You are on page 1of 21

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH OSTEOARTHRITIS

DISUSUN OLEH
HERI JOTLELY

KEMENTRIAN KESEHATAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
AMBON 2017/2018
KONSEP TEORI OSTEOARTHRITIS

1. Pengertian
Osteoartritis yg dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif / osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) mewujudkan/adalah kelainan sendi yg amat kerap kali diketemukan &
kerapkali memunculkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal
1087)
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis
mewujudkan/adalah kelainan sendi non inflamasi yg mengenai sendi yg bisa digerakkan,
terutama sendi penumpu badan, dgn gambaran patologis yg karakteristik berupa buruknya
tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial & tepi-tepi
tulang yg membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis & patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial &
jaringan tulang yg membentuk persendian (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)
Osteoarthritis dijuluki jg penyakit sendi degeneratif, mewujudkan/adalah gangguan
sendi tersering. Kelainan ini kerap kali, jika tak bisa dikatakan pasti menjadi bagian dari
proses penuaan & mewujudkan/adalah penyebab penting cacat fisik pada manusia berusia
diatas 65 tahun. Osteoartritis (OA) yg dlm bahasa awam masyarakat kita kerap kali
dinamakan pekapuran sendi, ialah proses degenerasi / penuaan sendi (Ahmad Aby, 2014)
Osteoarthritis ialah penyakit tulang degeneratif yg ditandai karena pengeroposan
kartilago artikular (sendi). Tiada adanya kartilago sebagai penyangga, kian tulang
dibawahnya mau mengalami iritasi, yg menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth
J.Corwin, 2009)
Osteoartritis (OA) berarti pembengkakan/radang sendi, walaupun lebih dikenali
sebagai penyakit degeneratif yg karena dikarenakan karena peradangan sendi dgn
penipisan tulang rawan yg berkaitan. Tulang rawan pada persendian kita memungkinkan
pergerakan sendi yg mulus. Ketika tulang rawan ini rusak karena cedera, infeksi, / efek
penuaan, pergerakan sendi menjadi terganggu. Hasilnya, jaringan di dlm sendi mengalami
iritasi serta menyebabkan rasa nyeri & pembengkakan. Osteoarthritis (OA) / penyakit
degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yg berkembang lambat
yg tak diketahui penyebabnya, walaupun terdapat beberapa factor resiko yg berperan.
Keadann ini berkaitan dgn usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan & sendi besar yg
mananggung beban & secara klinis ditandai karena nyeri, deformitas, pembesaran sendi &
hambatan gerak (Stanley,2006).
2. Anatomi
a. Pengertian
Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) Hip joint adalah sambungan tulang yang terletak
diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada manusia terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu: femur, femoral head, dan rounded socked.

Sumber : Ahmad Aby (2014)

Di dalam hip joint yang normal terdapat suatu jaringan lembut dan tipis yang disebut
dengan selaput synovial. Selaput ini membuat cairan yang melumasi dan hampir
menghilangkan efek gesekan di dalam hip joint. Permukaan tulang juga mempunyai suatu
lapisan tulang rawan (articular cartilage) yang merupakan bantalan lembut dan
memungkinkan tulang untuk bergerak bebas dengan mudah. Lapisan ini mengeluarkan cairan
yang melumasi dan mengurangi gesekan di dalam hip joint. Akibat gesekan dan gerak yang
hampir terjadi setiap hari, maka articular cartilage akan semakin melemah dan bisa
menyebabkan arthritis seperti ditunjukkan pada gambar 2.2. Selain menimbulkan rasa sakit,
juga menyebabkan gerakan hip joint menjadi tidak lancar, kadang-kadang berbunyi, dan
bahkan dapat menimbulkan pergeseran dari posisi normalnya. Selanjutnya, hip joint perlu
diganti dengan tulang pinggul buatan (artificial hip joint).
Sumber : Ahmad Aby (2014)
b. Gambaran umum tentang HIP Replacement
Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) Gambar-gambar di bawah menunjukkan
gambaran tentang hip joint yang normal serta indikasi terjadinya radang sendi dan
tahapan-tahapan proses hip replacement adalah

Sumber : Ahmad Aby (2014)


Pada gambar 2.3 menunjukkan anatomi hip joint yang normal. Femoral head
masih memiliki articular cartilage yang baik, dimana masih mampu mengeluarkan cairan
yang melumasi dan mengurangi efek gesekan pada sambungan sendi.

Sumber : Ahmad Aby (2014)


Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa articular cartilage pada femoral head telah
berkurang, hal inilah yang menyebabkan terjadinya radang sendi. Gambar 2.5 dan 2.6
adalah gambaran tentang penggantian sambungan tulang pinggul dengan sambungan
tulang pinggul tiruan (hip joint prosthesis). Gambar 2.5 menunjukkan pemotongan tulang
femur, yang kemudian diganti dengan hip joint prosthesis dengan cara menanam stem
pada tulang femur dan cup pada acetabulum.

Sumber : Ahmad Aby (2014)


Gambar 2.6 menunjukkan perbandingan antara hip joint yang belum dilakukan
penggantian sambungan tulang dan setelah dilakukan penggantian tulang.

Sumber : Ahmad Aby (2014)

3. Etiologi
Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) penyebab dari osteoartritis hingga saat ini
masih belum terungkap, tapi beberapa faktor resiko buat
munculnya osteoartritis diantaranya ialah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko buat munculnya osteoartritis, faktor ketuaan ialah yg terkuat.
Prevalensi & beratnya orteoartritis semakin berkembang/berubah naik dgn
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur
dibawah 40 tahun & kerap kali pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisis & biokimia yg terjadi sejalan dgn bertambahnya umur dgn menurunnya
jumlah kolagen &kadar air, & endapannya berwujud pigmen yg berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih kerap kali terkena osteoartritis lutut &sendi ,& lelaki lebih kerap kali
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan & leher. Secara keeluruhan dibawah 45
tahun frekuensi osteoartritis minus lebih sama pada laki & wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih berlimpah pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesisosteoartritis.
c. Genetic
Faktor herediter jg berperan pada munculnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang
wanita dgn osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih kerap
kali osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, & anak-anaknya perempuan cenderung
memiliki tiga kali lebih kerap kali dari pada ibu & anak perempuan dari wanita tiada
osteoarthritis.
Heberden node mewujudkan/adalah salah satu wujud osteoartritis yg biasanya
diketemukan pada pria yg kedua manusia tuanya terkena osteoartritis, sedangkan
wanita, hanya salah satu dari manusia tuanya yg terkena.
d. Suku
Prevalensi & pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara
manusia-manusia kulit hitam &usia dari pada kaukasia.Osteoartritis lebih kerap kali
diketemukan pada manusia – manusia Amerika asli dari pada manusia kulit putih. Hal
ini mungkin berkaitan dgn perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital & pertumbuhan.
e. Kegemukan (obesitas)
Berat badan yg berlebihan nyata berkaitan dgn naiknya resiko buat
munculnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dgn osteoartritis pada sendi yg menanggung beban, tapi jg
dgn osteoartritis sendi lain (tangan / sternoklavikula).
f. Cedera sendi, pekerjaan & olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yg bisa menyebabkan osteoartritis ialah trauma yg memunculkan
kerusakan pada integritas struktur & biomekanik sendi tersebut.
g. Kepadatan tulang & pengausan (wear and tear)
Penggunaan sendi yg berlebihan secara teoritis bisa merusak rawan sendi lewat dua
mekanisme yaitu pengikisan & proses degenerasi karena bahan yg wajib dikandungnya.
h. Dampak penyakit pembengkakan/radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) memunculkan reaksi peradangan
& pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi karena membran sinovial & sel-sel
pembengkakan/radang.
i. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, kian rawan sendi mau membal
& menyebabkan sendi menjadi tak stabil / seimbang sehingga mempercepat proses
degenerasi.
j. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air & garam-garam proteglikan yg berlebihan
pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen,
tendo, sinovia, & kulit. Pada diabetes melitus, glukosa mau menyebabkan produksi
proteaglikan menurun.
k. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat bisa mengendapkan
hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat
dlm rawan sendi

4. Tanda dan Gejala


Menurut Stanley (2006) tanda dan gejala dari penyakit osteoarthritis adalah :
a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
b. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
c. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
d. Mekanik nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya
berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis
coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri
dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.
e. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
f. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
g. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

5. Klasifikasi
a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)

6. Manifestasi Klinis
Menurut Ahmad Aby (2014) manifestasi klinis dari osteoarthritis adalah
a. Nyeri & kekakuan pada satu / lebih sendi, biasanya pada tangan, pergelangan tangan,
kaki, lutut, spina bagian atas & bawah, panggul, &bahu. Nyeri bisa berkaitan dgn rasa
kesemutan / kebas, terutama pada malam hari
b. Pembengkakan sendi yg terkena, & menurunnya rentang gerak. Sendi tampak
mengalami deformitas
c. Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal distal pada jari tangan,
bisa terbentuk
d. Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan krepitus, & gejala-gejala
inflamasi pada saat-saat tertentu
e. Kehilangan fungsi secara progresif
7. Pathway

Sumber : Ahmad Aby (2014)


8. Patofisiologi
Menurutu Elizabeth J.Corwin (2009) Tulang rawan sendi mewujudkan/adalah
sasaran utama perubahan degeneratif pada osteoarthritis. Tulang rawan sendi memiliki
letak strategis yaitu diujung –ujung tulang buat melaksanakan 2 fungsi, yaitu 1) menjamin
gerakan yg hampir tiada gesekan didalam sendi, berkat adanya cairan sinovium, & 2)
disendi sebagai penerima beban, menebarkan beban keseluruh permukaan sendi
sedemikian sehingga tulang dibawahnya bisa menerima benturan & berat tiada mengalami
kerusakan. Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastis (yaitu memperoleh
kembali arsitektur normalnya sesudah tertekan) & memiliki daya regang (tensile streghth)
yg cukup tinggi.
Sedangkan menurut Ahmad Aby (2014) seperti pada tulang manusia dewasa, tulang
rawan sendi tak statis, tulang ini mengalami pertukaran, komponen matriks tulang tersebut
yg aus diuraikan & diganti. Keseimbangan ini dipertahankan karena kondrosit, yg tak
hanya menyintesis matriks tetapi jg membuat keluar enzim yg menguraikan matriks. Pada
osteoarthritis, proses ini terganggu karena beragam sebab.
Osteoarthritis ditandai dgn perubahan signifiikan baik dlm komposisi maupun sifat
mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan yg mengalami
degenerasi memperlihatkan peningkatan kandungan air & menurunnya konsentrasi
proteoglikan dibandingkan dgn tulang rawan sehat. Selain 1tu, tampaknya terjadi
perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena menurunnya sintesis lokal kolagen tipe II,
& peningkatan pemecahan kolagen yg sudah ada. Kadar molekul perantara tertentu,
termasuk IL-1, TNF, nitrat oksida berkembang/berubah naik pada tulang rawan
osteoarthritis & tampaknya berperan dlm perubahan komposisi tulang rawan. Apoptosis jg
berkembang/berubah naik, yg mungkin menyebabkan menurunnya jumlah kondrosit
fungsional ( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999).
Secara total, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang & kelenturan tulang
rawan sendi. Sebagai respons terhadap perubahan regresif ini, kondrosit pada lapisan yg
lebih dlm berproliferasi & berupaya memperbaiki kerusakan dgn menghasilkan kolagen &
proteoglikan baru. Walaupun perbaikan ini pada mulanya mampu mengimbangi
kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yg menyebabkan kondrosit lenyap & matriks
ekstrasel berubah akhirnya menjadi predominan. Faktor yg menyebabkan pergeseran dari
gambaran reparatif menjadi generatif ini masih belum diketahui (Harry Isbagio & A.
Zainal Efendi, 1995).
Osteoartritis pada beberapa kejadian mau membuat dampak terbatasnya gerakan.
Hal ini dikarenakan karena adanya rasa nyeri yg dialami / dikarenakan penyempitan ruang
sendi / minus digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yg membuat
dampak karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital & penyakit peradangan sendi lainnya mau menyebabkan trauma pada kartilago
yg memiliki sifat intrinsik & ekstrinsik sehingga menyebabkan patah tulang pada ligamen
/ adanya perubahan metabolisme sendi yg pada akhirnya membuat dampak tulang rawan
mengalami erosi & kehancuran, tulang menjadi tebal & terjadi penyempitan rongga sendi
yg menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi / nodulus. (
Soeparman ,1995).

9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan adalah
a. Buat OA tak ada pemeriksaan laboratorium yg diagnostik, tetapi pemeriksan
laboratorium yg spesifik bisa membantu mengetahui penyakit yg mendasari pada OA
sekunder.
b. Dgn uji serologik dgn pendeteksian di dlm cairan sinovium &/ serum adanya
makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yg dilepas karena tulang rawan / tulang yg
mengalami degenerasi.
c. Sinar-X.
Foto sinar X pada engsel mau menunjukkan perubahan yg terjadi pada tulang seperti
pecahnya tulang rawan.
d. Tes darah.
Tes darah mau membantu memberi informasi buat memeriksa rematik.
e. Analisa cairan engsel
Dokter mau mengambil misalnya sampel cairan pada engsel buat lalu diketahui ap4k4h
nyeri/ngilu tersebut dikarenakan karena encok / infeksi.
f. Artroskopi
Artroskopi ialah alat kecil berupa kamera yg diletakkan dalan engsel tulang. Dokter
mau mengamati ketidaknormalan yg terjadi.
g. Foto Rontgent menunjukkan menurunnya progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
10. Penatalaksanaan
Menurut Ahmad Aby (2014) penatalaksaan osteoarthritis adalah
a. Medikamentosa
Hingga sekarang belum ada obat yg spesifik yg khas buat osteoartritis, karena karena
patogenesisnya yg belum jelas, obat yg diberikan bertujuan buat mengurangi rasa sakit,
menaikkan mobilitas & mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon
steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik & sekaligus mengurangi sinovitis, walaupun
tak bisa memperbaiki / menghentikan proses patologis osteoartritis.
1) Analgesic yg dapatdipakai ialah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari / profoksifen
HCL. Asam salisilat jg cukup efektif tapi perhatikan efek samping pada saluran
cerna & ginjal
2) Jika tak berpengaruh, / tak bisa peradangan kian OAINS, seperti fenofrofin,
piroksikam,ibuprofen bisa diberdayakan. Dosis buat osteoarthritis biasanya ½-1/3
dosis penuh buat arthritis rematoid. Karena penggunaan biasanya buat jangka
panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa lambung & gangguan faal
ginjal.
3) Injeksi cortisone. Dokter mau menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yg mempu
mengurangi nyeri/ngilu
4) Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yg mau
mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dikerjakan jika
osteoarhtritis pada lutut.

b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin muncul / diperkuat karena mekanisme tubuh yg minus baik.
Butuh dihindari aktivitas yg berlebihan pada sendi yg sakit. Penggunaan tongkat, alat-
alat listrik yg bisa memperingan kerja sendi jg butuh diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yg tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet buat menurunkan berat badan pasien osteoartritis yg gemuk wajib menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Menurunnya berat badan seringkali bisa
mengurangi munculnya keluhan & peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial dibutuhkan pasien osteoartritis karena karena sifatnya yg
menahun & ketidakmampuannya yg ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin manusia lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis kerap kali kali keberatan buat memakai
alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual.
Gangguan seksual bisa diketemukan pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha & lutut. Kerap kali kali diskusi karena ini wajib dimulai dari dokter
karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yg meliputi
penggunaan panas & dingin & program latihan ynag tepat. Penggunaan panas yg
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri & kekakuan. Pada sendi
yg masih aktif sebaiknya diberi dingin & obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Aneka sumber panas bisa dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin & mandi dari pancuran panas. Program latihan
bertujuan buat memperbaiki gerak sendi & memperkuat otot yg biasanya atropik pada
sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena
mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi & tulang yg muncul pada tungkai
yg lumpuh muncul karena berkurangnya beban ke sendi karena karena kontraksi otot.
Karena karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan
rawan senadi dari beban, kian penguatan otot-otot tersebut ialah penting.
g. Operasi
Operasi butuh dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dgn kerusakan sendi yg nyata
dgn nyari yg menetap & kelemahan fungsi. Tindakan yg dikerjakan ialah osteotomy
buat mengoreksi ketidaklurusan / ketidaksesuaian, debridement sendi buat
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
1) Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yg rusak mau diangkat & diganti dgn alat yg
terbuat dari plastik / metal yg dijuluki prostesis.
2) Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang mau mengangkat
serpihan tulang rawan yg rusak & mengganggu pergerakan yg menyebabkan nyeri
saat tulang bergerak.
3) Penataan tulang. Opsi ini diambil buat osteoatritis pada anak & remaja. Penataan
dikerjakan agar sambungan/engsel tak menerima beban saat bergerak.
h. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, menurunnya berat badan,
upaya buat menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yg berlebihan
penggunaan alat-alat ortotail. Buat menyangga sendi yg mengalami inflamasi ( bidai
penopang) & latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl & fisioterapi bisa
membantu pasien buat mengadopsi strategi penangan mandiri.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
NANDA (2014)
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Keluhan utama
4. Riwayat Penyakit Sekarang
5. Riwayat Penyakit Dahulu
6. Riwayat Penyakit Keluarga
7. Pemeriksaan fisik Head To Toe
8. Pengkajian Khusus
a. Look (inspeksi)
1) Sikatriks (jaringan panit baik yang alami maupun buatan seperti bekas
operas)
2) Fistula
3) Warna kemerahan atau kebiruan
4) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
(abnormal)
5) Posisi dan bentuk ektermitas (deformitas)
6) Posisi jalan ( waktu masuk kamar periksa )
b. Feel (palpasi )
1) Perubahan suhu di sekitar trauma (hangat) dan kelembapan kulit
2) Apabila ada pembengkakan apakah ada fluktuasi atau edema terutama di
sekitar persendian
3) Nyeri tekan (tendemess), krepitasi, catat letak kelainan
4) Tonus otot pada otot kontraksi/relaksasi
c. Move (pergerakan terutama rentang gerak )
Pemeriksa dengan menggerkan ektermitas, kemudian mencatat apakah
ada keluhan nyeri pada gerakan. Pergerakan yang dilihat adakah
pergerakan pasif dan aktif.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen injury: biologis
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan imobilitas,
kelemahan umum, gaya hidup kurang gerak
c. Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang tidak
terpenuhi
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit, ditandai dengan
deformitas sendi
e. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi .
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal,
kelemahan
g. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas bawah,
kelemahan umum

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen injury: biologis
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
b. Menunjukkan pengurangan tingkat nyeri
Intevensi :
1) Kaji tingkat nyeri
R : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien
2) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis pengendalian nyeri setelah atau
selama aktivitas yang menimbulkan nyeri
R : membantu mengontrol nyeri
3) Berikan posisi senyaman mungkin
R : Mengurangi ketidak nyamanan pasien
4) Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri (berat)
R : Membantu mengurangi nyeri
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan imobilitas, kelemahan umum,
gaya hidup kurang gerak
Kriteria Hasil :
a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan
b.Menunjukkan toleransi aktivitas
c. Mendemonstrasikan penghematan energi
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi.
R : Mengetahui tingkat kemampuan klien
2) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
R : membantu proses penyembuhan pasien
3) Tentukan penyebab keletihan
R : membantu pasien penyebab keletihan
4) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang adekuat
R : membantu memperbaiki asupan nutrisi pasien
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang
tidak terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan hingga sedang
b.Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas yang dibuktikan oleh indikator 1-5
(tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu)
Intervensi :
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
R : mengetahui tingkat kecemasan klien
2) Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan
ansietas
R : Membantu pasien menghilangkan kecemasan
3) Bantu pengalihan ansietas melalui radio, TV, permainan untuk menurunkan ansietas
dan memperluas fokus
R : mengalihkan perhatian (kecemasan) pasien terhadap benda disekitar
4) Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas
R : membantu proses penyembuhan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit, ditandai dengan deformitas sendi
Kriteria Hasil :
a. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan adaptasi
dengan ketunadayaan fisik
b.Menunjukkan citra tubuh
Intervensi :
1) Dorong pengungkapan mengenai masalah mengenai proses penyakit,harapan masa
depan.
R : Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal menghadapinya secara
langsung
2) Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan
bagaimana pandangan pribadi psien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari
termasuk aspek-aspek seksual.
R : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling
lebih lanjut.
3) Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaiman orang terdekat menerima
keterbatasan.
R : Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada
bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
4) Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
R : Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.
5) Perhatikan perilaku menarik diri,penguanan menyangkal atau terlalu memperhatikan
tubuh/perubahan.
R : Dapat menunjukkan emosional atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi
lebih lanjut atau dukungan psikologis.
6) Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
R : Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan
perasaan harga diri.
7) Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
R : Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong partisipasi dan terapi.
8) Berikan obat-obat sesuai petunjuk
R : Membantu proses penyembuhan
5. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
kurang familier dengan sumber-sumber informasi
Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang proses penyakit
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhdapa materi
R : mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
2) Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan klien
R : persamaan persepsi akan lebih mudah dalam pembelajaran
3) Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai
R : mempermudah pasien dalam mencerna dan memahami pnkes
4) Beri informasi tentang diit TKTP dan tinggi kalsium
R : mempercepatan pemulihan tualang
6. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan
umum
Kriteria Hasil :
a. Resiko jatuh akan menurun atau terbatas, yang dibuktikan oleh keseimbangan, gerakan
terkoordinasi, perilaku pencegahan jatuh, kejadian jatuh, dan pengetahuan : Pencegahan
Jatuh
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien
R : Mengetahui penyebab resiko jatuh
2) Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh
R : Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan
keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
3) Ajarkan klien bagaimana posisi terjatuh yang dapat meminimalkan cedera
R : meminimalkan komplikasi atau cidera berkelanjutan
4) Bantu pasien saat ambulasi
R : agar pasien tahu bagaimana ambulasi yang benar
5) Sediakan alat bantu berjalan
R : mempermudah proeses penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Aby, Ahmad. 2014. Osteoarthritis OA / Pengapuran Sendi. http://ahmadaby.blogspot.com.


Diakses tanggal 8 Mei 2016, 18:15 WIB
Cania, Murni. 2014. Askep Osteoarthritis.http://murnicania.blogspot.com. Diakses tanggal 8
MEI 2016, 18:17 WIB
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC
Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dlm, edisi V, jilid III. Jakarta : Internal
Publishing
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dgn Gangguan Sistem
Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC
Soeparman, A. 1995. Ilmu Penyakit Dlm, Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK UI
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta : EGC
Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

You might also like