Professional Documents
Culture Documents
ELVI SUSIANI
NIM.PO5120217131
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Diploma DIII
keperawatan pada Prodi DIII Keperawatan Bengkulu jurusan KeperawatanKemenkes
Bengkulu
ELVI SUSIANI
NIM.PO5120217131
ELVI SUSIANI
NIM.PO5120217131
Pembimbing
Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh Panitia Penguji Pada
Program D III Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes
Bengkulu
Pada Tanggal : 23 Mei 2018
Panitia Penguji,
Mengetahui
Ka. Prodi DIII Keperawatan Bengkulu
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu,
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat ALLAH Subhannahu Watak Allah, karena
berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
dengan judul Asuhan keperawatan Cepalgia Di Ruangan Kenanga Rsud M.Yunus
Bengkulu. Tahun 2018. penyusunan proposal ini penulis mendapat bimbingan dan
bantuan baik materi maupun nasihat dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal ini tepat pada waktunya oleh karna itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada;
1. Bapak Darwis,S.Kp,M.Kes, selaku direktur politeknik kesehatan Bengkulu yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan DIII
Keperawatan pada poltekkes kemenkes Bengkulu
2. Bapak Dahrizal,S.Kp,MPH,selaku ketua jurusan keperawata poltekkes Bengkulu
SAMPUL DALAM..............................................................................................I
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................II
PENETAPAN PANITIA PENGUJI...................................................................III
KATA PENGANTAR........................................................................................ IV
DAFTAR ISI........................................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. LatarBelakang...................................................................................1
B. Tujuanpenelitian............................................................................ ....3
1.Tujuan Umum.................................................................................3
2.Tujuan Khusus................................................................................3
C. Batasan Masalah.................................................................................3
D. ManfaatBagi Penulis..........................................................................3
A. Pendekatan/Desain Penelitian..............................................................27
B. Subyek Penelitian................................................................................29
C. BatasanIstilah (DefinisiOperasional)...................................................30
D. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................31
E. Prosedur Penelitian...............................................................................32
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data..........................................33
G. Keabsahan Data....................................................................................34
H. Analisis Data.........................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri kepala atau cephalgia adalah rasa tidaknyaman, rasa sakit yang terjadi
pada seluruh daerah kepala atau bagian atas dari kepala dan terkadang menyebar ke
wajah , gigi, rahang, leher, mata, hidung dan telinga (Williams, L., 2011).
Nyeri kepala menjadi hal yang paling sering dikeluhkan setelah nyeri punggung dan
biasanya merupakan alasan yang membawa seseorang kepada dokter. Nyeri kepala
dapat merupakan gejala primer (sakit kepala yang tidak memiliki penyebab dari organ
atau struktur tubuh) atau gejala sekunder (indikatif penyakit organ atau struktur tubuh
yang utama)
Data WHO (2011), sebanyak 50-75% orang dewasa usia18-65 tahun didunia
mengalami sakit kepala. 10% dari jumlah tersebut mengalami migraine dan 1,7-4%
dari populasi orang dewasa menderita nyeri kepala selama 15 hari atau lebih setiap
bulannya. Tension-type headache menjadi gangguan nyeri kepala dengan prepalensi
lebih tinggi dari pada migraine dengan rasio 42:11 (Macgregor et al., 2011).
Nyeri kepala biasanya diobati dengan obat anti inflamasi non steroid atau yang lebih
dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti Inflamatory Drugs) seperti obat
analgesic anti piretik seperti parasetamol. Namunobat obat tersebut memiliki efek
samping yakni iritasi gastro intestinal pada penggunaan NSAID dan kerusakan hati
akibat penggunaan perasetamol. Sebagian besar analgesic non steroid berperan
mencegah pembentukan zat prostaglan di nilai untuk menghambat pengiriman sinyal
rasa sakit keotak. Obat analgesik non steroid seperti propen, piroksikam, diklofenat
dll atau yang steroid seperti kortison dan keturunannya, menyebabkan efek samping
berbahaya terhadap lambung. Karena bias menyebabkan peradangan atau tukak
lambung.
B. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Batasan Masalah
Studi kasus ini penulis membatasi hanya melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Cephalgia di wilayah Puskesmas Pasarikan Kota Bengkulu.
D. Manfaat
1. Bagi akademik
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Cephalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata
serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang, (Smeltzer & Bare 2002).
Cephalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat
menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress,
vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi
respon tersebut (Brunner & Suddarth, 2002).
Menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau cephalgia adalah rasa nyeri atau
rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke
wajah, gigi, rahang bawah dan leher.
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala
atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala
(Goadsby, 2002). Nyeri kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang
paling umum dialami oleh masyarakat. Telah dilakukan penelitian sebelumnya
bahwa dalam 1 tahun, 90% dari populasi dunia mengalami paling sedikit 1 kali nyeri
kepala. Menurut WHO dalam banyak kasus nyeri kepala dirasakan berulang kali oleh
penderitanya sepanjang hidupnya.
3. Etiologi
Menurut (Hermawan, 2011) Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor
resiko yang umum :
Hampir semua obat sakit kepala , termasuk dan penghilang migrain seperti
acetaminophen dan triptans, bisa membuat sakit kepala parah bila terlalu sering
dipakai untuk jangka waktu lama. Menggunakan terlalu banyak obat dapat
menyebabkan kondisi yang disebut rebound sakit kepala.
2. Stres.
Stres adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit
kepala kronis. Selain itu, itu terkait dengan kecemasan dan depresi, yang juga
faktor resiko untuk berkembang menjadi sakit kepala kronis.
3. Masalah tidur.
4. Obesitas.
Dokter tidak yakin persis mengapa, menjaga berat badan yang sehat
tampaknya dapat dihubungkan dengan penurunan resiko untuk sakit kepala
kronis.
5. Kafein.
4. Patofisiologi
4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,
intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti
hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia ,pemakaian obat vasodilatasi, keadaan
paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
7. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis) dan lain-lain.
Chepalgia
Proses
inflamasi:subort, Oedema
Peredaran darah
donor, tumor kalar
dari dan ke bagian
otak tidak lancar
Oedema pada
jaringan
Menekan pusat
nyeri intrakkranial
atau ekstrkranial
Kelemahan
umum
Mempengaruhi
pusat keseimbangan TIK
tubuh meningkat
MK: Intoleransi
Aktivitas
MK : Resiko
injuri MK : Nausea MK : nyeri kepala
MK : Ansietas MK : Ganguan
Tidur
Modifikasi dari W.O.C tensiontype headache (TTH) oleh Dito Anorogo dalm jurnal
Tension Type Headache, 2014
Sakit kepala tipe tegang umumnya berlangsung 30 menit hingga 7 hari. Gejala ini
dapat hilang timbul serta datang berulang pada kedua sisi kepala anda. Hal ini
dideskripsikan oleh penderitanya sebagai nyeri tumpul yang menetap dan melibatkan
otot leher. Secara garis besar, tanda dan gejala dari sakit kepala tipe tegang adalah :
2. Nyeri kepala digambarkan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang maupun
tegang pada bagian leher.
4. Timbul rasa tertekan, tidak enak, atau berat pada kedua sisi kepala, biasanya
tidak disertai dengan rasa berdenyut.
8. Dapat disertai dengan rasa malas makan, sensasi nyeri pada mata saat terpapar
cahaya, maupun rasa tidak nyaman karena rangsangan suara.
Sakit kepala yang dialami penderita dapat berkembang menjadi kondisi yang
lebih buruk. Jika sudah berlangsung selama 15 hari dalam satu bulan atau minimal
6 bulan, sakit kepala yang dialami sudah termasuk sakit kepala tipe tegang kronis.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan sakit kepala kronis
meliputi depresi, cemas, gangguan tidur, dan masalah fisik dan psikologis lainnya
(Rahmawan, 2011).
8. Pemeriksaan diagnostik
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk
menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.
9. Penatalaksanaan
A. Medis
1. Terapi fisik
Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu
mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan fisik atau kondisi yang mempengaruhi
sakit kepala kronis
2. Akupuntur
3. Relaksasi
a. Metode Fisik
Relaksasi otot progresif dan teknik pernapasan dalam.
b. Metode Mental
Meditasi, relaksasi membantu tubuh untuk mencegah sakit kepala.
4. Biofeedback
Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau
minuman sebagai faktor sakit kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten
menyebabkan sakit kepala atau sakit kepala bisa tertunda.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan respon klien tentang masalah
kesehatan aktual, potensial dan resiko tinggi. Sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan klien, sesuai dengan
kewenangan perawat, tahap dalam diagnosa keperawatan klien antara lain: analisa
data, perumusan masalah, perioritas masalah . (suprajitno, 2004)
Menurut Sparks & taylor tahun 2009, pada kasus chepalgia,diagnosa
keperawatan berdasarkan NANDA yang mungkin muncul antara lain adalah :
1. Nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri vinus, biologis dan mekanus
2. Nausea (mual/muntah)
dihubungan dengan: peningkatan TIK,iritasi sistem pencernaan
3. Ganguan tidur
berhubungan dengan nyeri , amsitus, hipertensi
4. Intelerasi Aktivitas
dihubungkan dengan: kelemahan, insufisinsi fisiologis,
5. Ansietus
dihubungan dengan: kurang pengetahuan, krisis situasional.
6. Resiko injuri
dihubungkan dengan: defisit kemampuan mentoris-semsoris
3. perencanaan
tindakan kepercayaan pada pasien chepalgia adalah:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisis, biologis dan mekanis
NOC:
Tujuan Pasien dapat mengidentifikasi skala nyeri yang ia rasakan, pasien
dapatmengontrol faktor yang meredakan dan memperparah nyeri, dan
nyeri yang dirasakan pasien berkurang atau hilang. (moorhead dkk,
2008)
Kriteria Berkurangnya skala nyeri yang dirasakan pasien, pasien mampu
hasil menyebutkan dan memodifikasi faktor yang memperparah dan
meredakan nyeri. Tanda-tanda vital pasien normal, tidak ada keluhan
nyeri non verbal dari pasien (spark & taylor,2009)
NIC: Manajemen nyeri, dukungan emosional, pengaturan posisi dan
perbaiki koping yang efektif (Bulecheek dkk,2000)
2. Nausea berhubungan dengan peningkatan TIK, iritasi sistem pencernaan
NOC :
Tujuan Mual dan muntah terkontrol, nafsu makan pasien baik, intakecairan
Takseimbang. (Moorhead dkk, 2008),
Kriteria Pasien mampu mengidenifikasi alasan mual dan muntah yang ia
hasil rasakan, pasien mampu mengontrol mual dan muntah, tidak terjadi
pemenuhan nutrisi dan cairan, berat badan tidak turun, tidak ada tanda-
tanda dehidrasi, pasien terlihat nyaman. (Sparks & Taylor, 2009).
Intervensi Rasional
Tanayakan pada pasien penyebab ia Identifikasi penyebab mual menentukan
mual dan atau tidak mau makan intervensi yang tepat
Observasi masukan makanan dan cairan Mengkaji konsumsi nutrisi dan
pasien dan catat kebiasaan makan keperluan akan makanan tambaha
pasien pasien
Dorong pasien untuk makan makanan Pengganti makanan untuk asupan
kering seperti roti bakar atau krekers nutrisi pasien ketika ia mual
ketika mual berlangsung pada jam
makan
Anjurkan pasien untuk menghindari Mengurangi mual secara non
makanan atau bau tertentu yang farmakologis
membuatnya mual, dan makan secara
perlahan untuk mencegah mual
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam Untuk beberapa kondisi tertentu stress
unutk mengurangi stres pasien dan dapat memicu mual
mengurangi mual
Ketika mual hilang anjurkan pasien Mengganti kebutuhan nutrisi yang tidak
makan secukup mungkin untuk terpenuhi
mengganti nutrisi yang hilang
Kolaborasi : pemberian obat anti mual Terapi farmakologis yang mengurangi
rasa mual
NOC :
Intervensi Rasional
Bantu pasien mengidentifikasi Lingkungan yang baru atau tidak
penyebab ia susah tidur nyaman dapat mempengaruhi tidur
REM dan NREM
NOC:
Tujuan Pasien dapat beraktivitas tanpa ada keluhan kelelahan, ADL, pasien
terpenuhi secara mandiri. (moorhhead dkk2008
Kreteria Pasien dapat melakukan ROM aktif dan ROM pasif, pasien dapat
hasil beraktivitas sesuai dengan tingkat toleransi, pasien dapat memenuhi
ADL, secara mandiri dan TTV saat istirahat dan setelah beraktivitas
dalam rentang normal.(sparks &taylor. 2009)
NIC Terapi aktivitas sesuai toleransi, manajeman energi, melati body
mekanik melalui ROM aktif dan atau ROM pasif. (Bulecheck dkk, 2000)
Intervensi Rasional
Lakukan ROM aktif dan pasif Latihan ROM meningkatkan kekuatan dan
kepada seluruh ekstremitasi tiap tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi
2 hingga 4 jam dan mencegah kontraktur
Ubah posisi pasien paling tidak Reposisi mencegah kerusakan kulit dan
setiap 2 jam. Atur jadwal atelektasis serta meningkatkan ekspansi paru
reposisi pada pasien mandiri,
tempelkan jadwal reposisi di
sebelah tempat tidur dan monitor
frekuensinya
Intervensi Rasional
Sediakan waktu 10 menit dengan Mengurangi ketegangan pasien dan
pasien bagi perawat di setiap menumbuhkan hubungan saling percaya
shifnya, untuk mendengarkan
keluhan pasien, utarakan empati
dan pengertian
Beri penjelasan yang jelas Kecemasan dapat menggangu kemampuan
tentang kemungkinan yang dapat kognitif atau kemampuan berpikir pasien
terjadi akibat dari penyaki pasien;
pasien yang cemas biasanya
butuh penjelasan lebih mendetail
Dengarkan secara seksama dan Hal ini dapat membuat pasien
dukung pasien untuk mengidentifikasi perilaku cemas dan apa
mengekspresikan perasaan secara penyebabnya
verbal
Identivikasi dan kurangi Kecemasan biasanya muncul karena
sebanyak mungkin stressor dari kurangnya rasa percaya dan rasa aman dari
lingkungan termasuk kehaduran lingkungan sekitar
pengunjung atau orang-orang
sekitar
Temani pasien ketika pasien Kecemasan biasanya berkaitan dengan rasa
melaporkan mereka cemas atau kesendirian yang di rasakan oleh pasien
terlihat cemas
Libatkan pasien dalam Pasien yang cemas biasanya merasa tidak
pengambilan dan pertimbangan percaya pada kemampuan diri sendiri untuk
pengambilan keputusan jika mengambil keputusan
memungkinkan
Dukung anggota keluarga untuk Keterlibatan keluarga meningkatkan
membantu pasien meredakan ketentraman hati pasien karena penjelasan
kecemasannya dari keluarga biasanya yang paling familiar
dan cocok dengan kepribadian pasien
6. Resiko injuri berhubungan dengan defisit mobilitas fisik.
NOC:
tujuan Pasien dapat terhidar dari resiko cidera dan resiko injuri.
(Moorhead dkk,2008
Kriteria Pasien dapat mengidentifikasi faktor yang meningkatkan potensial
hasil cidera dan perlukaan, pasien dapat mengidentifikasi dan
mengaplikasikan pencegahan cidera dan perlukan, pasien dapat
melakuakan ADL secara optimal dengan memodifikasi lingkungan
berisiko. (Sparks & Taylor 2009)
NIC Kontrol resiko cidera dan perlukaan, modifikasi lingkungan,
perilaku keamanan personal, pencegahan cidera dan perlukaan.
(Bulecheck dkk,2000)
Intervensi Rasional
Observasi faktor-ffaktor yang dapat Meningkatkan kewaspadaan pasien,
berkontribusi pada resiko injuri keluarga dan tenkes terhadap keamanan
pasien
Tingkatkankeselamatan lingkungan Membantu pasien beradaptasi terhadap
pasien: orientasikan pasien terhadap lingkungan baru yang mungkin
lingkungan, kaji kemampuan pasien membahayakan
mencapai bel, pengaman tempat
tidur dan kontrol posisi ranjang
Ajarkan pasien dan keluarga tentang Mengurangi efek buruk dari visualisasi
penggunaan kacamata gelap untuk yang berlebihan
menghindari resiko injuri karena
silau cahaya
Lakukan pengecekan pada suhu air Mengurangi resiko injuri luka bakar
hangat jika pasien ingin mandi air pada pasien dengan rangsang taktil
hangat yang tidak sensitif
Pada pasien dengan ganguan Meminimalisir injuri karena gangguan
pendengaran, berikan alat bantu pendengaran
dengar
Pada pasien dengan ganguan Mengurangi potensial injuri yang dapat
keseimbangan libatkan keluarga dicegah
ketika pasien beraktivitas
Berikan pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan membantu pasien
tentang patient’s safety mencegah perlukaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi
2. Waktu
1. Dokumen
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
pengamatan secara langsung terhadap apa yang diungkap Sugiyono (2013:203)
menytakan teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Pengamatan ini tidak terbatas pada orang,
tetapi juga objek-objek alam yang lain. Dari dua jenis observasi yang ada, yaiytu
observasi berpartisipasi dan nonpartisipan, pada penelitian ini observasi dilakukan
dengan jenis observasi nonpartisipasi. Observasi partisipasi berarti penbeliti tidak
terlibat secara langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Artinya, subjek
tidak mengetahui penelitian yang dilakukan oleh peneliti.Berbeda dengan observasi
berpartisipasi yang dilaksanakan terbuka, artinya penelitian yang dilakukan diketahui
oleh subjek.
3. Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara peneliti lakukan dengan tanya jawab secara
langsung dengan berbagai informan agar mampu mengumpulkanberbagai informasi
yang diperlukan dalam penelitian. Sugiyono (2013:320) menerangkan dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukakan oleh informan. Tujuan peneliti menggunakan teknik wawancara
ini adalah informan lebih bebas dalam memberikan jawaban terkait dengan
pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD Negeri 02 Limpakuwus
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.Sedangkan menurut Moeloeng
(2016:186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan
tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban
atas pernyataan itu. Wawancara ada tiga macam, yaitu wawancara terstruktur,
semistruktur, dan tak terstruktur.Penelitian ini menggunakan wawancara
semistruktur.Teknik wawancara semistruktur adalah wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dalam pelaksanaanya tidak terpaku pada susunan pertanyaan yang telah
dibuat, artinya pernyataan yang diajukan oleh peneliti dapat berkembang sesuai
dengan jawaban informan. Teknik wawancara semistruktur akan lebih bebas dengan
tujuan untuk menemukan permasalahan secara terbuka. Dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat ide-idenya.
D. Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik. Moloeng
(2010:330) menerangkan triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap terhadap data itu. Triangulasi dalam pengujian
kerdibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan mengatur wawancara dan catatan yang
diperoleh di lapangan serta bahan- bahan lain yang telah dihimpun sehingga dapat
merumuskan hasil dari apa yang telah ditemukan relevan dengan jenis penelitian
yaitu penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, maka tekhnik analisis yang
digunakan adalah tekhnik analisis kualitatif. Analaisis data dalam penelitian ini yaitu
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan pemilihan data dan pemusatan perhatian kepada data-
data yang betul-betul dibutuhkan sebagai data utama dan juga data yang sifatnya
hanya pelengkap saja.Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan
dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang
penting. Data yang di peroleh dilapangan jumlahnya cukup banyak seperti dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi, oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Data yang cukup banyak tersebut perlu segera dianalisis melalui reduksi data.
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan data
yang tidak diperlukan akan disingkirkan terlebih dahulu dan dicari apabila
diperlukan. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Peneliti membutuhkan
diskusi dengan orang lain agar wawasan peneliti dapat berkembang sehingga dapat
mereduksi datadata yang dimiliki.
2. Penyajian data
3. Penarikan kesimpulan
Andrea C, Adam, MD, 2008. Mayo Clinic Essential Neurology, Mayo Foudation
Anoroge, dite, 2014. Journal of neuroscience department, Brain and
Circulationinstitute of Indonesia (BCH) Surya University, Indonesia.
Tension Type headache( TTH)
Grown, M.R. 1951, The Classification and treatmen of headhache. Medical Clinics of
North Amarica 35 (5): 1485-93.
Geadsby Pj, Lipton Rb, Ferrari MD. 2002. Migraine – Current Understanding and
treatment, New England journal Medicine.
Geadsby PJ, raskin NH. Chapter 14, Headache, in; Longo DL, Fauci AS, Kasper
DL, Hauser SI, Jameson J, Loscalzo J. Eds. Harrison’s Princip ofInternal
Medicine, 18e, New York, NY:McGraw-Hill;2012
Headache Classification Subeommitte of the Intenation Headache Society. 2004the
International Classification of Headache Disorders, 2nd ed. Cephalgia.24: 1-
160
Sjamsihidayat R Wim de Jong .2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta
EGC