Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
EMA ATMAWATI
070117A017
A. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak
ada harapan dan putusasa (Maryam et.al, 2007).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan negative tentangdirisendiri yang
mungkin diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Kim, 2006).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berdaya, tidak berarti dan rendah diri
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (WHO
Perwakilan Indonesia, 2006).
Rentang respon
Respon perilaku klien harga diri rendah dapat diidentifikasikan sepanjang rentang
respon adaptif dan rentang inaladaptif yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
(rentangresponneurobiologik Stuart, 1998 )
B. Rentan Respon
Respon adaptif Respon maladapfif
C. Etiologi
Harga diri sering disebabkan karena koping individu yang tidak efektif akibat
kurang adanya umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemuduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negative, disfungsi system keluarga
serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, 2008).
Faktor – factor yang mempengaruhi konseo diri adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, keggalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang tua, dan ideal diri yang tidak
realistic.
b. Faktor sosial budaya
Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah streotipik peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor psikologis
Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial (Stuart, 2006).
d. Faktor Presipitasi
1) Ketegangan adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
2) Konflik peran adalah ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan
yang diinginkan.
3) Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan individu tentang peran
yang dilakukannya.
4) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
5) Transisi peran sehat-sakit sebagai pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
c) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
d) Prosedur medis dan keperawatan.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Capernito (2008), tanda dan gejala perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah adalah:
1. Data subjektif
a) Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b) Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c) Perasaan tidak mampu
d) Rasa bersalah
e) Sikap negatif pada diri sendiri
f) Sikap pesimis pada kehidupan
g) Keluhan sakit fisik
h) Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i) Menolak kemampuan diri sendiri
j) Pengurangan diri sendiri atau mengejek diri sendiri
k) Perasaan cemas dan takut
l) Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif
m) Mengungkapkan kegagalan pribadi
n) Ketidakmampuan menetukan tujuan
2. Data objektif
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku destruktif pada diri sendiri
c) Perilaku destruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan bersalah
g) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h) Tampak mudah tersinggung atau mudah marah
E. Psikopatologi
Mengasingkan diri
G. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Tujuan
a. Pasien dapat menilai aspek positf
b. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
c. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
e. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4. Tindakan
a. Bina Hubungan Saling Percaya, salam terapeutik, perkenalkan diri dengan sopan,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang dan buat kontrak yang
jelas (waktu, tempat, topic).
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
B. Strategi Tindakan Pelaksanaan
SP 1 Klien
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian
Fase Orientasi :
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Ema Atmawati, saya biasa dipanggil Ema , saya
mahasiswa keperawattan UNW yang sedang praktik diruangan ini., Bagaimana keadaan
mbak hari ini ?
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah mbak
lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat mbakdilakukan. Setelah
kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20
menit ?
Fase Kerja :
”Mbak, apa saja kemampuan yang mbak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa mbak lakukan? Bagaimana dengan merapihkan
kamar? Menyapu ? “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang mbakmiliki
“.
”Mbak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang
masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini.
”Sekarang, coba mbak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.
”O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapikan tempat tidur mbak”. Mari kita lihat tempat tidur mbak Coba lihat, sudah
rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan
di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
“mbak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ” “ Coba mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda
MMM (mandiri) kalau mbak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa
melakukan, dan mbak(tidak) melakukan.
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat tidur
? Yah, ternyata mbak banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah mbakpraktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Mbak mau berapa kali sehari merapikan
tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. mbak masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu
begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan
pagi Sampai jumpa ya”
SP 2 PASIEN:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
A. Orientasi :
”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu
sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan
piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci
piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun
sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah
bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya
C. Terminasi :
”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah
makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel”
A. Orientasi :
“Selamat pagi !”perkenalkan nama saya Ema Atmawati yang merawat pasien T.
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama
waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
B. Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini
terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah yang lebih berat
lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri”
rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
dikatakan T)
” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu,
”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
T ke puskesmas”
pujian kepada T”
”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
demikian.”
A. Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Waktunya 20 menit”.
”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah
T cepat pulih.”
C. Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
tadi kepada T »
A. Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan
B. Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi lagi maka bawa
Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala
FKUI dan WHO (2006). Modul Praktek Keperawatan Professional Jiwa (MPKP Jiwa).
Cetakan 1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan WHO.
Maryam et.al, (2007). Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Hierarki Maslow Dan
Penerapannya Dalam Keperawatan. Cetakan1. Jakarta : Semesta Medika
Stuart.G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa (terjemahan). Edisi 5. Jakarta : EGC