Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
TANGGAL 8 – 12 - 2016
OLEH:
167089140003
PROGRAM PROFESI NERS
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Menyetujui,
Ruang IBS
………………………………………..
NIP.
STIKES Buleleng
………………………………………
NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER SERVIKS
1.1 Definisi
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang umumnya disebabkan oleh infeksi Human
Papilloma Virus (HPV), berasal dan tumbuh pada serviks, khususnya epitel atau lapisan luar permukaan
serviks (Samadi, 2011).
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks
(bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. 90% dari kanker serviks berasal dari
sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim (Medicastore, 2010 dalam Rizky & Hikmah, 2010).
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Sel-sel yang tumbuh tidak
normal ini berubah menjadi sel kanker. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan
liang senggama (vagina). Waktu yang diperlukan bagi kanker serviks untuk berkembang cukup lama,
sekitar 10-15 tahun. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang berusia antara 30 tahun sampai
dengan 50 tahun, yaitu pada puncak usia reproduktif wanita sehingga akan menyebabkan gangguan
kualitas hidup secara fisik, kejiwaan, dan kesehatan seksual (Smart, 2010 : 70).
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kanker serviks merupakan tumbuhnya sel-sel
abnormal yang terjadi pada leher rahim wanita yang umumnya disebabkan oleh infeksi Human
Papilloma Virus (HPV).
1.2 Etiologi
Menurut (Alan and Nathan, 2007) faktor penyebab terbesar untuk kanker serviks yaitu infeksi oleh satu
atau lebih virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe onkogenik yang berisiko tinggi menyebabkan kanker
leher rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease). Perempuan
biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai tiga puluhan, walaupun kankernya sendiri
baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah
tipe 16, 18, 45 dan 56 dimana HPV tipe 16 dan 18 ditemukan sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini
dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade
intraepithelial lesion/LISDT) yang merupakan lesi prakanker. Sementara HPV yang berisiko sedang dan
rendah menyebabkan kanker (tipe non-onkogenik) berturut-turut adalah tipe 30,31,33,35,39, 51, 58, 66
dan 6,11, 42, 43, 44, 53,54, 55. Infeksi HPV tipe 16 dan 18 adalah yang paling sering ditemukan di dunia.
HPV tipe 16 umumnya ditemukan di negara barat seperti Eropa, USA dan lain-lain, sedangkan untuk tipe
18 banyak ditemukan di Asia.
Sedangkan faktor resiko terjadinya kanker serviks menurut Sjamsuddin (2011) adalah sebagai berikut:
Faktor risiko yang terpenting untuk kanker serviks adalah infeksi oleh HPV. Terdapat lebih dari 100 tipe
HPV, namun hanya beberapa yang menyerang daerah anogenital. Tipe ini dibedakan menjadi tipe yang
risiko rendah yang dapat menyebabkan kutil pada daerah genital (yang paling sering tipe 6 dan 11) dan
tipe yang berisiko tinggi (yang paling sering tipe 16, 18, 31). Sekitar dua pertiga dari semua kanker
serviks disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18.
1.2.2 Merokok
Wanita yang merokok dua kali lebih mungkin untuk terserang kanker serviks daripada wanita yang tidak
merokok. Merokok menyebabkan tubuh terpapar bahan kimia penyebab kanker yang mempengaruhi
organ lain dari paru-paru. Zat-zat berbahaya diserap melalui paru-paru dan dibawa dalam aliran darah
ke seluruh tubuh. Para peneliti percaya bahwa kerusakan zat DNA dari sel-sel leher rahim dan dapat
berkontribusi pada perkembangan kanker serviks. Merokok dapat juga membuat sistim kekebalan tubuh
kurang efektif dalam memerangi infeksi HPV.
1.2.3 Imunosupresi
Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus penyebab AIDS, merusak sistem kekebalan tubuh dan
wanita merupakan risiko tinggi untuk infeksi HPV. Para ilmuwan percaya bahwa sistim kekebalan tubuh
penting dalam menghancurkan sel kanker dan memperlambat pertumbuhan dan penyebaran. Pada
wanita dengan HIV, pra-kanker serviks mungkin berkembang menjadi kanker invasif lebih cepat dari
biasanya. Kelompok lain dari wanita berisiko terkena kanker serviks adalah wanita yang minum obat
untuk menekan respon kekebalan tubuh mereka, seperti yang sedang dirawat untuk penyakit autoimun.
Chlamydia adalah jenis bakteri umum yang dapat menginfeksi sistem reproduksi. Hal ini menyebar
melalui kontak seksual. Chlamydia dapat menyebabkan peradangan pada panggul, menyebabkan
infertilitas. Beberapa studi melihat risiko yang lebih tinggi kanker serviks pada wanita yang hasil tes
darahnya menunjukkan bukti chlamydia masa lalu atau saat terinfeksi (dibandingkan dengan wanita
yang memiliki hasil tes normal). Infeksi chlamydia sering tidak menimbulkan gejala pada wanita.
1.3 Klasifikasi
Menurut FIGO (2000) dalam Nafrialdi dan Gan S. (2007), klasifikasi dan stadium kanker serviks adalah
sebagai berikut:
Stadium 0
Stadium I
Stadium Ia
Invansi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara
langsung walau dengan invansi yang sangat superficial dikelompokan sevagai stadium Ib. kedalaman
invansi ke stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7 mm.
Stadium Ia1
Invansi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm
Stadium Ia2
Invansi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7
mm
Stadium Ib
Stadium Ib1
Stadium Ib2
Stadium II
Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai sepertiga bawah atau infiltrasi ke parametrium belum
mencapai dinding panggul.
Stadium IIa
Stadium IIb
Stadium III
Telah melibatkan sepertiga bawah vagina atau adanya perluasaan sampai dinding panggul. Kasus
dengan hidroneprosis atau ganguan fungsi ginjal dimasukan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal
dapat dibuktikan oleh sebab lain
Stadium IIIa
Keterlibatan sepertiga bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul
Stadium IIIb
Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau ganguan fungsi ginjal
Stadium IV
Stadium IVa
Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul (menyebar ke organ lain yang lebih jauh)
Gejala perubahan pre-kanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini tidak
terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan Pap Smear. Gejala biasanya
baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di
sekitarnya. Pada saat ini menurut (Calvagna, 2007) akan timbul gejala seperti berikut:
1.4.1 Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan
hubungan seksual dan setelah menopause
1.4.3 Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah
atau hitam serta berbau busuk
Adapun gejala dari kanker serviks stadium lanjut menurut (Calvagna, 2007) antara lain: nafsu makan
berkurang, penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, punggung atau tungkai, keputihan yang
keluar dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan, perdarahan
setelah senggama (perdarahan kontak), perdarahan spontan saat defekasi akibat tergesernya tumor
eksofitik dari serviks oleh skibala, dan berujung pada terjadi anemia.
1.5 Patofisiologi
Pada perempuan saat remaja dan kehamilan pertama, terjadi metaplasia sel skuamosa serviks. Bila pada
saat ini terjadi infeksi HPV, maka akan terbentuk sel baru hasil transformasi dengan partikel HPV
tergabung dalam DNA sel. Bila hal ini berlanjut maka terbentuklah lesi prekanker dan lebih lanjut
menjadi kanker. Sebagian besar kasus displasia sel serviks sembuh dengan sendirinya, sementara hanya
sekitar 10% yang berubah menjadi displasia sedang dan berat. 50% kasus displasia berat berubah
menjadi karsinoma. Biasanya waktu yang dibutuhkan suatu lesi displasia menjadi keganasan adalah 10-
20 tahun. Kanker leher rahim invasif berawal dari lesi displasia sel-sel leher rahim yang kemudian
berkembang menjadi displasia tingkat lanjut, karsinoma in-situ dan akhirnya kanker invasif. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa prekursor kanker adalah lesi displasia tingkat lanjut (high-grade dysplasia)
yang sebagian kecilnya akan berubah menjadi kanker invasif dalam 10-15 tahun, sementara displasia
tingkat rendah (low-grade dysplasia) mengalami regresi spontan (FKUI, 2008).
Pertumbuhan Sel kanker serviks menurut Mitayani (2009) adalah sebagai berikut:
1.5.1 Eksofilik
Mulai dari arah SCJ (Skuamo Columnar Junction) ke arah lumen vagina sebagai massa proliferatif yang
mengalami infeksi skunder dan nekrosis.
1.5.2 Endofilik
Mulai dari SCJ tumbuah kedalam stroma serviks dan cenderung infiltrative membentuk ulkus
1.5.3 Ulseratif
Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis dengan melibatkan fornices vagina untuk
menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami akan mengalami metaplasi atau erosi akibat saling
desak kedua jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang erusif (metaplasia
skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik (diplatik-diskarotik) melalui tingkatan NIS-I,II,III
dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invansive. Sekali menjadi mikroinvansive, proses keganasan
akan terus berjalan.
1.5.4 Tahap I
Tahapan dimana kanker hanya terbatas pada serviks saja tapi telah mengalami invasi ke stroma serviks.
Akibat invasi pada stoma serviks, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur serviks. Kerusakan
tersebut menyebabkan ulserasi yang disertai dengan perdarahan spontan setelah coitus serta tejadi
anemia. Selain itu, ulserasi juga menyebabkan sekresi serviks yang berlebihan, sehingga timbul
keputihan yang berbau khas.
1.5.5 Tahap II
Tahap II sudah ada perluasan kanker kearah bawah serviks tapi tidak melibatkan dinding panggul dan
telah mengenai daerah vagina dan akan terjadi nekrosis pada vagina dan juga akan adanya pengeluaran
cairan vagina yang berbau busuk dan juga disertai pendarahan.
Penyebaran ke vagina yang lebih luas dan juga mengalami penyebaran pada dinding panggul.Pada tahap
ini kanker meluas ke sistem perkemihan, pencernaan, pernapasan, dan otak. Metastasis pada sistem
perkemihan dapat menyebabkan penyumbatan ureter atau penuhnya kandung kemih yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan eliminasi urine. Metastasis pada bagian pencernaan dapat
menyebabkan terbentuknya ulkus dan terjadinya perdarahan. Selain itu, juga dapat terjadi peningkatan
asam lambung yang merangsang mual dan muntah. Metastasis pada sistem pernapasan menyebabkan
gangguan pengembangan paru sehingga terjadi gangguan pertukaran gas. Dan metastasis pada bagian
otak menyebabkan terjadinya kerusakan sistem saraf sehingga terjadi stoke dan kematian.
1.6 WOC
Faktor penyebab:
- Merokok
- Imunosupresif
- Infeksi Chlamydia,
- Umur
Proses Metaplasi
Displasia serviks
Ca Serviks
Tahap awal
Tahap lanjut
Terapi
Menyebar ke pelviks
Pembesaran massa
Malu
Metabolisme anaerob
Nyeri akut
Perdarahan
Kelelahan
Suplai O2 menurun
Anemia
Hb turun
Imunitas menurun
Resiko infeksi
Radiasi
kemoterapi
Pembedahan/ histerektomi
Pre
Post
Post
Defisiansi pengetahuan
Kurang pengetahuan
ansietas
Mempercepat usia akar rambut
Ansietas
Intoleransi aktivitas
Alopecia
Gastrointestinal
Perkemihan
Cystitis
Anemia
Mual/muntah
Leukosit menurun
Anoreksia
Resiko infeksi
Menurut Calvagna (2007) diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang berikut:
1.7.1 IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles
serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area
berwarna putih.Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks.
Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk
deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus
dilakukan.
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang
tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker serviks pun menurun sampai lebih dari
50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya
menjalani Pap Smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan
hasil yang normal, Pap Smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
1) Normal.
4) Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
5) Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh
lainnya).
Metode Thin Prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-
sel di serviks atau leher rahim, maka Thin Prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim.
Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
1.7.4 Kolposkop.
Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat
dengan pembesaran yang tinggi. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil
sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan
yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan
kolposkopi anda.
1.7.5 Biopsi
Bila pemeriksaan kolposkopi terlihat ada kelainan epitel atau kelainan pembuluh darah maka harus
dibuktikan dengan pemeriksaan patologi yaitu dengan melakukan biopsi (dengan biops target atau
dengan loop electrical excision of the transformation zone (LETZ)) mengambil sedikit sayatan jaringan
menggunakan alat loop tenaga listrik.
1.7.6 Konisasi
Bila pemeriksaan kolposkopi tidak akurat tetapi pada pemeriksaan pap smear terdapat lesi prekanker
maka diagnosis sebaiknya ditetapkan dengan pemeriksaan konisasi. Konisasi adalah mengambil jaringan
servikal dengan pembedahan kecil, serviks diambil dengan bentuk irisan seperti kerucut.Irisan dapat
dilakukan dengan pisau, kawat listrik/kauter, atau dengan laser.Kadang memerlukan anestesi lokal.
Vagina inflammation self test card adalah alat pendeteksian yang dapat menjadi “warning sign”. Yang
ditest dengan alat ini adalah tingkat keasaman (pH), test ini cukup akurat, sebab pada umumnya apabila
seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista bahkan kanker serviks, kadar pHnya tinggi. Dengan begitu
maka melalui tets ini paling tidak wanita dapat mengetahui kondisi vagina mereka secara kasar.
1.7.8 Gineskopi
Gineskopi adalah teropong monocular, ringan, pembesaran 2,5 kali (lebih sederhana dari kolposkopi)
1.8 Penatalaksanaan
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi, terapi laser, konisasi,
dan bedah buku.
1.8.2 Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak, dan atau keinginan
untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, pelvis dan nodus limfa para aurtik.
Terapi ini dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan itu tegas.Untuk
terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga tetap berada di tempat tidur,
makan makanan dengan diet ketat dan memakan obat untuk mencegah defekasi, karena pada terapi ini
biasanya terpasang tampon (aplikator)
Penatalaksanaan ini dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang. Penatalaksanaan ini dapat
dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ yang diangkat ditambah dengan
uterus dan nodus limfa disekitarnya.
1.8.6 Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik, seperti pemberian obat melalui infuse, tablet atau
intramuskuler. Obat lain yang diberikan adalah cisplatin, carboplatin, Cylophopnopamide Adreamycin
Platamin (CAP), dan Platamin Veble Bloemycin (PVB).
1.8.7.2 Manajemen penyakit (dukungan obat, penyembuhan tanpa obat melainkan dengan aktivitas
tertentu, radiasi, operasi bedah, perawatan tradisional dan konsultasi psikologis)
1.8.7.3 Tindakan bergantung pada usia, paritas, tua kehamilan, dan stadium kanker :
1) Wanita relatif muda dan hamil tua dengan kanker stadium dini, dapat melahirkan janin secara
spontan
2) Dalam trimester I dijumpai kanker serviks, dilakukan abortus buatan, kemudian diberikan
pengobatan radiasi
3) Dalam trimester II kehamilan: segera lakukan histerektomi untuk mengeluarkan hasil konsepsi,
kemudian diberikan dosis penyinaran
4) Wanita yang masi relatif muda dan mendambakan anak dengan kanker serviks dilakukan konisasi
atau amputasi porsio kemudian dikontrol dengan baik. Bila anak cukup maka dikerjakan histerektomi
1.9 Komplikasi
Pada lesi prakanker, mungkin akan menyebabkan kegagalan fungsi reproduksi karena komplikasi
pengobatan lesi prakanker. Pada kanker serviks stadium awal akan dapat menyebabkan kegagalan
fungsi reproduksi khususnya pada penderita usia muda karena pengobatan pembedahan ataupun
radiasi.
Kanker serviks stadium lanjut ataupun kanker serviks yang tumbuh lagi setelah pengobatan dapat
menyebabkan kematian pada penderitanya karena kegagalan pengobatan.Pada stadium lanjut, kanker
dapat menyebar (metastase) ke berbagai organ lainnya sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi
berbagai organ, seperti ginjal, paru-paru, hati dan organ lainnya. (Hartati Nurwijaya, dkk, 2010).
Sedangkan menurut Wan Desen, 2011, komplikasi kanker serviks uteri adalah sebagai berikut:
Pada waktu histerektomi total radikal mudah terjadi rudapaksa pleksus saraf dan pembuluh darah kecil
intrapelvis, hingga timbul gangguan sirkulasi darah, disuria, retensi uri. Biasanya pasca operasi
dipertahankan saluran urin lancer 5 – 7 hari, secara berkala dibuka 3 – 4 hari, fungsi buli-buli biasanya
dapat pulih.Pada retensi uri sekitar 80% dalam 3 minggu fungsi buli-bulinya.
Pasca pembersihan kelenjar limfe pelvis, drainase limfe tidak lancar, dapat terbentuk kista limfatik
retroperitoneal, umumnya pasien asimtomatik dan mengalami absorpsi spontan, bila kista terlalu besar
timbul rasa tak enak perut bawah, nyeri tungkai bawah, akumulasi cairan kista dikeluarkan, gejala akan
mereda.
Pasca radiasi pelvis, pasien umumnya mengalami sistitis radiasi ataupun rektitis radiasi yang bervariasi
derajatnya.Gejala berupa rasa tak enak abdomen bawah, polakisura, disuria atau hematuria, tenesmus,
mukokezia, hematokezia. Bagi pasien dengan derajat ringan tak perlu ditangani, bila derajat sedang ke
atas umumnya diobati dengan anti radang, hemostatik, antispasmodic, dll. Penting diketahui bahwa
penyakit kanker bukanlah otomatis berakhir pada kematian. Timbulnya ketakutan pada penderita
kanker dan kanker serviks khususnya, karena selama ini kanker belum ada obatnya. Namun sejalan
dengan waktu dan penemuan baru di bidang penelitian kanker, baik penemuan jenis perawatan dan
bagaimana caranya sel-sel kanker berkembang sudah diketahui. Kini banyak pasien kanker yang dapat
bertahan hidup dan bahkan bisa sembuh.
a) Pengkajian
Pre Operatif :
Þ Kaji kemampuan pasien untuk melakukan koping terhadap pembedahan yang akan datang
Breath
Blood
Kaji tekanan darah pasien, nadi, akral, turgor kulit, CRT dan adanya nyeri dada
Brain
Bladder
Kaji penggunaan kateter dan nyeri saat berkemih
Bowel
Bone
Intra Operatif :
Þ Kaji satus klinis pasien (brain, blood, breath, bowel, blader, dan bone)
Breath
Blood
Kaji tekanan darah pasien, nadi, akral, turgor kulit, CRT dan adanya nyeri dada dan kaji adanya
perdarahan
Brain
Bladder
Bowel
Bone
Kaji kekuatan otot atau adanya deformitas
Post Operatif :
Þ Kaji status pasca bedah pasien (tanda-tanda vital, bising usus, distensi abdomen)
Þ Kaji kemampuan pasien dan keluarga untuk melakukan koping terhadap pengalamannya di rumah
sakit dan pembedahan
Breath
Blood
Kaji tekanan darah pasien, nadi, akral, turgor kulit, CRT dan adanya nyeri dada
Brain
Bladder
Bowel
Bone
Kaji kekuatan otot atau adanya deformitas
Pre Operatif
Data
Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan prosedur infasiv ditandai dengan pasien tampak gelisah.
DS: pasien mengatakan haus dan pasien puasa sebelum dilakukan operasi
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan preoperative ditandai dengan pasien
dipuasakan
Intra Operatif
Data pasien
Diagnose Keperawatan
DS: -
Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin ditandai dengan kulit dingin, suhu
tubuh di bawah kisaran normal
DS: -
DS: -
DS: -
Post Operatif
Data pasien
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal,
mengekspresikan perilaku.
DS:-
D. Evaluasi Keperawatan
No
Diagnosa
Evaluasi
1.
Pre operasi
2.
Intra operasi
a. Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin ditandai dengan kulit dingin,
suhu tubuh dibawah kisaran normal, pucat.
c) Akral hangat
d) Tidak menggigil
3.
Post Operasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik ditandai dengan pasien tampak meringis.
c) Warna daerah pembedahan merah muda tanpa eksudat purulen dan tidak berbau.
Alan.H and Nathan L. 2007. Premalignant and malignant disorders of uterine cervix dan chemotherapy
for gynecologic cancer .In : Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology Tenth Edition.
United States of America: McGrawHill Companies
Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Media & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: Mediaction Jogja
Nafrialdi dan Gan S. 2007. Antikanker. Dalam: Gunawan S.G. (ed). Farmakologi dan Terapi.Edisi 5.Jakarta
: Gaya Baru
Rizky F & Hikmah. 2010. Pengaruh Penyuluhan Tentang Kanker Servik Terhadap Tingkat Pengetahuan
Pada Ibu Usia 35-45 Tahun. Skripsi (Tidak Diterbitkan). DIV Kebidanan STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
Samadi, HP. 2011. Yes, I Know Everything about Kanker serviks, mengenali, mencegahnya & bagaimana
anda menjalani pengobatannya. Solo : Metagraf Creative Imprint of Tiga Serangkai
Sjamsuddin S. 2011. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran Edisi
133. Jakarta