You are on page 1of 12

7

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tinjauan Teoritis

1. Definisi

Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan

kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh

orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah

kehilangan control (Direja, 2011).

Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang

berusaha merugikan atau mencedrai dirinya, diucapkan berulang-ulang

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2009).

Gangguan isi piker adalah ketidakmampuan individu memproses

stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguan adalah berupa

waham yaitu keyakinan individu yang dapat divalidasi atau dibuktikan

dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat

intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan

alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berluang kali

(Kusumawati, 2010).

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan

berespon pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan

kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan

menakutkan. Gangguan ini ditemukan pada pasien skizofrenia dan

psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita


8

pada isi piker dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk

memenuhi kebutuhan pskilogogisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan

dalam hidupnya. Misalnya: Harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait

dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat

mengoreksi dengan alas an atau logika (Kusumawati, 2010).

2. Etiologi

Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama finfsi

otak menurut Kusumawati (2010), yaitu:

a. Gangguan fingsi kognitif dan presepsi menyebabkan kemampuan

menialai dan menilik terganggu.

b. Gangguan emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan

berespon terganggu, tampak dari perilaku non verbal.

c. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.

d. Gejala primer skizofrenia (bkuer) : 4a + 2a yaitu gangguan aosiasi,

efek, ambivalen, autistic, serta gangguan atensi dan aktivitas.

e. Gejala sekunder : halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.

3. Klasifikasi Waham

Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut

Direja (2011), yaitu:

a. Waham kebesaran

Yaitu keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan

khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain. Diucapkan

berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.


9

b. Waham agama

Yaitu keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan

berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

c. Waham curiga

Yaitu keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau

merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan

d. Waham somatic

Yaitu keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya

terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai

dengan kenyataan

e. Waham nislistik

Yaitu keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,

diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

4. Tanda dan Gejala

Menurut Kusumawati, (2010) yaitu:

a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)

Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi fikir, bentuk dan

neologisme, sirkuntansial).

b. Fungsi persepsi

Depersonalisasi dan halusinasi


10

c. Fungsi Emosi

Efek tumpul kurang nya respon emosional, efek datar, efek tidak

sesuai, reaksi berlebihan dan ambivalen

d. Fungsi motorik

Infulsif gerakan tiba-tiba dan spontan manerisme, stereotipik

gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus

yang jelas, katatonia.

e. Funsi sosial kesepian

Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.

Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologist yang sering

muncul adalah gangguan isi piker: waham dan PSP: halusinasi

5. Manifestasi Klinis

Perilaku yang dapat ditemukan pada klien dengan waham antara lain

melakukan percobaan bunuh diri, melakukan tindakan, agresif, destruktif,

gelisah, tidak bisa diam, tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri,ada

gangguan eliminasi, merasa cemas dan takut. Kadang-kadang panic

perasaan bahwa lingkunga sudah berubah pada klien depersonalisasi

(Stuart, 2007).

6. Diagnosa Keperawatan

a. Perilaku kekerasan

b. Waham

c. Menarik diri

d. Harga diri rendah


11

B. Karakteristik Penderita Waham

Adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi terhadap waham antara

lain:

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal

ini penulis mengkategorikan laki-laki dan perempuan merupakan salah satu

penyebab waham karena Pada dasarnya, perempuan sangat rentan terkena

gangguan jiwa. Bahkan untuk gangguan ringan, perempuan dua kali lebih

berisiko dibanding laki-laki. Gangguan seperti depresi, kecemasan, dan

keluhan somatik didominasi perempuan dengan angka sekitar 1 dari 3 orang

dan merupakan masalah kesehatan serius.Namun untuk gangguan jiwa berat

dan harus dirawat , maka anggapan perempuan lebih lemah dibandingkan

dari laki-laki mungkin tak lagi relevan untuk dibenarkan. Hal ini

dipengaruhi oleh hormon estrogen dan endorphin yang dimiliki oleh wanita.

Hormon tersebut sangat berpengaruh terhadap daya tahan seorang wanita

terhadap rasa sakit dan diduga memiliki hubungan dengan jumlah pasien

wanita yang dirawat (ERICA WESTLY:2010).

Menurut Sillivan (1999) semakin tinggi tingkat kecemasan maka semakin

rendah kemampuan untuk mengkomunikasikan dan menyelesaikan masalah

dan semakin besar pula kesempatan untuk terjadinya gangguan

kecemasan.Perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran

kecemasan di bandingkan dengan laki-laki.


12

Perempuan lebih rentan mengalami gangguan jiwa ringan dibandingkan

dengan laki-laki. Kerentanan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor

biologis dan budaya. Menurut Tun budaya yang menempatkan perempuan

pada posisi sulit sehingga mereka seolah tak berdaya merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan perempuan lebih rentan terganggu jiwa ringan

seperti depresi dan cemas. Penyebab yang lain adalah perubahan biologis

pada tubuh perempuan. Perubahan hormonal membuat kondisi emosional

perempuan, misalnya saja pada saat hamil, setelah melahirkan serta sebelum

dan selama menopause (Nova, 2016)

Namun, derajat keparahan gangguan kejiwaan berat itu lebih besar pada

pria sehingga penderita Penanggung Jawab Kesehatan Jiwa pada Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia, Albert Maramis, mengungkapkan,

faktor biologis seperti siklus hormonal, persalinan, dan menopause ikut

memengaruhi gangguan emosional pada perempuan. Tun menambahkan,

perempuan dan laki-laki mempunyai risiko yang sama untuk menderita

gangguan jiwa berat. pria lebih banyak yang harus dirawat di rumah sakit

jiwa.

b. Usia

Gangguan jiwa dapat dialami oleh masyarakat dari berbagai kalangan dan

tingkat usia baik anak-anak, remaja ,dewasa dan lanjut usia. Gangguan jiwa

tidak muncul begitu saja, banyak faktor yang yang membuat seseorang bisa

mengalami gangguan jiwa ringan atau berat, seperti skizofrenia. Namun,

ternyata anak usia remaja lebih rentan mengalami hal ini.


13

Gangguan jiwa yang dialami remaja sebenarnya disebabkan oleh

beberapa faktor. Dilansir HEALTH.DETIK.COM, Tun Kurniansih

Bastaman, SpKJ(K), Ketua Umum Pengurus Pusat PDSKJI

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia) ada beberapa

faktor yang membuat remaja berbakat mengalami gangguan jiwa, antara

lain: Riwayat keluarga ada yang menderita gangguan jiwa atau faktor

genetik, mendapat kesulitan dalam sosialisasi seperti kurang bisa bergaul

dan selalu merasa rendah diri,mengalami kesulitan belajar, hiperaktif.

Menurut MC Moci (2012) Anak usia remaja lebih rentan mengalami

gangguan jiwa karena banyak faktor pemicu stres. Pada usia remaja

terjadi perubahan-perubahan penting pada dirinya, seperti perubahan

hormonal dan psikologis. Jika anak atau remaja Anda mengalami

perubahan perilaku yang aneh, maka bisa jadi dia mengalami gangguan

jiwa.

Gangguan jiwa banyak dialami oleh penduduk yang berusia lebih dari 15

tahun karena pada usia tersebut memiliki pola psikis yang labil kemudian

dilanjutkan dengan beban psikis yanglebih banyak (Maslim, 2012).

onset adalah usia awal munculnya gangguan. Usia puncak onset untuk

laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun. Untuk wanita usia puncak adalah 25

sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50

tahun adalah sangat jarang. Kira-kira 90 persen pasien dalam pengobatan

skizofrenia adalah antara usia 15 sampai 55 tahun (Notoatmodjo, 2003).


14

Pada Orang dewasa dan usia lanjut disebabkan kehilangan harga diri,

perasaan tidak dihargai dan perasaan kurang percaya diri. Anak remaja

terutama usia puber disebabkan oleh mentalnya yang masih rapuh karena

tidak kuat adanya tekanan dari luar. Akibatnya mudah patah semangat dan

mudah mengalami gangguan skizofrenia. Selain itu orang yang

mengalami gangguan skizofrenia dari anak-anak, remaja, dewasa dan usia

lanjut tidak dapat mengontrol emosi, beban pikiran yang berat dan

persaingan hidup yang semakin keras. (Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007).

c. Pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di

dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau

perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih bak, dan lebih matang pada diri

individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini diangkat dari satu asumsi

bahwa manusia sebagai makhluk social dalam kehidupannya untuk

mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan

bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih

pandai, lebih mampu, lebih atau selebihnya) dalam mencapa tujuan

tersebut, seorang individu, sekelompok atau masyarakat tidak terlepas dari

kegiatan belajar. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi daya

tahannya dalam menghadapi stress, makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang makin tinggi keberhasilan melawan stress. Orang yang

berpendidikan lebih tinggi lebih mampu mengatasi masalah dari pada

orang yang berpendidikannya rendah (Notoatmodjo, 2003).


15

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di RS Grhasia

Yogyakarta pada periode 2007-2009 Berdasarkan riwayat pendidikan

formal, penderita terbanyak terdapat pada kelompok yang mempunyai

riwayat pendidikan SLTA. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan INGRIED SIRA (2011) juga ditemukan bahwa riwayat

pendidikan SLTA merupakan penderita terbanyak skizoprenia.

Gangguanjiwa banyak dialami oleh penduduk yang berusia lebih dari 15

tahun karena pada usia tersebut memiliki pola psikis yang labil kemudian

dilanjutkan dengan beban psikis yang lebih banyak (Maslim, 2004).

d. Pekerjaan

Faktor status sosial ekonomi dapat mempengaruhi penyakit mental pada

masyarakat. Neng Heni Yudianti, menjelaskan, banyaknya warga yang

mengalami gangguan kesehatan jiwa disebabkan berbagai faktor, salah

satunya status ekonomi yang kekurangan. Status ekonomi kurang, rentan

sekali terkena gangguan kesehatan jiwa. Kelompok yang tidak bekerja

mengalami gangguan jiwa lebih banyak dibandingkan dengan kelompok

yang bekerja. Kelompok yang tidak bekerja karena keterbatasan fisik dan

usia mempengaruhi status sosial ekonomi mereka. Dari hal tersebut Nampak

kecendurngan kelompok yang tidak bekerja lebih beresiko untuk menderita

gangguan jiwa. Hal ini terjadi karena tingkat stress pada orang tua yang

tidak bekerja lebih besar.

Novi Riyanti Yusuf (2016) mengatakan hidup ini penuh dengan berbagai

macam pengalaman dan peristiwa. Beberapa diantaranya dapat membuat


16

orang sangat kawatir dan tertekan. Hampir semua orang akan belajar

bagaimana cara menghadapi peristiwa tersebut dan melanjutkan hidup tetapi

kadang-kadang peristiwa tersebut dapat menimbulkan gangguan jiwa.

Berbagai peristiwa hidup yang dapat menyebabkan stress hebat yaitu

pengangguan.

Masalah pekerjaan juga merupakan sumber stress. Banyak orang

menderita stress dan depresi karena masalah pekerjaan ini, misalnya

pekerjaan selalu banyak , pekerjaan yang tdak cocok, mutasi jabatan,

kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain

sebagainya (Iyus Yosep, 2007).

Selain hal diatas , kebanyakan pekerjaan dengan waktu yang sangat sempit

ditambah lagi dengan tuntunan pekerjaan yang harus serba cepat dan serta

dibebani pekerjaan yang terlalu berat sering membuat orang hidup dalam

keadaan ketegangan (stress) (Iyus Yosep, 2007).

C. Penelitian Terkait

Menurut penelitian oleh Inggried Sira di Rumah Sakit Khusus Alianyang

Pontianak 2009 menyatakan bahwa Skizofrenia tipe waham merupakan tipe

terbanyak yang diderita oleh pasien skizofrenia di RSK Alianyang Pontianak

tahun 2009 dengan jumlah 294 pasien (79,67%) dari 369 pasien, jenjang

pendidikan terakhir yang terbanyak adalah tingkat SMA yaitu 129 pasien

(34,96%) dari 369 pasien,jumlah pada jenis kelamin terbanyak adalah Pasien

laki-laki berjumlah 275 orang (74,53%), sementara pasien skizofrenia

perempuan hanya berjumlah 94 orang (25,47%) dari 369 pasien, usia terbanyak
17

adalah usia 25-44 tahun (63,58%) sebanyak 233 dari 369 pasien dan

berdasarkan jenis pekerjaan yang terbanyak adalah pasien yang tidak bekerja

dengan jumlah 314 pasien (85,09%) .

Perbedaan penelitian Inggried Sira dengan penelitian ini adalah penelitian

ini menggunakan rancangan deskriptif dengan teknik pengambilan sampel

accidental sampling. Sedangkan penelitian ini menggunakan rancangan

deskriptif dengan pengambilan sampel simple random sampling. Persamaan

penelitian terkait dengan yang peneliti lakukan sama-sama meneliti dengan alat

ukur yang digunakan berbentuk tabel ceklis.

D. Kerangka Teori

Kerangka Teori atau landasan pikiran adalah kesimpulan dari tinjauan

teoritis yang berisi konsep- konsep teori yang digunakan atau berhubungan

dengan penelitian yang akan dilaksanakan (Suparyanto, 2014).

Atas Dasar dari tinjauan teoritis dari Karakteristik penderita waham di

Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru Bulan Januari-Agustus Tahun 2016,

maka dapat dirumuskan kerangka teori sebagai berikut:

 Jenis kelamin
 Usia
 Pendidikan Waham
 Pekerjaan

Skema 2.1 kerangka Teori


18

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Aziz Alimul Hidayat,

2014).

Dengan memperhatikan lingkup penelitian, maka kerangka konsep

penelitian dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen


 Jenis kelamin
 Usia
 Pendidikan Waham
 Pekerjaan

You might also like