Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
Oleh :
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
di RSU Bina Kasih Medan Tahun 2017”. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
kritik, dan saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis
Sumatera Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
5. dr. Fauzi, SKM, selaku Penguji I yang telah banyak memberikan masukan
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. dr. Heldy Bz, MPH, selaku Penguji II yang telah banyak memberikan
7. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik
FKM USU.
9. Mizan, SKM selaku Pengawas ruangan yang telah memberikan data dan
10. Seluruh Perawat RSU Bina Kasih Medan yang telah bersedia menjadi
11. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang
12. Teristimewa penulis ucapkan kepada orang tua yang amat penulis cintai
anak-anaknya.
13. Terima kasih kepada abang dan Kakak tercinta Linra Nainggolan yang
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14. Terima kasih kepada kakak Siti Zubaidah SKM dan dr. Sabrina Ketaren
15. Terima kasih kepada Hunter Antony Lumbantoruan yang telah banyak
16. Teman - teman FKM USU Angkatan 2013 khususnya Departemen AKK
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih
belum sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.6 Indikator – Indikator Stres Kerja .......................................... 27
2.4 Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat .......................... 28
2.5 Kerangka Konsep........................................................................... 30
2.6 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 30
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 71
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 71
6.2 Saran ............................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 73
LAMPIRAN
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Stres Kerja Perawat Dilihat dari Ruang
Dinas Perawat di RSU Bina Kasih Medan Tahun 2017.............. 47
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.11 Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman
Antara Stres Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Berdasarkan Gejala Psikologis di RSU Bina Kasih Medan
Tahun 2017.................................................................................. 57
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1 Kuesioner Penelitian
3 Master Tabel
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH
IQ : Intelligence Quotient
NICU/ PICU : Neonatal Intensive Care Unit/ Perinatal Intensive Care Unit
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
27 Mei 1995 di Sihorbo dan beragama Kristen Protestan, dengan suku bangsa
penulis adalah Batak Toba. Penulis merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara dari
2001 sampai 2007, SMP Sihorbo dari tahun 2007 sampai tahun 2010, SMA N1
Siempat Nempu Adiannangka dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Pada tahun
kebijakan Kesehatan.
xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
instalansi khusus, instalansi bedah dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
pelayanan di rumah sakit selama 24 jam sehari serta memiliki kontak yang
konstan dengan pasien sampai pasien keluar dari rumah sakit. Perawat
maupun pasien yang menderita penyakit akut ataupun kronis, dan dalam keadaan
darurat yang dapat mengancam jiwa. Perawat di rumah sakit bertugas pada
pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik, pelayanan gawat darurat, dan
berjalan sesuai dengan harapan jika perawat memiliki kinerja yang baik, sehingga
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang
setiap tahap dari 5 tahap asuhan keperawatan di lembar rekam medis yang
pelayanan yang diberikan sudah sesuai atau belum dengan standar yang dipakai
atau dengan kata lain, dokumentasi merupakan bukti otentik kualitas asuhan
Indikator kinerja dapat dibagi menjadi tujuh yaitu tujuan, standar, umpan
balik, alat atau sarana, kompetensi, motif, peluang (Wibowo, 2014). Kinerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu beban kerja yang dirasakan terlalu berat
dan waktu kerja yang berat. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perawat
bahwa kinerja tenaga kesehatan masih belum optimal. Kinerja perawat di rumah
sakit swasta yakni RSU Permata Bunda Medan dalam kategori cukup sebesar
41,4%, kategori kurang sebesar 34,5% dan kategori baik sebesar 24,1% dengan
keperawatan (69,0%), rata-rata lama kerja di rumah sakit lebih dari 5 tahun
(65,5%), serta sebagian besar usia perawat adalah > 30 tahun (51,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata kinerja perawat di rumah sakit tersebut masih relatif
rendah meskipun dengan karakteristik individu perawat yang sudah cukup optimal
hanya berhubungan dengan pasien, juga dengan lingkungan kerja perawat. Hal
yang dapat menimbulkan stres adalah keterbatasan sumber daya manusia. Jumlah
perawat dengan jumlah pasien yang tidak seimbang akan menyebabkan kelelahan
dalam bekerja karena kebutuhan pasien terhadap pelayanan perawat lebih besar
dari standar kemampuan perawat. Kondisi ini yang akan berdampak pada keadaan
psikis perawat seperti lelah, emosi, bosan, perubahan mood dan dapat
yang ada di rumah sakit sebanyak 410.253 orang. Proporsi tenaga perawat yang
diregistrasi oleh MTKI (2016) sebesar 41,83%. Rasio perawat tahun 2016 secara
nasional adalah 113,40 per 100.000 penduduk dengan target tahun 2019 yaitu 180
per 100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan belum mencapai target sebelumnya
tahun 2014 yaitu 158 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2016, kondisi tenaga
perawat di rumah sakit berjumlah 150.512 orang dengan jumlah rumah sakit
Stres adalah suatu respon yang dibawa oleh berbagai peristiwa eksternal
dan dapat berbentuk pengalaman positif atau pengalaman negatif (Wincent dan
Ortqvist, 2008). Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja berdampak emosi tidak stabil, perasaan
tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, tekanan darah meningkat, dan
Indonesia (PPNI) pada tahun 2006 menunjukkan sekitar 50.9 % perawat yang
merasa pusing, lelah, kurang ramah, kurang istirahat akibat beban kerja terlalu
pada gejala psikologis seperti cepat marah, ketegangan kerja, kegelisahan kerja
dan kebosanan kerja. Indikator pada gejala fisik seperti meningkatnya detak
jantung dan tekanan darah, sakit perut dan sakit kepala. Dan indikator pada gejala
perilaku seperti merokok berlebihan, sulit tidur, absensi meningkat dan berbicara
akan berdampak negatif pada sikap kerja yang kurang profesional kepada pasien
dan keluarganya. Selain itu stress mengakibatkan emosi perawat yang tidak stabil.
emosi yang tidak sehat. Dorongan emosi yang tidak sehat yang merupakan gejala
psikologis dari stres kerja inilah yang dapat menghambat karir dan kinerja seorang
emosinya sehingga mampu membangun relasi yang harmonis dengan orang lain
gejala fisik, gejala psikologis, gejala perilaku. Beban kerja yang berlebihan,
lingkungan kerja yang berisiko, shift kerja yang berlebihan, hal tersebut
Sedangkan hubungan dengan dokter dan teman sejawat karena komunikasi buruk
Berdasarkan survei awal di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan yang
merupakan salah satu rumah sakit swasta Kelas B, terakreditasi pada tahun 2012.
Jumlah perawat pelaksana yang bertugas disetiap ruangan dengan rata rata shift
pagi 4-6 orang, shift sore 3-4 orang dan shift malam 3-4 orang. RSU Bina Kasih
memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 313 TT dengan jumlah perawat di setiap
ruangan 108 orang, dimana rasio perawat dengan tempat tidur adalah 1: 3. Jumlah
pasien pada bulan Oktober 2017 sebanyak 1054 orang, dengan rata-rata jumlah
pasien poliklinik per hari 180-200 orang, jumlah pasien di IGD setiap hari nya 10
-20 orang per hari, jumlah pasien ICU 4-5 orang perhari. Standar nilai BOR
menurut Depkes adalah 60 – 85%. Nilai BOR di RSU Bina Kasih Medan adalah
kinerja perawat dimana mewakili yang bertugas masing masing di tiap ruang
dinas perawat RSU Bina Kasih Medan yang terdiri dari ruang gawat darurat,
rawat jalan (poliklinik), ruang baby, ruang HBOT, ruang rawat inap seperti ruang
mawar, melati, cendrawasih, nuri pria, serta nuri wanita, dan ruang instalansi
khusus seperti ICU, NICU/PICU, serta ruang operasi. Dengan melihat 20 contoh
rekam medis asuhan keperawatan pada bulan oktober 2017 sebagai sampel. Pada
tiap ruang dinas perawat RSU Bina Kasih Medan dimana 55% perawat tidak
rencana perawatan berdasarkan kebutuhan pasien pada rekam medis, 35% tidak
mewakili di setiap ruang dinas perawat menemukan gejala – gejala stres kerja
yang terjadi pada perawat. Pada 10 orang perawat ditemukan 5 orang perawat
yang mengeluhkan sering merasa kelelahan saat bekerja, 3 orang perawat yang
mengeluh mudah tersinggung dan marah saat menghadapi pasien dan keluarga
pasien karena pekerjaan yang banyak dan 2 orang merasa jenuh dan bosan saat
bekerja. Hal tersebut merupakan indikator stres kerja seperti gejala fisik, gejala
psikologis dan gejala perilaku. Ditemukan juga keluarga pasien yang mengeluh
ramah.
diet kepada pasien khususnya ruang rawat inap, membersihkan ruang perawatan
dan peralatan perawatan khususnya ruang instalasi khusus seperti ruang IGD,
ICU, NICU/PICU dan ruang operasi. Ada beberapa perawat yang keluar setelah
bekerja selama 2 tahun (masa kontrak kerja selesai) dan digantikan dengan
perawat yang baru, dan belum berpengalaman. Kurangnya kerja sama antar
sesama perawat dan atasan atau kepala ruangan dalam melaksanakan asuhan
harus meminjam alat ke ruangan lainnya khususnya ruang rawat inap, jadwal shift
kerja yang berlebihan dan melelahkan, sistem rotasi ruang kerja yang tidak sesuai
dengan standar yaitu terlalu cepat, tidak merata pada seluruh perawat dan tidak
konsisten seperti rotasi ruang dinas setiap 6 bulan sekali dan terkadang 3 bulan
sekali, serta jumlah pasien per hari yang tidak menentu dan tidak sesuai dengan
antara stres kerja dengan kinerja perawat di RSU Permata Bunda, besarnya stres
kerja dan kinerja perawat khususnya ruang IGD dan ICU dengan mayoritas nilai
kinerja perawat yaitu kinerja cukup sebanyak 12 orang (41,4%), dan stres kerja
antara stres kerja dengan kinerja perawat ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura
Langkat, adanya hubungan stres kerja berdasarkan gejala fisik, gejala psikologis,
dan gejala perilaku dengan kinerja perawat ruang rawat inap. Besarnya stres kerja
perawat ruang rawat inap dengan mayoritas nilai stres kerja yaitu stres kerja
untuk melihat kinerja perawat dan tingkat stres kerja berdasarkan gejala fisik,
gejala psikologis dan gejala perilaku yang dialami perawat tiap ruang dinas di
RSU Bina Kasih Medan, dimana RSU ini belum pernah dilakukan penelitian yang
berkaitan dengan stres kerja yang dialami perawat dan kinerja perawat di dalam
Dengan Kinerja Perawat Pelaksana di RSU Bina Kasih Medan Tahun 2017”.
permasalahan penelitian yaitu: Apakah ada hubungan stres kerja (gejala fisik,
gejala psikologis, dan gejala perilaku) dengan kinerja perawat pelaksana di RSU
gejala fisik dengan kinerja perawat pelaksana di RSU Bina Kasih Medan
tahun 2017
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi RSU Bina Kasih Medan
tentang stres kerja dan kinerja perawat pelaksana dalam memberikan mutu
masing-masing.
2.1 Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan
kinerja diantaranya beban kerja. Beban kerja yang dimaksud adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan
Standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap
staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat
sebuah pekerjaan dilakukan secara efektif. Standar kinerja dipakai apabila tidak
manajer dan pekerja agar lebih mudah memonitor kinerja dan digunakan sebagai
dasar evaluasi. Sebuah organisasi harus mempunyai standar kinerja yang jelas dan
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
kompetensi, peluang, standar, dan umpan balik. Kaitan di antara ketujuh indikator
seperti berikut :
1. Tujuan
Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari oleh
arah ke mana kinerja harus dilakukan atas dasar arah tersebut. Untuk
yang diinginkan.
2. Standar
dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai.
standar yang ditentukan atau disepakati bersama antara atasan dan bawahan.
3. Umpan Balik
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
sarana tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak
5. Kompetensi
6. Motif
7. Peluang
1. Faktor Kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai yang
memiliki IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk
akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu,
perawat perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the
right man on the right place, the right man on the right job).
2. Faktor Motivasi
kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah
untuk mencapai tujuan kerja. Kinerja sering sekali dikaitkan dengan motivasi
Oleh karena itu, persamaaan kinerja menjadi sebagai berikut: kinerja = f (ability x
motivation x opportunity).
dengan standar praktik profesional dan peraturan yang berlaku. Penilaian kinerja
2007).
secara keseluruhannya.
perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui
secara keseluruhannya.
staf yang lebih tepat guna, sehingga mempunyai tenaga yang cakap dan
terampil.
2.2.1 Definisi
baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun
pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit
sampai penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu untuk mencapai prestasi
4. Peneliti keperawatan
harapan minimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan
melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
asuhan keperawatan.
diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar
asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai
dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat
2006).
A. Pengkajian Keperawatan
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan,
c. Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.
B. Diagnosa Keperawatan
2. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E), dan tanda
atau gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
diagnosa keperawatan.
terbaru.
C. Perencanaan Keperawatan
tindakan keperawatan.
keperawatan.
klien.
D. Implementasi Keperawatan
yang digunakan.
E. Evaluasi Keperawatan
dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun
kriteria prosesnya:
keperawatan.
keperawatan diawali dengan kegiatan pengkajian saat pasien masuk rumah sakit.
Pengkajian bertujuan untuk menggali informasi yang penting (data) yang akan
sesuai kebutuhan pasien dan prioritas masalah yang ada. Implementasi adalah
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan efektif atau
Menurut Gibson, dkk (2003), secara teoritis ada tiga kelompok variabel
yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel
Tugas dan tanggung jawab perawat bukan hal yang ringan untuk dipikul.
Disatu sisi perawat bertanggung jawab terhadap tugas fisik, administratif dari
pertahanan diri pasien yang muncul pada pasien akibat sakitnya, ketegangan,
kejenuhan dalam menghadapi pasien dengan kondisi yang menderita sakit kritis
atau keadaan terminal, disisi lain ia di tuntut untuk harus selalu tampil sebagai
profil perawat yang baik oleh pasiennya. Berbagai situasi dan tuntutan kerja yang
dukungan yang diberikan manajer dan team leader), faktor tim (dukungan dan
semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama
anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim), faktor sistem (sistem kerja,
fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan organisasi, proses organisasi dan
Stres adalah suatu respon yang dibawa oleh berbagai peristiwa eksternal
dan dapat berbentuk pengalaman positif atau pengalaman negatif (Wincent dan
Ortqvist, 2008). Menurut Siagian (2008) stres adalah kondisi ketegangan yang
menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari simptom, antara lain emosi
tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang
berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan
a. Eustress, yaitu hasil respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan
b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap yang bersifat tidak sehat, negatif
kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas
pengawasan yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak
antara lain:
1. Stres tahap pertama yaitu : stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang
2. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi
tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah
sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman
3. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi
tidak teratur, otot kaku, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali, bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh
4. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak
pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun,
5. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik
6. Stres tahap keenam yaitu tahapan stres dengan tanda, seperti jantung
berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
Namun efek negatif lebih sering terlihat. Efek negatif tersebut dapat berupa
keputusan. Sedangkan jika pegawai mampu mengelola stres secara optimal maka
stres tersebut mampu menghasilkan dampak positif berupa motivasi yang tinggi,
1. Gejala Fisik
2. Gejala Psikologis
menunda-nunda pekerjaan.
3. Gejala Perilaku
kecelakaan kerja.
sumberdayanya. Gejala stres menurut Arden (2005) dibagi menjadi tiga gejala
yakni : gejala psikologis, gejala fisik, dan perilaku. Berikut tabel gejala stres kerja
Stres yang dialami oleh seseorang juga akan mengubah sistem kekebalan
kekebalan tubuhnya. Ditemukan bukti bahwa pada saat suasana hati seseorang
negatif terjadi penurunan respon antibodi, sedangkan pada saat suasana hati
a. Cepat marah.
b. Ketegangan kerja.
c. Kegelisahan kerja.
d. Kebosanan kerja.
c. Sakit kepala.
d. Sakit perut.
a. Merokok berlebihan.
b. Sulit Tidur.
c. Absensi Meningkat.
signifikan antara stres kerja dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan
antara stres kerja perawat terhadap mutu pelayanan keperawatan di Ruang Rawat
Hal ini sejalan dengan penelitian Riza (2015) di RS Wijaya Kusuma Jawa
Timur, tentang Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Melalui Kepuasan
memiliki pengaruh yang signifikan antara stres kerja terhadap kinerja perawat
melalui kepuasan kerja dengan nilai korelasi negatif di RS Wijaya Kusuma tahun
2015.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Nopa (2016), di RSUD Tanjung
Pura Langkat, tentang Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Ruang
Inap, dimana ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara stres kerja
(variabel gejala fisik, gejala psikologis, dan gejala perilaku) dengan kinerja
perawat ruang rawat inap serta memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai
korelasi negatif.
efek yang buruk bagi pegawai. Efek tersebut mencakup pengambilan keputusan
yang semakin buruk dan penurunan efektivitas. Selain itu stres juga dapat
absen yang meningkat, dan kinerja pekerjaan yang menurun (Ivancevich dkk,
2009).
Stres Kerja
1. Gejala Fsik Kinerja Perawat
2. Gejala Psikologis Pelaksana
3. Gejala Perilaku
ini adalah ada hubungan stres kerja (gejala fisik, gejala psikologis, dan gejala
perilaku) dengan kinerja perawat pelaksana di RSU Bina Kasih Medan tahun
2017.
METODE PENELITIAN
antara dua variabel atau lebih, yaitu “menjelaskan hubungan stres kerja dengan
Simatupang No. 148 Sunggal – Medan, Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan
lokasi ini adalah berdasarkan survei yang telah dilakukan, diketahui tempat
penelitian masih terdapat masalah yang berkaitan dengan stres kerja yang dialami
perawat dan masih kurang maksimalnya kinerja perawat di rumah sakit tersebut.
Waktu yang diperlukan dalam penelitian di mulai dari bulan Februari 2017
3.3.1 Populasi
bertugas di setiap ruang dinas seperti : ruang gawat darurat, ruang instalasi
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
khusus, ruang rawat inap, rawat jalan, ruang baby, ruang operasi dan Ruang
HBOT di RSU Bina Kasih Kota Medan. Adapun jumlah perawat yang bekerja di
3.3.2 Sampel
yang diteliti yang dianggap mewakili dari seluruh populasi. Jumlah sampel
n= =
= 85 responden.
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N: Jumlah populasi
Dari rumus di atas, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini
dapat memadai yaitu : perawat dengan masa kerja diatas 3 bulan (lewat training),
pendidikan keperawatan, dan perawat yang aktif bekerja atau tidak sedang masa
cuti (Sugiyono, 2010). Besarnya sampel masing – masing perawat di tiap ruangan
terbuka kepada perawat yang menjadi responden yang berisi tentang pertanyaan
mengenai stres kerja dan kinerja perawat dan peneliti melakukan studi
personalia meliputi jumlah perawat pelaksana tiap ruangan, profil rumah sakit,
jumlah pasien dan data rekam medis di RSU Bina Kasih Medan.
Stres kerja adalah reaksi fisik, psikologi, dan perilaku yang timbul sebagai
respon adaptif terhadap tuntutan kerja. Stres kerja diukur melalui indikator gejala
b. Gejala fisik adalah adalah perubahan pada jasmani atau badan yang timbul
rangsangan dari luar akibat stres kerja seperti perubahan pola tidur, pola
pelaksana tiap ruangan dinas di RSU Bina Kasih Medan dalam melaksanakan
responden yaitu variabel stres kerja (gejala fisik, psikologis dan perilaku) dan
jawaban tidak pernah diberi skor (1), jarang skor (2), sering skor (3), selalu skor
1 variabel = 7 indikator
3. Gejala Perilaku
Selalu 4 28
Sering 3 21
Jarang 2 14
Tidak Pernah 1 7
dari sub variabel stres kerja yaitu gejala fisik (8 pernyataan), gejala psikologis (9
pernyataan) dan gejala perilaku stres kerja (7 pernyataan) dan diuraikan sebagai
berikut:
Untuk mengetahui sub variabel gejala fisik stres kerja diukur melalui 8
Untuk mengetahui sub variabel gejala psikologis stres kerja diukur melalui
Untuk mengetahui sub variabel gejala psikologis stres kerja diukur melalui
jawaban tidak pernah diberi skor (1), jarang diberi skor (2), sering diberi skor (3),
selalu diberi skor (4). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:
pertanyaan pada kuesioner diuji coba untuk melihat validitas dan reliabilitasnya.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar
ialah ketepatan pengukuran dalam menilai ciri atau keadaan subyek yang diukur
nilai Alpha Cronbach, jika nilai Alpha Cronbach > 0,60 maka butir soal
pada masing – masing skor yang diperoleh pada masing- masing item pernyataan
dengan skor dan teknik korelasi yang dipakai adalah korelasi product moment.
Correlation lebih besar dari r-tabel (0.361) pada taraf signifikansi 95% dengan
1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner stres kerja menunjukkan seluruh
item pertanyaan (24 item) yang terdiri dari 8 pertanyaan gejala fisik, 9
dengan nilai rh > rt. Dimana nilai r berada pada rentang 0,375- 0,879 dan nilai
seluruh item pertanyaan (30 item) dinyatakan valid. Dimana nilai r berada pada
rentang 0,377- 0,823 dan nilai reliabilitas adalah 0,954 (cronbach alpha >
0,60).
memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas. Uji Validitas dan reliabilitas dapat
spearman rho. Sebelum dilakukan uji korelasi tersebut, maka peneliti terlebih
berdistribusi normal maka dilakukan uji korelasi pearson product moment, jika
semua variabel penelitian berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji korelasi
Spearman Rho sebagai uji alternatif. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan stres kerja (gejala fisik, gejala psikologis dan gejala perilaku) dengan
RSU Bina Kasih diresmikan pada tanggal 17 September 2005 oleh kepala
Dinas Kesehatan Dr. Hj. Linda Wardani pada Tanggal 26 Maret 2012. RSU Bina
Kasih berlokasi di JL. Jend. TB Simatupang No. 148 Sunggal-Medan. RSU Bina
Kasih terus berinovasi untuk pengembangan setiap segi, baik sarana maupun
prasarana, serta pelayanan kesehatan yang didukung oleh dokter-dokter yang ahli,
layanan kesehatan, pada Tahun 2009 RSU Bina Kasih menambah kapasitas
tempat tidur menjadi 150 TT. RSU Bina Kasih kembali menambah kapasitas
tempat tidur menjadi 258 TT pada tahun 2012 dan pada tahun 2017 kapasitas
tempat tidur RSU Bina Kasih Medan bertambah menjadi 313 TT, bersamaan
dengan ditetapkannya RSU Bina Kasih sebagai Rumah Sakit Umum Kelas – B,
yang terdiri dari : Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Farmasi, Instlalasi Rawat
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Fasilitas Ambulance.
RSU Bina Kasih memiliki pelayanan medis yaitu dokter umum sebanyak
orang, perawat pelaksana sebanyak 108 orang, dan bidan sebanyak 82 orang.
4.1.2.1 Visi
keselamatan”.
4.1.2.2 Misi
pendidikan, status menikah, ruang tugas dan lama kerja di RSU Bina Kasih
umur yang tertinggi pada kelompok umur 21-25 tahun sebanyak 64 responden
(75,3%), dan klasifikasi umur terendah pada kelompok umur 31-35 tahun
dan minoritas lama bekerja responden pada kelompok > 5 tahun sebanyak 3
Stres kerja pada perawat di RSU Bina Kasih Medan diukur melalui
indikator stres kerja. Indikator stres kerja perawat dapat dilihat pada item-item
pertanyaan tentang stres kerja pada perawat berdasarkan gejala fisik, psikologis,
Berdasarkan hasil penelitian mengenai stres kerja pada perawat dilihat dari
atau merawat pasien kritis saat bekerja di rumah sakit. Mayoritas responden
sebanyak 52 orang (61,2%) menyatakan sering mengalami lelah (capek) dan tak
berdaya setelah merawat atau menghadapi pasien terutama pasien dengan kondisi
mengalami gejala fisik dari stres kerja yaitu selalu mengalami sesak pada dada
hingga sulit bernafas saat bekerja di rumah sakit dan merasa perut mulas, tegang,
kembung serta nyeri ulu hati saat merawat pasien di rumah sakit. Hal ini secara
diatas maka dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi stres kerja pada perawat
stres kerja berdasarkan gejala fisik yaitu dengan kategori sedang sebanyak 52
orang (61,2%), kategori berat sebanyak 24 orang (28,2%), dan kategori ringan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai stres kerja pada perawat dilihat dari
psikologis yang terdiri dari 9 pernyataan yang mengalami stres kerja berdasarkan
menyatakan jarang mengalami merasa jenuh dan bosan dengan pekerjaan saya di
mudah marah dan cepat tersinggung saat bekerja di rumah sakit tanpa sebab yang
kurang berkonsentrasi dan mudah lupa saat bekerja. Hal ini secara rinci dapat
maka dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi stres kerja pada perawat
stres kerja berdasarkan gejala psikologis yaitu kategori sedang sebanyak 49 orang
(49%), kategori ringan sebanyak 23 orang (27,1%) dan kategori berat sebanyak 13
orang (15,3%).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai stres kerja pada perawat dilihat dari
perilaku terdiri dari 7 pernyataan yang mengalami stres kerja berdasarkan gejala
saat saya tidak bisa tidur, lelah dan pusing. Mayoritas responden sebanyak 59
atau kehilangan nafsu makan) saat banyak masalah dalam pekerjaan. Mayoritas
yang diberikan atasan karena tidak mampu mengerjakan pekerjaan tersebut. Hal
maka dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi stres kerja pada perawat
stres kerja berdasarkan gejala perilaku yaitu dengan kategori sedang sebanyak 36
orang (42,4%), kategori berat sebanyak 31 orang (36,5%), dan kategori ringan
pada perawat yang dilihat dari ruang dinas perawat dijelaskan pada tabel 4.5
berikut:
Tabel 4. 5 Lanjutan
2 Ruang Poliklinik
Stres Berat 0 0,0
Stres Sedang 3 50,0
Stres Ringan 3 50,0
Jumlah 6 100
3 Ruang Mawar
Stres Berat 3 25,0
Stres Sedang 5 41,7
Stres Ringan 4 33,3
Jumlah 12 100
4 Ruang Melati
Stres Berat 1 12,5
Stres Sedang 4 50,0
Stres Ringan 3 37,5
Jumlah 8 100
5 Ruang Cendrawasih
Stres Berat 0 0,0
Stres Sedang 2 50,0
Stres Ringan 2 50,0
Jumlah 4 100
6 Ruang ICU
Stres Berat 6 66,7
Stres Sedang 3 33,3
Stres Ringan 0 0,0
Jumlah 9 100
7 Ruang NICU/PICU
Stres Berat 2 25,0
Stres Sedang 5 62,5
Stres Ringan 1 12,5
Jumlah 8 100
8 Ruang Baby
Stres Berat 0 0,0
Stres Sedang 3 75,0
Stres Ringan 1 25,0
Jumlah 4 100
9 Ruang Nuri Pria
Stres Berat 2 25,0
Stres Sedang 5 62,5
Stres Ringan 1 12,5
Jumlah 8 100
10 Ruang Nuri Wanita
Stres Berat 4 44,4
Stres Sedang 4 44,4
Stres Ringan 1 11,1
Jumlah 9 100
kerja perawat di ruang IGD terdapat 5 responden (71,4%) mengalami stres kerja
mengalami stres kerja kategori sedang dan ringan, di ruang mawar sebanyak 5
kerja kategori sedang dan ringan, di ruang ICU sebanyak 6 responden (66,7%)
responden (75,0%) mengalami stres kerja kategori sedang, di ruang nuri pria
sebanyak 1 responden (50,0%) mengalami stres kerja kategori sedang dan ringan.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas perawat yang mengalami stres
kerja kategori berat adalah perawat yang bekerja di ruang ICU dan IGD,
mayoritas perawat yang mengalami stres kerja kategori sedang adalah perawat
yang bekerja di ruang operasi, NICU/PICU, dan nuri pria, dan mayoritas perawat
keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja pada perawat secara
keseluruhan di RSU Bina Kasih Medan terbagi dalam tiga kategori indikator
gejala fisik, gejaik psikologis dan gejala perilaku yang dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut:
Berdasarkan hasil tabel 4.6 menunjukkan bahwa besarnya stres kerja pada
perawat pelaksana di RSU Bina Kasih Medan mayoritas stres kerja kategori
sedang sebanyak 42 orang (49,4%), stres kerja kategori ringan sebanyak 18 orang
pelaksana di RSU Bina Kasih Medan pada tahun 2017 sesuai dengan jawaban
(58,8%), hal ini bagian dari standar kinerja yaitu standart I tentang Pengkajian
keperawatan pasien sebanyak 49 orang (57,6%), hal ini bagian dari standar kinerja
36 orang (62,4%), hal ini bagian dari standar kinerja yaitu standart III tentang
pertama pada pasien yang membutuhkan sebanyak 55 orang (64,7%), hal ini
keperawatan yang telah dilakukan sebanyak 63 orang (74,1%), hal ini bagian dari
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja perawat pelaksana di RSU Bina Kasih
Medan pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
memiliki kinerja kurang baik sebanyak 29 orang (34,1%) dan distribusi responden
dinas perawat di RSU Bina Kasih Medan dijelaskan pada tabel 4.8 berikut:
ruangan dinas perawat dengan kinerja perawat di RSU Bina Kasih Medan adalah
cukup dan baik, di ruang mawar sebanyak 5 orang (41,7%) mempunyai kinerja
ruang cendrawasih sebanyak 2 orang (50,0%) mempunyai kinerja cukup dan baik,
sebanyak 3 orang (75,0%) mempunyai kinerja cukup, di ruang nuri pria sebanyak
5 orang (62,5%) mempunyai kinerja cukup, di ruang nuri wanita sebanyak 4 orang
(44,4%) mempunyai kinerja cukup dan kurang, di ruang operasi sebanyak 4 orang
kinerja kategori kurang adalah perawat yang bekerja di ruang ICU, mayoritas
perawat yang mempunyai kinerja cukup adalah perawat yang bekerja di ruangan
NICU/PICU dan ruang nuri pria, mayoritas perawat yang mempunyai kinerja baik
sehingga uji Pearson Product Moment tidak dapat digunakan maka uji alternatif
yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Secara rinci dapat dilihat pada
variabel berdistribusi tidak normal dengan masing masing variabel memiliki nilai
ρ - value = 0,0001. Oleh karena itu, kelima variabel data tersebut berdistribusi
tidak normal maka digunakan uji korelasi Spearman Rho untuk melihat hubungan
(10,6%) perawat yang mempunyai stres kerja ringan berdasarkan gejala fisik
diperoleh kinerja perawat kategori kurang tidak ada, cukup tidak ada, baik
sebanyak 9 orang (10,6%). Dari 52 orang (61,2%) perawat yang mempunyai stres
kerja sedang berdasarkan gejala fisik dengan kinerja perawat kategori kurang
orang (10,6%). Dan dari 24 orang (28,2%) perawat yang mempunyai stres kerja
gejala berat berdasarkan gejala fisik dengan kinerja perawat kategori kurang
sebanyak 22 orang (25,9%), cukup sebanyak 2 orang (2,4%), dan baik tidak ada.
rho antara stres kerja berdasarkan gejala fisik dengan kinerja perawat pelaksana
dapat diperoleh nilai korelasi rs = - 0,784, berarti korelasi stres kerja dengan
kinerja perawat mempunyai hubungan yang kuat. Nilai ρ - value sebesar 0,0001 <
0,05 (signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa yang artinya ada hubungan yang
signifikan antara stres kerja berdasarkan gejala fisik dengan kinerja perawat
pelaksana di RSU Bina Kasih Medan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.10
berikut:
Tabel 4.10 Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara
Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Berdasarkan
Gejala Fisik di RSU Bina Kasih Medan Tahun 2017
Stres Kinerja Perawat
Kerja Jumlah
Kurang Cukup Baik Rs Sig.(ρ)
Gejala
Fisik f % f % f % f %
Ringan 0 0,0 0 0,0 9 10,6 9 10,6
Sedang 7 8,2 36 42,4 9 10,6 52 61,2 -0,784 0,0001
Berat 22 25,9 2 2,4 0 0,0 24 28,2
Jumlah 29 34,1 38 44,7 18 21,2 85 100
(27,1%) perawat yang mempunyai stres kerja ringan berdasarkan gejala psikologis
diperoleh kinerja perawat kategori kurang tidak ada, cukup sebanyak 11 orang
(12,9%), baik sebanyak 12 orang (14,1%). Dari 49 orang (57,6%) perawat yang
(29,4%), baik sebayak 6 orang (7,1%). Dan dari 13 orang (15,3%) perawat yang
mempunyai stres kerja gejala berat berdasarkan gejala psikologis dengan kinerja
rho antara stres kerja berdasarkan gejala psikologis dengan kinerja perawat
hubungan yang kuat. Nilai ρ - value sebesar 0,0001 < 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara stres kerja berdasarkan gejala
psikologis dengan kinerja perawat pelaksana di RSU Bina Kasih Medan. Secara
Tabel 4.11 Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara
Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Berdasarkan
Gejala Psikologis di RSU Bina Kasih Medan Tahun 2017
Stres Kinerja Perawat
Kerja Jumlah
Kurang Cukup Baik Rs Sig.(ρ)
Gejala
Psikologis f % f % f % f %
Ringan 0 0,0 11 12,9 12 14,1 23 27,1
Sedang 18 21,2 25 29,4 6 7,1 49 57,6 -0,614 0,0001
Berat 11 12,9 2 2,4 0 0,0 13 15,3
Jumlah 29 34,1 38 44,7 18 21,2 85 100
(21,2%) perawat yang mempunyai stres kerja ringan berdasarkan gejala perilaku
sebanyak 5 orang (5,9%), baik sebanyak 12 orang (14,1%). Dari 36 orang (42,4%)
perawat yang mempunyai stres kerja sedang berdasarkan gejala perilaku dengan
orang (32,9%), baik sebayak 6 orang (7,1%). Dan dari 31 orang (36,5%) perawat
yang mempunyai stres kerja gejala berat berdasarkan gejala perilaku dengan
rho antara stres kerja berdasarkan gejala perilaku dengan kinerja perawat
hubungan yang kuat. Nilai ρ - value sebesar 0,0001 < 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara stres kerja berdasarkan perilaku
dengan kinerja perawat pelaksana di RSU Bina Kasih Medan. Secara rinci dapat
Tabel 4.12 Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara
Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Berdasarkan
Gejala Perilaku di RSU Bina Kasih Medan Tahun 2017
Stres Kinerja Perawat
Kerja Jumlah
Kurang Cukup Baik Rs Sig.(ρ)
Gejala
Perilaku f % f % f % f %
Ringan 1 1,2 5 5,9 12 14,1 18 21,2
Sedang 2 2,4 28 32,9 6 7,1 36 42,4 -0,776 0,0001
Berat 26 30,6 5 5,9 0 0,0 31 36,5
Jumlah 29 34,1 38 44,7 18 21,2 85 100
(21,2%) perawat yang mempunyai stres kerja ringan diperoleh kinerja perawat
kategori kurang tidak ada, kategori cukup sebanyak 1 orang (1,2%), baik
stres kerja sedang berdasarkan gejala perilaku dengan kinerja perawat kategori
sebanyak 1orang (1,2%). Dan dari 25 orang (36,5%) perawat yang mempunyai
stres kerja gejala berat berdasarkan gejala perilaku dengan kinerja perawat
kategori kurang sebanyak 25 orang (29,4%), cukup dan baik tidak ada.
rho antara stres kerja berdasarkan gejala perilaku dengan kinerja perawat
hubungan yang sangat kuat. Nilai ρ - value sebesar 0,0001 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan
kinerja perawat pelaksana di RSU Bina Kasih Medan. Secara rinci dapat dilihat
Tabel 4.13 Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara
Stres Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana di RSU Bina
Kasih Medan Tahun 2017
Kinerja Perawat
Stres
Kurang Cukup Baik Jumlah Rs Sig.(ρ)
Kerja
f % f % f % f %
Ringan 0 0,0 1 1,2 17 20,0 18 21,2
Sedang 4 4,7 37 43,5 1 1,2 42 49,4 -0,932 0,0001
Berat 25 29,4 0 0,0 0 0,0 25 29,4
Jumlah 29 34,1 38 44,7 18 21,2 85 100
berdasarkan gejala fisik diketahui bahwa mayoritas responden sebagian besar stres
kategori sedang dengan kinerja perawat kategori cukup. Hal ini disebabkan karena
perawat sering mengalami lelah (capek) dan tak berdaya setelah merawat atau
menghadapi pasien terutama pasien dengan kondisi kritis hal ini merupakan gejala
fisik dari stres kerja. Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai koefisien negatif,
terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja berdasarkan gejala fisik
Hal ini juga dapat dilihat berdasarkan ruang dinas perawat bahwa
mayoritas perawat yang mengalami stres kerja dengan kategori berat adalah
perawat yang bekerja di ruang ICU dan IGD. Menurut peneliti, RSU Bina Kasih
dalam menempatkan perawat di IGD dan ICU kekurangan SDM hal ini dilihat
perawat IGD dan ICU membutuhkan kondisi fisik yang lebih kuat, terampil dan
pelatihan seperti pelatihan ICU untuk perawat yang bekerja di ruang ICU dan
pelatihan ACLS, ATLS dan BTCLS untuk perawat yang bekerja di ruang IGD.
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Stres kerja gejala fisik pada perawat di ruang ICU dan IGD semakin tinggi yang
cendrawasih, mawar, melati, nuri pria, nuri wanita, ruang operasi, NICU/PICU,
HBOT, ruang baby dan poliklinik hanya merawat pada sekelompok pasien yang
kondisinya belum mencapai kondisi kritis, sehingga perawat tidak terlalu tertekan
Hal ini sejalan dengan penelitian Nopa (2016), menyatakan perawat yang
bekerja di Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura Langkat, mayoritas perawat
yang mengalami stres kerja sedang dengan kinerja cukup adalah gejala fisik dari
stres kerja yaitu sering merasa otot kaku/kaku leher saat atau setelah bekerja,
kelelahan saat bekerja dan mengalami sakit kepala saat bekerja di rumah sakit.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Dalimunthe (2015), perawat yang
bekerja di ruang IGD dan ICU mempunyai stres kerja yang lebih membutuhkan
yang ketat dan kondisi pasien yang membutuhkan penanganan yang lebih ekstra
berdasarkan gejala psikologis mayoritas stres kerja kategori sedang dengan kinerja
perawat kategori cukup. Hal ini disebabkan karena perawat sering marah dan
cepat tersinggung saat bekerja di rumah sakit dan selalu kurang berkonsentrasi
dan mudah lupa saat bekerja, hal ini merupakan gejala psikologis dari stres kerja.
Hasil uji korelasi Spearman di peroleh nilai koefisien negatif, dan terdapat
hubungan yang signifikan antara stres kerja berdasarkan gejala psikologis dengan
Hal ini sejalan dengan penelitian Prihatini (2016), perawat yang bekerja di
tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang, mayoritas perawat mengalami stres
kerja kategori sedang dan mengalami stres kerja berdasarkan gejala psikologis
yaitu perawat sering berkeringat, gangguan pada kulit, kepala pusing, migrain,
psikologis, mayoritas responden yang mengalami stres kerja kategori sedang yaitu
individunya sendiri, dan tuntutan peran ganda pada umumnya dialami perempuan.
Menurut peneliti, hal ini disebabkan jumlah perawat di RSU Bina Kasih
tersinggung saat bekerja, mudah lupa, serta merasa bosan dan jenuh saat bekerja
khususnya perawat perempuan yang bekerja di ICU dan IGD selalu berhadapan
dengan pasien kritis dan fase terminal dan juga harus menghadapi keluhan
keluarga pasien. Ada faktor-faktor lain yang mendukung stres kerja pada wanita
salah satu contohnya peran dalam keluarga sehingga kinerja perawat laki – laki
lebih baik dibandingkan perempuan. Hal ini juga terjadi karena dunia keperawatan
stres kerja berdasarkan gejala psikologis yaitu responden berumur 21-25 tahun.
Menurut peneliti, hal ini dikarenakan di RSU Bina Kasih dalam menempatkan
perawat di tiap ruang dinas khususnya ruang ICU dan IGD sebagian besar perawat
dengan kategori umur 21-25 tahun, tergolong perawat yang berusia muda secara
psikologis, baru selesai dari pendidikan pada saat masuk bekerja, belum memiliki
pengalaman yang banyak, belum cepat dan tanggap dalam menangani kasus-kasus
Hal ini berkaitan dengan penelitian Wijono (2006), faktor perbedaan usia
sering dialami oleh pekerja yang berusia < 30 tahun, sedangkan pekerja dengan
usia di atas 30 tahun memiliki tingkat stres rendah berdasarkan gejala psikologis.
bertindak lebih hati-hati dan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi
kerja kategori sedang dengan kinerja perawat kategori cukup. Hal ini disebabkan
kehilangan nafsu makan) saat banyak masalah dalam pekerjaan dan selalu
mengerjakannya, hal ini merupakan gejala perilaku dari stres kerja. Hasil uji
korelasi Spearman diperoleh nilai koefisien negatif dan terdapat hubungan yang
signifikan antara stres kerja berdasarkan gejala perilaku dengan kinerja perawat
menyatakan perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura
sedang berdasarkan gejala perilaku yaitu perawat sering mengalami kesulitan tidur
setelah bekerja.
berpendidikan D3 keperawatan.
memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih
tinggi pula jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki pendidikan yang
sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak dan berperilaku lebih baik.
perawat mengalami stres kerja berdasarkan gejala perilaku yaitu perawat dengan
pendidikan (D3) khususnya perawat yang bekerja di ruang ICU dan IGD,
mayoritas perawat belum semua mengikuti pelatihan seperti pelatihan ICU dan
pelatihan ACLS, ATLS dan BTCLS. Peneliti berpendapat semakin tinggi tingkat
pendidikan seperti pendidikan formal dan non formal, semakin luas wawasan dan
dan asuhan keperawatan lebih baik sehingga akan meningkatkan kinerja perawat.
tinggi motivasinya akan lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan
Hal ini juga berkaitan dengan mayoritas responden yang mengalami stres
kerja gejala perilaku yaitu responden yang berstatus belum kawin. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Mulyono, dkk (2013) menunjukan bahwa perawat di
Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon yang menikah sebanyak 12 orang
(18,8%) dan yang belum menikah sebanyak 52 orang (81,2%). Mayoritas perawat
mengalami stres kerja berdasarkan gejala perilaku yaitu perawat yang berstatus
belum kawin.
Menurut hasil wawancara, hal ini disebabkan di RSU Bina Kasih Medan
saat menerima pegawai baru tergolong masih usia muda dengan status belum
kawin, belum dewasa dalam berperilaku. Perawat selalu menunda pekerjaan, ada
kesalahan, dan ada ada beberapa perawat setelah bekerja menjalani kontrak kerja
selama 2 tahun mereka keluar, dikarenakan gaji ataupun insentif yang tidak sesuai
dan belum merata mendapatkan reward berupa materi maupun peningkatan karir,
lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami
tugas – tugas yang harus dilaksanakan. Menurut Nursalam (2007), semakin lama
asuhan keperawatan yang sesuai SOP sehingga gejala perilaku dari stres kerja
Hal ini juga disebabkan di RSU Bina Kasih dalam menempatkan perawat
ditiap ruang dinas khususnya ruang ICU dan IGD, mayoritas perawat bekerja
dengan masa kerja 1- 5 tahun diikuti dengan lama / masa kerja < 1 tahun, dapat
dilihat bahwa mayoritas perawat masih belum lama bekerja sehingga dalam
keperawatan secara keseluruhan dalam. Semakin lama masa kerja perawat stres
kerja berdasarkan gejala perilaku akan berkurang karena seiring lamanya masa
semakin baik dalam bekerja sehingga kinerja perawat menjadi lebih baik.
bahwa stres kerja yang dialami perawat meliputi gejala fisik, psikologis dan
responden memiliki kinerja perawat kategori cukup. Hasil uji korelasi spearman
rho, nilai = 0,0001 dan r = - 0,932, menunjukkan nilai korelasi yang negatif dan
memiliki hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja perawat di
hasil penelitian pada perawat pelaksana di RSU Permata Bunda Medan sebagian
besar mengalami stres kerja sedang dan kinerja perawat sebagian besar pada
kategori cukup. Hasil penelitian ini juga menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara stres kerja perawat dengan kinerja perawat pelaksana dalam
melaksanakan asuhan keperawatan di RSU Pemata Bunda Medan tahun 2015 dan
juga memiliki nilai koefisien negatif, r = - 0,511 artinya stres kerja memiliki
menunjukkan mayoritas perawat mengalami stres kerja dalam kategori sedang dan
kinerja perawat mayoritas dalam kategori cukup. Hasil uji korelasi Spearman Rho
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan kinerja
Stres kerja yang dialami perawat di RSU Bina Kasih mayoritas pada
perawat yang bekerja di ruang ICU dan IGD. Mayoritas berumur 21-25 tahun,
berjenis kelamin perempuan, berstatus belum kawin dan lama kerja 1-5 tahun.
Pada penelitian ini, perawat mengalami stres kerja berdasarkan gejala fisik, gejala
keperawatan yang harus ditulis dan perawat hanya menulis apa yang menurut
mereka penting seperti pada lembar rekam medis diagnosis dan implementasi
pada perawat di RSU Bina Kasih Medan juga disebabkan oleh shift work dan
mendapat jadwal off atau istirahat 1 minggu sekali setelah selesai shift malam.
Idealnya rotasi ruang dinas perawat sesuai standar setelah bekerja 2-3 tahun,
namun kenyataannya perawat mengalami rotasi kerja setiap 6 bulan sekali hal ini
Tingkat stres yang tinggi akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis
seseorang dan perilaku perawat. Menurut peneliti bila tidak ada stres, tantangan
kerja juga tidak ada dan kinerja cenderung menurun. Meningkatnya stres, kinerja
sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja. Bila stres menjadi terlalu besar,
Perawat yang memiliki stres ringan justru dapat melakukan tanggungjawab yang
diembannya, dan sebaliknya perawat yang memiliki stres berat dan sedang
kurang baik, sebaliknya bila stres nya ringan maka kinerja cenderung baik.
6.1 Kesimpulan
perawat pelaksana di RSU Bina Kasih Medan dengan nilai korelasi negatif
yang kuat yang menunjukkan semakin tinggi stres kerja dapat menurunkan
kinerja perawat.
gejala fisik, gejala psikologis dan gejala perilaku dengan kinerja perawat
pelaksana di RSU Bina Kasih Medan dengan nilai korelasi negatif yang kuat
perawat.
6.2 Saran
rekrutmen perawat, khususnya perawat yang bekerja diruang ICU dan IGD
pelatihan ICU serta pelatihan ACLS, ATLS dan BTCLS dan pelatihan
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
2. Perlu adanya pengembangan diri dalam bentuk pelatihan dan seminar serta
secara merata. Menerapkan sistem shift work dan sistem rotasi ruangan
dinas yang sesuai standart yang berlaku dan mengadakan rekreasi bersama
para perawat tiap instansi Rumah Sakit secara bergiliran untuk membina
4. Tingkat stres kerja yang sedang dan berat agar diminimalisasi dan
Arden, Jhon B, 2005. Bekerja Tanpa Stres, Bhuana Ilmu Populer Kelompok
Gramedia, Jakarta.
Faizin, A dan Winarsih, 2008. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja
Perawat dengan Kinerja Perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten
Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan ISSN. 1979-2397.vol. I No. 3
Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukit
tinggi: S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan dan MIPA, UMSB.
http://jurnal.umsb.ac.id/wpcontent/uploads/2014/09/ jurnal.emi.pdf.
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
Hawari, D, 2006. Manajemen Stres, Cermat dan Depresi, Gaya Baru, Jakarta.
Mulyono, M.H., Hamzah, A & Abdullah, A.Z, 2013. Faktor – Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Tingkat
III16.16.06.01 Ambon. Jurnal AKK, Vol. 2 No. 1. FKM, Unhas,
Makassar.
Nopa, 2016. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap
RSUD Tanjung Pura Langkat Tahun 2016. Tesis Universitas Sumatera
Utara.
Prihatini, L,D, 2007. Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat
Di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang Tahun 2007. Tesis,
Universitas Sumatera Utara .
Riza, 2015. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Melalui Kepuasan Kerja
Sebagai Variabel Intervening di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Kabupaten
Lumajang, Jawa Timut Tahun 2015. Skripsi, Universitas Brawijaya,
Malang.
Robbins,S,P, 2011. Perilaku Organisasi. Edisi Dua belas, Salemba Empat, Jakarta.
Wahyu, 2015. Hubungan Tingkat Stres Kerja Perawat Terhadap Mutu Pelayanan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta
Tahun 2015. Skripsi STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
Wijono, 2006. Pengaruh Kepribadian Type A dan Peran terhadap Stres Kerja
Perawat Jurnal Kesehatan Insan Vol 8 No. 3 Desember 2006. Surakarta.
Wirawan, 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan
Penelitian, Salemba Empat, Jakarta.
Penjelasan Penelitian
ini saya sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Stres Kerja dengan
Kinerja Perawat Pelaksana di RSU Bina Kasih Medan. Penelitian ini merupakan
bagian dari persyaratan untuk memenuhi tugas akhir pada program reguler sarjana
FKM USU.
Bina Kasih Medan. Bagi perawat penelitian ini diharapkan dapat memotivasi
Bina Kasih Medan, kami mohon bantuan Bapak/Ibu untuk memberikan informasi
dibawah ini. Semua keterangan dan jawaban yang diperoleh semata-mata hanya
untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Oleh sebab itu jawaban
Bapak/Ibu berikan besar sekali artinya bagi kelancaran penelitian ini. Atas
Medan, 2017
Pelaksana di RSU Bina Kasih Medan. Saya mengerti bahwa peneliti tidak
Saya mengerti bahwa keterlibatan saya pada penelitian ini tidak mempunyai
resiko terhadap pekerjaan saya dan mengerti bahwa penelitian ini bermafaat
perawat dalam memanajemen stres kerja secara pribadi. Untuk itu saya
memberikan persetujuan untuk turut serta dalam penelitian ini dan bersedia
Medan, 2017
Responden
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
kerja beserta penjelasan alasan dan pada kuesioner kinerja perawat pada
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
a. Laki-Laki b. Perempuan
4. Status Perkawinan :
5. Pendidikan :
7. Bertugas di Ruang :
Penilaian :
No Pernyataan TP J S SL
Gejala Fisik
Alasan :
Alasan :
Alasan :
Alasan :
Alasan :
Gejala Psikologis
Alasan :
Alasan :
Alasan :
Alasan :
Alasan :
Alasan :
Alasan :
Gejala Perilaku
Alasan :
Alasan :
Penilaian :
No Pernyataan TP J S SL
Standart I : Pengkajian keperawatan
1. Saya mengucapkan salam dan memperkenalkan
diri sebelum melakukan pengkajian asuhan
keperawatan kepada pasien
Reliability
Variabel : Dependent
Scale : Stres Kerja
Reliability Statistic
Cronbach's Alpha N of Items
.945 24
Item Statistics
Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
soal stres kerja no 1 42.60 96.938 .697 .942
soal stres kerja no 2 42.37 100.171 .655 .942
soal stres kerja no 3 43.27 103.995 .616 .943
soal stres kerja no 4 43.00 100.621 .585 .943
soal stres kerja no 5 42.47 102.740 .510 .944
soal stres kerja no 6 42.33 97.747 .879 .939
soal stres kerja no 7 43.10 104.024 .575 .943
soal stres kerja no 8 43.00 102.276 .509 .944
soal stres kerja no 9 42.87 101.982 .454 .946
soal stres kerja no 10 42.73 99.168 .725 .941
soal stres kerja no 11 42.37 100.171 .655 .942
soal stres kerja no 12 42.33 97.747 .879 .939
soal stres kerja no 13 42.33 104.920 .375 .946
soal stres kerja no 14 43.33 104.644 .587 .943
soal stres kerja no 15 42.33 104.920 .375 .946
soal stres kerja no 16 43.17 103.178 .666 .943
soal stres kerja no 17 42.33 97.747 .879 .939
soal stres kerja no 18 42.33 97.747 .879 .939
soal stres kerja no 19 42.73 99.168 .725 .941
soal stres kerja no 20 42.37 100.171 .655 .942
soal stres kerja no 21 43.20 104.993 .490 .944
soal stres kerja no 22 42.93 104.754 .536 .944
soal stres kerja no 23 43.20 102.648 .728 .942
soal stres kerja no 24 43.10 103.403 .637 .943
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
44.60 110.248 10.500 24
Reliability Statistic
Item Statistics
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Item-Total Alpha if Item
Correlation Deleted
soal kinerja no 1 87.57 160.530 .783 .952
soal kinerja no 2 87.67 161.402 .573 .953
soal kinerja no 3 88.07 154.685 .784 .951
soal kinerja no 4 87.53 159.982 .784 .952
soal kinerja no 5 88.13 156.464 .682 .952
soal kinerja no 6 87.60 159.214 .823 .952
soal kinerja no 7 87.60 159.214 .823 .952
soal kinerja no 8 88.10 154.507 .744 .952
soal kinerja no 9 87.67 163.195 .450 .954
soal kinerja no 10 87.47 162.395 .484 .954
soal kinerja no 11 87.50 159.362 .551 .954
soal kinerja no 12 87.77 155.840 .652 .953
soal kinerja no 13 87.67 163.678 .377 .955
soal kinerja no 14 87.70 155.390 .669 .953
soal kinerja no 15 87.53 160.878 .566 .953
soal kinerja no 16 87.53 160.326 .510 .954
soal kinerja no 17 87.87 154.533 .803 .951
soal kinerja no 18 87.43 159.357 .740 .952
soal kinerja no 19 87.83 154.764 .715 .952
soal kinerja no 20 87.53 158.602 .790 .952
soal kinerja no 21 87.30 160.286 .689 .952
soal kinerja no 22 87.77 153.771 .755 .952
soal kinerja no 23 87.53 163.085 .537 .954
soal kinerja no 24 87.33 163.057 .497 .954
soal kinerja no 25 87.47 161.016 .451 .955
Soal kinerja no 26 87.77 157.013 .668 .952
Soal kinerja no 27 87.60 163.490 .574 .953
Soal kinerja no 28 87.77 156.323 .706 .952
Soal kinerja no 29 87.53 164.671 .412 .954
Soal kinerja no 30 87.50 164.534 .469 .954
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
90.67 170.299 13.050 30
Status Bertugas di
No Umur U_kat Jns_klamin Pendidikan Lama Kerja Lmkrj_kat
Perkawinan ruang
OUTPUT SPSS
1. ANALISIS UNIVARIAT
Frequency Table
jenis kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Laki-laki 26 30,6 30,6 30,6
Perempuan 59 69,4 69,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
umur_kategori responden
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid 21-25 tahun 64 75,3 75,3 75,3
26-30 tahun 20 23,5 23,5 98,8
31-35 tahun 1 1,2 1,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
pendidikan responden
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid D3 69 81,2 81,2 81,2
S1 5 5,9 5,9 87,1
S1/Ners 11 12,9 12,9 100,0
Total 85 100,0 100,0
status perkawinan
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid BelumMenikah 76 89,4 89,4 89,4
Menikah 9 10,6 10,6 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Tidak Pernah 15 17,6 17,6 17,6
Jarang 35 41,2 41,2 58,8
Sering 30 35,3 35,3 94,1
Selalu 5 5,9 5,9 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 5 5,9 5,9 5,9
Jarang 40 47,1 47,1 52,9
Sering 39 45,9 45,9 98,8
Selalu 1 1,2 1,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 3
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 15 17,6 17,6 17,6
Jarang 42 49,4 49,4 67,1
Sering 26 30,6 30,6 97,6
Selalu 2 2,4 2,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 5
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 11,8 11,8 11,8
Jarang 23 27,1 27,1 38,8
Sering 45 52,9 52,9 91,8
Selalu 7 8,2 8,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 6
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 8,2 8,2 8,2
Jarang 36 42,4 42,4 50,6
Sering 23 27,1 27,1 77,6
Selalu 19 22,4 22,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 7
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 4 4,7 4,7 4,7
Jarang 23 27,1 27,1 31,8
Sering 52 61,2 61,2 92,9
Selalu 6 7,1 7,1 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 8
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 4 4,7 4,7 4,7
Jarang 39 45,9 45,9 50,6
Sering 42 49,4 49,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 9 10,6 10,6 10,6
Sedang 52 61,2 61,2 71,8
Berat 24 28,2 28,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 9
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 19 22,4 22,4 22,4
Jarang 37 43,5 43,5 65,9
Sering 25 29,4 29,4 95,3
Selalu 4 4,7 4,7 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 10
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 14 16,5 16,5 16,5
Jarang 29 34,1 34,1 50,6
Sering 23 27,1 27,1 77,6
Selalu 19 22,4 22,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 11
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 8,2 8,2 8,2
Jarang 45 52,9 52,9 61,2
Sering 20 23,5 23,5 84,7
Selalu 13 15,3 15,3 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 12
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 8,2 8,2 8,2
Jarang 29 34,1 34,1 42,4
Sering 34 40,0 40,0 82,4
Selalu 15 17,6 17,6 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 14
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 11,8 11,8 11,8
Jarang 44 51,8 51,8 63,5
Sering 23 27,1 27,1 90,6
Selalu 8 9,4 9,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 15
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 22 25,9 25,9 25,9
Jarang 33 38,8 38,8 64,7
Sering 24 28,2 28,2 92,9
Selalu 6 7,1 7,1 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 16
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 23 27,1 27,1 27,1
Jarang 25 29,4 29,4 56,5
Sering 33 38,8 38,8 95,3
Selalu 4 4,7 4,7 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 17
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 14 16,5 16,5 16,5
Jarang 26 30,6 30,6 47,1
Sering 29 34,1 34,1 81,2
Selalu 16 18,8 18,8 100,0
Total 85 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 23 27,1 27,1 27,1
Sedang 49 57,6 57,6 84,7
Berat 13 15,3 15,3 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 18
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 29 34,1 34,1 34,1
Jarang 23 27,1 27,1 61,2
Sering 16 18,8 18,8 80,0
Selalu 17 20,0 20,0 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 19
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 23 27,1 27,1 27,1
Jarang 21 24,7 24,7 51,8
Sering 33 38,8 38,8 90,6
Selalu 8 9,4 9,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 20
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 22 25,9 25,9 25,9
Jarang 18 21,2 21,2 47,1
Sering 15 17,6 17,6 64,7
Selalu 30 35,3 35,3 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 21
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 1 1,2 1,2 1,2
Jarang 17 20,0 20,0 21,2
Sering 50 58,8 58,8 80,0
Selalu 17 20,0 20,0 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 23
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 3 3,5 3,5 3,5
Jarang 9 10,6 10,6 14,1
Sering 59 69,4 69,4 83,5
Selalu 14 16,5 16,5 100,0
Total 85 100,0 100,0
stres kerja no 24
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 28 32,9 32,9 32,9
Jarang 46 54,1 54,1 87,1
Sering 9 10,6 10,6 97,6
Selalu 2 2,4 2,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
Stres_gej_perilaku_kat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 18 21,2 21,2 21,2
Sedang 36 42,4 42,4 63,5
Berat 31 36,5 36,5 100,0
Total 85 100,0 100,0
Crosstab
Stres kerja kategori Total
Stres
Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat Ringan
Bertugas UGD Count
0 2 5 7
di ruang
Expected Count 1,5 3,5 2,1 7,0
% within
,0% 28,6% 71,4% 100,0%
Bertugas di ruang
Polikliinik Count 3 3 0 6
Expected Count 1,3 3,0 1,8 6,0
% within
50,0% 50,0% ,0% 100,0%
Bertugas di ruang
Mawar Count 4 5 3 12
Expected Count 2,5 5,9 3,5 12,0
% within
33,3% 41,7% 25,0% 100,0%
Bertugas di ruang
Melati Count 3 4 1 8
Expected Count 1,7 4,0 2,4 8,0
% within
37,5% 50,0% 12,5% 100,0%
Bertugas di ruang
Cendrawasih Count 2 2 0 4
Expected Count ,8 2,0 1,2 4,0
% within
50,0% 50,0% ,0% 100,0%
Bertugas di ruang
ICU Count 0 3 6 9
Expected Count 1,9 4,4 2,6 9,0
% within
,0% 33,3% 66,7% 100,0%
Bertugas di ruang
NICU Count 1 5 2 8
Expected Count 1,7 4,0 2,4 8,0
% within
12,5% 62,5% 25,0% 100,0%
Bertugas di ruang
R.Baby Count 1 3 0 4
Expected Count ,8 2,0 1,2 4,0
% within
25,0% 75,0% ,0% 100,0%
Bertugas di ruang
Nuri Pria Count 1 5 2 8
Expected Count 1,7 4,0 2,4 8,0
% within
12,5% 62,5% 25,0% 100,0%
Bertugas di ruang
Nuri Wanita Count 1 4 4 9
Expected Count 1,9 4,4 2,6 9,0
% within
11,1% 44,4% 44,4% 100,0%
Bertugas di ruang
Ruang Operasi Count 1 5 2 8
Expected Count 1,7 4,0 2,4 8,0
% within 12,5% 62,5% 25,0% 100,0%
Bertugas di ruang
kinerja no 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 8,2 8,2 8,2
Jarang 46 54,1 54,1 62,4
Sering 22 25,9 25,9 88,2
Selalu 10 11,8 11,8 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 5 5,9 5,9 5,9
Jarang 48 56,5 56,5 62,4
Sering 28 32,9 32,9 95,3
Selalu 4 4,7 4,7 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 8,2 8,2 8,2
Jarang 50 58,8 58,8 67,1
Sering 19 22,4 22,4 89,4
Selalu 9 10,6 10,6 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 25 29,4 29,4 29,4
Jarang 20 23,5 23,5 52,9
Sering 27 31,8 31,8 84,7
Selalu 13 15,3 15,3 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 6
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 20 23,5 23,5 23,5
Jarang 41 48,2 48,2 71,8
Sering 13 15,3 15,3 87,1
Selalu 11 12,9 12,9 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 7
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 22 25,9 25,9 25,9
Jarang 27 31,8 31,8 57,6
Sering 98,
35 41,2 41,2
8
Selalu 1 1,2 1,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 8
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 18,8 18,8 18,8
Jarang 38 44,7 44,7 63,5
Sering 24 28,2 28,2 91,8
Selalu 7 8,2 8,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 9
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 35 41,2 41,2 41,2
Jarang 29 34,1 34,1 75,3
Sering 12 14,1 14,1 89,4
Selalu 9 10,6 10,6 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 11
Valid Cumulativ
Frequency Percent Percent e Percent
Valid Tidak Pernah 10 11,8 11,8 11,8
Jarang 49 57,6 57,6 69,4
Sering 19 22,4 22,4 91,8
Selalu 7 8,2 8,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 2 2,4 2,4 2,4
Jarang 53 62,4 62,4 64,7
Sering 24 28,2 28,2 92,9
Selalu 6 7,1 7,1 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 22 25,9 25,9 25,9
Jarang 46 54,1 54,1 80,0
Sering 16 18,8 18,8 98,8
Selalu 1 1,2 1,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 27 31,8 31,8 31,8
Jarang 37 43,5 43,5 75,3
Sering 13 15,3 15,3 90,6
Selalu 8 9,4 9,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 18,8 18,8 18,8
Jarang 40 47,1 47,1 65,9
Sering 26 30,6 30,6 96,5
Selalu 3 3,5 3,5 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 17
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Pernah 25 29,4 29,4 29,4
Jarang 29 34,1 34,1 63,5
Sering 26 30,6 30,6 94,1
Selalu 5 5,9 5,9 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 25 29,4 29,4 29,4
Jarang 18 21,2 21,2 50,6
Sering 23 27,1 27,1 77,6
Selalu 19 22,4 22,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 18,8 18,8 18,8
Jarang 42 49,4 49,4 68,2
Sering 20 23,5 23,5 91,8
Selalu 7 8,2 8,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 21
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 2 2,4 2,4 2,4
Jarang 22 25,9 25,9 28,2
Sering 49 57,6 57,6 85,9
Selalu 12 14,1 14,1 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 22
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 2 2,4 2,4 2,4
Jarang 35 41,2 41,2 43,5
Sering 32 37,6 37,6 81,2
Selalu 16 18,8 18,8 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 23
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 10,6 10,6 10,6
Jarang 11 12,9 12,9 23,5
Sering 55 64,7 64,7 88,2
Selalu 10 11,8 11,8 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 24
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 2 2,4 2,4 2,4
Jarang 24 28,2 28,2 30,6
Sering 41 48,2 48,2 78,8
Selalu 18 21,2 21,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 26
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 63 74,1 74,1 74,1
Sering 14 16,5 16,5 90,6
Selalu 8 9,4 9,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 27
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 7,1 7,1 7,1
Jarang 50 58,8 58,8 65,9
Sering 26 30,6 30,6 96,5
Selalu 3 3,5 3,5 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 28
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 51 60,0 60,0 60,0
Sering 22 25,9 25,9 85,9
Selalu 12 14,1 14,1 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja no 29
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 4 4,7 4,7 4,7
Jarang 52 61,2 61,2 65,9
Sering 19 22,4 22,4 88,2
Selalu 10 11,8 11,8 100,0
Total 85 100,0 100,0
kinerja_perawat Kategori
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 29 34,1 34,1 34,1
Cukup 38 44,7 44,7 78,8
Baik 18 21,2 21,2 100,0
Total 85 100,0 100,0
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Stres_gejalafisik_
kat * kinerja_kerja 85 100,0% 0 ,0% 85 100,0%
Kategori
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Stres_gej_psikologis_
kat * kinerja_kerja 85 100,0% 0 ,0% 85 100,0%
Kategori
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Stres_gej_perilaku_kat
* kinerja_kerja 85 100,0% 0 ,0% 85 100,0%
Kategori
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Stres kerja kategori
* kinerja_kerja 85 100,0% 0 ,0% 85 100,0%
Kategori
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Stres_gejala kinerja_kerja
fisik_kat Kategori
Spearman's Stres_gejalafisik_ Correlation
1,000 -,784(**)
rho Kat Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,000
N 85 85
kinerja_kerja Correlation
-,784(**) 1,000
Kategori Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 85 85
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations
Correlations
kinerja_kerja Stres_gej_psikolo
Kategori gis_kat
Spearman's kinerja_kerja Kategori Correlation
1,000 -,614(**)
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,000
N 85 85
Stres_gej_psikologis_ Correlation
-,614(**) 1,000
kat Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 85 85
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations
Correlations
kinerja_kerja Stres_gej_
Kategori perilaku_kat
Spearman's kinerja_kerja Correlation
1,000 -,776(**)
rho Kategori Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,000
N 85 85
Stres_gej_perilaku_ Correlation
-,776(**) 1,000
Kat Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 85 85
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations