Professional Documents
Culture Documents
102015167
Abstrak
Program-program puskesmas terutama program gizi dan imunisasi perlu ditingkatkan kualitas
dan kuantitasnya untuk mencakup semua warga di wilayah puskesmas dan mengurangi
kejadian gizi buruk dan meningkatkan cakupan imunisasi. Dari semua tujuan itu yang
terpenting adalah mengurangi angka kematian anak.
Abstract
keywords: Immunization
Pendahuluan
1
Banyak program yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah
gizi buruk dan cakupan imunisasi yang rendah di Indonesia. Salah satu program pemerintah
yang dijalani oleh pemerintah. Program-program yang dilaksanakan puskesmas untuk
meningkatkan gizi dan cakupan imunisasi masyarakat terdapat pada upaya wajib dari
puskesmas meliputi KIA dan upaya peningkatan gizi masyarakat. Program-program
puskesmas yang lain juga mendukung keberhasilan program imunisasi dan gizi.
a. Menurunkan mortalitas dan morbiditas pada ibu, dengan menjaga kesehatan ibu
selama hamil, pada saat bersalin dan saat menyusui.
c. Promosi Kesehatan
2
e. Gerakan Sayang Ibu (GSI)
a. Tumbuh Kembang
b. Gizi Balita
c. Imunisasi Dasar
d. Penanggulangan Diare
e. Promosi Kesehatan
f. Posyandu
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan dengan antigen serupa , tidak terjadi
penyakit.
Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan aktif
dan pasif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat
oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau
kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak
berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Kekebalan aktif adalah kekebalan
yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau
terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif relative lebih lama karena adanya memori
imunologik.3
Imunisasi BCG
3
primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Vaksin
BCG diberikan secara intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah
terjadinya ulkus pada daerah suntikan , limfadenitis regionalis dan reaksi panas.
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi DPT
Imunisasi Campak
Imunisasi Polio
4
Imunisasi Hib bertujuan mencegah penyakit Hib yang sangat berbahaya. Hib adalah
penyebab meningitis bakteri pada anak. Anak dengan Hib bisa menderita kerusakan otak
permanen atau komplikasi serius seperti pneumonia.
Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan adalah imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah. Dapat
digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemic atau untuk
kepentingan tertentu.
Beberapa contoh imunisasi tambahan yang dapat diberikan seperti PVC (pnemokokus
polyvinvyl chloride) yang diberikan pada usia lebih dari 1 tahun. PVC diberikan dengan
interval 2 bulan pada usia 2-5 tahun diberikan 1 kali lagi. Influenza diberikan pada usia <dari
8 tahun dengan ketentuan pertama kali harus mendapat 2 dosis dengan interval minimal 4
minggu . hepatitis A diberikan pada usia > dari 2 tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-12
bulan. Tifoid polisakarida injeksi diberikan pada usia > 2 tahun diboster ulang setiap 3 tahun.
1. Memberitahukan secara rinci tentang resiko imunisasi dan resiko apabila tidak di
vaksinasi.
2. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi
ikutan yang tidak diharapkan.
3. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa
mendapatkan persetujuan orangtua.
4. Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan diberikan
5. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan
6. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik.
7. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa
tanggal kadaluarsa dan catat bila ada tanda kerusakan vaksin seperti terjadi perubahan
warna.
8. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai dengan jadwal dan ditawarkan pula
vaksin lain utnuk mengejar imunisasi yang tertinggal bila diperlukan
9. Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum
suntik dan lokasi penyuntikan.
10. Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut :
5
- Berilah petunjuk kepada orangtua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam
kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat.
- Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
- Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada dinas kesehatan bidang
P2m ( pemberantasan penyakit menular )
- Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan bila diperlukan.
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada
antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya
berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologik.
6
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh
individu itu sendiri contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu,
atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan
pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh.
Kekebalan kelompok adalah kekebalan yang dimiliki karena seseorang berada dalam
kelompok yang kebal terhadap suatu penyakit.
Kekebalan silang adalah kekebalan yang dimiliki seseorang terhadap suatu penyakit
karena ia kebal terhadap kuman yang memiliki spesies yang sama.3
Rantai Vaksin atau Cold Chain adalah Pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk
menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan.
Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan
vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan.
Sarana rantai vaksin atau cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi
vaksin dan setiap jenis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing.
Lemari Es
Mini Freezer
Vaccine Carrier
Vaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan untuk pengambilan
vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah yang sulit vaccine carrier sangat cocok
digunakan ke lapangan, mengingat jarak tempuh maupun sarana jalan, sehingga
diperlukan vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu relatif lebih lama.
Thermos
7
Thermos digunakan untuk membawa vaksin ke lapangan/posyandu. Setiap
thermos dilengkapi dengan cool pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya
tahan untuk mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka thermos sangat
cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya mudah dijangkau.
Cold Box
Freeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas pada waktu
membawa vaksin, serta dari puskesmas sampai lapangan/posyandu dalam upaya
peningkatan kualitas rantai vaksin.
Kotak dingin cair (Cool Pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat,
besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada suhu +2ºC
dalam lemari es selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong
plastik bening.
Kotak dingin beku (Cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat,
besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian pada suhu -5ºC − 15ºC
dalam freezer selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong
plastik bening.3,
8
secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan
status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan; dan (2) menindaklanjuti
setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya
berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan.3
9
Gambar 2 . Kartu Menuju Sehat (KMS)
Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat,
untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh
pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.
Fungsi Posyandu
A. Bagi Masyarakat
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi ibu,
bayi, dan anak balita.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk.
10
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe) serta
imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan anak balita.
B. Bagi Kader
2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita dan
kesehatan ibu.
3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan.
4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.
Tujuan Posyandu:
Menurunkan Angka Kematian Bayi ( AKB ), Angka Kematian Ibu ( ibu hamil,
melahirkan dan nifas )
Membudayakan NKKBS
Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya
masyarakat sehat sejahtera.
Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
11
A. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.
Kegiatan utama, mencakup;
- keluarga berencana;
- imunisasi;
- gizi;
Sistem pelaksanaan pada posyandu yang dipakai sekarang adalah system 5 meja:
Meja 1: Pendaftaran
Pendaftaran Balita
Balita didaftar dalam pencatatan balita. Bila anak sudah punya KMS, berarti bulan lalu anak
sudah ditimbang, KMS-nya diminta. Namanya dicatat pada secarik kertas, diselipkan di
KMS. Kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju ke tempat penimbangan.
Bila anak belum mempunyai KMS, berarti ia baru bulan ini ikut penimbangan. Ambil KMS
baru, isi kolomnya secara lengkap, nama anak dicatat pada secarik kertas. Secarik kertas ini
diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke tempat penimbangan.
12
Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil. Jika tidak membawa balita,
diminta langsung menuju ke meja 4, untuk mendapatkan pelayanan gizi oleh kader, serta
pelayanan oleh petugas kesehatan di meja 5.
Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik kertas, selanjutnya kertas
diserahkan kepada petugas.
Meja 2: Penimbangan
Meja 3: Pencatatan
Meja 4: Penyuluhan
Mintalah KMS anak, perhatikan umur dan hasil penimbangan pada bulan ini.
13
Penyuluhan untuk Semua Balita
1. Ibu balita diberi penyuluhan sesuai dengan kondisi anak. Pentingnya menimbang
balita setiap bulan. Balita yang berat badannya 2 kali berturut-turut tidak naik atau
balita yang berat badannya berada di bawah garis merah harus dirujuk ke tenaga
kesehatan.
2. Pentingnya ASI eksklusif sampai anak umur 6 bulan.
3. Pentingnya pemberian Makanan Pendamping ASI bagi anak berumur di atas 6 bulan.
4. Pentingnya ibu memberikan ASI sampai anak berumur 2 tahun.
5. Pentingnya imunisasi lengkap untuk pencegahan penyakit pada balita (lihat pada
kolom imunisasi pada KMS-nya).
6. Pentingnya pemberian vitamin A untuk pencegahan kebutaan dan daya tahan tubuh
anak.
7. Pentingnya latihan/ stimulasi perkembangan anak balita di rumah.
8. Bahaya diare bagi balita. ASI terus diberikan seperti biasa, walaupun anak sedang
diare.
9. Bahaya infeksi saluran pernapasan akut. Balita dengan batuk pilek dengan nafas sesak
atau sukar bernafas harus dirujuk ke tenaga kesehatan.
10. Demam pada balita sering merupakan tanda-tanda malaria, campak, atau demam
berdarah, dapat membahayakan kesehatan, segera rujuk kepada petugas kesehatan.
11. Pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
14
6. Anjurkan ibu makan hidangan bergizi 1 piring lebih banyak dari biasanya.
7. ASI keluarnya sedikit, ibu dianjurkan memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
8. Ibu menyusui di daerah gondok diberi 1 kapsul yodium sekali saja.
9. Beri 2 kapsul vitamin A sekali saja.
1. Imunisasi
2. Pemberian vitamin A dosis tinggi.
3. Pembagian pil KB atau kondom.
4. Pengobatan ringan.
5. Konsultasi KB.
Keluarga Berencana
Tujuan umum program KB adalah menurunkan angka kematian ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian pertumbuhan penduduk.
15
4. PUS miskin
2. Pelayanan kontrasepsi
1. Metode sederhana
2. Metode efektif
a. Posyandu
b. Puskesmas pembantu
c. Puskesmas
d. Pondok berslain desa bagi desa yang mempunyai pondok bersalin dan bidan di
desa
16
4. Pelayanan rujukan KB
a. Rujukan medis KB
a. Pencatatan dari hasil kegiatan pelayanan KB, baik dari hasil di dalam gedung
maupun di luar gedung:
1. Administrasi perlengkapan
2. Administrasi keuangan
Promosi Kesehatan
17
Pengertian upaya promotif adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Contoh upaya promotif adalah
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
Pengertian upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit. Contoh Preventif adalah pengolesan fluor pada gigi.
Pengertian upaya kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin. Contoh Kuratif adalah penambalan gigi.
Air Bersih
Pembuangan ekskreta
- Jamban keluarga
Pencahayaan
18
- Sumber cahaya dari lampu dan matahari (jendela / pintu)
Letak pemukiman jauih dari jalan raya, jalan tol, kereta api, pabrik, bengkel
Kamar tidur
Lubang ventilasi
Kesimpulan
Program-program puskesmas terutama program gizi dan imunisasi perlu ditingkatkan kualitas
dan kuantitasnya untuk mencakup semua warga di wilayah puskesmas dan mengurangi
kejadian gizi buruk dan meningkatkan cakupan imunisasi. Dari semua tujuan itu yang
terpenting adalah mengurangi angka kematian anak.
Daftar Pustaka
19
6) Pontoh I. Dasar-dasar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit In Media. 2013.h.
99-102.
20