You are on page 1of 12

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan masalah kesehatan disuluh dunia. Di amerika serikat (AS) satu diantara
tiga orang menderita kanker, dan kanker sebagai penyebab kematian nomor dua setelah penyakit
jantung. Setap tahun terdapat sekitar 6-7 juta penderita baru dan 50% dari penderita tersebut berasal
dari negara-negara berkembang.

Di eropa dan AS, kanker paru merupakan keganasan yang paling sering dijumpai pada laki-
laki, sedangkan pada wanita kanker paru menduduki urutan ketiga setelah kanker payudara dan
kanker usus besar. Demikian pula di Indonesia kanker paru sering didapatkan. Di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada tahun 1974-1978 kanker paru menduduki urutan kelima dari seluruh kasus kanker
yang dirawat, bahkan pada penderita pria, kanker paru menduduki urutan kedua setelah kanker hati.

Dari tahun ke tahun, data statistik di berbagai negara meunjukkan angka kejadian kanker paru
cenderung meningkat. Diperkirakan pada tahun 2000 akan terdapat tambahan kasus kanker paru
sebnayak 1,5 juta pertahun akibat penggunaan tembakau. Demikian pula di Indonesia kanker paru
cenderung meningkat. Data tengah tahun 1984 di RSUD Dr.Soetomo mrnunjukkan kanker paru telah
telah meningkat pada tahun 1974-1978 kanker paru menduduki urutan kedua.

Kanker paru sering ditemukan setelah stadium lanjut, kebanyakan peneliti mendapatkan
stadium I-II hanya 10-15% selebihnya sudah mencapai stadium IIIa atau lebih. Di tokyo medical
college sampai juli 1987 angka kejadian kanker paru yang ditemuka pada stadium dini hanya4,7%
dari keseluruhan kasus paru yang dijumpai.

Untuk menigkatkan temuan kanker paru pada stadium dini, perlu dilakukan tindakan deteksi
dini melalui penyaringan pada kelompok resiko tinggi. Hasil terapi dan prognosis kanker paru
bertambah baik bila dapat dideteksi pada stadium dini. Tetapi kebanyakan penderita datang dalam
keadaan terlambat.

Umur harapan hidup 5 tahun pada kanker paru masih terlokalisasi 42% sedang bila
bermetastase menurun menjadi 5%, dan rata-rata pada semua stadium. Pada penderita kanker paru
yang datang berobat dapat untuk mendapat diagnosa histologi atau sitologinya, perlu dilakukan
langkah-langkah diagnostik. Diagnosa histologi ini sangat penting untuk menentukan modalitas terapi
yang akan diberikan pada penderita.
Pada penderita yang datang pada stadium lanjut umumnya datang dengan berbagai keluhan
atau penyakit.meskipun kankernya sendiri tidak dapat disembuhkan, namun mereka datang dengan
harapan akan sembuh.

Dalam keadaan stadium yang terlambat yang disertai pengharapan ingin sembuh dan
dilengkapi dengan keluhan yang bermacam-macam, seorang dokter tidak boleh putus asa serta lepas
tangan untuk membiarkan penderita tetap dalam penderitaannya. Dokter tetap harus memberikan
perolongan pada penderita dan keluarganya.

Perawatan dan pengobatan yang diberikan pada penderita kanker paru stadium lanjut bereda
dengan stadium dini. Pada penderita kanker paru stadium dini pengobatan berupa terapi kuratif,
sedang pada penderita knaker stadium lanjut terapi yang diberikan menganut kaidah-kaidah terapi
palliatif. Perawatan dan pengobatan yang dibrikan pada penderita kanker stadium lanjut disebut
palliative care atau supportive care.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kanker paru-paru?

2. Apa etiologi dan faktor resiko?

4. Manifestasi klinis

5. Pemeriksaan diagnostik

6. Patofisiologi

7. Klasifikasi

8. Pengobatan

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk Mengetahui epidemiologi dari Ca. Paru


2. Untuk Mengetahui definisi Ca. Paru
3. Untuk mengetahui etiologi dari ca paru
4. Untuk mengetahui gejala dari ca paru
5. Untuk mengetahui pathogenesis dari ca paru
6. Untuk mengetahui pencegahan dari ca paru
7. Untuk mengetahui bentuk pengendalian dari ca paru
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kanker
Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Amerika Serikat.Merokok dan
memakai produk tembakau adalah penyebab utamanya. Kanker ini paling banyak menyerang orang
berusia 55-65 tahun.Seorang perokok dan orang-orang yang sering menghirup polusi seperti pekerja
pabrik tekstil memiliki risiko besar terkena kanker paru-paru. Risiko kanker paru-paru meningkat
seiring dengan waktu dan jumlah rokok yang telah dihabiskan.
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan
neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel - sel baru secara
abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian
sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Menurut National Cancer Institute(2009) ,

Kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel - sel membelah secara abnormal tanpa
kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut metastasis. Metastasis
merupakan penyebab utama ke matian akibat kanker (WHO, 2009)
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001)
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal
dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. Paru
merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru
dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small
Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar ).

2.2 Epidemiologi

Kanker paru merupakan penyakit yang banyak dijumpai dan menjadi masalah kesehatan di
dunia. Dengan bertambahnya usia harapan hidup dan baiknya sarana diagnosa kanker paru, maka
insiden kanker paru meningkat. Di eropa dan AS, kanker paru merupakan keganansan yang paling
sering dijumpai pada laki-laki, sedangkan pada wanita kanker paru menduduki urutan ketiga setelah
kanker payudara dan kanker usus besar.

Kanker paru juga menjadi penyebab kematian yang tinggi. Di AS pada tahun 1990
diperkirakan 102.000 laki-laki dan 55.000 wanita menderita kanker paru serta 142.000 kematian
terjadi dengan penyebab kanker paru. Mayo lung proyect mendapatkan kematian akibat kankeer pada
orang beresiko tinggi terhadap kanker paru. Dengan pemeriksaan sitologi sputum dsn X-foto dada
setiap 4 bulan didapat angka 3,1 per 1000 orang tiap tahun.

Survai epidemiologi kanker paru pada umumnya melaporkan bahwa kurang lebih 90% kasus
kanker paru didapatkan pada penderita berusia diatas 40 tahun. Di AS penderita yang berusia diatas
40 yahun 90%, sedangkan di Indonesia didapatkan angka sebagai berikut: Bali 80%, medan 84%,
Surabaya 84,2%.

Kemungkinan seseorang untuk mendapat kanker paru pada pria dimulai pada uia 40 ytahun,
dan meningkat samapi pada mencapai puncaknya pada usia 75 tahun, dengan rata-rata 470 penderita
tiap 100.000 penduduk. Pada wanita insiden lebih kecil tetapi mengikuti pola yang sma, mulai
meningkat pada usia 40 tahun dan mencapai puncaknya dengan rata-rata 155 penderita 100.000 pada
usia 70 tahun.

Perbandigan kasus pria dan wanita adalah 5:1. Di AS 70,6 : 14,4 per 100.000 penduduk,
sedang di RSUD Dr.Soetomo Surabaya 39 : 8. Faktor resiko yang besar untuk terjadinya kanker
apru sampai saat ini adalah pemakai tembakau, dimana lebih dari 80% kanker paru ditemukan pada
perokok dan insidennya sekitar 10 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok.

Laporan epidemiologi dalam hal risiko dikaitkan dengan jumlah, lama, serta cara merokok.
Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap, serta semakin lama merokoknya, dan semakin dalam
cara menghisap rokok akan semakin besar risiko terjadinya kanker paru. Angka kematian karena
kanker paru antara negara satu dengan negara yang lain berneda. Hal ini berhubungan dengan
kebiasaan merokok di negara tersebut 20 tahun sebelumnya. Sebagai contoh angka kematian kanker
paru per 100.000 penduduk pria usia 45 tahun atau lebih pada tahun 1972, di Sri Lanka 4, Mesir 7,
Taiwan 47, Jepang 75, Australia 184, AS 194, Belanda 281, dan Inggris 310. Angka kematian
kanker paru di Inggris tinggi, hal ini sesuai dengan banyaknya konsumsi rokok di Inggris.

2.3 Etiologi

1. Merokok

Merokok diestimasikan 90% menyebabkan kanker paru-paru pada pria, dan sekitar 70% pada
wanita. Di negara-negara industri, sekitar 56% - 80% merokok menyebabkan penyakit pernafasan
kronis dan sekitar 22% penyakit kardiovaskular. Indonesia menduduki peringkat ke-4 jumlah
perokok terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 141 juta orang. Diperkirakan, konsumsi rokok
Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar batang rokok. Akibatnya adalah kematian sebanyak 5
juta orang pertahunnya (Gondidoputra, 2007).
Kasus kanker paru baik di Amerika ataupun negara-negara industri lainnya sekitar 90%
berhubungan dengan merokok. Data RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan bahwa 24,5%
perempuan dan 83,6% pria pasien kanker paru adalah perokok (Murray, 2010).

a. Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia, banyak yang telah diidentifikasi sebagai
penyebab kanker.

b. Orang yang merokok lebih dari satu pak rokok per hari memiliki 20-25 kali lebih besar risiko
terkena kanker paru-paru daripada orang yang tidak pernah merokok.

c Setelah seseorang berhenti merokok, risiko nya untuk kanker paru-paru berkurang secara
bertahap. Sekitar 15 tahun setelah berhenti, risiko untuk kanker paru-paru menurun dengan
tingkat seseorang yang tidak pernah merokok.

d. Cigar dan merokok pipa meningkatkan risiko kanker paru-paru, tetapi tidak sebanyak merokok.
Sekitar 90% kanker paru-paru timbul akibat penggunaan tembakau. Risiko kanker paru-paru
berkembang adalah berkaitan dengan faktor-faktor berikut: Jumlah rokok yang diisap, Usia di
mana seseorang mulai merokok, Berapa lama seseorang merokok (atau pernah merokok
sebelum keluar).

Penyebab lain kanker paru termasuk sebagai berikut:

1) Merokok pasif, atau asap bekas, menyajikan lain risiko untuk kanker paru-paru. Sebuah
kematian diperkirakan 3.000 kanker paru-paru terjadi setiap tahun di Amerika Serikat yang
dapat diatribusikan pada perokok pasif.
2) Sebagian besar karsinogen dalam asap tembakau (rokok) ditemukan pada fase tar seperti PAH
dan fenol aromatik Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru – paru.
Kadar tar dalam tembakau antara 0.5-35 mg/ batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen
yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru (Gondodiputro, 2007).
2. Polusi udara
Polusi dari kendaraan bermotor, pabrik, dan sumber lain mungkin meningkatkan risiko kanker
paru-paru. Gas yang paling berbahaya bagi paru-paru adalah SO2 dan NO2. Kalau unsur ini diisap,
maka berbagai keluhan di paru-paru akan timbul dengan nama CNSRD (chronic non spesific
respiratory disease) seperti asma dan bronkhitis (Aditama, 1992). Kenaikan konsentrasi gas SO2
dan NO2 dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi paru
a. Pengaruh pencemaran akibat oksida sulfur adalah meningkatnya tingkat morbiditas, insidensi
penyakit pernapasan, seperti bronchitis, emphysema dan penurunan kesehatan umum.
Konsentrasi SO2 0,04 ppm dengan partikulat 169 µg/m3 menimbulkan peningkatan yang tinggi
dalam kematian akibat bronchitis dan kanker paru-paru (Soedomo, 1999).
b. Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu terganggunya sistem pernapasan dan dapat menjadi
emfisema, bila kondisinya kronis dapat berpotensi menjadi bronkhitis serta akan terjadi
penimbunan NO2 dan dapat merupakan sumber karsinogenik (Sunu, 2001).
3. Akibat Kerja
a. Pemaparan asbes meningkatkan resiko kanker paru-paru sembilan kali. Kombinasi dari paparan
asbes dan merokok meningkatkan resiko untuk sebanyak 50 kali. Kanker lain dikenal sebagai
mesothelioma (suatu jenis kanker pada lapisan rongga dada yang disebut pleura atau lapisan
rongga perut disebut peritoneum) juga sangat terkait dengan paparan asbes.
b. Pekerjaan tertentu dimana paparan arsenik,, kromium nikel, hidrokarbon aromatik, dan eter
terjadi dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
c. Penyakit Paru Kerja Akibat Pajanan Cat Semprot. Cat semprot mengubah substansi menjadi
aerosol, yaitu kumpulan partikel halus berupa cair atau padat, sehingga karena ukurannya yang
kecil akan mudah terhisap, selanjutnya merupakan pajanan potensial khususnya terhadap
kesehatan paru. Pigmen dalam cat berguna untuk mewarnai dan meningkatkan ketahanan cat.
Banyak jenis pigmen merupakan bahan berbahaya yaitu Chromium dan Cadmium Memberikan
warna hijau, kuning, dan oranye dapat menyebabkan kanker paru dan iritasi kulit, hidung, dan
saluran nafas atas (Wahyuningsih, 2003).
4. Penyakit Paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis (TBC) dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), juga
membuat risiko untuk kanker paru-paru. Seseorang dengan PPOK memiliki risiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru-paru bahkan ketika pengaruh merokok dikecualikan.
5. Iradiasi
a. Radon pose eksposur risiko lain merupakan produk sampingan dari radium alami, yang
merupakan produk uranium. Radon berada di udara indoor dan outdoor.
b. Risiko kanker paru meningkat dengan paparan jangka panjang yang signifikan untuk radon,
meskipun tidak ada yang tahu risiko yang tepat. Diperkirakan kematian akibat kanker paru-paru
timbul gas radon, atau sekitar 21.000 kematian paru-paru terkait kanker setiap tahun di US
Radon gas adalah penyebab utama kedua kanker paru-paru di Amerika Serikat setelah
merokok. Seperti dengan paparan asbes, merokok sangat meningkatkan resiko kanker paru-paru
dengan paparan radon.
c. Seseorang yang telah menderita kanker paru-paru lebih mungkin mengembangkan kanker paru-
paru detik dibanding rata-rata orang adalah untuk mengembangkan kanker paru-paru terlebih
dahulu.
6. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen
b. Tumor suppressor gene
c. Gene encoding enzyme (Adisani, 2008).
7. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan
tingginya resiko terkena kanker paru (Suyono, 2001).

2.3 Patofisiologi

2.4 Manifestasi klinis

Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang disebab
kan oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan dengan
merokok. Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sebagai
titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.Batuk
yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan terhadap kanker paru.

Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons terhadap
infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada kenyataannya, kanker paru
harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas berulang yang tidak
sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering ditemukan dengan metastasis ke
tulang.Jika dilihat dari manifestasi klinisnya, dapat dikategorikan menjadi gejala intrapulmonal
intratorakal, gejala ekstrapulmonal intratorakal, gejala ekstrato rakal non metastasis dan gejala
ekstratorakal metastasis

1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)


Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan atautanpa produksi sputum. Produksi
sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar atau disebut
bronchoalveolar cell carcinoma. Hemoptisis atau disebut batuk darah merupakan gejala pada
hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi
tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau mediastinum.
Susah bernafas ( dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker
paru. Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif
dalam saluran nafas. Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor
bronkial obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat.
2. Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal
Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasi atau ekstensi kanker paru ke struktur atau
organ sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh keterlibatan pleura atau
perikardial. Efusi pleura dapat menyebabkan sesak nafas, dan efusi perikardial dapat
menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus atas kanan atau kelenjar mediastinum
dapat menginvasi atau menyebabkan kompresi vena kava superior dari eksternal. Dengan
demikian pasien tersebut akan menunjukkan suatu sindroma vena kava superior, yaitu nyeri
kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor
apeks dapat meluas dan melibatkan cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma
Horner, melibatkan pleksus brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi
dari otot-otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus la ringeus rekurens
yang berjalan di atas arcus aorta da n menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri.
Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat menyebabkan kompresi
esophagus dan akhirnya disfagia.
3. Manifestasi Ekstrato rakal Non Metastasis
Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik. Biasanya hal ini
terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan karena zat hormon atau peptida yang dihasilkan
oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri
abdomen, confusion , atau gejala yang lebih spesifik seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi
hormon lebih sering terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel menunjukkan karakter istik
neuro-endokrin. Peptida yang disekresi berupa adrenocorticotrophic hormone (ACTH),
antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin da n hormon paratiroid. Walaupun kadar
peptide-peptida ini tinggi pada pasi en-pasien kanker paru, namun hanya sekitar 5% pasien yang
menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh (clubbing finger ) dan hypertrophic pulmonary
osteo-arthropathy (HPOA) juga termasuk manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati
perifer dan sindroma neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan
dengan kanker paru.
4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Penurunan berat badan >20% dari berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya) sering
mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar sering mengeluhkan
penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke kelenjar adrenal, tulang,
otak, dan kulit. Keterlibatan organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local. Metastasis ke tulang
dapat terjadi ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus,
dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi,
seperti confusion , perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar geta h bening supraklavikular
dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin dalam
mengevaluasi pasien kanker paru.
2.5 Pengobatan atau Terapi
Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan cara-cara :
1. Pembedahan
Pembedahan dengan membuang satu bagian dari paru - paru kadang melebihi dari tempat
ditemukannya tumor dan membuang semua kelenjar getah bening yang terkena kanker.
Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk kanker yang belum menyebar hingga ke
jaringan lain di luar paru-paru. Pembedahan biasanya hanya merupakan salah satu pilihan
tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru-paru hingga stadium III
A. Beberapa jenis pembedahan yang mungkin digunakan untuk mengobati NSCLC Non
Small Cell Lung Cancer, antara lain:
a. Pneumonectomy : seluruh paru-paru (kiri atau kanan) diangkat pada operasi ini
b. Lobektomi : lobus paru-paru diangkat dalam operasi ini
c. Segmentectomy (reseksi baji): bagian dari suatu lobus diangkat dalam operasi ini
Tindakan pembedahan memiliki angka kegagalan (death rate) sekitar 4,4% yang
tergantung juga pada fungsi paru-paru pasien dan risiko lainnya. Kadang pada kasus kanker
paru stadium lanjut dimana banyaknya cairan terkumpul pada rongga dada (pleural
effusion), dokter perlu membuat suatu lubang kecil pada dada untuk mengeluarkan cairan.
Efek samping pembedahan yang mungkin timbul sesudah operasi, antara lain bronchitis
kronis (terutama pada mantan perokok aktif).
2. Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X
Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan kankernya (dilakukan
sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi juga dapat digunakan untuk
meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan menelan. Seringkali dilakukan
terapi Fotodinamik (PDT) untuk mengobati kanker paruparu yang dapat dioperasi. Dan
berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat pada pemeriksaan X-
ray dada. Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan
kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan kesulitan
bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi pada kanker paru yang telah
menyebar ke otak biasanya menjadi serius setelah 1 atau 2 tahun pengobatan, yang
mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah dengan pemikiran, dan kurang gairah
seksual.
1. Kemoterapi
Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena tindakan
pembedahan biasanya tidak berpengaruh besar terhadap survival (kelangsungan
hidup).Kemoterapi primer biasanya juga diberikan pada kasus NSCLC yang sudah
bermetastasis (menyebar). Penggunaan kombinasi antara obat-obatan dan kemoterapi
tergantung pada jenis tumor yang diderita pasien.
2. Meminum obat oral dengan efek samping tertentu yang bertujuan untuk memperpanjang
harapan hidup penderita.
3. Pengobatan lain
Pengobatan lain yang dapat dilakukan kepada penderita kanker paru adalah
Imunoterapi, Hormonoterapi dan Terapi Gen. Namun untuk pengobatan ini masih dalam
tahap uji coba dan belum dipakai secara luas di Indonesia.
 Rehabilitasi
Penderita kanker yang menjadi cacat karena komplikasi penyakitnya atau karena
pengobatan kanker, perlu direhabilitasi untuk mengembalikan bentuk dan/atau fungsi
organ yang cacat itu supaya penderita dapat hidup dengan layak dan wajar di masyarakat.
Ada bermacam-macam rehabilitasi yang perlu dilakukan seperti rehabilitasi mental,
rehabilitasi pekerjaan, rehabilitasi sosial dan lain-lain (Sukardja, 2000).
a. Rehabilitasi mental
Penderita kanker paru yang mengetahui dirinya mengidap kanker dapat menjadi stres
dan merasa ia cepat mati dalam keadaan yang menyedihkan, ia juga merasa dirinya tidak
berguna lagi untuk hidup yang hanya memberatkan beban keluarganya. Depresi mental
yang dihadapi penderita kanker dan juga keluarganya umumnya disebabkan kurang
pengertiannya terhadap kanker atau karena salah persepsi akan penyakit kanker paru itu.
Untuk mengatasi depresi mental itu, perlu penderita dan atau kelurganya diberi
bimbingan mental dan penyuluhan tentang penyakit kanker itu. Kalau perlu dengan
bantuan seorang psikolog, ahli agama, atau tokoh masyarakat. Penderita perlu diketahui
bahwa sebenarnya penyakit kanker dapat disembuhkan asal saja dapat diobati pada
stadium dini. Bila tidak dapat disembuhkan lagi perlu pula diberitahu bagaimana
sebaiknya ia hidup dengan kanker, dan diajar bagaimana menyesuaikan kehidupan
dirinya dengan penyakit kanker yang dideritanya dan kenyataan yang dihadapinya.
b. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi penting agar penderita setelah pulang dari rumah sakit dapat hidup
kembali secara normal di masyarakat, dapat hidup mandiri di lingkungan keluarga dan
masyarakat secara wajar. Masyarakat juga perlu dipersiapkan agar dapat menerima
penderita.
c. Rehabilitasi Pekerjaan
Setelah penderita pulang dari rumah sakit dan terbebas dari penyakit kanker yang
dideritanya, diharapkan dapat bekerja lagi di masyarakat dengan normal seperti
sediakala. Bila tidak mungkin dapat lagi bekerja seperti sedia kala, penderita diberi
bimbingan dan latihan kerja (vocational training), supaya dapat bekerja dengan
pekerjaan lain sesuai dengan keadaan fisik dan mentalnya (Sukardja, 2000).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

You might also like