Professional Documents
Culture Documents
EPISKLERITIS
Disusun oleh:
Aidillah Mayuda
22010117220368
Pembimbing
dr. Riski Prihatningtias, Sp.M
PENDAHULUAN
Sklera merupakan dinding bola mata yang paling keras dengan jaringan
pengikat yang tebal, yang tersusun oleh serat kolagen, jaringan fibrosa dan
proteoglikan dengan berbagai ukuran. Pada anak-anak, sklera lebih tipis dan
menunjukkan sejumlah pigmen, yang tampak sebagai warna biru. Sedangkan pada
dewasa karena terdapatnya deposit lemak, sklera tampak sebagai garis kuning.
Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan
elastik halus, episklera yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk
sklera 1
Episkleritis adalah suatu peradangan pada episklera. Sklera terdiri dari serat-
serat jaringan ikat yang membentuk dinding putih mata yang kuat. Sklera dibungkus
oleh episklera yang merupakan jaringan tipis yang banyak mengandung pembuluh
darah untuk memberi makan sklera. Di bagian depan mata, episklera terbungkus oleh
konjungtiva.2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1. Episkleritis simple. Ini adalah jenis yang paling umum dari episkleritis.
Peradangan biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. Hanya berlangsung selama
sekitar tujuh sampai 10 hari dan akan hilang sepenuhnya setelah dua sampai tiga
minggu. Pasien dapat mengalami serangan dari kondisi tersebut, biasanya setiap
satu sampai tiga bulan. Penyebabnya seringkali tidak diketahui.
2.
Episkleritis nodular. Hal ini sering lebih menyakitkan daripada episkleritis
simple dan berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada satu
bagian mata saja dan mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau benjolan
pada permukaan mata. Ini sering berkaitan dengan kondisi kesehatan, seperti
rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.1
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian pasti tidak diketahui karena banyaknya pasien yang tidak
berobat. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun terdapat laporan 74 % kasus
terjadi pada perempuan dan sering terjadi pada usia dekade 4-5. 1 Pada anak-anak
episkleritis biasanya menghilang dalam 7-10 hari dan jarang rekuren. Pada dewasa,
30 % kasus berhubungan dengan penyakit jaringan ikat penyertanya, penyakit
inflamasi saluran cerna, infeksi herpes, gout, dan vaskulitis. Penyakit sistemik
biasanya jarang pada anak-anak.1
Pada tempat insersi muskuli rekti, tebal sklera sekitar 0,3 mm. Ditempat lain
tebalnya sekitar 0,6. Disekitar nervus opticus, sklera ditembus oleh arteria ciliaris
posterior longus dan brevis, dan nerves ciliaris longus dan brevis. Arteria ciliaris
posterior longus dan nervus ciliaris longus melintas dari nervus optikus ciliare di
sebuah lekukan dangkal pada permukaan dalam sklera di meridian jam 3 dan jam 9.
Sedikit posterior dari ekuator, empat vena vorticosa mengalirkan darah keluar dari
koroid melalui sklera, biasanya satu disetiap kuadran. Sekitar 4 mm di sebelah
posterior limbus, sedikit anterior dari insersi tiap-tiap muskulus rektus, empat arteria
dan vena siliaris anterior menembus sklera. Persarafan sklera berasal dari saraf-saraf
siliaris. 4
Secara histologi, sklera terdiri atas banyak pita padat yang sejajar dan
berkasberkas jaringan kolagen teranyam, yang masing-masing mempunyai tebal 10-
16 πm dan lebar 100- 140 μm. Struktur histologis sklera sangat mirip dengan struktur
kornea. Alasan transparannya kornea dan opaknya sklera adalah deturgesensi relatif
kornea.4
2.4 Etiologi
Hingga sekarang para dokter masih belum dapat mengetahui penyebab pasti
dari episkleritis. Namun, ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang selalu
berhubungan dengan terjadinya episkleritis. Kondisi-kondisi tersebut adalah penyakit
yang mempengaruhi tulang, tulang rawan, tendon atau jaringan ikat lain dari tubuh,
5
seperti:
Rheumatoid arthritis
Ankylosing spondylitis
Lupus (systemic lupus erythematosus)
Inflammatory bowel diseases seperti crohn’s disease and ulcerative colitis
Gout
Bacterial atau viral infection seperti lyme disease, syphilis atau herpes zoster
Beberapa penyakit lain yang kurang umum, penyebab episkleritis termasuk
jenis kanker tertentu, penyakit kulit, gangguan defisiensi imun dan, yang
paling jarang berhubungan adalah gigitan serangga.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi belum diketahui secara pasti namun ditemukan respon inflamasi
yang terlokalisir pada superficial episcleral vascular network, patologinya
menunjukkan inflamasi nongranulomatous dengan dilatasi vascular dan infiltrasi
perivascular. Penyebab tidak diketahui, paling banyak bersifat idiopatik namun
sepertiga kasus berhubungan dengan penyakit sistemik dan reaksi hipersensitivitas
mungkin berperan. Penyakit-penyakit sistemik tertentu misalnya
Collagen vascular disease :Polyarteritis nodosa, seronegativ,
spondyloarthropathies-Ankylosing spondylitis, inflamatory bowel disease,
Reiter syndrome, psoriatic arthritis, artritis rematoid
Infectious disease : Bacteria including tuberculosis, Lyme disease dan
syphilis, viruses termasuk herpes, fungi, parasites.
Miscellaneous : Gout, Atopy, Foreign bodies, Chemicals
Penyebab lain/yang berhubungan (jarang) : T-cell leukemia,
Paraproteinemia, Paraneoplastic syndromes-Sweet syndrome,
dermatomyositis, Wiskott-Aldrich syndrome, Adrenal cortical insufficiency,
Necrobiotic xanthogranuloma, Progressive hemifacial atrophy, Insect bite
granuloma, Malpositioned Jones tube, following transscleral fixation of
posterior chamber intraocular lens. Hubungan yang paling signifikan adalah
dengan hiperurisemia dan gout.
Terdapat dua tipe klinik yaitu simple dan nodular. Tipe yang paling sering
dijumpai adalah simple episcleritis (80%), merupakan penyakit inflamasi
moderate hingga severe yang sering berulang dengan interval 1-3 bulan, terdapat
kemerahan yang bersifat sektoral atau dapat bersifat diffuse (jarang), dan edema
episklera. Tiap serangan berlangsung 7-10 hari dan paling banyak sembuh
spontan dalam 1-2 atau 2-3 minggu. Dapat lebih lama terjadi pada pasien dengan
penyakit sistemik. Pada anak kecil jarang kambuh dan jarang berhubungan
dengan penyakit sistemik. Beberapa pasien melaporkan serangan lebih sering
terjadi saat musim hujan atau semi. Faktor presipitasi jarang ditemukan namun
serangan dapat dihubungkan dengan stress dan perubahan hormonal. Pasien
dengan nodular episcleritis mengalami serangan yang lebih lama, berhubungan
dengan penyakit sistemik (30% kasus, 5% berhubungan dengan artritis rematoid,
7% berhubungan dengan herpes zoster ophthalmicus atau herpes simplex dan 3%
dengan gout atau atopy) dan lebih nyeri dibandingkan tipe simple. Nodular
episcleritis (20%) terlokalisasi pada satu area, membentuk nodul dengan injeksi
sekelilingnya.
1. Daylight
Sklera bisa terlihat merah kebiruan atau keunguan yang difus. Setelah
serangan yang berat dari inflamasi sklera, daerah penipisan sklera dan translusen
juga dapat muncul dan juga terlihat uvea yang gelap. Area hitam, abu-abu dan
coklat yang dikelilingi oleh inflamasi yang aktif yang mengindikasikan adanya
proses nekrotik. Jika jaringan nekrosis berlanjut, area pada sklera bisa menjadi
avaskular yang menghasilkan sekuester putih di tengah yang dikelilingi lingkaran
coklat kehitaman. Proses pengelupasan bisa diganti secara bertahap dengan jaringan
granulasi meninggalkan uvea yang kosong atau lapisan tipis dari konjungtiva.
Ditandai dengan adanya hiperemia lokal sehingga bola mata tampak berwarna
merah muda atau keunguan. Juga terdapat infiltrasi, kongesti, dan edem episklera,
konjungtiva diatasnya dan kapsula tenon di bawahnya.
a. Episkleritis Sederhana Gambaran yang paling sering ditandai dengan
kemerahan sektoral dan gambaran yang lebih jarang adalah kemerahan difus.
Jenis ini biasanya sembuh spontan dalam 1-2 minggu.
b. Episkleritis Noduler Ditandai dengan adanya kemerahan yang terlokalisir,
dengan nodul kongestif dan biasanya sembuh dalam waktu yang lebih lama.
Pemeriksaan dengan Slit Lamp yang tidak menunjukkan peningkatan
permukaan sklera anterior mengindikasikan bahwa sklera tidak
membengkak.
Pada kasus rekuren, lamela sklera superfisial dapat membentuk garis yang
paralel sehinggga menyebabkan sklera tampak lebih translusen.
Gambaran seperti ini jangan disalah diagnosa dengan penipisan sklera.
Pada kasus yang jarang pemeriksaan pada kornea menunjukkan adanya dellen
formation yaitu adanya infiltrat kornea bagian perifer. Pemeriksaan fisik lainnya
adalah adanya uveitis bagian anterior yang didapatkan pada 10 % penderita.
Pemeriksaan visus pada penderita episkleritis tidak menunjukkan penurunan.
Gambar. Episkleritis
2.9 Diagnosis
5
Skleritis,dalam hal ini misalnya noduler episklerits dengan sklerits noduler
.untuk mendeteksi keterlibatan sklera dalam dan membedakannya dengan episkleritis,
konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di bawah sinar matahari
(jangan pencahayaan artifisial) disertai penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin
10% yang menimbulkan konstriksi pleksus vaskular episklera superfisial dan
konjungtiva.9
2.11 Penatalaksanaan
Pasien yang diberi pengobatan dengan air mata artifisial tidak perlu diperiksa
kembali episkleritisnya dalam beberapa minggu, kecuali bila gejala tidak membaik
atau malah makin memburuk. Pasien yang diberi steroid topikal harus diperiksa
setiap mingggunya (termasuk pemeriksaan tekanan intraokular) sampai gejala-
gejalanya hilang. Kemudian frekuensi pemberian steroid topikal ditappering off.
Kepada pasien harus dijelaskan bahwa episkleritis dapat berulang pada mata yang
sama atau pada mata sebelahnya. 8
2.12 Prognosis
2.13 Komplikasi
Sering relaps
Pada kasus yang jarang dapat terjadi skleritis 7
BAB III
PENUTUP
Episkleritis adalah suatu peradangan pada episklera. Sklera terdiri dari serat-
serat jaringan ikat yang membentuk dinding putih mata yang kuat. Sklera dibungkus
oleh episklera yang merupakan jaringan tipis yang banyak mengandung pembuluh
darah untuk memberi makan sklera. Di bagian depan mata, episklera terbungkus oleh
konjungtiva.
Kelainan ini idiopatik pada sebagian besar kasus, namun dalam kasus tertentu
mungkin ada hubungan dengan beberapa penyakit sistemik yang mendasari seperti
rheumatoid arthritis, poliarteritis nodosa, lupus eritematosus sistemik, penyakit
radang usus, sarkoidosis, granulomatosis Wegener, asam urat, herpes zoster atau
sifilis.