You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

A. Definisi
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembas ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya ( M. Adib, 2009 ).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
subarakhnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
tertentu ( Hudak Gallow, 2006 ).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak peah sehingga timbul iskemik dan hipoksia di hilir ( Ria Artiani, 2009 ).
Stroke hemoragik adalah jika suatu pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskemia di otak dan hipoksia disebelah hilir ( Corwin, 2009 ).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa stroke
hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena adanya
pembuluh darah di otak yang pecah sehingga darah tidak dapat mengalir secara
semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan
kelumpuhan.

B. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari :
Hemoragi serebral ( pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke
dalam jaringan otak atau seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak. Hemoragi serebral dapat terjadi di berbagai
tempat yaitu :
1. Hemoragi obstrudural
2. Hemoragi subdural
3. Hemoragi subakhranoid
4. Hemoragi intraserebral

Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;


1. Hipertensi,
Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga
dapat mengganggu aliran darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat
yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan
maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan
aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang
bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yaitu terjadinya
peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya
serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga
terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh
darah otak.
6. Polocitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun.
7. Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan
terbentuknya embolus dari lemak.
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya
pembuluh drah otak.
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
terjadi aterosklerosis.

C. Tanda dan Gejala


1. Sakit kepala
2. Muntah – muntah
3. Kejang
4. Kehilangan motorik
a. Hemiplegis, hemiparesis.
b. Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda
(gambaran lklinis awal ).
5. Gangguan konseptual
a. Hamonimus hemia hopia (kehilangan sitengah dari lapang pandang).
b. Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada
pasien hemiplagia kiri ).
c. Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk dengan
piosepsi , kesulitan dalam mengatur stimulus visual , taktil dan auditori.
6. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :
a. Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan disfungsi
tersebut. Mungkin tercermin dalam rentang perhatian terbatas, kesulitan
dalam komperhensi, cepat lupa dan kurang komperhensi.
b. Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan emosional,
bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.
7. Disfungsi kandung kemih :
a. Inkontinansia urinarius transia
b. Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral)
c. Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan ( dapat menunjukkan
kerusakan neurologisekstensif).

D. Patofisologi
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intrakranial
yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan tekanan
intrakranial ( TIK ) yang bila berlanjut akan menyebabkan henniasi otak sehingga
timbul kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edma, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak
ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
E. Pathway
Faktor resiko (merokok, obesitas, DM, hipertensi)

Faktor penyebab (trombosis/ arteriosklerosis,embolisme, hemoragik, pendarahan


intrakranial)

Suplai darah ke otak terganggu

O2 ke otak berkurang

Hipoksia

Perubahan perfusi jaringan


serebral

Iskhemia/ infark Tekanan pada nervus XII


(Hipoglosus)

Kerusakan Perubahan fungsi tubuh,


area sensorik kelemahan otot, gangguan
sensosi

Ketidakseimbanga
Kerusakan n nutrisi kurang
ekstremitas dari kebutuhan
Kerusakan Perubahan tubuh
komunika persepsi
si verbal sensori Lemah

Kerusakan mobilitas Perawatan


fisik diri kurang
F. Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan komplikasi, di antaranya adalah :
1. Kenaikan tekanan darah ( tinggi)
2. Kadar gula darah (tinggi)
3. Gangguan jantung
4. Infeksi / sepsis
5. Gangguan ginjal dan hati
6. Peningkatan TIK

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
b. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler.
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah.

H. Penatalaksanaan
1. Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :
a. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan
aneurisme.
b. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka
pengobatan yang diberikan yaitu :
1) Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi
edema acak dan timbulnya kejang.
2) Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu serta
berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya lisis bekuan
darah atau perdarahan ulang.
c. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)
d. Adapun tindakan medis pasien stroke yang lainnya adalah :
1) Deuretik : untuk menurunkan edema serebral.
2) Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau emboli dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
3) Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit
memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan trombus
dan embolisasi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau coma atau gagal nafas.
b. Infus intravena dengan cairan normasalin 0,9% 20 ml/jam, jangan pakai
cairan hipotonis edema otak.
c. Berikan oksigen 2-4 liter/menit.
d. Pertimbangkan pemberian nutrisi melalui NGT.
e. EKG.
f. Pemeriksaan darah dan urine.
g. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
h. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
berikan oksigen sesuai kebutuhan
i. Tanda-tanda vital usahakan stabil
j. Bed rest
k. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit
l. Kantung kemih yang penuh kosongkan

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
masuk Rumah Sakit, nomor register, diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
5) Riwayat Psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas
emosi dan pikiran klien dan keluarga.
c. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.
3) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus
4) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/ nyeri otot
6) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
8) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas
yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
9) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
10) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
d. Pemeriksaan Fisik:
1) Keadaan umum
i. Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
ii. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
iii. Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
2) Pemeriksaan integument
i. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu
perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3
minggu
ii. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
iii. Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan kepala dan leher
i. Kepala : bentuk normocephalik
ii. Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
iii. Leher : kaku kuduk jarang terjadi.
4) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan
5) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
7) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan neurologi
i. Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
ii. Pemeriksaan motoric
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
iii. Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
iv. Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahuli dengan refleks patologis.
v. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
i. CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang
masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
ii. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami
hemoragik.
iii. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
iv. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan
keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis
pada penderita stroke.
2) Pemeriksaan laboratorium
i. Fungsi lumbal: pemeriksaan likuor yang merah
biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor
masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
ii. Pemeriksaan darah rutin
iii. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat
terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250
mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali.
iv. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan
pada darah itu sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan vasospasme
serebral, perdarahan intracerebral.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kerusakan menelan.
e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik.
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan vasospasme serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi
jaringan efektif.
NOC : Perfusi jaringan
Criteria hasil :
- Warna kulit normal.
- Suhu kulit hangat.
- Kekuatan fungsi otot.
- Tidak ada nyeri pada ekstremitas.
Keterangan skala :
1=Tidak pernah menunjukkan. 4= sering menunjukkan
2=Jarang menunjukkan 5 = selalu menunjukkan
3=kadang menunjukkan
NIC : perawatan sirkulasi
Intervensi
1) Cek nadi perifer pada dorsalis pedis atau tibia posterior.
2) Catat warna kulit dan temperature.
3) Jaga kehangatan.
4) Monitor perdarahan.

Diagnosa II : Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
dapat meningkatkan mobilisasi pada tingkat yang paling tinggi
NOC: Mobility level
Kriteria Hasil:
- Keseimbangan penampilan
- Memposisikan tubuh
- Gerakan otot
- Gerakan sendi
- Ambulansi jalan
- Ambulansi kursi roda
Ket Skala:
1 = Dibantu total
2 = Memerlukan bantuan orang lain dan alat
3 = Memerlukan orang lain
4 = Dapat melakukan sendiri dengan bantuan alat
5 = Mandiri
NIC: Exercise Therapy: Ambulation
1) Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu jalan dan cegah
kecelakaan atau jatuh
2) Tempatkan tempat tidur pada posisi yang mudah dijangkau/diraih pasien.
3) Konsultasikan dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi sesuai
kebutuhan
4) Monitor pasien dalam menggunakan alatbantujalan yang lain
5) Instruksikan pasien/pemberi pelayanan ambulansi tentang teknik
ambulansi.
Diagnosa III : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
sirkulasi serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pasien dapat berkomunikasi secara normal.
NOC :
Kriteria Hasil :
- Gunakan komunikasi dengan menggunakan tulisan tangan.
- Gunakan bicara vokal.
- Gunakan foto dan gambar
- Gunakan kejelasan bicara.
- Gunakan bahasa nonverbal.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Communication Enhancement Speech derisit.
Intervensi :
1) Minta bantuan keluarga yang mengerti tentang pembicaraan pasien.
2) Gunakan kata-kata yang sederhana dan kalimat pendek.
3) Berdiri disamping pasien ketika bicara.
4) Gunakan gerakan isyarat.
5) Berbicara lebih keras di akhir kalimat.
Diagnosa IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mencerna makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
NOC : Nutritional Status
Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Nutrition Management
Intervensi :
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein
4) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
5) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
Diagnosa V : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
- Tidak ada luka / lesi pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Pressure Management
Intervensi :
1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2) Hindari kerutan pada tempat tidur
3) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4) Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
5) Monitor kulit akan adanya kemerahan
6) Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekan
7) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Diagnosa VI : Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan personal hygiene pasien dapat terpenuhi.
NOC : Self care ; activity of daily living
Kriteria Hasil :
- Makan secara mandiri
- Berpakaian terpenuhi
- Mandi terpenuhi
- Kebersihan terjaga
Keterangan Skala :
1 : Ketergantungan
2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Mandiri dengan bantuan alat.
5 : Mandiri sepenuhnya
NIC : Self care assistence
Intervensi :
1) Monitor kebutuhan pasien untuk personal hygiene termasuk makan.
Mandi, berpakaian, toileting.
2) Mandirikan aktivitas rutin untuk perawatan diri.
3) Bantu pasien sampai pasien mampu berdiri.
4) Ajarkan kepada anggota keluarga untuk peningkatan kemandirian.

Daftar Pustaka

Corwin, E.J. 2009. Buku Sku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Harnowo, S. 2007 . Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan.
Jakarta: Widya Medika.
Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Muttaqqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persayarafan. Jakarta : Salemba Medika
Syamsuhidayat, R & Jong,W. 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

You might also like