Erosi pada vagina, keadaan ini biasa terjadi pada wanita yang baru pertama kali berhubungan seksual sehingga introitus vagina masih sempit, dan pada saat penetrasi penis akan terjadi gesekan yang menimbulkan luka/lecet. Vaginitis atropi, keadaan ini terjadi karena adanya penurunan kadar hormon estrogen pada wanita post menopause yang menyebabkan vagina kurang lendir dan menimbulkan perdarahan pasca koitus. Infeksi di vagina atau serviks, kuman biasanya ditularkan melalui hubungan seksual seperti Clamidia trackomatis, Neisseria gonorrhea, Trichomonas vaginalis, Candida albicans, dan lain-lain. Jika tidak mendapatkan penanganan, infeksi dan peradangan kronis pada serviks dapat berkembang menjadi keganasan. Kanker serviks, yang mana menurut data epidemiologi di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari sepuluh kanker terbanyak dengan insidensi sebesar 20%. Mitosis yang tidak terkontrol pada serviks menyebabkan proses maturasi sel terganggu dan terjadi imaturitas sel. Pada saat penetrasi penis, sel yang imatur dengan pembuluh darah yang rapuh ini akan pecah dan menyebabkan perdarahan pasca koitus. 2. Produksi fluor fisiologis Flour albus/keputihan adalah cairan putih yang keluar dari alat genital dan tidak berupa darah. Secara fisiologis, kelenjar pada serviks menghasilkan cairan jernih yang kemudian bercampur dengan bakteri (flora normal), sel epitel vagina, dan sekresi kelenjar Bartholin. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteriodes, Gardnerella, Candida spp, dan lain-lain. Sekret vagina ini sangat penting adanya karena berfungsi sebagai lubrikan, pembersih, dan pertahanan dari berbagai infeksi. Fluor normal akan tampak jernih sampai putih keruh, non iritan, tidak terdapat darah, leukosit jarang, tidak berbau, dan memiliki pH 3,5-4,5. Produksi fluor fisiologis juga dipengaruhi oleh faktor hormonal. Fluor fisiologis dapat ditemukan pada : Bayi perempuan yang baru lahir hingga usia sekitar 10 hari karena adanya pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. Saat menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Wanita dewasa yang melakukan hubungan seksual (coitus) akibat adanya transudasi cairan dari dinding vagina. Waktu di sekitar ovulasi dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri yang menjadi lebih encer. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri yang bertambah banyak pada wanita dengan penyakit menahun, neurosis, dan wanita dengan ektropion porsionis uteri. 3. Penyebab fluor yang berbau Pada kanker serviks terjadi displasia sel epitel squamous menggantikan sel epitel kolumnar, dimana dalam keadaan normal sel kolumnar meghasilkan mukus untuk mempertahankan suasana yang optimal bagi flora normal. Kerusakan pada permukaan epitel kolumnar menyebabkan terjadinya akumulasi mukus pada kelenjar kripte yang lebih dalam sehingga kista Nabothian menjadi lebih besar. Pengenalan sel kanker sebagai benda asing dan invasif mengakibatkan terjadinya proses inflamasi, peningkatan sel PMN dan sel mononuklear, kemudian terjadi erosi pada dasar epitel menyebabkan peningkatan fluor dan berbau akibat tumor menekan pembuluh darah dari sel normal yang menimbulkan iskemik dan nekrosis sehingga menimbulkan bau yang sangat busuk. 4. Interpretasi hasil pemeriksaan pada skenario - Fluor ditemukan pada vulva/vagina pasien di skenario, keadaan ini merupakan salah satu manifestasi klinis dari keganasan serviks. Menurut data keluhan ini merupakan keluhan paling sering pada pasien dengan kanker serviks. - Fluksus tidak ditemukan pada pasien di skenario, hal ini sesuai dengan keluhan pasien yang hanya mengeluhkan adanya flek/bercak darah saja, sedangkan telah diketahui bahwa fluksus merupakan aliran lendir/darah dalam jumlah banyak dari alat genital. - Portio erosi terlihat pada pemeriksaan inspekulo, keadaan ini mungkin terjadi karena adanya servisitis kronis yang terus-menerus menyebabkan nekrosis sel dan akhirnya menimbulkan erosi pada portio. Servisitis kronis ini kemudian dapat berkembang menjadi lesi prakanker bahkan menjadi kanker serviks. 5. Diagnosis kerja sementara Sesuai dengan gejala pada pasien diagnosis kerja sementara mengarah pada lesi pra kanker serviks. 6. Pemeriksaan penunjang untuk penegakkan diagnosis Pap smear, sensitif untuk mendeteksi adanya kanker serviks. IVA, dilakukan pada daerah dengan fasilitas kesehatan yang kurang memadai karena pemeriksaannya lebih sederhana dan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan selain dokter. Kolposkopi, untuk melihat daerah genitalia dengan pembesaran yang lebih jelas dengan bantuan alat yang disebut kolposkop. Biopsi, pengambilan jaringan dilakukan untuk mengonfirmasi adanya sel-sel ganas.