi GAKY di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 11,1%.
1.2.5. Pemberian Vitamin A pada balita 6-59 bulan di Indonesia sebesar 83,5%.
1.2.6. Proporsi anemia penduduk pada ibu hamil sebesar 37,1 %.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui masalah, penyebab masalah dan penyelesaian masalah yang
terdapat pada program Kadarzi di UPTD Puskesmas Cilamaya, Kabupaten
Karawang pada periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017 dengan
menggunakan pendekatan sistem.
2
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Diketahuinya jumlah kepala keluarga yang melakukan penimbangan
berat badan secara teratur di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang pada periode Januari 2017
sampai dengan Desember 2017
1.3.2.2. Diketahuinya jumlah kepala keluarga yang memberikan ASI Ekslusif
kepada bayi nya di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya,
Kabupaten Karawang pada periode Januari 2017 sampai dengan
Desember 2017
1.3.2.3. Diketahuinya jumlah kepala keluarga yang makan secara beraneka ragam
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang
pada periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017
1.3.2.4. Diketahuinya jumlah kepala keluarga yang mengguanakan garam
beryodium di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten
Karawang pada periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017
1.3.2.5. Diketahuinya jumlah kepala keluarga yang minum suplemen gizi sesuai
anjuran di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten
Karawang pada periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017
1.3.2.6. Diketahuinya jumlah kepala keluarga yang sudah sadar gizi di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang pada
periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017
1.3.2.7. Diketahuinya jumlah kepala keluarga yang mendapat pendampingan dan
pembinaan Kadarzi di Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten
Karawang pada periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Evaluator
1.4.1.1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama kuliah.
1.4.1.2. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program
keluarga sadar gizi di UPTD Puskesmas Cilamaya.

3
1.4.1.3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam menjalankan program
Puskesmas khususnya pada program keluarga sadar gizi dan merangsang
cara berpikir kritis dan ilmiah.
1.4.2. Bagi Puskesmas
1.4.2.1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program Puskesmas
disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalahnya.
1.4.2.2. Membantu kemandirian Puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan
program keluarga sadar gizi sehingga memenuhi target cakupan program.
1.4.2.3. Memberikan masukan terhadap jalinan kerjasama dan membina peran
serta masyarakat dalam melaksanakan program keluarga sadar gizi secara
optimal.
1.4.3. Bagi Masyarakat
1.4.3.1. Memperbaiki program sehingga menjadi lebih baik bagi masyarakat.
1.4.3.2. Sumber informasi bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat
menerapkan keluarga sadar gizi ditengah keluarganya.

1.5. Sasaran
Semua keluarga yang bermasalah gizi diutamakan keluarga yang mempunyai bayi, balita,
ibu hamil, ibu nifas di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya periode Januari 2017
sampai dengan Desember 2017.

4
BAB II
Materi dan Metode

2.1.Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari catatan hasil kegiatan puskesmas
mengenai keluarga sadar gizi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya, Karawang
periode bulan Januari 2017 sampai dengan Desember 2017, yang berisi kegiatan:
a. Pemetaan awal pendampingan keluarga sadar gizi.
b. Pendampingan keluarga sasaran
c. Pemetaan akhir keluarga sadar gizi

2.2.Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data, pengelolaan data,
analisis data, dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem. Data
dibandingkan dengan tolak ukur yang telah ditentukan dengan menggunakan pendekatan
sistem sehingga ditemukan masalah pada program keluarga sadar gizi. Usulan dan saran
diberikan berdasarkan penyebab dari masing-masing unsur keluaran sebagai pemecahan
masalah, dengan menggunakan pendekatan sistem. Tingkat sadar gizi keluarga merupakan
ukuran dari keberhasilan program Kadarzi, hal tersebut dapat diukur dengan menggunakan
indikator Kadarzi yang disesuaikan dengan karakteristik keluarga.
Keberhasilan program Kadarzi diukur dengan 5 indikator, antara lain menimbang berat
badan secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif, makan beraneka ragam,
menggunakan garam beryodium, dan minum suplemen gizi sesuai anjuran.5 Untuk
mengetahui cakupan kepala keluarga yang sudah Kadarzi, dapat menggunakan rumus
perhitungan sebagai berikut:
Jumlah keluarga yang Kadarzi
X 100%
Jumlah keluarga sasaran

5
BAB III
Kerangka Teoritis

3.1 Bagan Pendekatan Sistem

Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses
atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan
sesuatu yang telah ditetapkan. Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem
yang diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Ada enam unsur yang
saling berhubungan dan berpengaruh pada sistem, yaitu:
a. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga, sarana,
dana dan metode.
b. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
c. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
d. Lingkungan (environment), adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.
e. Umpan balik (feedback), adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
f. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem

6
3.2 Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan suatu nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan,
proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik yang digunakan sebagai pembanding atau
target yang harus dicapai dalam program keluarga sadar gizi.

7
BAB IV
Penyajian Data

4.1. Sumber Data


Sumber data yang digunakan diambil dari:
a. Data wilayah administrasi UPTD Puskesmas Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan,
Kabupaten Karawang tahun 2017
b. Data kependudukan wilayah UPTD Puskesmas Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan,
Kabupaten Karawang tahun 2017
c. Catatan tahunan UPTD Puskesmas Cilamaya tahun 2017
d. Catatan pemetaan awal, pendampingan dan pembinaan keluarga sadar gizi di Puskesmas
Kecamatan Cilamaya periode bulan Januari 2017 sampai dengan Desember 2017

4.2. Data Umum


4.2.1. Data Geografis
4.2.1.1 Luas wilayah dan Batas-Batasnya
a. UPTD Puskesmas Cilamaya terletak di Jl. Raya Cilamaya, Kecamatan
Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, 41358, Jawa Barat
b. Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya adalah 6.158 Ha dengan
kondisi fisik dataran rendah, didominasi oleh sebagian besar persawahan dan
sebagian pantai.
c. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan:
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Selatan : Kecamatan banyusari
 Sebelah Barat : Kecamatan Cilamaya Kulon
 Sebelah Timur : Kabupaten Subang
d. Jarak antara UPTD Puskesmas Cilamaya ke pusat kota Karawang adalah
kurang lebih 42 Km.
e. Kecamatan Cilamaya Wetan adalah salah satu kecamatan dari 30 kecamatan
yang ada di Kabupaten Karawang. Terletak disebelah utara kota kabupaten
yang berjarak  34 KM dengan waktu tempuh  60 menit menggunakan
kendaraan roda empat.

8
f. Cilamaya mempunyai aliran sungai yang berfungsi mengaliri lahan pertanian
atau irigasi.

4.2.1.2 Wilayah Administrasi


Wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya terdiri dari 7 desa, 33 Dusun, 73
RW dan 154 RT. Desa-desa tersebut adalah:
a. Desa Cikarang, jumlah penduduk sebanyak 7.687 jiwa, dengan 2.317
Kepala Keluarga (KK)
b. Desa Cikalong, jumlah penduduk sebanyak 4.600 jiwa, dengan 1.458
Kepala Keluarga (KK)
c. Desa Tegalsari, jumlah penduduk sebanyak 5.086 jiwa, dengan 1.699
Kepala Keluarga (KK)
d. Desa Tegalwaru, jumlah penduduk sebanyak 7.451 jiwa, dengan 2.386
Kepala Keluarga (KK)
e. Desa Mekarmaya, jumlah penduduk sebanyak 7.445 jiwa, dengan 2.551
Kepala Keluarga (KK)
f. Desa Cilamaya, jumlah penduduk sebanyak 14.360 jiwa, dengan 3.945
Kepala Keluarga (KK)
g. Desa Muara, jumlah penduduk sebanyak 4.663 jiwa, dengan 1.378
Kepala Keluarga (KK)

4.2.2. Data Demografis


Jumlah penduduk di UPTD Puskesmas Cilamaya sampai Desember tahun 2017
sebesar 51.292 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebesar 15.734 KK. 60% mata
pencaharian terbanyak di Kecamatan Cilamaya Wetan adalah sebagai petani.
Tingkat kepercayaan/agama terbanyak adalah Islam

4.2.3. Data Fasilitas Kesehatan


Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Cilamaya antara lain:
a. Puskesmas perawatan :1
b. Puskesmas pembantu :1
c. Polindes :2
9
d. BP pratama :3
e. BP madya/ Klinik 24 jam :4
f. Posyandu : 45
g. Posbindu : 14
 Posbindu Lansia :7
 Posbindu PTM :7
h. Praktek bidan : 21

4.3. Data Khusus


4.3.1. Masukan
a. Tenaga
1) Pimpinan Puskesmas : 1 orang
2) Bidan Koordinator : 1 orang
3) Koordinator gizi : 1 orang
4) Bidan desa : 7 orang
5) Kader yang aktif : 90 orang
b. Dana
1) APBD : Tidak ada
2) Bantuan Operasional Kesehatan : Ada
c. Sarana
1) Sarana Medis
a) Stetoskop
 Dalam gedung : 2 buah
 Luar gedung : 1 buah
b) Tensimeter
 Dalam gedung : 1 buah
 Luar gedung : 1 buah
c) Timbangan berat badan
 Dalam gedung : 1 buah
 Luar gedung : 1 buah
d) Pengukur tinggi badan
 Dalam gedung : 1 buah
 Luar gedung : 1 buah
10
e) Laboratorium ( lab sederhana)
 Dalam gedung : 1 buah
 Luar gedung : 1 buah
f) Tablet Fe : Ada
g) Kapsul biru Vitamin A : Ada
h) Kapsul merah Vitamin A : Ada
2) Sarana Non Medis
a) Alat bantu penyuluhan dan nasehat gizi
 Leaflet : Tidak ada
 Poster : Tidak ada
 Lembar Balik : Tidak ada
b) Amilum test : Ada
c) Pedoman Pendampingan : Ada
d) Formulir Pencatatan Pendampingan : Ada, tidak terisi
e) Buku Saku Kadarzi : Tidak ada
f) Data Jumlah Sasaran : Ada
g) Data Informasi Masalah Gizi Balita dan Ibu : Tidak ada
h) Data rencana kunjungan rumah dan nasihat gizi : Tidak ada
d. Metode
1) Persiapan pendampingan keluarga sadar gizi
2) Pemetaan awal keluarga sadar gizi berdasarkan 5 indikator keluarga
sadar gizi
3) Pelaksanaan pendampingan keluarga sadar gizi
4) Pemetaan akhir keluarga sadar gizi berdasarkan 5 indikator keluarga
sadar gizi

4.3.2. Proses
4.3.2.1. Perencanaan
a) Promosi Kesehatan tentang Keluarga Sadar Gizi
1) Pengembangan kegiatan bina suasana dengan cara melakukan
penyuluhan yang dilakukan pada kelas ibu hamil dan
mendemonstrasikan tes yodium pada garam rumah tangga warga
oleh tenaga pelaksana gizi.
11
2) Menjelaskan pentingnya gizi dengan media poster dan membagikan
pamflet kepada ibu hamil, ibu nifas, dan ibu yang memiliki bayi dan
atau Balita.
3) Kegiatan gerakan penggerakan pemberdayaan masyarakat dilakukan
oleh tenaga pelaksana gizi dengan merencanakan dan menyiapkan
pelatihan kader pendamping.

b) Pertemuan dengan Bidan Desa


1) Mendapatkan data sasaran di masing – masing wilayah kerja Bidan
Desa dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi dengan bantuan bidan
koordinator.
2) Menetapkan jumlah kader pendamping yaitu 2 kader untuk 10
keluarga sasaran
3) Tata cara pemilihan kader Kadarzi yaitu dengan memilih kader
Kadarzi dari kader Posyandu.

c) Pelatihan Kader Pendamping


1) Penyegaran kader Kadarzi dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi.
2) Menetapkan jumlah kader pendamping yaitu 2 kader untuk 10
keluarga sasaran.
3) Tata cara pemilihan kader Kadarzi yaitu dengan memilih kader
Kadarzi dari kader Posyandu.

d) Pemetaan Awal Keluarga Sadar Gizi


1) Mendata anggota keluarga dari 10 kepala keluarga terpilih pada
masing – masing cluster berupa jumlah bayi usia 0 – 6 bulan, bayi
dan Balita usia 6 – 59 bulan, ibu hamil, ibu nifas, dan lainnya oleh
tenaga pelaksana gizi.
2) Menilai perilaku Kadarzi di keluarga berdasarkan 5 indikator
Kadarzi yang telah disesuaikan dengan karakteristik masing –
masing keluarga terpilih oleh tenaga pelaksana gizi.

12
e) Pendampingan Keluarga Sasaran
1) Membuat jadwal kunjungan rumah keluarga sasaran.
2) Melakukan kunjungan ke keluarga sasaran secara berkelanjutan.
3) Mengidentifikasi dan mencatat masalah gizi yang terjadi pada
keluarga sasaran
4) Memberikan nasehat gizi sesuai dengan permasalahannya.
5) Mencatat perubahan perilaku Kadarzi.
6) Merekap hasil perubahan perilaku dari seluruh keluarga yang
didampingi.
7) Kegiatan ini dilaksanakan oleh kader Kadarzi.

f) Pemetaan Akhir Keluarga Sadar Gizi


1) Penyampaian formulir hasil perubahan perilaku, formulir kesimpulan
hasil, dan formulir hasil kegiatan pendampingan kepada Bidan Desa
oleh kader Kadarzi.
2) Perekapan hasil pemantauan keluarga sasaran di desa bersangkutan
dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Desa dan tim Puskesmas
dilakukan oleh Bidan Desa
3) Perekapan hasil pemantauan keluarga sasaran oleh tenaga pelaksana
gizi.

4.3.2.2. Pengorganisasian

Kepala
Puskesmas
dr. Aziz Gopur

Koordinator Umum Tata Usaha


Hj enok rasmi, Sst Sumari

Gizi Lansia KIA


Promosi Kesehatan Kesling
Nining Devi Firmasuri, Neneng Heliawati,
Mae Tuti Ela Nurhayati, AMK
Fatmaningsih, AMK AMK

13
4.3.2.3. Pelaksanaan
a) Melakukan pertemuan dengan bidan desa dan mendapatkan data sasaran.
b) Menetapkan dan melakukan pelatihan kader pendamping untuk masing-
masing keluarga sasaran.
c) Tidak membuat jadwal kunjungan rumah keluarga sasaran. Kader
pendamping tidak membuat jadwal kunjungan yang seharusnya sudah
direncanakan sesuai dengan berat ringannya masalah gizi yang dihadapi
keluarga.
d) Kader pendamping tidak melakukan kunjungan berkelanjutan ke keluarga
sasaran yang berjumlah 10 keluarga masing-masing posyandu.
e) Dalam melakukan pendampingan, kader pendamping tidak dibekali buku
saku. Setelah selesai melakukan kunjungan ke setiap keluarga, kader
membuat kesepakatan dengan keluarga sasaran untuk kunjungan
berikutnya.
f) Mengidentifikasi dan mencatat masalah gizi yang terjadi pada keluarga
sasaran. Masalah gizi keluarga sasaran seharusnya dicatat pada kolom
masalah pada formulir 4, yang disesuaikan dengan kunjungan yang ke
berapa kali dan tanggal/bulan/tahun.
g) Memberikan nasehat gizi sesuai permasalahannya.
h) Tidak mengantarkan kasus rujukan dan menindaklanjuti masalah pasca
rujukan/perawatan.
i) Tidak menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) untuk
membahas masalah gizi yang ditemukan selama kegiatan pendampingan.
DKT dilakukan sesuai masalah yang dihadapi oleh keluarga sasaran yang
difasilitasi oleh kader pendamping dan dihadiri oleh petugas Poskesdes.
j) Tidak adanya kerjasama dengan Tokoh masyarakat, Tokoh Agama,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan donatur untuk membantu
memecahkan masalah gizi keluarga melalui pertemuan kelompok kerja
Kadarzi Desa.
k) Kader tidak melakukan pemetaan akhir kadarzi.
l) Kader tidak merekap hasil perubahan perilaku dari seluruh keluarga yang
didampingi dengan menggunakan formulir 5.

14
4.3.2.4. Pengawasan
 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap satu tahun
 Rapat
Rapat evaluasi dilakukan pada lokakarya mini bulanan Puskesmas
setiap tiga bulan
4.3.3. Keluaran
a) Meningkatnya frekuensi keluarga sasaran datang ke Posyandu
b) Meningkatnya jumlah ibu yang memberikan ASI secara Ekslusif
c) Meningkatnya cakupan bayi 6-11 bulan yang mendapat kapsul vitamin A, satu
kali setiap bulan
d) Meningkatnya cakupan anak balita (12-59 bulan) yang mendapat kapsul vitamin
A, dua kali setiap bulan
e) Meningkatnya cakupan ibu hamil minum TTD minimal 90 tablet
f) Meningkatnya cakupan pemberian MP-ASI bagi bayi 6-11 bulan dan anak 12-
24 bulan dari keluarga miskin
g) Semua anak gizi buruk pasca rawat inap yang didampingi, berat badannya naik
mengikuti jalur pertumbuhan normal pada KMS
h) Meningkatnya jumlah balita atau keluarga yang makan aneka ragam makanan
i) Tidak adanya balita 2T dan BGM

4.3.4. Lingkungan
a) Fisik
1. Lokasi : Mudah dijangkau
2. Transportasi : Memerlukan transportasi
b) Non Fisik
1. Pendidikan : Mayoritas penduduk dengan pendidikan tamat SD
54,41%
2. Pekerjaan : Mayoritas petani 60%
3. Agama : Mayoritas beragama Islam sebesar 99,99%

15
4.3.5. Umpan Balik
a) Pencatatan dilakukan setiap satu tahun sekali.
b) Pelaporan pada rapat lokakarya mini puskesmas setiap 3 bulan.

4.3.6. Dampak
a) Meningkatnya penimbangan berat badan secara teratur.
b) Meningkatnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
c) Meningkatnya makan makanan yang beranekaragam.
d) Meningkatnya penggunaan garam beryodium.
e) Meningkatnya suplementasi gizi.
f) Meningkatnya status gizi keluarga.

16
BAB V
Pembahasan

5.1. Masalah Menurut Variabel Keluaran


a. Tabel Capaian Indikator Keluarga Sadar Gizi.6
No Indikator Kadarzi Baik Belum Baik

N % N %

1 Menimbang Berat Badan secara Teratur 445 98,8 5 1,2

2 Memberi ASI saja sampai 6 bulan 200 44,4 250 55,6

3 Makan Aneka Ragam Makanan 366 81,3 84 18,7

4 Mengkonsumsi Garam Beryodium 255 56,7 195 43,3

5 Mengkonsumsi Suplementasi Gizi 449 99,8 1 0,2

b. Tabel Keluarga Sadar Gizi.6


No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Besar Masalah

1 Keluarga sadar gizi 100% 23,55% 76,45%

c. Keluarga yang Mendapat Pendampingan dan Pembinaan


Data mengenai kepala keluarga yang mendapat pendampingan dan pembinaan
Kadarzi di Puskesmas Cilamaya periode Januari 2017 sampai dengan Desember
2017 ada namun tidak terisi lengkap.

5.2. Masalah Menurut Variabel Masukan

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1 Alat bantu penyuluhan dan nasehat Ada Tidak ada +


gizi

17
2 Formulir Pencatatan Pendampingan Ada Tidak ada +

3 Buku Saku Kadarzi Ada Tidak ada +

4 Data Informasi Masalah Gizi Balita Ada Tidak ada +


dan Ibu

5 Data rencana kunjungan rumah dan Ada Tidak ada +


nasihat gizi

5.3. Masalah Menurut Variabel Proses

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1 Perencanaan Kepala desa/lurah menyelenggarakan Tidak dilakukan +


pertemuan untuk memilih calon kader
pendamping dengan jumlah sesuai dengan
hasil pada formulir 2.

2 Pelaksaaan a) Kader pendamping membuat jadwal Tidak dilakukan +


kunjungan sesuai dengan berat
ringannya masalah gizi yang dihadapi
keluarga
b) Melakukan kunjungan ke keluarga
sasaran secara berkelanjutan
c) Mengantarkan kasus rujukan dan Tidak dilakukan +
menindakanjuti masalah pasca
rujukan/perawatan
d) Menyelenggarakan Diskusi Kelompok Tidak dilakukan +
Terarah (DKT) untuk membahas
masalah gizi yang ditemukan selama
proses pendampingan
e) Mencatat pemetaan akhir Kadarzi
Tidak dilakukan +

18
f) Kader merekap hasil perubahan perilaku
dari seluruh keluarga yang didampingi
dengan menggunakan formulir 5.
Tidak dilakukan +

Tidak dilakukan +

3 Pengawasan 1. Kader pendamping menyampaikan Tidak dilakukan +


formulir hasil pemetaan akhir kegiatan
pendampingankepada bidan Poskesdes
(formulir 4 dan 5)
2. Bidan Poskesdes merekap hasil
pemantauan keluarga sasaran di desa
yang bersangkutan dan melaporkan
hasilnya kepada Kepala Desa dan Tim Tidak dilakukan +
Puskesmas. Bila ditemukan masalah
dalam pemantauan, bidan Poskesdes
memberikan umpan balik kepada kader
pendamping. Demikian juga Tim
Puskesmas dapat memberikan umpan
balik kepada Kepala Desa dan bidan
Poskesdes bila ditemukan masalah atau
memberikan penghargaan atas kinerja
baik kader.
3. Pemantauan dilakukan setiap bulan
selama proses pendampingan dan
pembinaan berlangsung

19
Tidak dilakukan +

20
BAB VI
Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi program Keluarga Sadar Gizi di UPTD
Puskesmas Cilamaya periode bulan Januari 2017 sampai dengan Desember 2017, sebagai
berikut:

6.1. Masalah menurut keluaran (masalah sebenarnya)


a) Cakupan keluarga yang sudah Kadarzi 23,55% dari tolok ukur 100%, sehingga
didapatkan besar masalah sebesar 76,45%
b) Cakupan ASI eksklusif usia 0 sampai 6 bulan sebesar 44.4% dengan tolok ukur
100% sehingga didapatkan besar masalahnya sebesar 55.6%.
6.2. Masalah menurut unsur lain (penyebab lain)
a) Dari Masukan
1) Tidak adanya buku saku Kadarzi untuk kader
2) Tidak tersedianya poster leaflet dan lembar balik keluarga sadar gizi
3) Formulir pendampingan yang berkelanjutan telah diisi oleh kader tidak
lengkap/tidak diisi/tidak dikumpulkan sehingga data cakupan tidak ada

b) Dari Proses
1) Kepala Desa/Lurah menyelenggarakan pertemuan untuk memilih calon kader
pendamping dengan jumlah sesuai hasil pada formulir 2
2) Kader pendamping tidak membuat jadwal kunjungan sesuai dengan berat
ringannya masalah gizi yang dihadapi keluarga
3) Kader tidak melakukan kunjungan ke keluarga sasaran secara berkelanjutan
4) Kader tidak mengantarkan kasus rujukan dan menindaklanjuti masalah pasca
rujukan/perawatan
5) Kader tidak menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) untuk
membahas masalah gizi yang ditemukan selama kegiatan pendampingan.
6) Kader tidak melakukan pemetaan akhir Kadarzi.
7) Kader tidak merekap hasil perubahan perilaku dari seluruh keluarga yang
didampingi dengan menggunakan formulir 5.
8) Kader pendamping tidak menyampaikan formulir hasil pemetaan akhir
kegiatan pendampingan kepada bidan Poskesdes (formulir 4 dan 5).

21
9) Bidan Poskesdes tidak merekap hasil pemantauan keluarga sasaran di desa
yang bersangkutan dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Desa dan Tim
Puskesmas. Bila ditemukan masalah dalam pemantauan, bidan Poskesdes
memberikan umpan balik kepada kader pendamping. Demikian juga tim
Puskesmas dapat memberikan umpan balik kepada Kepala desa dan bidan
Poskesdes bila ditemukan masalah, atau memberikan penghargaan atas
kinerja baik kader.
10) Pemantauan tidak dilakukan selama proses pendampingan dan pembinaan
berlangsung.

c) Dari Lingkungan
1) Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah buruh tani yang bekerja
dari pagi hari sampai sore hari sehingga sulit untuk ditemui untuk diberikan
pembinaan oleh kader.

22
BAB VII
Prioritas Masalah

7.1. Masalah menurut keluaran


a) Cakupan keluarga yang sudah Kadarzi 23,55% dari tolok ukur 100%, sehingga
didapatkan besar masalah sebesar 76,45%.
b) Cakupan ASI eksklusif usia 0 sampai 6 bulan sebesar 44.4% dengan tolok ukur
100% sehingga didapatkan besar masalahnya sebesar 55.6%.

7.2. Prioritas masalah dilakukan menggunakan metode sederhana


Tidak dilakukan prioritas masalah karena jumlah masalah tidak lebih dari dua.

23
BAB VIII
Penyelesaian Masalah

8.1 Masalah Pertama


Cakupan keluarga yang sudah Kadarzi 23,55% dari tolok ukur 100%, sehingga
didapatkan besar masalah sebesar 76,45%.
a) Penyebab
1) Kepala Desa/Lurah tidak menyelenggarakan pertemuan untuk memilih calon
kader pendamping dengan jumlah sesuai dengan hasil pada formulir 2.
2) Kader pendamping tidak membuat jadwal kunjungan sesuai dengan berat
ringannya masalah gizi yang dihadapi keluarga.
3) Kader tidak melakukan kunjungan ke keluarga sasaran secara berkelanjutan.
4) Kader tidak mengantarkan kasus rujukan dan menindaklanjuti masalah pasca
rujukan/perawatan.
5) Kader tidak menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) untuk
membahas masalah gizi yang ditemukan selama kegiatan pendampingan.
6) Tidak terdapatnya lembar balik atau poster, leaflet sebagai media penyuluhan.
7) Tidak adanya buku saku Kadarzi untuk kader.
8) Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah buruh tani yang bekerja dari
pagi hari sampai sore hari sehingga sulit untuk ditemui untuk diberikan
pembinaan oleh kader.
b) Penyelesaian Masalah
1) Kepala Desa/Lurah menyelenggarakan pertemuan untuk memilih calon kader
pendamping dengan jumlah sesuai dengan hasil pada formulir 2.
2) Kader membuat jadwal kunjungan sesuai dengan berat ringannya masalah gizi
yang dihadapi keluarga.
3) Kader lebih aktif dalam melakukan kunjungan ke keluarga sasaran secara
berkelanjutan.
4) Kader mengantarkan kasus rujukan dan menindaklanjuti masalah pasca
rujukan/perawatan.
5) Menyelenggarakan DKT untuk membahas masalah gizi yang ditemukan selama
kegiatan pendampingan. DKT dilakukan sesuai masalah yang dihadapi oleh
keluarga sasaran yang difasilitasi oleh kader pendamping dan dihadiri oleh
petugas Poskesdes.

24
6) Menyediakan poster, banner untuk bidan desa atau kader sebagai media
penyuluhan kepada keluarga sasaran.
7) Memberikan buku saku Kadarzi bagi kader pendamping.
8) Mendiskusikan jadwal kegiatan pendampingan dan pembinaan dengan keluarga
sasaran, supaya dapat menyediakan waktu yang kosong.

8.2 Masalah Kedua


Cakupan ASI eksklusif usia 0 sampai 6 bulan sebesar 44.4% dari tolok ukur 100%
sehingga didapatkan besar masalahnya sebesar 55,6%.
a) Penyebab :
1) Kurangnya kerjasama lintas program dengan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan penyuluhan dan informasi kepada masyarakat mengenai ASI
eksklusif baik di puskesmas maupun dalam tiap pelanksaan posyandu melalui
kelas ibu hamil.
2) Belum ada pelatihan kader oleh konselor ASI dan belum adanya kelompok
pendukung ASI.
3) Tingkat pengetahuan manfaat dan cara pemberian ASI eksklusif masih kurang
sehingga banyak ibu yang mengalami kendala ASI tidak lancar, ditambah
dengan gizi dan asupan ibu yang tidak seimbang.
c) Penyelesaian masalah:
1) Melakukan peningkatan kerjasama lintas program dalam menjalankan program
ASI eksklusif, terutama dengan bagian promosi kesehatan.
2) Melaksanakan pelatihan kader ASI yang berkesinambungan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Membuat kelompok pendukung ASI.
3) Sejalan dengan penyelesaian masalah mengenai penyuluhan, maka tingkat
pengetahuan mengenai ASI eksklusif pun akan meningkat.
4) Menyediakan ruangan pojok ASI terutama untuk setiap ibu yang masih
menyusui yang berkunjung ke puskesmas.

BAB IX
25
Penutup

9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi dengan cara pendekatan sistem, dapat diambil kesimpulan bahwa
program Kadarzi di Puskesmas Kecamatan Cilamaya periode Januari 2017 sampai dengan
Desember 2017 belum berjalan dengan baik. Cakupan kepala keluarga yang sudah Kadarzi
23,55% dari tolok ukur 100%, sehingga didapatkan besar masalah sebesar 76,45% dan
cakupan AI eskluisf usia 0 sampai 6 bulan sebesar 44,4% dar tolak ukur 100% sehingga
didapatkan besar masalahnya sebesar 55,6%. Masalah yang dihadapi adalah masih belum
maksimalnya kegiatan pertemuan lintas sektoral, tidak adanya poster, leaflet ataupun
lembar balik tentang Kadarzi, tidak adanya kegiatan pendampingan oleh kader Kadarzi,
tidak ada pencatatan hasil identifikasi masalah gizi, dan tidak adanya jadwal kunjungan ke
rumah yang dilakukan oleh kader pendamping.

9.2 Saran
a) Mencetak atau memperbanyak buku Pedoman Pendampigan Keluarga Menuju Kadarzi
b) Mencetak poster, banner yang berhubungan dengan Keluarga Sadar Gizi
c) Melakukan kerja sama lintas program dengan pemegang program Promosi Kesehatan
untuk membantu dalam penyuluhan mengenai perilaku keluarga sadar gizi pada
kegiatan yang diadakan oleh program Promosi Kesehatan.
d) Melakukan kerjasama dengan Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dan donatur untuk membantu memecahkan masalah gizi keluarga
melalui pertemuan kelompok kerja Kadarzi Desa.
e) Melakukan koordinasi dengan bidan desa untuk melakukan penyuluhan pengawasan
dan pengumpulan laporan kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh kader
pendamping keluarga sadar gizi.
f) Melakukan pelatihan kepada kader pendamping Keluarga Sadar Gizi
g) Setiap kader Kadarzi membuat jadwal kunjungan keluarga sasaran agar para kader
memiliki target yang harus dicapai, dengan banyaknya paparan pendampingan dan
informasi yang diberikan kepada keluarga sasaran, akan memberikan dampak
perubahan perilaku yang lebih baik.
h) Memberikan reward kepada kader pendamping misalnya dalam bentuk sertifikat
i) Memberikan penyuluhan bagi para lansia tentang ASI eksklusif serta manfaatnya,
sehingga mitos-mitos tersebut dapat dihilangkan.

26
j) Melakukan koordinasi dengan pemegang program kesehatan ibu dan anak mengenai
masalah ASI eksklusif agar dapat menyelesaikan masalah secara bersama-sama.

Daftar Pustaka

27
1. Soeparmanto SA. Buku pedoman pendampingan keluarga menuju Kadarzi. Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. Jakarta: DepKes, 2007.
2. Budijanto D. Data dan informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. .Jakarta. 2017.
3. Trihono. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan
Kementerian kesehatan RI. Jakarta. 2013.
4. Gofur A. Rencana Strategi 2016. UPTD DTP- Poned Puskesmas Cilamaya Dinas
Kesehatan Kabupaten Karawang. 2016. Karawang Jawa barat.
5. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. Pedoman
Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga. Jakarta: Kemenkes, 2007.
6. Catatatan pemetaan awal keluarga sadar gizi, Puskesmas Kecamatan Cilamaya,
Kabupaten Karawang periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017. Cilamaya:
Puskesmas Cilamaya, 2017.

28

You might also like