You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis pada saat ini semakin pesat. Banyak perusahaan

mulai bersaing guna terus menjaga kelangsungan hidupnya. Untuk bisa tetap

menjaga kelangsungan hidupnya, maka sebuah perusahaan harus mempunyai

tujuan tertentu agar cita-cita tersebut dapat terlaksana baik dalam jangka pendek

ataupun dalam jangka panjang. Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk mencapai

keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan tersebut dapat dicapai jika tata kelola

sebuah perusahaan tersebut dikelola sebaik-baiknya. Baik dalam pengelolaan

modal, pengelolaan aset, pengelolaan mengenai sumber daya manusia, dan lain

sebagainya. Dalam setiap usahanya, perusahaan pasti memiliki target laba tertentu

yang meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai kebijakan ditetapkan untuk

meningkatkan laba, salah satunya dengan peningkatan kinerja. Peningkatan

kinerja dilakukan dengan cara pembenahan permodalan perusahaan untuk

mendukung penguasaan jaringan guna mampu bersaing. Masalah pengelolaan

modal menjadi hal yang sensitif karena modal sendiri merupakan sebuah

komponen wajib yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan, tanpa modal

perusahaan sulit untuk berkembang menjadi besar. Berbicara mengenai modal

tidak terlepas dari utang, karena permodalan sebuah perusahaan tidak sedikit yang

menggunakan utang sebagai bagian di dalamnya. Utang sendiri terbagi atas dua

jenis, yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Keduanya membentuk

struktur utang yang aka dipergunakan oleh perusahaan untuk menjalankan

1
usahanya baik untuk operasional ataupun untuk berinvestasi. Penggunaan utang

sebagai modal usaha memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Maryono

(2014:87), kelebihan penggunaan utang diperoleh dari pajak dan disiplin manajer

(kewajiban membayar utang menyebabkan disiplin manajemen). Tingginya utang

akan menurunkan tingkat pajak sehingga perusahaan diuntungkan dengan hal

tersebut. Sedangkan kerugian penggunaan utang berhubungan dengan timbulnya

biaya keagenan dan biaya kepailitan.

Dalam menilai baik buruknya kondisi perusahaan, dapat menerapkan

sistem indikator kinerja. Kinerja perusahaan menggambarkan kondisi keuangan

suatu perusahaan yang dapat dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan. Dengan

demikian kinerja perusahaan selain untuk mengetahui keadaan keuangan suatu

perusahaan, juga mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Munawir

(2010:92) berpendapat tujuan penilaian kinerja perusahaan adalah Untuk

mengetahui tingkat likuiditas, untuk mengetahui tingkat solvabilitas, untuk

mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, dan untuk mengetahui tingkat

stabilitas usaha.

Sistem indikator kinerja merupakan seperangkat alat atau bagaian-

bagian ataupun komponen-komponen /prosedur-prosedur yang bekerja sama

secara harmonis dalam menghasilkan informasi. Informasi yang dimaksud adalah

informasi keuangan. Informasi keuangan merupakan informasi yang dihasilkan

dari proses akuntansi. Proses akuntansi ini dimulai dari transaksi organisasi

perusahaan, jurnal, posting ke buku besar hingga menjadi laporan keuangan. Hal

ini pada umumnya dirancang ke dalam sistem informasi akuntansi yang pada

2
akhirnya menghasilkan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan dari

sistem informasi akuntansi tersebut meliputi : laporan laba rugi, neraca,

laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan,

(SAK, 2004 :312).

Laporan keuangan ini merupakan keberhasilan suatu organisasi yang

diukur dari sisi uang (Kinerja keuangan). Kinerja keuangan ini merupakan suatu

ukuran dalam menilai kinerja manajemen dalam mengendalikan perusahaannya.

Dalam hal ini perusahaan tersebut yaitu PT Tiur Jaya Palembang. Laporan

keuangannya seperti tabel berikut ini :

Tabel 1.1
Perkembangan Kinerja Keuangan PT Tiur Jaya Palembang
Per 31 Desember 2010-2014
(Dalam Jutaan Rupiah)

31 Des 31 Des 31 Des 31 Des 31 Des


2010 2011 2012 2013 2014
Pendapatan 238.576 342.450 578.472 708.945 546.514
HPP Usaha 154.775 177.217 368.507 49l.958 457.910
LabaKotor 100.801 130.233 209.964 216.986 88.604
Biaya 40.326 47.512 42.583 59.806 67.616
Usaha
Laba 93.475 117.720 167.381 157.180 20.987
Usaha
Pend & -42.540 -40.051 -55.517 -70.444 24.700
Biaya
Lainnya
Laba 50.934 77.668 11l.863 86.735 45.687
sebelum
Pajak
Aktiva 445.222 478.980 568.358 768.140 79l.320
Hutang 357.132 359.938 40l.578 596.588 596.736
Equitas 188.090 219.042 266.780 27l.552 294.583
ROE (%) 15,35 25,88 38,01 18,46 8,75
ROI (%) 9,67 14,63 18,33 10,71 5,59
Sumber : PT Tiur Jaya Palembang

3
Memperhatikan tabel tersebut diatas, nampak secara keseluruhan selama

kurun waktu 2010-2014 beberapa indikator menunjukkan kinerja yang baik, akan

tetapi tahun 2011-2014 terdapat kecenderungan penurunan kinerja keuangan

dari aspek Profitabilitas/rentabilitas, hal ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2012

ROE 38,01, tahun 2013 menjadi 18,46, dan secara signifikan tahun 2014 turun

menjadi 8,75. Adanya kecenderungan penurunan kinerja keuangan, terutama

terjadinya penurunan laba selama kurun waktu 5 tahun hal ini terlihat terutama

pada tahun 2011-2014, tentunya disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor

internal perusahaan, maupun eksternal perusahaan. Eksistensi perusahaan di

tengah masyarakat , termasuk PT Tiur Jaya Palembang sejalan dengan sukses

tidaknya perusahaan tersebut dalam mengelola operasi perusahaan ditunjukkan

dengan indikator keberhasilan dan sumbangan maksimum yang diberikan oleh

perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat umumnya dan

karyawan serta pemilik perusahaan pada khususnya.

Hal ini menunjukkan bahwa sukses perusahaan dapat diukur dari

suksesnya memproduksi barang dan jasa sehingga barang dan jasa yang

diproduksi pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil operasi perusahaan

tersebut. Terdapat banyak kriteria yang dapat digunakan sebagai variabel

penilaian hasil operasi perusahaan diantaranya perubahan volume dan omzet

penjualan, tingkat laba kotor, laba bersih. Akan tetapi kriteria tersebut tidak

terlepas dari besar kecilnya jumlah investasi dan sumber permodalan yang

digunakan untuk merealisasikan laba tersebut. Menurut Harnanto (2001 :302),

bahwa struktur Relmodalan perusahaan berbeda disebabkan oleh perbedaan

4
karakteristik di antara tiap-tiap sumber atau jenis permodalan tersebut. Perbedaan

karakteristik di antara tiap-tiap jenis atau sumber permodalan itu, secara umum

mempunyai akibat atau pengaruh pada dua aspek penting di dalam kehidupan

setiap perusahaan, yaitu : 1) terhadap kemampuannya untuk menghasilkan laba,

dan 2) terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali

hutang/kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Hal ini berarti bahwa jumlah

komposisi aktiva, dan sumber permodalan yang digunakan (Modal sendiri dan

Hutang Jangka Panjang) merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi perusahaan yang salah satu indikatornya adalah perolehan

pendapataan/Laba.

Berdasarkan pada pernyataan di atas, maka dipahami bahwa pengukuran

kinerja keuangan perlu mempertimbangkan adanya tahapan siklus kehidupan

bisnis yaitu pertumbuhan (growth), bertahan (sustain), dan memanen (harvest).

Pada setiap tahapan siklus kehidupan tersebut memiliki sasaran dan nilai investasi

yang berbeda, sehingga penekanan pengukuran yang dilakukan akan berbeda pula.

Dalam kegiatan operasi perusahaan, hutang jangka panjang merupakan salah satu

sumber permodalan yang mengandung resiko, karena memiliki komitmen untuk

melakukan pembayaran sesuai jumlah yang disepakati, meski perusahaan dalam

keadaan rugi sekalipun, sehingga hutang dapat saja menanggung resiko melebihi

jumlah modal sendiri bisa dikatakan bahwa semakin besar proporsi hutang di

dalam struktur permodalan perusahaan, akan semakin besar pula kemungkinan

terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang beserta bunganya

pada tanggal jatuh temponya. Pernyataan tersebut bagi para kreditur berarti bahwa

5
kemungkinan turut sertanya dana yang mereka tanamkan di dalam perusahaan,

untuk dipertaruhkan pada resiko kerugian juga semakin besar. Sedangkan bagi

para pemilik khususnya pemegang saham biasa, adanya hutang di dalam

perusahaan merupakan pula suatu resiko tersendiri terhadap kemungkinan fugi

yang dihadapi dari dana yang mereka tanamkan. Tetapi resiko itu juga diimbangi

adanya harapan untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi

(rentabilitas) sebagai akibat penggunaan modal asing. Akan tetapi perlu diingat

bahwa proporsi hutang/modal asing yang berlebihan akan berakibat pada

fleksibilitas manajemen untuk beralih pada aktivitas yang profitable akan tertutup

dan menghadapi banyak hambatan/rintangan.

Bagi manajemen operating investment (assets), meliputi seluruh mesin

dan alat- alat pabrik dan lain-lain equipment serta modal kerja yang ditempatkan

untuk dikelola atau dioperasikan dalam usaha perusahaan untuk menghasilkan

laba. Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pada sudut pandang

operasional investasi, aktiva tetap adalah merupakan salah satu unsur penting

yang perlu menjadi fokus perhatian bagi perusahaan dalam kegiatan

operasionalnya dalam kaitannya dengan menghasilkan pendapatan/laba.

Disamping itu untuk tujuan pemeliharaan kondisi aktiva tetap baik berwujud

maupun tidak berwujud tetap dalam kondisi produktif bagi perusahaan diperlukan

adanya depresiasi dan amortisasi sebagai proses alokasi harga perolehan aktiva

tetap tersebut.

6
Melihat kondisi ini peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

judul : “Analisis Pengaruh Asset Dan Hutang Jangka Panjang Terhadap

Kinerja Keuangan Pada PT Tiur Jaya Palembang”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka

perumusan masalah pada perusahaan ini adalah :

1. Berapa besar pengaruh asset dan hutang jangka panjang secara

berasama-sama terhadap kinerja keuangan pada PT Tiur Jaya Palembang?

2. Berapa besar pengaruh Asset terhadap kinerja keuangan pada PT Tiur

Jaya Palembang?

3. Berapa besar pengaruh Hutang jangka panjang terhadap kinerja keuangan

pada PT Tiur Jaya Palembang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan :

1. Pengaruh asset dan hutang jangka panjang secara bersama terhadap

kinerja keuangan pada PT Tiur Jaya Palembang.

2. Pengaruh asset terhadap kinerja keuangan pada PT Tiur Jaya

Palembang.

3. Pengaruh hutang jangka panjang terhadap kinerja keuangan pada PT Tiur

Jaya Palembang.

7
1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah :

1.4.1. Manfaat Praktis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai

Analisis Pengaruh Asset Dan Hutang Jangka Panjang Terhadap Kinerja

Keuangan perusahaan.

1.4.2. Manfaat Akademik

Yaitu untuk menambah referensi kepustakaan tentang Analisis Pengaruh

Asset Dan Hutang Jangka Panjang Terhadap Kinerja Keuangan

perusahaan serta sebagai bahan acuan penulis dalam menyusun karya

ilmiah di masa yang akan datang.

You might also like