You are on page 1of 42

PROPOSAL

ASUHAN KEPERWATAN CEPALGIA DI RUANGAN KENANGA


RSUD M.YUNUS BENGKULU
TAHUN 2018

ELVI SUSIANI
NIM.PO5120217131

POLTEKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN 2018
PROPOSAL

ASUHAN KEPERWATAN CEPALGIA DI RUANGAN KENANGA RSUD


M.YUNUS BENGKULU
TAHUN 2018

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Diploma DIII
keperawatan pada Prodi DIII Keperawatan Bengkulu jurusan KeperawatanKemenkes
Bengkulu

ELVI SUSIANI
NIM.PO5120217131

POLTEKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN 2018
PERSETUJUAN PROPOSAL

Prosal ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan


tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Bengkulu
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Yang dipersiapkan dan dipersentasikan oleh;

ELVI SUSIANI
NIM.PO5120217131

Pada tanggal : 10 maret 2018

Pembimbing

Ns. Khely Fitria Annuriz, S.Kep.M.Kep


NIP : 198307132010012008
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal
Dengan judul
ASUHAN KEPERAWATAN CEPALGIA DI RUANGAN KENANGA RSUD
M.YUNUS BENGKULU
TAHUN 2018
Yang dipersiapkan dan dipresentasikan oleh :
ELVI SUSIANI
NIM. PO5120217131

Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh Panitia Penguji Pada
Program D III Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes

Bengkulu
Pada Tanggal : 23 Mei 2018

Panitia Penguji,

1. Asmawati.SKp. M.Kep (...............................................)


NIP. 197502022001122002
2. Ns. Mardiani, Skep, MM (...............................................)
NIP.197203211995032001

Mengetahui
Ka. Prodi DIII Keperawatan Bengkulu
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu,

(Ns. Mardiani, S.Kep, MM)


NIP. 197203211995032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat ALLAH Subhannahu Watak Allah, karena
berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
dengan judul Asuhan keperawatan Cepalgia Di Ruangan Kenanga Rsud M.Yunus
Bengkulu. Tahun 2018. penyusunan proposal ini penulis mendapat bimbingan dan
bantuan baik materi maupun nasihat dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal ini tepat pada waktunya oleh karna itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada;
1. Bapak Darwis,S.Kp,M.Kes, selaku direktur politeknik kesehatan Bengkulu yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan DIII
Keperawatan pada poltekkes kemenkes Bengkulu
2. Bapak Dahrizal,S.Kp,MPH,selaku ketua jurusan keperawata poltekkes Bengkulu

3. Ns.Mardiani,S.Kep.MM, selaku ketua program studi DIII keperawatan poltekkes


Bengkulu
4. Seluruh Dosen dan staf prodi DIII keperawatan poltekkes kemenkes Bengkulu
5. Orang tua, keluarga tercinta yang telah banyak mendukung penulis, anakku
sebagai inspirasi sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
6. Seluruh mahasiswa RPL seperjuangan pada poltekkes kemenkes Bengkulu.
Penulis menyadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan, maupun pencapaian teori yang
mendasar. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi perubahan yang lebih baik lagi. Dan
akhirnya penulis berharap proposal ini dapat dilaksanakan penelitiannya dengan
lancer dan dapat bermanfaat bagi kita semua, membawa perubahan yang positif
terutama bagi penulis sendiri dan teman–teman mahasiswa RPL Kota

Bengkulu, 24 april 2018


Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM..............................................................................................I
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................II
PENETAPAN PANITIA PENGUJI...................................................................III
KATA PENGANTAR........................................................................................ IV
DAFTAR ISI........................................................................................................V

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. LatarBelakang...................................................................................1
B. Tujuanpenelitian............................................................................ ....3
1.Tujuan Umum.................................................................................3
2.Tujuan Khusus................................................................................3
C. Batasan Masalah.................................................................................3
D. ManfaatBagi Penulis..........................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................................4


A. Konsep Dasar ............................................................................................4
1. PENGERTIAN...................................................................................8
2. ANATOMI FISIOLOGI.....................................................................9
3. ETIOLOGI.........................................................................................10
4. PATOFISIOLOGI..............................................................................11
5. WOC....................................................................................................12
6. TANDA DAN GEJALA.....................................................................13
7. KOMPLIKASI....................................................................................14
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK......................................................15
9. PENATALAKSANAAN....................................................................16
a.Medis...................................................................................................17
b. Non medis..........................................................................................18
B. Asuhan Keperawatan Teoritis.....................................................................19
1. Pengkajian.............................................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan.........................................................................21
3. Rencana Keperawatan..........................................................................22
4. Implementasi Keperawatan..................................................................23
5. Evaluasi Keperawatan..........................................................................24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................26

A. Pendekatan/Desain Penelitian..............................................................27
B. Subyek Penelitian................................................................................29
C. BatasanIstilah (DefinisiOperasional)...................................................30
D. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................31
E. Prosedur Penelitian...............................................................................32
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data..........................................33
G. Keabsahan Data....................................................................................34
H. Analisis Data.........................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri kepala atau cephalgia adalah rasa tidaknyaman, rasa sakit yang terjadi
pada seluruh daerah kepala atau bagian atas dari kepala dan terkadang menyebar ke
wajah , gigi, rahang, leher, mata, hidung dan telinga (Williams, L., 2011).
Nyeri kepala menjadi hal yang paling sering dikeluhkan setelah nyeri punggung dan
biasanya merupakan alasan yang membawa seseorang kepada dokter. Nyeri kepala
dapat merupakan gejala primer (sakit kepala yang tidak memiliki penyebab dari organ
atau struktur tubuh) atau gejala sekunder (indikatif penyakit organ atau struktur tubuh
yang utama)

Data WHO (2011), sebanyak 50-75% orang dewasa usia18-65 tahun didunia
mengalami sakit kepala. 10% dari jumlah tersebut mengalami migraine dan 1,7-4%
dari populasi orang dewasa menderita nyeri kepala selama 15 hari atau lebih setiap
bulannya. Tension-type headache menjadi gangguan nyeri kepala dengan prepalensi
lebih tinggi dari pada migraine dengan rasio 42:11 (Macgregor et al., 2011).
Nyeri kepala biasanya diobati dengan obat anti inflamasi non steroid atau yang lebih
dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti Inflamatory Drugs) seperti obat
analgesic anti piretik seperti parasetamol. Namunobat obat tersebut memiliki efek
samping yakni iritasi gastro intestinal pada penggunaan NSAID dan kerusakan hati
akibat penggunaan perasetamol. Sebagian besar analgesic non steroid berperan
mencegah pembentukan zat prostaglan di nilai untuk menghambat pengiriman sinyal
rasa sakit keotak. Obat analgesik non steroid seperti propen, piroksikam, diklofenat
dll atau yang steroid seperti kortison dan keturunannya, menyebabkan efek samping
berbahaya terhadap lambung. Karena bias menyebabkan peradangan atau tukak
lambung.
B. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan pada


pada kliendengan Cephalgia.

2. Tujuan Khusus

a.Gambaran pengkajian keperawatan untuk menemukan kebutuhan keperawatan


klien.

b.Gambaran merencanakan diagnosa keperawatan pada klien dengan Cephalgia.

c. Gambaran merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Cephalgia.

d. Gambaran melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan perencanaan yang


telah disusun.

e. Gambaran melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien dengan


Cephalgia.

C. Batasan Masalah

Studi kasus ini penulis membatasi hanya melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Cephalgia di wilayah Puskesmas Pasarikan Kota Bengkulu.
D. Manfaat
1. Bagi akademik

a. Mahasiswa mampu menerapkan konsep pembelajaran teoritis ke rana aplikatif


dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Cephalgia.

b. Memiliki kemampuan berdasarkan pengalaman yang telah didapatkan cara


merawat pasien Cephalgia.

c. Menumbuhkan sensitivitas (caring) antara perawat dan pasien.

d. Meningkatkan pengetahuan tenaga kependidikan dalam memberikan mata


kuliah terutama mata kuliah keperawatan Cephalgia dan bisa meningkatkan
pengetahuan mahasiswa/I yang berada di insitusi tersebut.

2. Bagi perawat / bagian pelayanan kesehatan

Hasil karya ilmiah ini diharapkan perawat bisa meningkatkan pemberian


pelayanan yang lebih baik dan mengetahui langkah-langkah yang tepat
dalam pemberian asuhan kepada pasien dengan Cephalgia.

3. Manfaat bagi penulis lain

Sebagai bahan acuan dan diharapkan dapat menjadi acuan dalam


mengembangkan penelitian yang serupa baik tentang gambaran peran perawat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Cephalgia.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Cephalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata
serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang, (Smeltzer & Bare 2002).
Cephalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat
menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress,
vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi
respon tersebut (Brunner & Suddarth, 2002).

Menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau cephalgia adalah rasa nyeri atau
rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke
wajah, gigi, rahang bawah dan leher.

Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala
atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala
(Goadsby, 2002). Nyeri kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang
paling umum dialami oleh masyarakat. Telah dilakukan penelitian sebelumnya
bahwa dalam 1 tahun, 90% dari populasi dunia mengalami paling sedikit 1 kali nyeri
kepala. Menurut WHO dalam banyak kasus nyeri kepala dirasakan berulang kali oleh
penderitanya sepanjang hidupnya.
3. Etiologi

Menurut (Hermawan, 2011) Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor
resiko yang umum :

1. Penggunaan obat yang berlebihan.

Hampir semua obat sakit kepala , termasuk dan penghilang migrain seperti
acetaminophen dan triptans, bisa membuat sakit kepala parah bila terlalu sering
dipakai untuk jangka waktu lama. Menggunakan terlalu banyak obat dapat
menyebabkan kondisi yang disebut rebound sakit kepala.

2. Stres.

Stres adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit
kepala kronis. Selain itu, itu terkait dengan kecemasan dan depresi, yang juga
faktor resiko untuk berkembang menjadi sakit kepala kronis.

3. Masalah tidur.

Kesulitan tidur merupakan faktor resiko umum untuk sakit kronis.


Mendengkur yang dapat mengganggu pernapasan dimalam hari dan mencegah
tidur nyenyak juga merupakan faktor resiko.

4. Obesitas.

Dokter tidak yakin persis mengapa, menjaga berat badan yang sehat
tampaknya dapat dihubungkan dengan penurunan resiko untuk sakit kepala
kronis.
5. Kafein.

Sementara kafein telah ditunjukkan untuk meningkatkan efektivitas ketika


ditambahkan ke beberapa obat sakit kepala, terlalu banyak kafein dapat
memiliki efek yang berlawanan. Sama seperti obat sakit kepala berlebihan
dapat memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan dapat
menciptakan efek rebound.

6. Penyakit atau infeksi

Seperti meningitis, thypoid, ensefalitis, infeksi pada cairan, saraf terjepit di


leher, atau bahkan tumor.

4. Patofisiologi

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan di


wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan
ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit
kepala,arteri-arteri subkutis dan periostium.Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri.
Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura
basalis dan meninges yang melindungi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada
basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.

Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa :

1. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.


2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perubahan subdural atas
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
3. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan
jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan
intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.

4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,
intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti
hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia ,pemakaian obat vasodilatasi, keadaan
paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).

5. Gangguan pembuluh darah ektrakranial,misalnya vasodilatasi (migren dan cluster


headache) dan radang (arteriti temporalis).

6. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti


pada spondiloartrosis deformans servikalis.

7. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis) dan lain-lain.

8. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada


keadaan depresi dan stres. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala
(Price, 1997).
. web of causation

Chepalgia

Pengunaan Stress gaya Obesitas pola


Penyakit hidup &
obat-obatan makan diet dan trauma
atau infeksi masalah tidur kafein

Proses
inflamasi:subort, Oedema
Peredaran darah
donor, tumor kalar
dari dan ke bagian
otak tidak lancar

Oedema pada
jaringan

Menekan pusat
nyeri intrakkranial
atau ekstrkranial

Kelemahan
umum
Mempengaruhi
pusat keseimbangan TIK
tubuh meningkat

MK: Intoleransi
Aktivitas

MK : Resiko
injuri MK : Nausea MK : nyeri kepala

MK : Ansietas MK : Ganguan
Tidur

Modifikasi dari W.O.C tensiontype headache (TTH) oleh Dito Anorogo dalm jurnal
Tension Type Headache, 2014

Gambar 2.1 web of causation Chepalgia


6. Tanda dan gejala

Sakit kepala tipe tegang umumnya berlangsung 30 menit hingga 7 hari. Gejala ini
dapat hilang timbul serta datang berulang pada kedua sisi kepala anda. Hal ini
dideskripsikan oleh penderitanya sebagai nyeri tumpul yang menetap dan melibatkan
otot leher. Secara garis besar, tanda dan gejala dari sakit kepala tipe tegang adalah :

1. Nyeri kepala dirasakan terus-menerus maupun hilang timbul.

2. Nyeri kepala digambarkan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang maupun
tegang pada bagian leher.

3. Nyeri ini berulang hingga 10 kali.

4. Timbul rasa tertekan, tidak enak, atau berat pada kedua sisi kepala, biasanya
tidak disertai dengan rasa berdenyut.

5. Intensitasnya ringan atau sedang.

6. Tidak diperberat oleh aktivitas seperti berjalan atau naik tangga.

7. Tidak terdapat mual atau muntah.

8. Dapat disertai dengan rasa malas makan, sensasi nyeri pada mata saat terpapar
cahaya, maupun rasa tidak nyaman karena rangsangan suara.

Sakit kepala yang dialami penderita dapat berkembang menjadi kondisi yang
lebih buruk. Jika sudah berlangsung selama 15 hari dalam satu bulan atau minimal
6 bulan, sakit kepala yang dialami sudah termasuk sakit kepala tipe tegang kronis.
7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan sakit kepala kronis
meliputi depresi, cemas, gangguan tidur, dan masalah fisik dan psikologis lainnya
(Rahmawan, 2011).

8. Pemeriksaan diagnostik

1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk
menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.

2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.

3. Fungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal


ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan
tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.

9. Penatalaksanaan

Menurut Brown, M.R. dalam bukunya The classification and treatment of


headache yang dikutip dari wikipedia Cephalgia tahun 2010,penatalaksaan Cephalgia
dapat dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis :

A. Medis

1. Penggunaan obat analgesik

Metode pengobatan yang paling umum kronis adalah pengguanaan obat.


Banyak orang mencoba untuk mencari bantuan dari obat-obatan analgesik nyeri
seperti aspirin, ibuprofen, dan narkotika. Namun demikian ada beberapa jenis
obat seperti Ergotamin (Cafergot), triptans (Imitrex), dan prednisone (Deltasone)
bila digunakan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan sakit
kepala. Obat penghilang rasa sakit tersebut hanya membantu sementara, tetapi
sakit kepala menjadi lebih re-aktif dan tumbuh dalam intensitas bila digunakan
terus-menerus (sakit kepala rebound). Ini benar-benar dapat membuat tubuh
kurang responsif terhadap pengobatan pencegahan.Oleh karena itu,obat analgesik
sering disarankan untuk sakit kepala yang tidak kronis di alami.

2. Profilaksis (pencegahan) obat

Obat-obatan yang umum yang paling sering digunakan untuk mengobati


cephalgia kronis disebut obat-obatan profilaksis,yang digunakan untuk mencegah
sakit kepala. Obat-obatan profilaksis direkomendasikan untuk pasien sakit kepala
kronis karena percobaan bervariasi membuktikan bahwa obat mengurangi
frekuensi,keparahan,dan kecacatan yang berhubungan dengan sakit kepala kronis
Mayoritas obat profilaksis bekerja dengan menghambat atau meningkat
neurotransmissions di otak, sering mencegah otak menafsirkan sinyal rasa sakit
Pencegahan obat-obatan termasuk gabapentin,Tizanidine (Zanaflex),fluoxetine
(prozac), amitriptyline (Elavil), dan topiramate (Topamax). Dalam pengujian
gabapentin ditemukan untuk mengurangi jumlah hari sakit kepala, dan durasi
sakit bearti. Melalui penelitian, Fluoxetine menghasilkan peringkat suasana hati
lebih baik dan “peningkatan yang signifikan dalam-bebas hari sakit kepala”. Satu
studi menemukan bahwa frekuensi sakit kepala selama jangka waktu 28 hari
menurunkan untuk pasien sakit kepala kronis pada penggunaan topiramate. Obat
lain untuk mencegah sakit kepala adalah toksin hotulinum tipe A (BONTA atau
BOTOX), yang diberikan melalui suntikan.
B. Non medis

1. Terapi fisik

Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu
mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan fisik atau kondisi yang mempengaruhi
sakit kepala kronis

2. Akupuntur

Studi akupuntur di Jerman menemukan bahwa 52,6% pasien melaporkan


penurunan frekuensi sakit kepala.

3. Relaksasi

Relaksasi membantu untuk mengurangi ketegangan internal yang


memungkinkan seseorang untuk mengendalikan sakit kepala yang dipicu oleh
stres. Latihan relaksasi mencakup 2 metode yaitu :

a. Metode Fisik
Relaksasi otot progresif dan teknik pernapasan dalam.
b. Metode Mental
Meditasi, relaksasi membantu tubuh untuk mencegah sakit kepala.

4. Biofeedback

Biofeedback sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan


relaksasi. Salah satu biofeedback tes paling umum adalah electromyograph
(EMG),yang mengevaluasi aktifitas listrik yang dihasilkan oleh otot.Biofeedback
Biofeedback juga dapat mengukur aktifitas otak listrik melalui uji yang disebut
electroencephalograph (EEG).
5. Perubahan dalam diet

Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau
minuman sebagai faktor sakit kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten
menyebabkan sakit kepala atau sakit kepala bisa tertunda.

6. Terapi perilaku dan terapi psikologis

Psikologi dan terapi perilaku mengidentifikasi situasi stres dan mengajarkan


pasien dengan sakit kepala kronis bereaksi berbeda, mengubah perilaku mereka,
atau menyesuaikan sikap untuk mengurangi ketegangan yang mengarah ke sakit
kepala. Perlakuan terutama berfokus pada “emosional, mental, perilaku, dan
faktor-faktorsosial”sebagai dampak sakit kepala mereka.Pasien hanya disarankan
untuk menghindari stres ketika mereka berbagi beban atau masuk akal dengan
orang lain.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan
klien (Nursalam, 2001)
Pengkajian ini harus terdiri daripengkajian langsung dengan wawancara
pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Menurut Dwi Yoedhas putra
tahun 2010, pengkajian pada pasien chepalgia harus meliputi data objektif dan
subjektif berikut ini .
Data obyektif meliputi prilaku klien: genjala memperlihatkan stress,
kecemasan atau nyeri, perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari-
hari, suhu badan dan drainase dari sinus. Terdapat pengkajian anormal dari sistem
pengkajian fisik sistem saraf cranial.
Data subyektif berupa kesadaran tentang adanya faktor pencetus, seperti
stress, kebiasaan untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan. Lokasi, frekuensi,pola
dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala
Sementara dasar pengkajian dengan gangguan neurologi adalah :
a. Aktifitas
Gejala Letih, Lesu, Malaese, Ketegangan, Lemah dan insomnia
Tanda Bangun pada pagi hari disertai nyeri kepala, sakit kepala
yang hebat.Pada saat perubahan Postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
b. Sirkulasi
Gejala Riwayat Hipertensi
Tanda Hipertensi, denyutan vaskuler daerah temporal, pucat dan
wajah tampak kemerahan
c. Intergritas Ego
Gejala Faktor-faktor stres emosional/lingkungan tertentu, perasaan
Ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan, depresi.
Tanda kekuatiran (takut akan sesuatu yang akan terjadi), ansietas,
peka rangsang selama sakit kepala, dan mekanisme
reprensif/difensif (sakit kepala kronis).
d. Makanan/Cairan
Gejala Makan-makanan yang tinggi vasoaktifnya, misalnya :
kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, alpukat,
MSG, saus, hotdog, daging, tomat, makanan berlemak,
jeruk. Mual, muntah anoreksia (selama nyeri).
Tanda Penurunan berat badan.
e. Neurosensori
Gejala Pening,disorientasi, tidak mampu berkonsentrasi riwayat
kejang, cidera kepala baru terjadi atau perna terjadi
trauma, stroke, infeksi intrakranial, kraniotomi, aura :
visual, olfaktorius, tinnitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epistaksis, parestesia,
kelemahan progresif/paralisis suatu sisi temporer.
Tanda Perubahan dalam pola bicara/proses pikir, mudah
terangsang. Peka terhadap stimulus, penurunan refleks
tendon dalam, dan papiledema
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala,mis:
migren; mungkin menyeluruh atau unilateral, kedutan
kuat, mungkin dimulai pada sekeliling mata da/atau
menyebar kedua mata
Cluster : Paroksismal, tiba-tiba tidak berdenyut, unilateral,
kuat, mencakup mata, pelipis, leher, wajah, hidung
tersumbat, cairan terkumpul di bawah mata, rinorea, wajah
kemerahan, biasanya terjadi 30-90 menit dan terjadi
periode remisi
Ketegangan otot : awitan bertahap, bilateral, terasa
tertekan, tidak berdenyut, interminten, sedang, fronto-
oksipetal, sesak/kaku, sakit, mungkin tidak pulih dalam
waktu lama.
Tanda Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus
menyempit, respon emosional/prilaku tak terarah seperti
menangis, gelisa, meringis, otot daerah leher menegang,
rigiditas nukal.
g. Keamanan
Gejala Riwayat alergi/reaksi alergi
Tanda Demam, ganguan cara berjalan, parastesia, paralisis,
drainase nasal purulen (sinus)
h. Interaksi sosial
Gejala Perubahan dalam tangung jawab peran/interaksi sosial
yang berhubungan dengan penyakit
i. Penyuluhan Pembelajaran
Gejala Riwayat hipeertensi, migren, stroke, penyakit mental pada
keluarga. Penguna alkohol/obat lain, termasuk kafein,
kontrasepsi oral, hormom menopase
pemeriksaan diagnosistik
1. CT Scan, mendeteksikan masa intrakranial, perpindahan ventrikuler atau
hemoragi intrakranial.
2. MRI scan, dengan tujuan mendeteksikan lesi/abnormalitas jaringan,
mentari informasi tentang biokimia, fisioligis, dan struktur annatomi.
3. Fungsi lumbal, dengan mengambil cairan serehmaspinalis untuk
pemeriksaan, hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan
tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang
mendadak akibat pengambilan CSF.
4. Pemeriksaan fisik Nervus Kranial I-XII

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan respon klien tentang masalah
kesehatan aktual, potensial dan resiko tinggi. Sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan klien, sesuai dengan
kewenangan perawat, tahap dalam diagnosa keperawatan klien antara lain: analisa
data, perumusan masalah, perioritas masalah . (suprajitno, 2004)
Menurut Sparks & taylor tahun 2009, pada kasus chepalgia,diagnosa
keperawatan berdasarkan NANDA yang mungkin muncul antara lain adalah :
1. Nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri vinus, biologis dan mekanus
2. Nausea (mual/muntah)
dihubungan dengan: peningkatan TIK,iritasi sistem pencernaan
3. Ganguan tidur
berhubungan dengan nyeri , amsitus, hipertensi
4. Intelerasi Aktivitas
dihubungkan dengan: kelemahan, insufisinsi fisiologis,
5. Ansietus
dihubungan dengan: kurang pengetahuan, krisis situasional.
6. Resiko injuri
dihubungkan dengan: defisit kemampuan mentoris-semsoris
3. perencanaan
tindakan kepercayaan pada pasien chepalgia adalah:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisis, biologis dan mekanis
NOC:
Tujuan Pasien dapat mengidentifikasi skala nyeri yang ia rasakan, pasien
dapatmengontrol faktor yang meredakan dan memperparah nyeri, dan
nyeri yang dirasakan pasien berkurang atau hilang. (moorhead dkk,
2008)
Kriteria Berkurangnya skala nyeri yang dirasakan pasien, pasien mampu
hasil menyebutkan dan memodifikasi faktor yang memperparah dan
meredakan nyeri. Tanda-tanda vital pasien normal, tidak ada keluhan
nyeri non verbal dari pasien (spark & taylor,2009)
NIC: Manajemen nyeri, dukungan emosional, pengaturan posisi dan
perbaiki koping yang efektif (Bulecheek dkk,2000)
2. Nausea berhubungan dengan peningkatan TIK, iritasi sistem pencernaan

NOC :
Tujuan Mual dan muntah terkontrol, nafsu makan pasien baik, intakecairan
Takseimbang. (Moorhead dkk, 2008),
Kriteria Pasien mampu mengidenifikasi alasan mual dan muntah yang ia
hasil rasakan, pasien mampu mengontrol mual dan muntah, tidak terjadi
pemenuhan nutrisi dan cairan, berat badan tidak turun, tidak ada tanda-
tanda dehidrasi, pasien terlihat nyaman. (Sparks & Taylor, 2009).

NIC : Pencegahan perubahan diet, manajemen cairan dan elektrolit,


manajemen mual. (Bulecheck dkk, 2000)

Intervensi Rasional
Tanayakan pada pasien penyebab ia Identifikasi penyebab mual menentukan
mual dan atau tidak mau makan intervensi yang tepat
Observasi masukan makanan dan cairan Mengkaji konsumsi nutrisi dan
pasien dan catat kebiasaan makan keperluan akan makanan tambaha
pasien pasien
Dorong pasien untuk makan makanan Pengganti makanan untuk asupan
kering seperti roti bakar atau krekers nutrisi pasien ketika ia mual
ketika mual berlangsung pada jam
makan
Anjurkan pasien untuk menghindari Mengurangi mual secara non
makanan atau bau tertentu yang farmakologis
membuatnya mual, dan makan secara
perlahan untuk mencegah mual
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam Untuk beberapa kondisi tertentu stress
unutk mengurangi stres pasien dan dapat memicu mual
mengurangi mual
Ketika mual hilang anjurkan pasien Mengganti kebutuhan nutrisi yang tidak
makan secukup mungkin untuk terpenuhi
mengganti nutrisi yang hilang
Kolaborasi : pemberian obat anti mual Terapi farmakologis yang mengurangi
rasa mual

3. Gangguan tidur berhubungan dengan ansietas, nyeri, hipertemi

NOC :

Tujuan Pasien dapat mengidentifikasi penyebab ia susah tidur, mengontrol


faktor yang meredakan dan memperparah pemenuhan kebutuhan
tidurnya, dan pasien dapat tidur yang cukup. (Moorhead dkk, 2008).

Kriteria Pasien dapat menyebutkan faktor yang menggangu ia untuk tidur,


hasil pasien dapat menghindari faktor yang membuat ia susah tidur, tidak
terdapat tanda-tanda kurang tidur seperti kantung mata, mata merah dan
kegelapan di bawah mata. (Sparks & Taylor 2008)

NIC : Pengurangan kecemasan, manajemen nyeri manajeme energi, teknik


relaksasi progresif. (Bulecheck, 2000).

Intervensi Rasional
Bantu pasien mengidentifikasi Lingkungan yang baru atau tidak
penyebab ia susah tidur nyaman dapat mempengaruhi tidur
REM dan NREM

Tanyakan pada pasien perubahan apa Melibatkan pasien dalam perencanaan


yang ia inginkan agar ia bisa tidur lebih intervensi untuk meningkatkan
nyenyak keefektifan intervensi
Anjurkan pasien untuk menghindari Membantu meningkatkan kualitas dan
tidur siang yang terlalu lama durasi tidur pada malam hari

Modifikasi lingkungan seperti Faktor lingkungan membantu pasien


mengurangi keributan, pengaturan untuk relaksasi dan lebih mudah untuk
cahaya, menutup pintu, dan jadwal tidur dan berisitirahat
pengobatan yang menginterupsi waktu
tidur pasien
Rencanakan waktu tidur pasien tanpa Mengganti waktu tidur pasien yang
ada gangguan selama beberapa jam tidak terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan tidur menurut
usia pasien

Kolaborasi : pemberian obat-obatan Obat sedatif membantu menenangkan


sedatif bila sangat diperlukan saraf dan membantu pasien tidur lebih
nyenyak

4. inteleransi Aktivitas berhubungan dengan immabilitas, imufisionasi, fisiologis

NOC:

Tujuan Pasien dapat beraktivitas tanpa ada keluhan kelelahan, ADL, pasien
terpenuhi secara mandiri. (moorhhead dkk2008
Kreteria Pasien dapat melakukan ROM aktif dan ROM pasif, pasien dapat
hasil beraktivitas sesuai dengan tingkat toleransi, pasien dapat memenuhi
ADL, secara mandiri dan TTV saat istirahat dan setelah beraktivitas
dalam rentang normal.(sparks &taylor. 2009)
NIC Terapi aktivitas sesuai toleransi, manajeman energi, melati body
mekanik melalui ROM aktif dan atau ROM pasif. (Bulecheck dkk, 2000)

Intervensi Rasional
Lakukan ROM aktif dan pasif Latihan ROM meningkatkan kekuatan dan
kepada seluruh ekstremitasi tiap tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi
2 hingga 4 jam dan mencegah kontraktur

Ubah posisi pasien paling tidak Reposisi mencegah kerusakan kulit dan
setiap 2 jam. Atur jadwal atelektasis serta meningkatkan ekspansi paru
reposisi pada pasien mandiri,
tempelkan jadwal reposisi di
sebelah tempat tidur dan monitor
frekuensinya

Pertahankan posisi tubuh yang Menghindari kontaktur dan keseimbangan


stabil muskuloskeletal optimal dan fungsi fisiologis
muskuloskeletal

Berikan dukungan emosional Meningkatkan konsep diri pasien dan


dan moral pada pasien memotivivasi pasien memenuhi ADI, secara
mandiri
Libatkan pasien dalam Mendorong pasien merasa terlibat dalam
perencanaan dan pembuatan membuat jadwal kegiatan
keputusan
Monitor respons fisiologis TTV akan kembali normal 2-5 menit setelah
terhadap aktivitas yang beraktivitas, bila tidak kembali normal
meningkatkan secara bertahap, mengindikasikan intoleransi
termasuk pengukuran TTV
seperti RR, Nadi, Td dan suhu
tubuh
Ajarkan keluarga pasien untuk Membuat keluarga pasien terlibat dan
membantu memenuhi memotivivasi pasien demi kesembuhannya
kebutuhannya secara mandiri
sesuai dengan potensi aktivitas
yang bisa dilakukan pasien
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan, krisis situasional
NOC:
Tujuan pasien dapat mengidentifikasi faktor yang mencetuskan
kecemasan, pasien dapat berdiskusi untuk mengurangi
kecemasan, pasien dapat menerapkan teknik relaksasi untuk
mengurangi kecemasan. (Moorhead dkk, 2008) pasien dapat
mengekspresikan kecemasan yang ia rasakan, pasien berdiskusi
dengan perawat tentang kecemasan yang dialaminya, pasien
mampu berinteraksi dengan keluarga maupun tenaga kesehatan
dengan baik, pasien mampu mempraktikkan teknik relaksasi.
(sparks & taylor , 2009)
Kriteria Hasil Pasien dapat mengekspresikan kecemasan yang ia rasakan ,
pasien berdiskusi dengan perawat tentang kecemasan yang
dialaminya, pasien mampu beriteraksi dengan keluarga maupun
tenaga kesehatan dengan baik, pasien mampu mempraktikkkan
teknik relaksasi. ( Sparks & taylor,2009)
NIC: Asistensi manajemen emosi, anticipatory guidance, mengurangi
kecemasan,modifikasi perilaku, dukungan koping, simple guided
imagery, dukungan emosional. (Bulecheck dkk, 2000

Intervensi Rasional
Sediakan waktu 10 menit dengan Mengurangi ketegangan pasien dan
pasien bagi perawat di setiap menumbuhkan hubungan saling percaya
shifnya, untuk mendengarkan
keluhan pasien, utarakan empati
dan pengertian
Beri penjelasan yang jelas Kecemasan dapat menggangu kemampuan
tentang kemungkinan yang dapat kognitif atau kemampuan berpikir pasien
terjadi akibat dari penyaki pasien;
pasien yang cemas biasanya
butuh penjelasan lebih mendetail
Dengarkan secara seksama dan Hal ini dapat membuat pasien
dukung pasien untuk mengidentifikasi perilaku cemas dan apa
mengekspresikan perasaan secara penyebabnya
verbal
Identivikasi dan kurangi Kecemasan biasanya muncul karena
sebanyak mungkin stressor dari kurangnya rasa percaya dan rasa aman dari
lingkungan termasuk kehaduran lingkungan sekitar
pengunjung atau orang-orang
sekitar
Temani pasien ketika pasien Kecemasan biasanya berkaitan dengan rasa
melaporkan mereka cemas atau kesendirian yang di rasakan oleh pasien
terlihat cemas
Libatkan pasien dalam Pasien yang cemas biasanya merasa tidak
pengambilan dan pertimbangan percaya pada kemampuan diri sendiri untuk
pengambilan keputusan jika mengambil keputusan
memungkinkan
Dukung anggota keluarga untuk Keterlibatan keluarga meningkatkan
membantu pasien meredakan ketentraman hati pasien karena penjelasan
kecemasannya dari keluarga biasanya yang paling familiar
dan cocok dengan kepribadian pasien
6. Resiko injuri berhubungan dengan defisit mobilitas fisik.
NOC:
tujuan Pasien dapat terhidar dari resiko cidera dan resiko injuri.
(Moorhead dkk,2008
Kriteria Pasien dapat mengidentifikasi faktor yang meningkatkan potensial
hasil cidera dan perlukaan, pasien dapat mengidentifikasi dan
mengaplikasikan pencegahan cidera dan perlukan, pasien dapat
melakuakan ADL secara optimal dengan memodifikasi lingkungan
berisiko. (Sparks & Taylor 2009)
NIC Kontrol resiko cidera dan perlukaan, modifikasi lingkungan,
perilaku keamanan personal, pencegahan cidera dan perlukaan.
(Bulecheck dkk,2000)

Intervensi Rasional
Observasi faktor-ffaktor yang dapat Meningkatkan kewaspadaan pasien,
berkontribusi pada resiko injuri keluarga dan tenkes terhadap keamanan
pasien
Tingkatkankeselamatan lingkungan Membantu pasien beradaptasi terhadap
pasien: orientasikan pasien terhadap lingkungan baru yang mungkin
lingkungan, kaji kemampuan pasien membahayakan
mencapai bel, pengaman tempat
tidur dan kontrol posisi ranjang
Ajarkan pasien dan keluarga tentang Mengurangi efek buruk dari visualisasi
penggunaan kacamata gelap untuk yang berlebihan
menghindari resiko injuri karena
silau cahaya
Lakukan pengecekan pada suhu air Mengurangi resiko injuri luka bakar
hangat jika pasien ingin mandi air pada pasien dengan rangsang taktil
hangat yang tidak sensitif
Pada pasien dengan ganguan Meminimalisir injuri karena gangguan
pendengaran, berikan alat bantu pendengaran
dengar
Pada pasien dengan ganguan Mengurangi potensial injuri yang dapat
keseimbangan libatkan keluarga dicegah
ketika pasien beraktivitas
Berikan pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan membantu pasien
tentang patient’s safety mencegah perlukaan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2013:14)


menjelaskan penelitian kualitatif disebut sebagai metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya yang dilakukan pada kondisi alamiah. Hal ini dapat diartikan
bahwa dalam melaksanakan penelitian kualitatif ini semua objek penelitian diteliti
apa adanya tanpa adanya manipulasi atau setting sehingga berbagai kondisi objek
penelitian tersebut baik saat sebelum, sedang, serta setelah penelitian relatif tidak
berubah. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena
relevan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini dimana peneliti akan
melakukan pengamatan mendalam secara langsung dengan sumber utama atau
informan melalui berbagai kegiatan penelitian seperti wawancara, dan observasi.
Terdapat tiga format desain penelitian dalam kualitatif yaitu deskriptif, verifikatif dan
grounded theory. Pada penelitian kualitatif ini peneliti akan melakukan penelitian
desain deskriptif. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif, dimana
pengumpulan datanya menggunakan data yang berupa kata-kata, gambar dan angka-
angka. Sehingga peneliti mengkaji data yang berasal dari hasil wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Metode deskriptif ini juga menunjukan cara berfikir secara induktif
artinya peneliti mengumpulkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan untuk
kemudian mengerucut pada suatu teori.Penelitian kualitatif deskriptif menafsirkan
data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi.
B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi

Tempat penelitian adalah lokasi yang digunakan dalam kegiatan penelitian.Kegiatan


penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. M. Yunus. Pemilihan tempat atau lokasi penelitian
dipertimbangkan karena dapat menghemat waktu dan biaya, sehingga diharapkan peneliti
dapat memperoleh informasi baru dan sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2018

C. Metode pengumpulan data

Peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Dokumen

Peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacammacam sumber


tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden
bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya. Riduwan (2004:77)
menjelaskan dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, film, dokumenter, data yang relevan penelitian. Dokumentasi
yangada dalam penelitian pendidikan dapat dibedakan menjadi dokumen primer,
sekunder, dan tersier yang mempunyai nilai keaslian atau autentisitas berbeda-beda.
Sukardi (2003: 81) menjelaskan cara lain untuk memperoleh data dari responden
adalah menggunakan teknik dokumentasi.
2. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
pengamatan secara langsung terhadap apa yang diungkap Sugiyono (2013:203)
menytakan teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Pengamatan ini tidak terbatas pada orang,
tetapi juga objek-objek alam yang lain. Dari dua jenis observasi yang ada, yaiytu
observasi berpartisipasi dan nonpartisipan, pada penelitian ini observasi dilakukan
dengan jenis observasi nonpartisipasi. Observasi partisipasi berarti penbeliti tidak
terlibat secara langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Artinya, subjek
tidak mengetahui penelitian yang dilakukan oleh peneliti.Berbeda dengan observasi
berpartisipasi yang dilaksanakan terbuka, artinya penelitian yang dilakukan diketahui
oleh subjek.

3. Wawancara

Pengumpulan data melalui wawancara peneliti lakukan dengan tanya jawab secara
langsung dengan berbagai informan agar mampu mengumpulkanberbagai informasi
yang diperlukan dalam penelitian. Sugiyono (2013:320) menerangkan dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukakan oleh informan. Tujuan peneliti menggunakan teknik wawancara
ini adalah informan lebih bebas dalam memberikan jawaban terkait dengan
pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD Negeri 02 Limpakuwus
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.Sedangkan menurut Moeloeng
(2016:186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan
tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban
atas pernyataan itu. Wawancara ada tiga macam, yaitu wawancara terstruktur,
semistruktur, dan tak terstruktur.Penelitian ini menggunakan wawancara
semistruktur.Teknik wawancara semistruktur adalah wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dalam pelaksanaanya tidak terpaku pada susunan pertanyaan yang telah
dibuat, artinya pernyataan yang diajukan oleh peneliti dapat berkembang sesuai
dengan jawaban informan. Teknik wawancara semistruktur akan lebih bebas dengan
tujuan untuk menemukan permasalahan secara terbuka. Dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat ide-idenya.

D. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2013:366-368)


meliputi uji kredibilitas data, uji transferability, uji dependability, dan uji
confirmability. Uji kredibilitas data terbagi lagi menjadi perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman, analisa kasus negative, dan
member check. Triangulasi tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik. Moloeng
(2010:330) menerangkan triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap terhadap data itu. Triangulasi dalam pengujian
kerdibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan mengatur wawancara dan catatan yang
diperoleh di lapangan serta bahan- bahan lain yang telah dihimpun sehingga dapat
merumuskan hasil dari apa yang telah ditemukan relevan dengan jenis penelitian
yaitu penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, maka tekhnik analisis yang
digunakan adalah tekhnik analisis kualitatif. Analaisis data dalam penelitian ini yaitu
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu.

Teknik Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data


kualitatif, dengan melakukan analisis secara intensif terhadap data yang telah
diperoleh dilapangan berupa kata-kata. Adapun langkah yang peneliti gunakan dalam
menganalisis data sesuai dengan prosedur dan tahapan-tahapan berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan pemilihan data dan pemusatan perhatian kepada data-
data yang betul-betul dibutuhkan sebagai data utama dan juga data yang sifatnya
hanya pelengkap saja.Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan
dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang
penting. Data yang di peroleh dilapangan jumlahnya cukup banyak seperti dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi, oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Data yang cukup banyak tersebut perlu segera dianalisis melalui reduksi data.
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan data
yang tidak diperlukan akan disingkirkan terlebih dahulu dan dicari apabila
diperlukan. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Peneliti membutuhkan
diskusi dengan orang lain agar wawasan peneliti dapat berkembang sehingga dapat
mereduksi datadata yang dimiliki.

2. Penyajian data

Langkah yang perlu dilakukan setelah mereduksi data adalah menyajikan


data.Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat
gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Penyajian
data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan
sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data adalah dengan teks yang bersifat naratif sehingga dapat
memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Fenomena social bersifat kompleks
dan dinamis, sehingga apa yang temukan pada saat memasuki lapangan dan setelah
berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data, maka dari
itu peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki
lapangan yanmg bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah melakukan penyajian data


maka.Langkah terakhir ini adalah menarik kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data. Sejak awal kelapangan serta dalam proses
pengumpulan data peneliti berusaha melakukan analisis dan mencari makna dari yang
telah terkumpulkan. Kevalidan itu sendiri dapat dirasakan oleh peneliti karena
peneliti sebagai human instrument dan dia mengerti apakah data suidah valid atau
belum. Apabila data sudah valid oleh peneliti maka peneliti akan memberikan
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Andrea C, Adam, MD, 2008. Mayo Clinic Essential Neurology, Mayo Foudation
Anoroge, dite, 2014. Journal of neuroscience department, Brain and
Circulationinstitute of Indonesia (BCH) Surya University, Indonesia.
Tension Type headache( TTH)

Grown, M.R. 1951, The Classification and treatmen of headhache. Medical Clinics of
North Amarica 35 (5): 1485-93.

Brunner &Suddarth, 2002, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta:


EGC

Cutree, FM, Bajwa A, Sabbat M. 2000. Pathophysiology, elinicamanifestations and


diagnosis of migraine in adults. In: UpToDate, Post TW (ED), UpToDate,San
Francisco, CA. (Diakses Tanggal 10 maret 2015

Darmawan, I 2008, Diagnosa Keperawatan. Diakses tanggal 10 maret 2015


dari http://www.otsuka.co.id

David A, Greenberg, Michael J, Aminoff, Roger P. Simon .2002. Clinical Neurology


5th edition.MeGraw-Hill/Appleton & Lange

Dawn A, Marcus, Md .2007. Headache and Cronic Pain Syndromes. Humana


Press Inc.

Doengoes, Marylin E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi 3, Alih


bahasa : I Made Kariasa, jaarta: EGC

Geadsby Pj, Lipton Rb, Ferrari MD. 2002. Migraine – Current Understanding and
treatment, New England journal Medicine.

Geadsby PJ, raskin NH. Chapter 14, Headache, in; Longo DL, Fauci AS, Kasper
DL, Hauser SI, Jameson J, Loscalzo J. Eds. Harrison’s Princip ofInternal
Medicine, 18e, New York, NY:McGraw-Hill;2012
Headache Classification Subeommitte of the Intenation Headache Society. 2004the
International Classification of Headache Disorders, 2nd ed. Cephalgia.24: 1-
160

Mansjoer, Arif.2000, kopita selekta kedoktran Edisi ketiga, Jakarta ;


Penerbit FKUI

Stovner, IJ, J , 2010, ‘’Epidemiology of headache’’. Handbook of clincal


Neurology 97: 3-22,

Marlyn E, Dongoes, 1999, rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk


perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta;EGC

Me Closkey, C. Joanne & Bulecheck, M. Gloria. 2000, Nursing Interventions


Classification (NIC). Fitth Edition, United state of America; Mosby, Inc

Moorhead,sue dkk,2008,Nursing Outcomes Classification (NOC) fourth


edition.USA: Mosby Elsevier

Nursalam. 2001. Proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik;


Jakarta; Salemba Medika

Rahmawan, SM. 2011. Chepalgia kronik . diakes tanggal 10 februari 2015


dari https;//www.scribd.com/doc/63949415/chepalgia- kronik

Sjamsihidayat R Wim de Jong .2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta
EGC

Smeltzer,s.c & Taylor: Nursing Diagnosis Reference Manual , ED. 8Volume 2 ,


Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, EGC,Jakarta,

Sparks & Taylor: Nursing Diagnosis Reference Manual, ED. 8, Lippicott


William & Wilkins, 1211

Stovner,IJ;Andree, C.2010. “Prevalence of headache in Europe: a review for


the Eurolight project”.Journal of Headache Pain 11

Suprajitno .2004. Asuhan Keperawatan keluarga: Aplikasi Dalam Praktik,


jakarta.

Susan Martin Tucker. 1998. Standar Perawatan pasien; proses Perawatan,


Diagnosa dan Evaluasi, Edisi V, Vol 2. Jakarta: EGC
Sylvia G. Price. 1997. Patofisologi, konsep klinik proses-proses penyakit ,
Jakarta.

You might also like