You are on page 1of 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Terima kasih penyusun ucapkan pada dosen pembimbing mata kuliah
Komunitas 1 yang telah membimbing penyusun dalam pembuatan makalah yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Mioma Uteri” .
Tidak lupa juga penyusun ucapkan pada teman – teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari makalah ini tidak lepas dari sempurna, untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk
kesempurnaan makalah – makalah berikutnya. Semoga makalah yang kami buat ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat.

Makassar, Januari 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Myoma kadang-kadang disebut juga fibroid atau lemiomata adalah tumor
jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor itu mengandung sejumlah
jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terdiri dari sel-sel otot polos yang telah
mengalami degenerasi. Umumnya fibroid ditemukan dalam dekade ke empat atau
kelima dari kehidupan.
Myoma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertil,
bisa terjadi sebagai akibat keguguran spontan, berulang atau tertutupnya bagian
tuba yang berbeda di dalam rahim. Komplikasi kehamilan bias berbentuk
persalinan premature, abortus, solutio plasenta dan distocia fibroid bias tumbuh
cepat dalam masa hamil dan mengalami infark. Sebuah fibroid yang mengalami
infark dapat menimbulkan rasa nyeri dan bias merupakan sebuah komplikasi
kehamilan yang sangat sulit menanganinya.
Berdasarkan otopsi norax menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
memiliki sarang myoma. Myoma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum
menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% myoma yang masih tumbuh.
Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat.
Adapun dampak bila myoma uteri tidak diangkat yaitu terjadi pertumbuhan
leimiosarkoma, nekrosis, dan infeksi. Untuk mencegah agar tidak terjadi dampak-
dampak yang lebih parah, maka ada beberapa cara pengobatan yang dapat
dilakukan, diantaranya adalah terapi operatif yaitu dengan histerektomi total
abdominal.
Histerektomi total abdominal dengan atau tanpa salphingektomi adalah salah
satu operasi ginekologi yang paling sering dilakukan sehingga hal ini menjadi
salah satu tindakan standar bagi ahli bedah ginekologi yang berpraktek. Meskipun
klien telah mengalami pembedahan bukan bebrarti masalah sudah teratasi, tapi
akan timbul dampak-dampak akibat pembedahan antara lain perubahan siklus
hormone, menopause dini, timbul masalah coitus, peningkatan insien
osteoporosis, adanya nyeri, lebih lama dalam mendapatkan kembali fungsi usus,
kesulitan miksi. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang tepat untuk
mengurangi rasa sakit pada klien, mencegah komplikasisetelah operasi dan
menolong penyembuhan dalam fungsi-fungsi yang normal.
Perawat sebagai bagian dari integral dari pelayanan kesehatan memiliki
peranan yang besar dalam proses penyembuhan penderita. Sehingga perawat
harus mampu melakukan asuhan keperawatan yang benar pada pasien myoma
uteri.
Tumor merupakan salah satu penyakit yang diikuti oleh wanita, sehingga
masalah yang muncul pada klien myoma uteri ini tidak hanya masalah fisik tetapi
juga terkait dengan masalah psikososial. Masalah fisik umumnya menyangkut
nyeri, perdarahan dan masalah psikkososial mencakup cemas, gangguan body
image dan proses kehilangan.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti seminar ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Mengetahi definisi tentang myoma uteri
2. Mengetahi etiologi myoma uteri
3. Mengetahui manifestasi klinik dari myoma uteri
4. Mengetahui komplikasi myoma uteri
5. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan myoma uteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot uterus
yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma, leiomioma ataupun fibroid.(Wiknjosastro, 1999). Myoma uteri
adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga dalam bentuk padat
karena jaringan ikatnya dominant dan lunak serta otot rahimnya dominant.
(Manuaba, 1998).
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel polos. Tumor ini
mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari sel-
sel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam
uteri.(www.medicastore.com). Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal
dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua
tempat asal myoma uteri yaitu servik uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik
uteri hanya ditemukan dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% myoma uteri
banyak di terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun
keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum
menarche.(Prawirohardjo, Sarwono, 1994).
B. ETIOLOGI
Etiologi dari myoma uteri belum jelas, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot
yang belum matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting,
tetapi dengan teori ini sukar diterapkan apa sebabnya pada seorang wanita
estrogen dan menyebabkan myoma, sedangkan pada wanita lain tidak. Padahal
kita ketahui bahwa estrogen dihasilkan oleh semua wanita.
Juga pada beberapa wanita dengan myoma dapat terjadi ovulasi yang
menghasilkan progesterone yang sifatnya antiestrogenic. Percobaan pada binatang
dengan penyuntikan estrogen dapat menimbulkan tumor myoma uterus tetapi
sifatnya agak berbeda dengan myoma biasa.(www.blogspot.com)
Walaupun myoma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz yang mengutarakan bahwa terjadi myoma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang
selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen.(Prawirohardjo,
Sarwono, 1994)
C. PATOFISIOLOGI
Myoma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalia. Myoma
terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat
dan dikelilingi kapsul yangn tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian
dktus Muller, tetapi paling sering terjadi pada miometrium. Disini beberapa tumor
dapat timbul secara serentak. Unkuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang
polong hingga sebesar bola kaki.
Penyebab terjadinya myoma uteri tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal
dari sel otot yangn normal, dan otot imatur yang ada di dalam miometrium atau
dari sel embrional pada dinding darah uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari
benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini
tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan
bulan), di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati
dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah
jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula tumor berada intramural, tetapi ketika
tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause, ketika estrogen
tidak lagi disekresi dalam jumlah yangn banyak, maka myoma cenderung
mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjiol diatas miometrium
sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan, tersusun
atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks
jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik,
dan serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara
tumor dan miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya
pembuluh darah ke dalam myoma.
Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk
kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-bebrkas oleh jaringan
ikat. Karena seluruh suplai darah myoma berasal dari beberapa pembbuluh darah
yang masuk dari pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu
melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian
tengah myoma. Mula-mula terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi
kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad ke-19 disebuut sebagai “batu rahim”.
Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti
ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang memberikan gambaran seperti daging
sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor menjadi sarcoma.
Jika myoma terletak sub endometrium, mungkin disertai dengan menorhagia.
Jika perdarahan yang hebat menetap, mungki akan mengalami anemia.saat uterus
berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat
menyebabkan persisten dari uterus.
Dimanapun posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat menyebabkan
gejala penekanan pada panggul, disuria, sering kencing dan konstipasi atau nyeri
punggung jika uterus yang membesar menekan rectum.(www.nursingcentre.com)
D. PATOGENESIS
Meyer Van De Snoe menganjurkan teori cell nest atau teori genitobla.
Percobaan lipschuzt yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesterone atau testosterone. Pukha dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada myoma lebih banyak didapati dan pada
miometrium normal.
Menurut Meyer, asal myoma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang
matur. Sarang myoma uterus dapat berasal dari servik uterus hanya 1-3%, sisanya
adalah korpus uterus.
Menurut letaknya, myoma dapat dibagi sebagai :
1. Myoma submukosum
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Myoma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan malalui saluran servik (myomgeburt).
2. Myoma intramural
Myoma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.
3. Myoma subserosum
Apabila tumbuh diluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus, diliputi oleh serosa.
Myoma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi myoma intra ligamenter. Myoma subserosum dapat pula
tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau
omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut
wandering atau parastitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam
myoma saja dalam satu uterus. Myoma pada servik dapat menonjol ke
dalam saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan
sabit. Apabila myoma dibelah maka tampak bahwa myoma terdiri atas
berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde atau
pusaran air whorl like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari
jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang myoma
ini. Pernah ditemukan 200 sarang myoma dalam satu uterus, namun
biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan myoma dapat
mencapai berat lebih dari 5 kg. jarang sekali myoma ditemukan pada
wanita berumur 20 tahun. Paling banyak pada umur 35-45 tahun (25%).
Pertumbuhan myoma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat
mencapai ukuran seperti kepalan tangan orang dewasa, akan tetapi
beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause, banyak
myoma menjadi kisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih
lanjut. Myoma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau
yang kurang subur. Factor keturunan juga memegang peran. Perubahan
sekunder pada myoma uteri yang terjadi, sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada
sarang myoma.
Perubahan sekunder :
1. Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi
kecil.
2. Degenerasi hiali
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dan seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas dimana sebagian dari myoma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe, sehingga menyerupai llimfamioma. Dengan konsistensi
yang lunak ini, tumor sulit dibedakan dari kista ovarium atau kista
kehamilan.
4. Degenerasi membatu
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
myoma, maka myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
roentgen.
5. Degenerasi merah
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Pathogenesis :
diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang myoma seperti daging
mentah berwarna merah, disebabkan oleh pigmen himosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan
muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
putaran tungkai tumor ovarium atau myoma bertangkai.
6. Degenerasi
Ini jarang terjadi. Ini merupakan kelanjutan dari degenerasi hialin.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Perdarahan abnormal
a. Menoragia
b. Menometroragia
c. Metroragia
2. Terasa nyeri
a. Torsi bertangkai
b. Submukosa myoma terakhir
c. Infeksi pada myoma
3. Pendesakan
a. Gangguan miksi dan defekasi
b. Perasaan tidak nyaman di bagian bawah
4. Menimbulkan infertilitas
Penekanan saluran tuba oleh myoma uteri
5. Sering abortus
Gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim melalui plasenta
6. gejala sekunder
a. Anemia karena perdarahan
b. Uremia, desakan ureter menimbulkan gangguan fungsi ginjal
(Manuaba, 1998)
F. KOMPLIKASI
1. Pertumbuhan lemiosarkom
Myoma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak
membesar, namun tiba-tiba menjadi besar apabila hal itu terjadi setelah
menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Ada saatnya tangkai pada myoma uteri subserosum mengalami putaran.
Jika proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan
sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik
dari abdomen akut.
3. Nekrosis dan infeksI
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-
kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina. Dalam
hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi
sekunder.
G. MYOMA UTERI DAN KEHAMILAN
Myoma mungkin menurunkan fertilitas, namun tidak jarang kita melihat kasus
myoma (bahkan myoma yang besar) disertai dengan kehamilan dan disusul
dengan persalinan yang normal. Maka jjika tidak ada sebab-sebab infertilitas
lainnya, dapat dilakukan miomektomi untuk membesarkan kemungkinan
kehamilan. Angka kehamilan setelah miomektomi 25-40%.
Berhasil atau tidaknya miomektomi tergantung pada factor berikut ini :
1. Besarnya
2. Apakah tumornya solitaire atau multiple
3. Lokalisasinya dalam hubungan dengan cornu dan endometrium
Walaupun miomektomi tidak sering dilakukan sebagai pengobatan
myoma, namun ini masih tetap mempunyai tempat pada wanita-wanita
yang masih ingin memiliki anak.
Pengaruh myoma uteri pada kehamilan
a. Kemungkinan abortus lebih besar
b. Dapat menimbulkan kelainan letak
c. Dapat menyebabkan plasenta previa dan plasenta accrete
d. Dapat menimbulkan insersia uteri
e. Jika letaknya dekat pada servik dapat menghalangi jalan lahir
f. Dapat menimbulkan perdarahan post partum
Pengaruh kehamilan pada myoma
a. Myoma umumnya membesar dalam kehamilan
b. Dapat terjadi komplikasi seperti degenerasi merah karena gangguan
peredaran darah yang menimbulkan gejala nyeri perut bagian bawah
disertai demam(Jones Derek L., 2002)
Terapi myoma dengan kehamilan
Sedapat-dapatnya diambil sikap yang konservatif karena miomektomi
pada kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan
hebat dan juga dapat menimbulkan abortus.
Operasi terpaksa kita lakukan jika ada penyulit-penyulit yang
menimbulkan gejala akut atau karena myoma sangat besar. Jika myoma
menghalangi jalan lahir, maka dilakukan section caesarea disusul dengan
histerektomi. Tapi jika akan dilahirkan enueleasi lebih baik ditunda
sampai setelah nifas.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG
1. Pada pemeriksaan vagina tucher
a. Vulva/uretra/vagina kesannya adalah infiltral atau tidak
b. Portio adalah nyeri goyang atau tidak ada seberapa besarnya
c. Orifisium uretra externium apakah tertutup atau terbuka
d. Cavum uteri seberapa besarny
e. Adneksa/parametrium bagaimana kesannya
f. Cavum dauglas bagaimana kesannya
2. Pemeriksaan rectal tucher
Tonus spingterani bagaimana kedaan dan kesannya ada atau tidak
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin : Hb, leukosit, trombosit
Darah lengkap : ureum, kreatinin, natrium, kalium, HbSAg,
golongan darah, SGOT, SGPT
Urin lengkap : pemeriksaan fisik, kimia, sedimen
b. Pemeriksaan USG
Merupakan suatu metode diagnostic dengan menggunakan
ultrasonografi, sehingga alat reproduksi bagian dalam terlihat ada
pembesaran pada abdomen atau tidak.
c. Uji sonde
Uji sonde pada kasus myoma uteri harus lebih besar dari 10 cm.
I. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Myoma asimptomatik yang lebih kecil dari ukuran kehamilan 14 minggu
dapat diobservasi dengan beberapa pengecualian, yaitu :
a. Jika myoma menimbulkan distorsia rongga uterus dan dianggap
sebagai faktor infertilitas pada pasangan tersebut
b. Jika myoma terletak dibagian bawah uterus atau servik sehingga
menimbulkan kesulitan melahirkan
c. Jika myoma tumbuh dengan cepat yang memebri kesan ada perubahan
menjadi sarcoma.
Jika myoma disertai dengan gangguan menstruasi, klien memiliki
pilihan untuk menjalani histereskopi atau kuretase diagnostic yang
cermat untuk menyingkirkan patologi intra uteri atau untuk menjalani
terapi bedah.
2. Miomektomi
Jika klien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya, dapat dipilih
miomektomi. Operasi ini mengeluarkan semua myoma yang ditemukan
dan memebentuk kembali uterus. Klien harus menerima jika timbul
masalah sewaktu melakukan miomektomi ahli bedah dapat melanjutkan
dengan histerektomi.
Setelah miomektomi 40% wanita yang berkesempatan hamil akan
hamil yang bertentangan dengan fakta ini adalah bahwa pada 5% klien
myoma timbul kembali dan jumlah wanita yang sama terus mengalami
menoragia, sehingga memerlukan penggunaan hormone, reseksi
histeroskopik atau histerektomi.
3. Histerektomi
Adapun cara penggunaan pada myoma uteri yang perlu diangkat adalah
dengan pengobatan operatif, diantaranya yaitu dengan histerektomi dan
umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi
total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and
Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO). TAH-BSO adalah suatu
tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus, servik, kedua tuba falopii
dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant
neoplasmatic disease, leymyoma dan chorionic endometriosis.
Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO
adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding
perut untuk mengangkat uterus, servik, kedua tuba falopii dan ovarium
pada malignant neoplastic disease, leymiomas dan chorionic
endometriosis. Histerektomi total merupakan terapi pilihan pada wanita
tua, wanita yang tidak menginginkan kehamilan lagi dan yang mengalami
menoragia atau gejala penekanan yang nyata. Klien tidak boleh diburu
untuk mengambil keputusan untuk melakukan histerektomi ia harus
diberikan waktu untuk mempertimbangkannya dan memberikan waktu
untuk bertanya mengenai histerektomi. Ahli ginekologi juga harus
menjelaskan kemungkinan kesalahpahaman tentang operasi yang
dimaksudkan.(Tucker, Susan Martin, 1998)
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berhubungan dengan
myoma uteri submukosum kepada klien, kemudian dari hasil pengkajian
tersebut dapat disimpulkan analisa guna menentukan perawatan
selanjutnya.
Pengambilan data dikelompokkan menjadi dua data, yaitu :
a. Data subjektif
Adalah data yang diperoleh dari pernyataan klien, meliputi :
1) Biodata
Adalah hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita
myoma uteri submukosum yang perlu diperhatikan dalam
mengkaji adalah umur klien, karena kasus myoma uteri banyak
terjadi pada wanita dengan usia 35-45 tahun.
2) Keluhan utama
Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk
myoma uteri submukosum yang paling banyak adalah nyeri perut
bagian bawah dan perdarahan abnormal.
3) Riwayat penyakit sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja
yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini.
4) Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri
submukosum yang perlu dikaji adalah keluarga yang pernah atau
sedang menderita penyakit yang sama (myoma), karena kasus
myoma uteri submukosum dapat terjadi karena faktor keturunan.
5) Riwayat penyakit yang lalu
Apakah klien sudah pernah sakit berat sampai opname di rumah
sakit, serta apakah klien pernah mengalami operasi.
6) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid
berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat
sakit waktu haid atau tidak. Pada riwayat haid ini perlu dikaji
karena pada kasus myoma uteri, perdarahan yang terjadi
kebanyakan perdarahan diluar siklus haid. Maka dengan kita
mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan
dengan jenis perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan
myoma uteri.
7) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat
atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak. Pada riwayat
ini perlu dikaji karena myoma uteri submukosum lebih sering
terjadi pada wanita nulipara.
8) Riwayat KB
Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai oleh klien apakah
menggunakan KB hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal
khususnya estrogen mempengaruhi perkembangan myoma tersebut
menjadi lebih berbahay.
9) Keadaan psikologis
Untuk mengetahui keadaan psikologis klien pada penyakitnya,
karena myoma uteri submukosum penerima dan keadaan psikologi
klien yang baik akan sangat membantu pemberian terapi.
10) Pengetahuan klien tentang penyakitnya
Untuk mengatahui sejauh mana pengetahuan klien tentang
penyakit yang diderita. Pada kasus myoma uteri submukosum
perlu sekali mengetahui tentang penyakitnya, serta pengobatan apa
saja yang diterima, sehingga klien menjadi siap fisik dan mental
dalam melaksanakan program terapi yang diberikan.
11) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Pola makan sehari-hari sebelum sakit dan setelah sakit apakah
ada perbedaan, bagaimana nafsu makannya ada perubahan atau
tidak, sehari berapa kali jumlahnya, jenis makanan yang
dimakan tidak untuk kebutuhan tubuh. Begitu juga dengan
kebiasaan setiap harinya berapa banyak jumlahnya, jenis air
yang diminum karena pada kasus myoma uteri jika mendapat
terapi kemoterapi kebanyakan nafsu makan akan menurun dan
terjadi mual dan muntah sebagai efek samping dari pengobatan
tersebut.
b) Pola eliminasi
BAK dan BAB apakah ada kelainan sebelum dan sesudah,
dihubungkan dengan kasus myoma uteri, pengkajian ini untuk
mengetahui sejauh mana kelainan pada system eliminasi ini
kebanyakan terganggu.

c) Pola istirahat dan tidur


Istirahat dan tidur sebelum dan setelah sakit apakah ada, berapa
jam waktu istirahat pada malam hari, kalau ada gangguan yang
dirasakan.
d) Pola seksual
Bagaimana pola seksual selama ini, frekwensi setiap minggu
berapa kali, ada tidaknya keluhan yang terjadi setelah
melakukan hubungan seksual yang sesuai dengan gejala
myoma uteri, yaitu perdarahan post coital.
e) Pola aktifitas pekerjaa
Bagaimana aktifitas pekerjaan sebelum sakit dan sesudah
apakah ada gangguan saat melakukan pekerjaan, apakah beban
penyakit yang dirasakan.
f) Pola kebersihan diri dan lingkungan
Bagaimana uaha klien dalam menjaga kebersihan, bagaimana
keadaan lingkungan klien tinggal.
g) Peran pola hubungan
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya,
termasuk juga hubungan dengan dokter selama berada di
rumah sakit. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh
mana penerimaan klien terhadap saran yang diberikan.
h) Pola pertahanan diri
Bagaimana cara klien dalam menghadapi penyakitnya.
b. Data objektif
Yaitu data yang bisa diukur dilihat dan didengar. Pada kasus ini
kondisi klien cukup lemah dari perjalanan yang sudah cukup lama.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan klien secara umum, lemas,
kesadarannya. Pada kasus myoma uteri, perdarahan yang
menyebabkan keadaan umum penderita lemah.
2) Tanda vital
Tensi, suhu, respirasi, pernapasan normal atau tidak karena tanda
dan gejala klien dengan myoma uteri, yaitu klien dapat menjadi
takikardi, takipneu, hipotensi/hipertensi
3) Status present
Kepala : apakah ada kerontokan pada rambut karena pada
kasus myoma uteri yang disertai dengan nutrisi bisa menyebabkan
rambut menjadi rontok
Mata : melihat bagaimana keadaan konjungtiva anemis
tidak karena pada kasus myoma uteri terjadi perdarahan banyak
yang berakibat klien menjadi anemia dengan ditandai konjungtiva
anemis
Mulut : apakah ada stomatitis atau tidak, karena myoma
uteri yang disertai dengan kurangnya vitamin C menyebabkan
timbulnya stomatitis
Gigi : keadaan gusi apakah ada caries atau tidak, gingivitis
karena pada kasus myoma uteri dengan kurangnya nutrisi bisa
menyebabkan gingivitis
Leher : apakah ada kelenjar yang membesar, karena
myoma uteri terjadi ketidakseimbangan hormone bisa juga
menyebabkan pembesaran pada kelenjar tiroid
Jantung : apakah sering terasa sakit dan berdebar-debar pada
kaus myoma uteri biasanya menyebabkan takikardi sehingga
jantung berdebar
Abdomen : bagaimana keadaan perut, tegang atau lemas, ada
nyeri tekan atau tidak, teraba massa di perut bagian bawah atau
tidak, karena pada kasus myoma uteri biasanya ada nyeri tekan dan
teraba massa bagian bawah
2. Diagnosa Keperawatan
Sebelum penatalaksanaan :
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan torsi bertangkai
b. Gangguang pola napas berhungan dengan dispneu
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pembentukan
ATP
d. Risiko tinggi perubahan nutrisim kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnose Tujuan /criteria hasil intervensi

1 Gangguan rasa Tujuan : Mandiri :


nyaman (nyeri) Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji sumber nyeri dan sifat
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam nyeri/ketidaknyamanan
dengan torsi diharapkan klien mennunjukkan 2. Anjurkan penggunaan teknik
bertangkai nyeri berkurang. relaksasi dan pernapasan
Kriteria hasil : terkontrol
1. Klien menyatakan nyeri 3. Kaji stress psikologis
hilang dan terkontrol klien/perasaan dan respon
2. Klien merasa nyaman emosional terhadap kajian
3. Ekspresi wajah tidak 4. Berikan lingkungan yang
menunjukkan menahan tenang
sakit seperti meringis, 5. aktifitas untuk mengalihkan
mengerutkan dahi, rasa nyeri intruksikan klien
menggigit bibir menggunakan metode relaksasi,
4. Kualitas nyeri distraksi, jelaskan prosedur.
menunjukkan skala 0-3 6. Berikan tindakan kenyamanan
5. Tidak melakukan perilaku (mis : masase gosokan
distraksi dengan punggung, sacrum, sandaran
menentukan kegiatan yang bantal, berikan kompres jeruk)
berulang atau Kolaborasi :
6. Respon otomptik tidak 1. Berikan narkotik/sedative,
menunjukkan : berikan obat-obatan pra
Diaporesis operatif bila prosedur
TD stabil 120/80 mmHg pembedahan diindikasikan
7. Pola napas efektif
24x/mnt, tidak dispnea
8. Nadi : 80-100x/mnt
9. Suhu : 36,5-37,5 derajat
celcius
2 Gangguan Tujuan : Mandiri :
keseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan
cairan dan elektrolit keperawatan selama 1x24 jam sisi perdarahan ; timbang dan
berhubungan diharapkan klien menunjukkan hitung pembalut, simpan
dengan oliguria keseimbangan cairan dan bekuan dan jaringan untuk
elektrolit adekuat. dievaluasi ulang oleh dokter
Kriteria hasil : 2. Pantau masukan dan haluaran
1. Turgor kulit baik urin ; perhatikan berat jenis urin
2. Haluaran urin normal : 30- 3. Kaji bibir dan membrane
50ml/jam mukosa oral dan derajat salvasi
3. Mukosa mulut : lembab 4. Posisikan klien dengan tepat,
Peningkatan saliva terlentang dan panggul
4. TTV : ditinggikan
TD: N (120/80mmHg 5. Catat TTV, pengisian kapiler
Suhu : 36-37,5 pada dasar kuku, warna
RR : 16-20x/mnt membran mukosa/kulit dan
N : 80-100x/mnt susu, ukur tekanan sentral bila
Ht : N (37-47) ada
Kolaborasi :
1. Berikan infuse 1 atau 2 IV dari
cairan isotonic atau elektrolit
dengan kateter 18G atau
melalui jalur vena sentral.
Berikan darah lengkap atau
produk darah sesuai indikas
2. Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi (Ht
dan Hb)
3 Resti gangguan Tujuan : Mandiri :
perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau TTV
berhubungan keperawatan 1x24 jam 2. Pantau jumlah perdarahan
dengan syok diharapkan klien menunjukkan 3. Pantau suhu kulit, palpasi
hipovolemik perfusi jaringan adekuat. denyut nadi perifer
Kriteria hasil : Kolaborasi :
1. TTV normal 1. Beri terapi IV produk darah
2. Kulit hangat, kering sesuai indikasi
3. Tidak terdapat sianosis 2. Berikan obat-obatan anti
embolik sesuai dengan indikasi
4. Risiko tinggi Setelah diberikan asuhan Mandiri :
terhadap infeksi keperawatan selama 1x24 jam, 1. Control infeksi, sterilisasi, dan
berhubungan klien tidak mengalami infeksi prosedur/kebijakan aseptic
dengan pemajanan akibat komplikasi penyakit, 2. Pantau suhu tubuh
terhadap dengan criteria hasil : 3. Tekankan pentingnya hygiene
mikroorganisme, 1. Mencapai penyembuhan oral
penurunan sel imun luka tepat waktu bebas 4. Uji kesterilan semua peralatan
eksudat purulen 5. Ulangi studi laboratorium untuk
2. Tidak demam kemungkinan infeksi sistemik
6. Periksa kulit untuk memeriksa
adanya infeksi yang terjadi
7. identifikasi gangguan pada
teknik aseptic dan atasi dengan
segera pada waktu terjadi
Kolaborasi :
1. Lakukan irigasi luka yang
banyak
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
mioma uteri merupakan kanker terbanyak pada wanita. Kanker serviks
enyebabnya tidak jelas namun diduga dipengruhi oleh : prilaku sek, personal
higiene, lingkungan maupun pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan pada
klien yang menderita Suspek kanker serviks merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan yang komprehensif dan unik tergantung dari fase dan derajat kanker
yang ditemukan serta kondisi bio-psiko-sosial dari klien. Diagnosa dan tindakan
yang muncul tidak sama pada setiap klien tergantung dari situasi dan keadaan
individu saat kasus tersebut ditemukan. Asuhan keperawatan yang dilakukan di
poliklinik kandungan sangat waktu dan kualitasnya terbatas, sehingga diperlukan
suatu teknik pendekatan skala prioritas agar masalah pokok bisa diatasi tanpa
melupakan masalah yang lain
B. SARAN
Pemberian asuhan keperawatan harus memperhatikan sumberdaya dan kesiapan
mental yang dimiliki oleh klien untuk mencegah timbulnya masalah yang tidak
diinginkan.
Perlu adanya pola pendekatan dengan model asuhan keperawatan yang benar
dalam perawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.


Gale, Danielle. Charotte, Jane. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC.
Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Simposium Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.
Sylvia, A.P. Lorraine, Mc Carty. 1995. Patofisiologi. Jakarta. EGC
Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

You might also like