Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Artritis gout atau biasa dikenal sebagai pirai adalah salah satu tipe dari penyakit artritis
(radang sendi). Pada zaman Yunani Kuno penyakit ini dijuluki sebagai penyakit para raja dan
raja penyakit. Penyakit ini sering menyerang kalangan sosial elite pada waktu itu. Hal ini
diduga disebabkan oleh konsumsi makanan dan alkohol yang berlebihan. Seiring berjalannya
waktu, penyakit pirai ini banyak ditemukan pada seluruh elemen masyarakat.1
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin
baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat). Gout dapat
bersifat primer, sekunder, maupun idiopatik. Gout primer merupakan akibat langsung
pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat.
Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi
asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu
sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan
genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang jelas.2
Artritis gout merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada laki-laki dewasa
dengan puncak insiden pada dekade keempat dan kelima. Pada tahun 1986 di Amerika
Serikat, terdapat 2,2 juta kasus pirai yang dilaporkan. Pada tahun 1991, dari 1000 pria
berumur 35 – 45 tahun, diperkirakan 15 orang diantaranya adalah penderita pirai. Angka
kejadian gout meningkat menjadi sekitar 18,83 % pada 5 tahun terakhir ini. Di Indonesia
sendiri, penyakit artritis pirai pertama kali diteliti oleh seorang dokter Belanda, dr. Van Den
Horst tahun 1935 dimana pada saat itu, masih ditemukan 15 kasus pirai berat di Jawa.1
Prevalensi gout pada populasi di USA diperkirakan 13,6/100.000 orang. prevalensi ini
meningkat seiring dengan meningkatnya umur menyatakan prevalensi asam urat (gout) di
Amerika serikat meningkat dua kali lipat dalam populasi lebih dari 75 tahun antara 1990 dan
1999, dari 21 per 1000 menjadi 41 per 1000.3 Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi
penyakit sendi berdasarkan pernah didiagnosis nakes di Indonesia 11,9 persen dan
berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7 persen. Provinsi Jawa Barat menempati peringkat
kedua penyakit sendi terbanyak di Indonesia setelah Nusa Tenggara Timur. Persentase yang
1
terkena penyakit sendi ini meningkat seiring umur dimana penderita terbanyak berusia di atas
75 tahun. Petani, nelayan, maupun buruh merupakan pekerjaan terbanyak yang diderita oleh
penderita penyakit sendi dengan persentase 31,2%. Persentase perempuan yang terkena ini
tidak berbeda jauh dengan laki-laki dimana persentase perempuan 27,5% sedangkan laki-laki
21,8%. Untuk kabupaten Karawang persentase penderita penyakit sendi pada tahun 2013
sebesar 11,7%. 4 Di Indonesia, penyakit gout menduduki urutan kedua setelah osteoarthritis.
Penderita gout di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-13,6/100.000 orang.5 Berdasarkan pola
penyakit yang datang di puskesmas Klari tahun 2016, terdapat 1432 kasus artritis (3,19%).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik deng topik tentang gout artritis
ini untuk mengetahui bagaimanakah pengetahuan para lanjut usia di daerah Karawang
khususnya yang mengikuti kegiatan Prolanis.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan gout artritis pada orang lanjut usia peserta
Prolanis di Puskesmas Klari?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang
gout artritis pada orang lanjut usia peserta Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Klari,
Kecamatan Klari
Memberikan informasi dan menambah tingkat pengetahuan orang lanjut usia tentang
gout artritis sehingga dapat melakukan pola hidup yang lebih baik
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dan diharapkan dapat membantu
meningkatkan pengetahuan orang lanjut usia khususnya peserta program Prolanis di
Puskesmas Klari
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengetahuan
II.1.1.Pengertian Pengetahuan
Pada bagian lain pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Perilaku manusia menurut Benjamin Bloom, dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) domain,
ranah atau kawasan yakni a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective) dan c) psikomotor
(psychomotor).6
II.1.2.Tingkat Pengetahuan
Setelah ada beberapa definisi pengetahuan yang telah diuraikan di atas, pengetahuan
yang dicakup kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :6
A).Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengikat suatu materi yang sah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali (recall) terhadap
suatu spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima,
oleh suatu sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
B).Memahami (Comprehension)
3
benar, menyebarkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan obyek yang dipelajari
tersebut.
C).Aplikasi (Aplication)
D).Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
E).Sintesis (synthesis)
F).Evaluasi (evaluation)
A).Kecerdasan
4
disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang baik dan sebaliknya.6
B).Pendidikan
C).Pengalaman
D).Informasi
Media dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu media cetak yang meliputi
booklet, leaflet, rubik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan poster.
5
Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, radio, video, slide dan film serta
papan (billboard).6
E).Kepercayaan
SP
P x 100 %
SM
Keterangan :
B).Pengetahuan cukup = 56 – 75 %
C).Pengetahuan kurang = 40 – 55 %
6
II.2 Gout
II.2.1 Definisi
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan potensi
ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya
terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.7
Gout adalah radang sendi yang merupakan akibat dari deposit kristal asam urat
(monosodium urate) di jaringan dan cairan dalam tubuh. Proses ini disebabkan karena
peningkatan produksi atau penurunan eksresi dari asam urat.7
Gout adalah bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di
sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan
tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu
sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat
mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia).7
Tofus adalah nodul berbentuk padat yang terdiri dari deposit kristal asam urat yang
keras, tidak nyeri dan terdapat pada sendi atau jaringan. Tofus merupakan komplikasi
kronis dari hiperurisemia akibat kemampuan eliminasi urat tidak secepat produksinya.
Tofus dapat muncul di banyak tempat, diantaranya kartilago, membrana sinovial, tendon,
jaringan lunak dan lain-lain.7
II.2.2 Epidemiologi
Kejadian atau prevalensi artritis gout jumlahnya bervariasi tiap negara. Di Amerika
Serikat, laki-laki berumur di atas 18 tahun prevalensinya mencapai 1,5%. Di Selandia
Baru, didapatkan 1-18 per 1000 penduduk menderita asam urat. Di Indonesia, asam urat
7
banyak dijumpai pada etnis Minahasa, Toraja dan Batak. Prevalensi tertinggi pada
penduduk pantai dan yang paling tinggi yaitu daerah Manado-Minahasa, ini dikarenakan
kebiasaan mereka mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar. Angka kejadian artritis
gout di Minahasa sebesar 29,2% pada tahun 2003.8
Artritis gout lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, puncaknya
pada dekade ke-5. Di Indonesia, artritis gout terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar
32% pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada wanita, kadar asam urat umumnya
rendah dan meningkat setelah usia menopause. Prevalensi artritis gout di Bandungan, Jawa
Tengah, prevalensi pada kelompok usia 15-45 tahun sebesar 0,8%; meliputi pria 1,7% dan
wanita 0,05%. Di Minahasa (2003), proporsi kejadian artritis gout sebesar 29,2% dan pada
etnik tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah menderita gout 6,5
tahun atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah.8
II.2.3 Etiologi
Gejala artritis gout akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari penyebabnya,
penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik.9
Asam urat merupakan zat sisa yang dibentuk oleh tubuh pada saat regenerasi sel.
Beberapa orang dengan gout membentuk lebih banyak asam urat dalam tubuh nya (10%).
Sisanya (90%), tubuh anda tidak efektif membuang asam urat melalui air seni. Genetik,
jenis kelamin dan nutrisi (peminum alkohol, obesitas) memegang peranan penting dalam
pembentukan penyakit gout.9
II.2.4 Patogenesis
Gout primer (90% dari semua kasus); Mayoritas bersifat idiopatik (>95%), memiliki
pewarisan yang multifaktorial dan berkaitan dengan produksi berlebih asam urat dengan
ekskresi asam urat yang normal atau meningkat atau produksi asam urat yang normal
dengan ekskresi yang kurang, konsumsi alkohol berlebih, dan obesitas merupakan faktor
predisposisi. Kasus primer dengan persentase yang kecil berkaitan dengan defek enzim
tertentu(misalnya defisiensi parsial enzim HGPRT (hypoxanthine-guanine
phosphoribosyltranferase) yang berkaitan dengan kromosom X).10
8
Gout sekunder (10% dari semua kasus); Sebagian besar berkaitan dengan
peningkatan pergantian asam nukleat yang terjadi pada hemolisis kronik, polisitemia,
leukemia dan limfoma. Yang lebih jarang ditemukan adalah pemakaian obat-obatan
(khususnya diuretik, aspirin, asam nikotinat dan etanol) atau gagal ginjal kronik yang
menimbulkan hiperurisemia simtomatik. Intoksikasi timbal (timah hitam) dapat
menyebabkan penyakit saturnine gout. Kadang-kadang defek enzim tertentu yang
menyebabkan penyakit von Gierke (penyakit simpanan glikogenlglycogen storage disease
tipe I) dan sindrom Lesch-Nyhan (dengan defisiensi total HGPRT yang hanya terlihat
pada laki-laki serta disertai defisit neurologis) menimbulkan keluhan dan gejala penyakit
gout.10
Kemungkinan untuk terserang gout lebih tinggi bila kadar asam urat dalam tubuh
tinggi. Faktor yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh antara lain:11
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku Maori di Australia.
Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali sedangkan
Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling
tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan
konsumsi alkohol.
Gout cenderung lebih sering pada pria dibandingkan wanita dikarenakan wanita
memiliki kadar asam urat lebih rendah dari pria. Setelah menopause kadar asam
urat pada wanita mendekati pria. Pria dapat terserang gout pada usia yang lebih
muda biasanya usia antara 40 sampai 50 tahun, sedangkan wanita cennderung
mulai muncul tanda-tanda gout setelah menopause.
Gaya hidup
9
asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum. Selain
itu konsumsi ikan laut juga dapat meningkatkan resiko gout. Ikan laut merupakan
makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi
mengakibatkan asam urat.
Kondisi medis
Beberapa penyakit dan kondisi dapat meningkatkan resiko terserang gout. Misal
seperti hipertensi tidak terkontrol, diabetes, hiperlipidemia, dan arteriosklerosis.
Obat-obatan
Tanda dan gejala dari gout hampir selalu akut, muncul tiba-tiba, biasanya saat malam
hari, dan tanpa gejala-gejala awal. Tanda dan gejala gout secara umum antara lain :12
10
II.2.7 Perjalanan Penyakit Gout Artritis
Asimptomatik
Fase dimana penderita tidak memiliki keluhan namun terdapat hiperuricemia dan
deposit kristal pada jaringan. Penimbunan kristal yang terjadi pada fase ini sudah
menimbulkan kerusakan.
Akut
Fase akut dimulai saat kristal urat pada sendi menyebabkan peradangan akut. Hal
ini ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak, dan teraba hangat yang
berlangsung bisa sampai seminggu. Nyeri yang dirasakan mulai dari ringan sampai
berat. Biasanya serangan pertama dirasakan pada ekstremitas bawah 50%
menyerang sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki. Kadar asam urat mungkin
normal pada setengah penderita gout akut. Gout mungkin menyerang sendi yang
berbeda.
Interkritikal
Fase interkritikal muncul ketika fase akut sudah mulai menghilang, saat ini
penderita memasuki fase tenang. Walaupun sudah memasuki masa tenang namun
proses penumpukan kristal urat di jaringan tetap berlanjut. Lamanya fase
interkritikal tergantung dari progresifitas penyakit.
Kronik
Fase gout kronik ditandai dengan artritis kronik dengan nyeri pada sendi. Penderita
gout juga mungkin memiliki tophi (benjolan yang terbentuk dari deposit kristal urat
pada jaringan) – biasanya pada area yang lebih dingin misal siku, telinga, dan sendi
distal jari.9
11
Tabel.1 Fase gout menurut perjalanan penyakitnya :13
Artritis Gout
Asimptomatik Artritis Gout Akut Interkritikal Gout Kronik dengan
Tofi
Kadar asam Kadar asam urat tidak Fase tenang Mulai dari
urat tinggi terlalu tinggi setelah serangan serangan
Tidak ada Perjalanan eksplosif, pertama pertama sampai
gejala diduga ada faktor Berlangsung 6 kronisitas
arrtritis, tofi, presipitasi bulan sampai 2 memerlukan
urolitiasis Monoartikuler tahun, bahkan waktu 11 tahun
50% MTP I sampai 5 atau 10 Poliartikuler
Serangan biasanya tahun
pada malam hari
Self-limiting dalam 10
hari namun jika
diobati dapat sembuh
dalam 3 hari
Pada pria timbul pada
usia 30-45 tahun,
wanita pada saat pasca
menopause
Tofus terbentuk bila kadar asam urat > 9 mg%, terdiri dari monosodium urat yang
dikelilingi oleh sel inflamasi.
Lokasi tofus : tulang rawan, tendon, sinovial, lemak, katup mitral, miokard, mata dan
laring.
Tofus subkutan bisa ditemukan pada jari, pergelangan tangan, telinga, prepatella dan
olekranon.13
12
II.2.8 Pemeriksaan Penunjang
II.2.8.1 Darah
Pemeriksaan darah berguna untuk mengetahui kadar asam urat dalam darah.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan apakah seseorang beresiko terserang gout atau
tidak. Selain itu, melalui pemeriksaan ini juga dapat membantu menentukan fase
perjalanan penyakit penderita gout.14
Foto polos dapat digunakan untuk mengevaluasi gout, namun, temuan umumnya
baru muncul setelah minimal 1 tahun penyakit yang tidak terkontrol. Bone scanning
juga dapat digunakan untuk memeriksa gout, temuan kunci pada scan tulang adalah
konsentrasi radionuklida meningkat di lokasi yang terkena dampak.14
Pada fase awal temuan yang khas pada gout adalah asimetris pembengkakan di
sekitar sendi yang terkena dan edema jaringan lunak sekitar sendi. 14
Pada pasien yang memiliki beberapa episode yang menyebabkan artritis gout pada
sendi yang sama, daerah berawan dari opacity meningkat dapat dilihat pada plain
foto.14
13
Pada tahap berikutnya, perubahan tulang yang paling awal muncul. Perubahan
tulang awalnya muncul pada daerah sendi pertama metatarsophalangeal (MTP).14
Perubahan ini awal umumnya terlihat di luar sendi atau di daerah juxta-artikularis.
Temuan ini antara-fase sering digambarkan sebagai lesi menekan-out, yang dapat
berkembang menjadi sklerotik karena peningkatan ukuran.14
Pada gout kronis, temuan tanda yang tophi interoseus banyak. Perubahan lain
terlihat pada radiografi polos-film pada penyakit stadium akhir adalah ruang yang
menyempit serta deposit kalsifikasi pada jaringan lunak.14
II.2.9.1 Pseudogout
II.2.9.2 Osteoartritis
14
II.2.9.3 Rheumatoid artritis
II.2.10 Diagnosis
Gold standard dalam menegakkan gout artritis adalah ditemukannya kristal urat MSU
(Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk memudahkan diagnosis gout artritis
15
akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (American College Of Rheumatology) tahun 1977
sebagai berikut :18
II.2.11 Penatalaksanaan
Secara umum penanganan artritis gout adalah pemberian edukasi, pengaturan diet,
istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak terjadi
kerusakan sendi atau komplikasi lain, seperti pada ginjal. Pengobatan atritis gout akut
bertujuan untuk menghilangkan keluhan nyeri dan peradangan dengan kolkisin, OAINS,
kortikosteroid, atau hormon ACTH. Obat penurun asam urat seperti allopurinol atau obat
urikosurik tidak boleh diberikan pada stadium akut, namun pada pasien yang telah rutin
mendapat obat penurun asam urat sebaiknya tetap diberikan.19
Dosis standar kolkisin untuk atritis gout secara oral 3-4 kali, 0,5-0,6 mg per hari
dengan dosis maksimal 6 mg. Sedangkan OAINS yang serig dipakai adalah indometasin
dengan dosis 150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan 75-100 mg/hari untuk minggu
berikutnya atau sampai nyeri dan peradangan berkurang. Kortikosteroid dan hormon
16
ACTH diberikan apabila pemberian kolkisin dan OAINS tidak efektif atau
kontraindikasi.19
Pada stadium interkritikal dan menahun tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan
kadar asam urat hingga normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat
dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat allopurinol bersama
obat urikosurik lain.19
II.2.12 Pencegahan
Makanan yang mengandung tinggi purin dan tinggi protein sudah lama diketahui
dapat menyebabkan dan meningkatkan risiko terkena gout. Untuk menurunkan kadar asam
urat dalam darah dapat dilakukan sebagai berikut : 20
17
1. Kalori sesuai kebutuhan
2. Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks ini sebaiknya
tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula,
permen, arum manis, gulali, dan sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan
meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
3. Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang
tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan protein yang dianjurkan
bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg
berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal
dari susu, keju dan telur.
4. Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi
lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
5. Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui
urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5
18
liter atau 10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi.
Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang
mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon,
blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-
buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian,
karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
6. Tanpa alkohol
II.2.13 Komplikasi
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1.Desain Penelitian
Populasi target penelitian adalah orang-orang lanjut usia yang mengikuti kegiatan
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Klari. Sampel diambil dengan
metode consecutive sampling yaitu dari data peserta penyuluhan yang mengikuti kegiatan
Prolanis. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi akan dikumpulkan. Dari hasil inklusi dan
ekslusi di dapatkan 25 sampel. Nama subyek tidak akan ditampilkan pada hasil.
1. Peserta Prolanis yang berusia lanjut yang bersedia untuk diteliti dengan
menandatangani surat persetujuan peserta penelitian.
Adapun kriteria eksklusi yaitu orang yang tidak bersedia untuk diteliti dan tidak kooperatif.
Langkah-langkah dalam kegiatan penelitian yang dilakukan tercantum pada bagan di bawah
berikut;
20
Populasi
Consecutive Sampling
Sampel
Pengumpulan data
Bagan 1.Kerangka kerja tingkat pengetahuan anak tentang gout artritis pada orang lanjut usia
(Arikunto,2006)
21
III.7.Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian
kuesioner oleh peneliti kepada responden yang dijadikan sampel penelitian sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti meminta inform
consent (surat persetujuan) kepada responden untuk dijadikan sampel penelitian, apabila
responden setuju maka peneliti memberikan kuesioner dan meminta anak untuk mengisi
kuesioner tersebut sesuai pemahaman.
SP
P x 100 %
SM
Keterangan :
Dalam pemberian skor untuk pengetahuan diberi skor 1 untuk jawaban yang benar
dan jawaban yang salah diberi skor 0. Berdasarkan hasil pertimbangan kemudian hasilnya di
interprestasikan pada kriteria:6
B).Pengetahuan cukup = 56 – 75 %
C).Pengetahuan kurang = 40 – 55 %
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1 Ya 25 100%
2 Tidak 0 0%
Jumlah 25 100 %
1 Pria 7 28%
2 Wanita 18 72%
Jumlah 25 100 %
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden pria sebanyak 7 orang (28%)
dan sisanya 18 orang (72%) merupakan responden wanita
23
No Umur Responden Jumlah Persentase
3 >70 tahun 1 4%
Jumlah 25 100 %
2. Kurang 10 40%
3. Cukup 9 36 %
4. Baik 2 8%
Jumlah 25 100 %
24
No Pengetahuan Berdasarkan
Persentase Benar Persentase Salah
Pertanyaan
25
BAB V
PEMBAHASAN
Informasi mengenai gout atrtritis pada saat ini sebenarnya mudah didapat. Informasi
bisa didapat dari penyuluhan, konsultasi, media tulisan, pamflet, televisi. Internet yang dapat
dengan mudah diakses orang di daerah perkotaan bahkan sudah masuk ke daerah pedesaan
juga, bisa dipakai untuk mencari banyak informasi tentang gout artritis. Permasalahan disini
adalah apakah sarana dan prasarana yang tersedia saat ini dipakai untuk mencari informasi
terhadap suatu permasalahan penyakit. Peran serta masyarakat awam untuk mencari
informasi secara mandiri dapat membantu untuk peningkatan pengetahuan dan pemahaman.
Dari hasil yang didapatkan, ternyata sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang mengenai gout artritis sebesar 40%, 36% responden memiliki
tingkat pengetahuan yang cukup, 16% responden memiliki tingkat pengetahuan yang tidak
baik, dan hanya 8% responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai gout
artritis. Tingkat pengetahuan responden yang kurang perlu diidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan seperti apakah tingkat pendidikan berpengaruh pada kurangnya pengetahuan,
26
apakah informasi yang didapat masih minim, bagaimana pemahaman responden setelah
diberi informasi. Hal-hal ini perlu dicari lagi penyebabnya sehingga diharapkan dapat
ditemukan solusi dari masalah ini.
Dari uraian di atas, responden terlihat masih belum mengerti sepenuhnya tentang gout
artritis. Untuk meningkatkan pengetahuan orang lanjut usia terhadap gout artritis, dapat
dilakukan dengan menambah informasi penyakit ini. Cara yang dapat dilakukan antara lain
melakukan penyuluhan, memberikan nasehat atau informasi saat konsultasi penyakit,
memberikan brosur, leaflet, dan menaruh spanduk yang berisi pengetahuan tentang suatu
penyakit di areal puskesmas Klari.
27
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Data umum adalah 25 responden merupakan orang lanjut usia yang termasuk
dalam program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) di Puskesmas Klari, Kecamatan
Klari. Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan banyaknya pria berjumlah 7 orang (28%)
dan wanita berjumlah 18 orang (72%). Seluruh responden yang mengikuti penelitian
telah memperoleh penyuluhan mengenai gout artritis sebelumnya (100 %)
VI.1.2.1 Pada bagian definisi mengenai gout artritis, persentase jawaban benar pada
responden sebesar 56%. Jadi pengetahuan umum mengenai gout artritis termasuk cukup.
VI.1.2.2 Pada bagian pengetahuan penyebab gout artritis, persentase jawaban benar
pada responden sebesar 20%. Jadi pengetahuan diet dan pola hidup mengenai gout
artritis termasuk kurang.
VI.1.2.3 Pada bagian pengetahuan gejala gout artritis, persentase jawaban benar
pada responden sebesar 76%. Jadi pengetahuan diet dan pola hidup mengenai gout
artritis termasuk cukup.
28
artritis termasuk kurang.
VI.2 Saran
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti
lain yang akan melakukan penelitian di masa yang akan datang yaitu sebagai bahan
masukan mengenai pengetahuan tentang gout artritis serta untuk penelitian
selanjutnya hendaknya menggali lebih dalam lagi gambaran atau faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pengetahuan lanjut usia tentang gout artritis.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. So A. Imaging of gout : finding and utility. The Artritis Reseach and Therapy journals.
Available at: http://artritis-research.com/series/gout
2. Wallace KI, Riedel AA, Joseph-Ridge N, Wortmann R. Increasing prevalence of gout and
hyperuricemia over 10 years among older adults in a managed care population. J Rheumatol
2004; 31:1582–87
4. Kementerian Kesehatan RI. Penyakit sendi rematik encok. Dalam: Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI;
2013. hal 94-6.
5. Dalimartha S. Resep tumbuhan obat untuk asam urat. Penebar Swadaya. 2008: Jakarta
Rineka Cipta
8. Weaver AL. Epidemiology of gout. Cleve Clin J Med. 75 Suppl 5: 2008. page 9–12
10. Eggebeen AT. Gout: an update. Am Fam Physician 76 (6): 2007. p. 801–8.
14. Bieber JD, Terkeltaub RA. Gout. On the brink of novel therapeutic options for an ancient
disease. Artritis Rheum 2004;50:2400–2414
15. Schwartz, Spencer, S., Fisher, D.G. Principles of Surgery eight edition. Mc-Graw Hill a
Division of The McGraw-Hill Companies. Enigma an Enigma Electronic Publication, 2005
16. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2005.
17. Varhan. Artritis. The Orthopaedic and Artritis Surgery Center, Nebraska, USA, 2001.
30
18. Schlesinger N. Diagnosis of gout. Minerva Med. 98 (6): 2007. p. 759–67
19. Schlesinger N. Diagnosing and treating gout: a review to aid primary care
physicians. Postgrad Med 122 (2): 2010. p. 157–61
20. Schlesinger N. Management of acute and chronic gouty artritis – present state of the art.
Drugs 2004;64: 2004. p. 2399‐416.
21. Hak AE, Choi HK. Lifestyle and gout. Curr Opin Rheumatol 20 (2). 2008. p. 179–86
31
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang dampak positif dan negatif pada prosedur
penelitian. Saya juga memahami, dan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang Lanjut Usia Peserta Prolanis
Terhadap Gout Artritis.
(................................................)
32
LAMPIRAN
KUESIONER
Gambaran Tingkat Pengetahuan Lanjut Usia Peserta Prolanis mengenai Gout Artritis
Nama :
Umur :
Alamat :
Petunjuk Pengisian
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan menyilang huruf a/b/c/d
1. Apa yang bisa menyebabkan penyakit 6. Makanan apa yang meningkatkan asam
gout (asam urat)? urat?
a.Kurang aktivitas c. Tidak pernah a. Udang c. Mujair
minum susu b. Telur d. Ubi
b.Keturunan/Genetik d. Suka mandi
malam 7. Makanan apa yang dapat dimakan saat
2. Berapa kadar asam urat normal? asam uratnya tinggi?
a. 5.5mg/dL c. 9.5mg/dL a. Permen c. Durian
b. 7.5mg/dL d.Tidak tahu b. Hati d. Nasi
3. Umur berapa yang sering terkena 8. Minuman apa yang dapat diminum saat
penyakit ini? asam uratnya tinggi?
a. 20-40 tahun c. Kurang dari 20 a. Sirup manis c. Jus alpukat
tahun b. Alkohol d. Air mineral
b. Lebih dari 40 d. Tidak tahu
tahun 9. Saat terkena nyeri sendi, apa yang
sebaiknya bapak/ibu lakukan?
4. Jika saat diperiksa di lab, asam uratnya a. Mandi saat malam hari c. Kompres
normal, apakah berarti bapak/ibu tidak hangat
terkena penyakit gout? b. Memantang makanan d. Tidak tahu
a. Ya b. Tidak
10. Komplikasi penyakit apa yang dapat
5.Apa salah satu gejala yang timbul pada ditimbulkan dari penyakit gout?
pasien dengan asam urat? a. Batu ginjal c. Penyakit hati
a. Nyeri di paha c. Nyeri kepala b. Penyakit maag d. Tidak tahu
b. Nyeri dada d. Nyeri di lutut
33