You are on page 1of 18

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CHRONIC KIDNEY DESEASE

Setiadi, S.Kep., Ns., M.Kep


Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya

A. Pendahuluan
CKD (Chronic Kidney Desease) merupakan destruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus-menerus (Corwin, 2009). Fungsi ginjal yang buruk secara progresif ditandai dengan
penurunan GFR (Glomerular Filtration Rate). GFR didefisinisikan sebagai volume filtrat
yang masuk ke dalam kapsula Bowman per satuan waktu. ALO (Acute Lung Oedema) adalah
suatu keadaan kedaruratan medis yang diakibatkan oleh kegagalan berat ventrikel kiri
(Baradero, 2005). ALO merupakan komplikasi dari CKD yang disebabkan kegagalan
(hypertrofi) ventrikel kiri akibat kelebihan beban cairan dalam peredaran darah jantung oleh
penurunan GFR ginjal. Penyakit CKD disebabkan oleh semakin banyaknya nefron yang
rusak akibat semakin tingginya beban kerja nefron yang sehat pada AKD (Acute Kidney
Desease) yang mengambil alih fungsi nefron yang rusak (Corwin, 2009). Sebagian dari siklus
kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk
meningkatan reabsorpsi protein. Seiring dengan penyusutan progresif nefron, terjadi
pembentukan jaringan parut dan penurunan aliran darah ginjal. Penurunan aliran darah ginjal
ini akan mengakibatkan gangguan pada kebutuhan dasar klien mengenai kebutuhan eliminasi
urin. Seiring dengan semakin banyaknya nefron yang rusak, terjadi peningkatan pelepasan
renin disertai dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi.
Kelebihan beban cairan ini dapat tertimbun pada alveolus sehingga kebutuhan dasar manusia
yang sering terganggu pada penderita CKD berupa kebutuhan oksigenasi yang inadekuat.
Berdasarkan jurnal dari CMAJ (Canadian Medical Association Journal) yang
dipublikasikan pada tanggal 18 November 2008 menyatakan bahwa di Kanada 1,9 juta
hingga 2,3 juta jiwa memiliki penyakit ginjal kronis. Sedangkan di Inggris, 8,8 % dari
penduduknya memiliki gagal ginjal kronis. Insiden tahunan gagal ginjal akut di negara-
negara berkembang adalah 180 kasus / 1.000.000 jiwa. Menurut Syamsir Alam dan Iwan
Hadibroto (2007) menyatakan bahwa indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita
gagal ginjal yang cukup tinggi. Menuut data dari Perneftri (Persatuan Nefrologi Indonesia),
diperkirakan ada 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi menderita
gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (hemodialisis)
hanya sekitar 4.000 hingga 5.000 jiwa saja. Sedangkan dari 544 klien yang pernah dirawat di
ICU IGD Rumkital Dr. Ramelan periode 1 Januari 2013 hingga 30 Juni 2013, klien yang
terdiagnosa CKD sebanyak 25 orang (4,59 %). Dari total penderita CKD, 2 orang (8 %)
diantaranya memiliki komplikasi ALO.
Awal terjadinya CKD didahului dengan AKD (Acute Kidney Desease) yang disebabkan
karena otoregulasi ginjal yang tidak berjalan baik akibat tekanan darah sistemik rata-rata
yang kurang dari 80 mmHg. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus selama kurang lebih
3 bulan AKD yang diderita klien dapat mejadi CKD yang dikarenakan semakin banyak
nefron-nefron yang rusak. Seiring dengan semakin banyaknya nefron yang rusak, terjadi
peningkatan pelepasan renin disertai dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat
menyebabkan hipertensi. Kelebihan beban cairan ini dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel
kiri yang merupakan cikal bakal dari komplikasi ALO sehingga paru kesulitan memasok
oksigen untuk seluruh jaringan tubuh. Ketidakadekuatan perfusi ini dapat menggangu
kebutuhan oksigenasi klien. Hal ini diperburuk dengan kegagalan ginjal membentuk
eritropoietin dalam jumlah yang adekuat sering kali menimbulkan anemia dan keletihan
akibat anemia berpengaruh buruk pada kualitas hidup (Corwin, 2009). Masalah-masalah yang
dapat ditimbulkan oleh CKD diantaranya keletihan kronis akibat penurunan pembentukkan
eritropoietin, muncul tanda-tanda awal hipoksia jaringan, gangguan kardiovaskuler, mual,
asidosis metabolis, dll.
. Peran perawat pada masalah-masalah yang ditimbulkan CKD adalah dengan
memberikan solusi keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar klien yang tidak terpenuhi
seperti gangguan oksigenasi akibat penurunan kadar Hb yang disebabkan ketidakmampuan
ginjal mensekresi hormon eritropoietin dapat diatasi dengan membantu pasien memposisikan
semi fowler serta menganjurkan klien untuk meminimalisir aktifitas berat karena aktifitas
yang erat akan membutuhkan konsumsi oksigen yang lebih besar, gangguan kebutuhan
kenyamanan fisik klien akibat mual yang disebabkan peningkatan kadar pH darah yang
menyebabkan gangguan pada pusat mual dan muntah di medula oblongata dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan berupa membantu klien untuk makan dan minum serta
menganjurkan klien untuk makan sedikit namun sering yang berguna untuk memastikan
ingesti makanan tetap berlangsung, dll.

B. Konsep CKD (Chronic Kidney Desease)


1. Pengertian CKD
Menurut Corwin (2009), CKD (Chronic Kidney Desease) adalah destruksi struktur
ginjal yang progresif dan terjadi secara terus menerus. Sedangkan menurut Baradero
(2009), gagal ginjal kronik (Chronic Renal Failure, CRF) terjadi apabila kedua ginjal
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk
kelangsungan hidup.

2. Manifestasi Klinik CKD


Menurut The U.S. National Kidney Foundation"s Kidney Desease Outcomes Quality
Initiative telah mengalami revisi dan menjelaskan stadium CKD (Corwin, 2009). Stadium
dibuat berdasarkan ada tidaknya gejala dan progresifitas penurunan GFR, yang dikoreksi
per ukuran tubuh (per 1,73 m2). GFR normal pada orang dewasa sehat kira-kira 120 - 130
ml per menit. Stadium penyakit ginjal adalah sebagai berikut:
a. Stadium 1
Kerusakan ginjal (kelainan atauu gejala dari patologi kerusakan, mencakup kelainan
dalam pemeriksaan darah atau urine atau dalam pemeriksaan pencitraan) dengan laju
filtrasi glomerulus (GFR) normal atau hampir normal, tepa atau di atas 90 ml per menit
(≥ 75 % dari nilai normal).
b. Stadium 2
GFR antara 60 - 90 ml / menit (kira-kira 50 % dari nilai normal), dengan tanda-tanda
kerusakan ginjal. Stadium ini dianggap sebagai salah satu tanda penurunan cadangan
ginjal.
c. Stadium 3
GFR antara 30 - 59 ml / menit (25 % - 50 % dari nilai normal). Insufiensi ginjal
dianggap terjadi pada stadium ini. Nefron terus-menerus mengalami kematian.
d. Stadium 4
GFR antara 15 - 29 ml / menit (12 % - 24 % dari nilai normal) dengan hanya sedikit
nefron yang tersisa.
e. Stadium 5
Stadium ini merupakan gagal ginjal stadium lanjut yang ditandai dengan GFR kurang
dari 15 ml / menit (< 12 % dari nilai normal). Nefron yang masih berfungsi tinggal
beberapa. Terbentuk jaringan parut dan atrofi tubulus ginjal.

3. Etiologi CKD
Menurut Hayes (1997) dan Baradero (2009), etiologi dari CKD (Chronic Kidney
Desease) adalah:
a. Diabetes Melitus
b. Glomerulonefritis
c. Pielonefritis
d. Hipertensi
e. Batu ginjal
f. Refluks vesikoureterik
g. Obstruksi saluran keluar kandung kemih
h. Penyakit jaringan ikat
i. Ginjal polikistik
j. Mieloma
k. Hiperkalsemia
l. End-Stage Renal Disease (ESRD)

4. Tanda dan Gejala CKD


Menurut Corwin (2009), tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada kasus CKD
adalah:
a. Pada gagal ginjal stadium 1, tidak tampak gejala-gejala klinis
b. Seiring dengan perburukan penyakit, penurunan pembentukan eritropoietin
menyebabkan keletihan kronis dan muncul tanda-tanda awal hipoksia jaringan dan
gangguan kardiovaskular
c. Dapat timbul poliuria karena ginjal tidak mampu memekatkan urin seiring dengan
perburukan penyakit
d. Pada gagal ginjal stadium akhir, pengeluaran urin turun akibat GFR rendah.

5. Anatomi dan Fisiologi Ginjal


Gambar 2.1 Anatomi Ginjal. Sumber : http://yu2n sevenfoldism. blogspot.
com/2012/06/ gambar -anatomi-tubuh-manusia-anatomi.html

Ginjal adalah sepasang organ saluran saluran kemih yang terletak dirongga
retroperitonial bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur
pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal.
Menurut Setiadi (2007), ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan
homeostatis cairan tubuh dengan fungsinya sebagai berikut:
a. Mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh
b. Mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH dalam mengatur jumlah
cairan tubuh
c. Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D
d. Menghasilkan beberapa hormon yaitu:
1) Eritropoietin yang berfungsi sebagai pembentukkan sel darah merah
2) Renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah serta homon prostaglandin.

6. Patofisiologi CKD
a. Diabetes Melitus
b. Glomerulonefritis
c. Pielonefritis
d. Hipertensi
e. Batu ginjal
f. Refluks vesikoureterik
g. Obstruksi saluran keluar kandung kemih
h. Penyakit jaringan ikat
i. Ginjal polikistik
j. Mieloma
k. Hiperkalsemia

Kerusakan Nefron

Gagal Ginjal Akut

Tidak tertangani selama berbulan-bulan / tahunan

Gagal Ginjal Kronis


Ginjal tidak mampu mereabsorpsi
kambali bikarbonat yang terfiltrasi
Airways Breathing
Penurunan pH darah

Asidosis Metabolis

Takipnea

Kopensasi respiratorik

Pola nafas tidak efektif

Skema 2.1 Patofisiologi airway dan breathing pada CKD


1. Diabetes Melitus
2. Glomerulonefritis
3. Pielonefritis
4. Hipertensi
5. Batu ginjal
6. Refluks vesikoureterik
7. Obstruksi saluran keluar kandung kemih
8. Penyakit jaringan ikat
9. Ginjal polikistik
10. Mieloma
11. Hiperkalsemia

Kerusakan Nefron

Gagal Ginjal Akut

Tidak tertangani selama berbulan-bulan / tahunan

Gagal Ginjal Kronis

Circulation Disability

Semakin banyak nefron yang rusak Ginjal tidak optimal melakukan


seiring buruknya CKD filtrasi, reabsorpsi, & eskresi

Penurunan GFR Uremia


(Glomerulus Filtration Rate)

Resiko keracunan
Ketidakefektifan perfusi jaringan
renal
Mual

Skema 2.2 Patofisiologi circulation dan disability pada CKD

7. Komplikasi CKD
Menurut Corwin (2009), CKD (Chronic Kidney Desease) dapat menyebabkan
komplikasi:
a. Azotemia dan uremia berat
b. Asidosis metabolis
c. Hipertensi dan gagal jantung kongestif
d. Anemia
e. ALO
f. Osteodistrofi
g. Hiperkalemia
h. Ensefalopati uremik
i. Pruritus

8. Pemeriksaan Penunjang CKD


Menurut Corwin (2009), perangkat diagnostik yang sering digunakan untuk
menegakkan diagnosa CKD adalah sebagai berikut:
a. Radiograf atau ultrasound akan memperlihatkan ginjal yang kecil dan atrofi
b. Nilai BUN serum, kreatinin, dan GFR tidak normal
c. Hematokrit dan hemoglobin turun
d. pH plasma rendah
e. Peningkatan kecepatan pernafasan mengisyaratkan kompensasi pernafasan akibat asidosis
metabolis

9. Pencegahan CKD
a. Ekspansi volume plasma secara agresif
b. Pemberian diuretik untuk meningkatkan pembentukan urine
c. Pemberian vasodilator terutama dopamin untuk meningkatkan aliran darah ginjal
d. Pembatasan asupan protein dan kalium dari makanan. Asupan tinggi karbohidrat
mencegah metabolisme protein dan mengurangi pembentukan produk sisa bernitrogen
e. Dilakukan dialisis selama stadium oligurik gagl ginjal akut untuk memberi jangka
waktu pada ginjal untuk memulihkan diri. Dialisis juga mencegah penimbunan produk
sissa bernitrogen, menstabilkan elektrolit, dan mengurangi beban cairan.
f. Menghindari obat-obat nefrotoksik
g. Penggunaaan obat-obatan untuk mengontrol hipertensi dan diabetes
10. Penatalaksanaan CKD
Menurut Corwin (2009), penatalaksanaan klien dengan CKD adalah:
a. Penggunaan obat-obatan anti hipertensi golongan ACE inhibitor untuk memperlambat
kerusakan ginjal lebih lanjut
b. Pengobatan anemia dengan memberika eritropoietin manusia rekombinan (rHuEPO).
c. Hemodialisis
d. Transplantasi ginjal

C. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan CKD


Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan
keperawatan yang mempunyai 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses pemecahan masalah yang sistematik dalam
memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan rencana keperawatan yang
menerangkan setiap kebutuhan klien seperti yang tersebut di atas yaitu empat tahapan
keperawatan.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Dalam proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu
dilalui yaitu pengumpulan data dan analisa data.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan meliputi
a. Identitas klien
Menurut redaksi Trubus (2010), indeks massa tubuh berhubungan dengan gagal
ginjal kronik. Semakin tinggi indeks massa tubuh, kian besar resiko gagal ginjal kronik.
Obesitas dengan indeks massa tubuh (IMT) 30, memiliki resiko 4 kali lebih besar
terserang gagal ginjal kronik sedangkan IMT sebesar 25 memiliki resiko 3 kali lebih
besar terserang CKD. Insiden CKD lebih jarang dibandingkan pada dewasa (Hull,
2008: 188).
b. Keluhan utama
Hal yang sering dikeluhkan klien penderita gagal ginjal kronis adalah keletihan
akibat anemia kronis yang disebabkan ketidakmampuan ginjal membentuk
eritropoietin.

c. Riwayat penyakit sekarang


Meliputi perjalanan awitan penyakit yang diderita hingga klien dirawat di fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Menurut Baradero (2009), penyebab utama end-stage renal desease (ESRD)
adalah diabetes melitus 32 %, hipertensi 28 %, dan glomerulonefritis 45 %.
e. ROS (Review of System)
1) Airway
Pada penderita gagal ginjal tidak dijumpai obstruksi jalan nafas kecuali memiliki
penyakit komplikasi lain yang menyertai.
2) Breathing
Pada penderita CKD sering dikeluhkan sesak nafas. Keadaan ini dikarenakan
ketidakmampuan ginjal memproduksi eritropoietin yang berfungsi untuk
merangsang pembentukan sel darah merah untuk mengikat oksigen.
3) Ciculation
Pada penderita CKD stadium lanjut, dijumpai penurunan GFR. Hal ini
mempengaruhi penurunan aliran darah ginjal sehingga perfusi jaringan ginjal
terganggu.
4) Disability
Mual sering dikeluhkan klien dengan diagnosa CKD karena ketidakmampuan ginjal
membuang produk asam tak mudah menguap melalui urin. Hal ini mengakibatkan
pasien mengalami uremia sehingga GI track lebih mudah teriritasi, sehingga tidak
jarang pasien mengalami mual.

f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sering diperuntukkan untuk klien dengan CKD
adalah :
1) Ultrasound ginjal akan memperlihatkan ginjal yang kecil dan atrofi
2) Kadar BUN yang meningkat akibat ketidakmampuan ginjal membuang urea yang
merupakan produk akhir metabolisme protein dan asam amino yang mengandung
nitrogen.
3) Kadar kreatinin serum yang meningkat mengisyaratkan ginjal tidak membersihkan
kreatinin yang merupakan suatu produk pengurai otot. Peningkatan 2 kali lipat kadar
kreatinin serum, mengindikasikan penurunan fungsi ginjal sebesar 50 %. Demikian
juga peningkatan 3 kali lipat kadar kreatinin serum, mengindikasikan penurunan
fungsi ginjal sebesar 75 %.
4) Penurunan Hb diakibatkan ketidakmampuan ginjal memproduksi eritropoietin untuk
merangsang pembentukan eritrosit.
5) Penurunan pH darah akibat ketidakmampuan ginjal membuang produk asam tidak
menguap sehingga mengakibatkan uremik.
2. Analisa data
Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan lalu dianalisa sehingga
dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan.

Diagnosa Keperawatan
Menurut Ester (2000) dan Carpenito (2009), diagnosa keperawatan yang sering
dijumpai pada penderita CKD adalah:
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan tahanan vaskular
sistemik
2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan profil darah abnormal
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan asidosis metabolik.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
dan sensasi
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan pembatasan
cairan
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
7. Ketidakpatuhan berhubungan dengan keyakinan kesehatan

Perencanaan
1. Diagnosa keperawatan 1
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan tahanan vaskular
sistemik
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, curah jantung klien terjaga.
Kriteria hasil :
a. Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
b. Nadi perifer kuat
Intervensi
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya edema perifer
Rasional : S3 / S4 dengan tonus muffled, takikardia, frekuensi jantung tak teratur,
takipnea, dispnea, gemerisik, mengi, dan edema menunjukkan CKD.
b. Selidiki keluhan nyeri dada.
Rasional : Hipertensi dan GJK kronis dapat menyebabkan IM, kurang lebih klien
GGK dengan dialisis mengalami perikarditis / potensial tamponade
c. Kaji tingkat aktifitas dan respon terhadap aktifitas
Rasional : Kelelahan dapat menyertai GJK juga anemia
d. Siapkan dialisis
Rasional : Penurunan ureum toksik dan memperbaiki ketidak seimbangan elektrolit
dan kelebihan cairan dapat mencegah manifestasi jantung, termasuk
hipertensi dan efusi perikardial.

2. Diagnosa keperawatan 2
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan profil darah abnormal
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, profil darah klien mendekati normal.
Kriteria hasil :
a. Tak mengalami tanda / gejala perdarahan.
b. Mempertahankan atau menunjukkan perbaikan nilai laboratorium
Intervensi
a. Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan. Observasi takikardi, kulit
membran mukosa pucat, dispnea, dan nyeri dada. Rencanakan aktivitas pasien untuk
menghindari kelelahan.
Rasional : Dapat menunjukkan anemia dan respon jantung untuk mempertahankan
oksigenasi sel.
b. Awasi tingkat kesadaran dan perilaku.
Rasional : Anemia dapat menyebabkan hipoksia serebral dengan perubahan mental,
orientasi, dan respon perilaku.
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas, kemampuan untuk melakukan tugas. Bantu sesuai
kebutuhan dan buat jadwal untuk istirahat.
Rasional : Anemia menurunkan oksigenasi jaringan dan menigkatkan kelelahan,
sehingga memerlukan intervensi perubahan aktivitas dan istirahat.
d. Batasi pengambilan darah, kombinasikan tes laboratorium bila mungkin.
Rasional : Pengambilan contoh darah berulang / kelebihan dapat memperburuk
anemia.
e. Observasi perdarahan terus menerus, dari tempat penusukan, perdarahan / area
ekimosis karena trauma kecil, petekie; pembengkakan sendi atau membran mukosa,
contoh perdarahan gusi, epitaksis berulang, hematemesis, melena, dan urine merah /
berkabut.
Rasional : Perdarahan dapat terjadi dengan mudah karena kerapuhan kapiler atau
gangguan pembekuan dan dapat memperburuk anemia.
f. Awasi darah lengkap; SDM, Hb / Ht.
Rasional : Peningkatan uremia menurunkan produksi eritropoietin dan menekan
produksi SDM dan waktu hidupnya. Pada gagal ginjal kronis, pasien tidak
menunjukkan gejala sampai Hb di bawah 7.
g. Awasi jumlah trombosis, faktor pembekuan.
Rasional : Penekanan pembentukan trombosit menggangu pembekuan dan potensial
resiko perdarahan.
h. Awasi kadar Pt
Rasional : Konsumsi protrombin abnormal menurunkan kadar serum dan menggangu
pembekuan.
3. Diagnosa keperawatan 3
Perubahan proses pikir berhubungan dengan asidosis metabolik.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, proses pikir klien kembali normal.
Kriteria hasil :
a. Meningkatkan tingkat mental biasanya
b. Mengidentifikasi cara untuk mengkompensasi gangguan kognitif
Intervensi
a. Kaji luasnya gangguan kemampuan berfikir, memori, dan orientasi.
Rasional : Efek sindrom uremik dapat terjadi dengan kekacauan minor.
b. Pastikan dari orang terdekat, tingkat mental pasien biasanya.
Rasional : Memberikan perbandingan untuk mengevaluasi perburukan gangguan.
c. Komunikasikan informasi dalam kalimat pendek
Rasional : Membantu menurunkan kekacauan dan meningkatkan kemungkinan bahwa
komunikasi akan dipahami.
d. Berikan tambahan oksigen sesuai intruksi dokter.
Rasional : Perbaikan hipoksia saja dapat memperbaiki kognitif.
e. Hindari penggunaan barbiturat dan opiat.
Rasional : Obat-obatan secara normal didetoksifikasi dalam ginjal akan mengalami
waktu paruh sehingga memperburuk kekacauan.

4. Diagnosa keperawatan 4
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
dan sensasi
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, kerusakan integritas kulit dapat dihindari.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan kulit utuh
b. Menunjukkan perilaku untnuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular. Perhatikan kemerahan,
ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis, purpura.
Rasional : Menandakan area sirkulasi buruk / kerusakan yang dapat menimbulkan
pembentukan dekubitus / infeksi
b. Pantau masukan cairan, hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional : Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler.
c. Inspeksi area tergantung terhadap edema
Rasional : Jaringan edema lebih cenderung rusak / sobek.
d. Ubah posisi dengan sering.
Rasional : Menurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia.
e. Berikan perawatan kulit. Batasi penggunaan sabun. Berikan salep atau krim.
Rasional : Soda kue, mandi dengan bedak menurunkan gatal dan mengurangi
pengeringan daripada sabun. Losion dan salep mungkin diinginkan untuk
menghilangkan kering.
f. Selidiki keluhan gatal
Rasional : Meskipun dialisis mengalami masalah kulit yang berkenaan dengan uremik,
gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk sisa
seperti kristal fosfat.
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan
(daripada garukan) pada area pruritus.
Rasional : Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera dermal.
h. Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar
Rasional : Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab
pada kulit.
i. Berikan matras busa
Rasional : Menurunkan tekanan lama pada jaringan yang dapat membatasi perfusi
selular yang menyebabkan iskemia / nekrosis.

5. Diagnosa keperawatan 5
Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan pembatasan
cairan
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, perubahan membran mukosa oral menjadi lembab.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan integritas membran mukosa
b. Mengidentifikasi / melakukan intervensi khusus untuk meningkatkan kesehatan mukosa
oral
Intervensi
a. Inspeksi rongga mulut. Perhatikan kelembaban, karakter saliva, adanya inflamasi,
ulserasi, dan leukoplakia.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk intervensi segera dan mencegah infeksi.
b. Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam batas yang ditentukan.
Rasional : Mencegah kekeringan mulut berlebihan dari periode lama tanpa masukan
oral
c. Berikan perawatan mulut sering / cuci dengan larutan asam asetik 25 %, berikan
permen karet, permen keras, mint pernafasan antara makan.
Rasional : Membran mukosa menjadi kering dan pecah-pecah. Perawatan mulut
menyejukkan, melumasi dan membantu menyegarkan rasa mulut, yang
sering tak menyenangkan karena uremia dan keterbatasan masukan oral.
Pencucian dengan asam asetik membantu menetralkan pembentukan
amonia dengan mengubah urea.
d. Anjurkan hiegine gigi yang baik setelah makan dan pada saat tidur. Anjurkan
menghidari fross gigi.
Rasional : Menurunkan pertumbuhan bakteri dan potensial terhadap infeksi.
e. Anjurkan pasien menghentikan merokok dan menghindari produk pencuci mulut
lemon / gliserin yang mengandung alkohol.
Rasional : Bahan ini mengiritasi mukosa dan mempunyai efek mengeringkan.
f. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, misalnya antihistamin : kiproheptadine
(Periactine).
Rasional : Dapat diberikan untuk menghilangkan gatal
6. Diagnosa keperawatan 6
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama, pengetahuan klien tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan bertambah.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan.
b. Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan untuk tindakan
c. Melakukan perubahan pola hidup yang perlu
d. Berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi
a. Kaji ulang proses penyakit dan kemungkinan yang akan dialami.
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
b. Kaji ulang pembatasan diet, termasuk fosfat (contoh produk susu, unggas, jagung) dan
magnesium (contoh produk gandum, polong-polongan)
Rasional : Pembatasan fosfat merangsang kelenjar paratiroid untuk pergeseran kalium
dari tulang (osteodistrofi ginjal), dan megnesium dapat menggangu fungsi
neurologis dan mental
c. Diskusikan pengaturan masukan protein sesuai dengan tingkat fungsi ginjal
Rasional : Metabolit yang terakumulasi dalam darah menurunkan hampir secara
keseluruhan dari katabolisme protein, bila fungsi ginjal menurun protein
harus dibatasi proporsinya.
d. Dorong pemasukan kalori tinggi, khususnya dari karbohidrat
Rasional : Penyimpanan protein, mencegah penggunaan dan memberikan energi
e. Kebas / kesemutan pada jari, abdominal / kram otot, spasme karpopedal
Rasional : Uremia dan penurunan absorpsi kalium dapat menimbulkan neuropati
perifer

7. Diagnosa keperawatan 7
Ketidakpatuhan berhubungan dengan keyakinan kesehatan
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pasien dapat kooperatif dalam mematuhi terapi
yang diberikan.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pengetahuan akurat tentang penyakit dan pemahaman program terapi
b. Berpartisipasi dalam membuat tujuan dan rencana pengobatan
c. Membuat pilihan pada tingkat kesiapan berdasarkan informasi yang akurat
d. Mengidentifikasi / menggunakan sumber dengan tepat.
Intervensi
a. Identifikasi perilaku yang mengindikasikan kegagalan untuk mengikuti program
pengobatan.
Rasional : Dapat memberikan informasi tentang alasan kurangnya kerjasama dan
memperjelas area yang memerlukan pemecahan masalah.
b. Kaji tigkat ansietas, kemampuan kontrol, perasaan tak berdaya.
Rasional : Tingkat anxietas berat mempengaruhi kemampuan klien mengatasi situasi.
c. Tentukan arti psikologis perilaku.
Rasional : Klien dapat menolak kenyataan kondisi fisik / proses penyakit kronis tak
dapat pulih seperti kemarahan, perilaku kasar, atau perilaku menolak.
d. Evaluasi sitem pendukung / sumber yang digunakan oleh klien.
Rasional : Adanya sistem pendukung yang adekuat, membantu pasien untuk mengatasi
kesulitan penyakit lama.
e. Kaji perilaku pemberian perawatan kesehatan pada klien.
Rasional : Pendekatan yang menghakimi dapat membuat kekuatan yang menjauhkan
klien, menurunkan kemungkinan meningkatnya pengaruh.
f. Terima pilihan, seolah-olah hal ini tampak menjadi merusak diri
Rasional : Klien mempunyai hak untuk membuat keputusan dan penerimaan dapat
memberikan rasa kontrol yang akan membantu pasien melihat lebih jelas
dengan konsekuensi pilihan.
g. Buat tujuan bertahap dengan pasien.
Rasional : Bila pasien telah berpartisipasi dalam menyusun tujuan, rasa
menguntungkan mendorong kerjasama dan minat untuk bekerja dengan
program yang telah dibuat.
h. Berikan umpan balik positif untuk upaya keterlibatan dalam terapi
Rasional : Meningkatkan harga diri, mendaorong partisipasi dalam program
selanjutnya.

Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan yang diberikan kepada pasien sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi klien
saat itu. Pada diagnosa keperawatan resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan tahanan vaskular sistemik dilakukan dialisis untuk menurunkan ureum
toksik dan memperbaiki keseimbangan elektrolit. Pada diagnosa keperawatan resiko tinggi
terhadap cedera berhubungan dengan profil darah abnormal dilakukan dengan membatasi
pengambilan darah untuk menghindari nanemia yang memburuk Pada diagnosa keperawatan
perubahan proses pikir berhubungan dengan asidosis metabolik dilakukan dengan
mengkomunikasikan segala informasi dalam kalimat yang pendek untuk membantu
menurunkan kekacauan. Pada diagnosa keperawatan resiko tinggi terhadap kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan sensasi dilakukan dengan
mengubah posisi klien dengan sering untuk menurunkan iskemia pada jaringan dengan
perfusi buruk. Pada diagnosa keperawatan resiko tinggi terhadap perubahan membran
mukosa oral berhubungan dengan pembatasan cairan dilakukan dengan memberikan
perawatan mulut guna menyejukkan mulut. Pada diagnosa keperawatan kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan dilakukan dengan membatasi
magnesium untuk menghindari terganggunya fungsi neurologis dan mental. Pada diagnosa
keperawatan ketidakpatuhan berhubungan dengan keyakinan kesehatan teratasi dilakukan
dengan memberikan umpan positif untuk meningkatkan harga diri.
Evaluasi
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan
dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah
perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga timbul masal baru. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan tahanan vaskular sistemik, resiko tinggi terhadap cedera berhubungan
dengan profil darah abnormal, Perubahan proses pikir berhubungan dengan asidosis
metabolik, resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sirkulasi dan sensasi, resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan
dengan pembatasan cairan, kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan, dan ketidakpatuhan berhubungan dengan keyakinan kesehatan teratasi.

References
Anonim. 2008. Pembelajaran Laboratorum Pratika KeperawatanKebutuhan Dasar Manusia.
Surabaya: Sekolatah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

Alam, Syamsir & Hadibroto, Iwan. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Asih, Yasmin. 2000. Keperawatan Medikal Bedah; Buku Saku Dari Brunner & Suddart. Jakarta: EGC

Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular; Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Ginjal; Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. 2009. Diagnosis Keperawatan; Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta: ECG

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges, Marilyn E. 2004. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Ester, Monica. 2004. Keperawatan Medikal Bedah; Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: EGC

Graber, Mark A. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga; Ed. 3. Jakarta EGC

Hidayat, AAA. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, buku 2. Jakarta: Salemba
Medika

Hull, David. 2008. Dasar-Dasar Pediatri; Edisi 3. Jakarta: EGC

Joyce, K & Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Juwono. 2008. Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. Jakarta: EGC

Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika

Pavey, Patrick. 2006. Medicine at a Glance. Jakarta: Erlangga.

Redaksi Trubus. 2010. My Healty Life; Kegemukkan Pergi Tak Kembali. Depok: PT. Trubus Swadaya

Triharnoto. 2009. Catatan Hati Seorang Dokter. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.

".pdf"

You might also like