You are on page 1of 13

TUGAS KGD 414

ANALISA LITERATUR JURNAL


“TRAUMA KEPALA ”
Dosen Pembimbing :
Ratna Puji P. S.Kep.,Ns,. M.Sc

Oleh :

1. AHMAD SOBHA RA 151001003


2. AYU LU’LU’UL JANNAH 151001005
3. WIDYA PANGESTU AMBARWATI 151001045
4. WIWIK ARYUNANI 151001046

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN PELAJARAN 2017-2018
LITERATUR REVIEW JURNAL

1. ABSTRAK

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. cedera kepala biasanya diakibatkan salah satunya benturan atau
kecelakaan. Sedangkan akibat dari terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah
kematian. Dalam hal ini mengetahui respon time dan ketepatan terhadap life saving
pasien cedera kepala sangat penting dilakukan. Respon time merupakan salah satu
indikator keberhasilan penanganan medik penderita gawat darurat. Klasifikasi respon
time dibagi menjadi dua, yaitu cepat dan lambat. Dimana respon time dikatakan cepat
apabila memiliki waktu tanggap ≤ 5 menit. Pada pemeriksaan trauma kepala salah
satunya adalah menggunakan computed tomography (CT) telah ditargetkan sebagai
kunci untuk meningkatkan nilai perawatan darurat dan baik untuk menghindari paparan
radiasi yang tidak perlu. Tujuannya adalah untuk menguji hubungan antara penerapan
aturan pengambilan keputusan klinis dengan hasil diagnostic. Pada trauma kepala
diperoleh gangguan perdarahan. Perdarahan intrakranial (ICH) adalah perdarahan yang
terjadi didalam jaringan otak. Dan ICH ini bertujuan untuk pengelolaan idiopatik
thrombocytopenic purpura (ITP).

2. LATAR BELAKANG

Cedera kepala merupakan permasalahan kesehatan global sebagai penyebab kematian,


disabilitas, dan defisit mental. Cedera kepala menjadi penyebab kematian utama
disabilitas pada usia muda, penderita cedera kepala sering kali mengalami edema serebri
yaitu akumulasi kelebihan cairan di intraseluler atau ekstraseluler ruang otak atau
perdarahan intracarnial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kranial (Kumar,
2013). Menurut WHO setiap tahun di Amerika Serikat hampir 150.000 kasus cedera
kepala.Dari jumlah tersebut 100.000 diantaranya mengalami kecacatan dan 50.000 orang
meninggal.

Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh
pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan
pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat
menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan respons time yang cepat dan tepat
(KepMenKes, 2009).

Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera adalah trauma
kepala. Trauma kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. cedera kepala biasanya diakibatkan salah satunya benturan atau
kecelakaan. Sedangkan akibat dari terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah
kematian.

Meningkatnya Keparahan mekanisme cedera berat itu didefinisikan sebagai berikut.


mekanisme yang parah termasuk ketika pasien dalam kecelakaan kendaraan bermotor;
ketika penumpang dalam kecelakaan rollover kendaraan bermotor; setiap kematian
penumpang dalam kecelakaan kendaraan bermotor; ketika pasien adalah pejalan kaki atau
sepeda un-helm disambar mobil; jatuh> 5 kaki ketika berusia 2 tahun atau> 3 kaki ketika
berusia kurang dari 2 tahun atau ketika dipukuli oleh benda-benda tinggi, misalnya, golf
club. Mekanisme cidera ringan termasuk jatuh ketanah dari ketinggian, berjalan atau jatuh
dari berlari dan dengan tanda-tanda atau gejala trauma tumpul.

Revalensi cedera kepala nasional adalah 8.2 persen, pravalensi tertinggi ditemukan di
Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%) dari survey yang dilakukan pada
15 provinsi. Riskesdas 2013 pada provinsi Jawa Tengah menunjukkan kasus cedera
sebesar 7,7% yang disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor 40,1%. kelompok umur
dewasa yaitu sebesar 11,3% (Depkes RI, 2013).

Tenaga medis sangatlah berpengaruh terhadap ketanggapan penanganan pada kasus


gawatat darurat khususnya pada trauma kepala. Perawat merupakan seorang tenaga
kesehatan professional yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya
dan harus mempunyai pengetahuan, keahlian dan sikap professional. Pelayanan yang
diberikan oleh perawat sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kesehatan pasien
terutama dalam memberikan pertolongan pada kasus gawat darurat trauma kepala.
3. METODE

1. Penulis mencari jurnal di google schooler dan Journal Emergency Nursing yang
diakses pada tanggal 31 Mei 2018 pukul 11:44 WIB

2. Penulis mencari jurnal di Science direct yang diakses pada tanggal 31 Mei 2018
pukul 15.00 WIB

4. KATA KUNCI

1. Respon time,ketepatan, life saving, cedera kepala

2. CT (computed tomography ), head injury,

3. Bleeding Disorders, Intracranial Hemorrhage, Blunt Head Trauma

5. KRITERIA

INKLUSI EKSKLUSI

Bahasa Inggris Penulis bergelar MD

Bahasa Indonesia Emergency rujukan pra hospital

6. RESULT

JURNAL 1 source Jornal Google Schoolar

Ketepatan dan Kecepatan Terhadap Life Saving Pasien Trauma Kepala

Respon time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien, dihitung sejak pasien
datang sampai dilakukan penanganan (Suhartati, 2011).) Respon time merupakan salah
satu indikator keberhasilan penanganan medik penderita gawat darurat. Klasifikasi respon
time dibagi menjadi dua, yaitu cepat dan lambat. Dimana respon time dikatakan cepat
apabila memiliki waktu tanggap ≤ 5 menit. Dan dikatakan lambat apabila memiliki waktu
tanggap > 5 menit. Keberhasilan tersebut sangat tergantung pada kecepatan yang tersedia
serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah
kecacatan pada pasien cedera kepala.
Cedera kepala dengan klasifikasi sedang dan berat membutuhkan penanganan yang
lebih cepat dan tepat jika mengalami keerlambatan penanganan akan berakibat fatal, jika
cedera kepala sedang hingga berat jika tidak segera ditangani akan menyebabkan
komplikasi pada pasien yaitu terjadi ruptur vaskular, dimana keadaan ini menyebabkan
perdarahan antara tulang tengkorak dan permukaan serebral, kompresi otak yang dapat
menimbulkan keadaan semakin buruk bahkan kematian dengan cepat

Hasil penelitian ini ada hubungan antara respon time dengan tingkat kritis klien di
Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit dr. Saifulah Anwar Malang. Ketepatan
mempunyai peran penting dalam meningkatkan life saving. Life saving pada pasien
cedera kepala tidak hanya dipengaruhi pada kecepatan dan ketepatan dalam memberikan
tindakan, ada beberapa faktor yang berpengaruh baik dari pasien itu sendiri maupun dari
pihat tenaga medis. Hasil menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
hubungan antara respon time dan ketepatan terhadap life saving pasien cedera kepala
yang memiliki hubungan dengan kategori kuat.

JURNAL 2 source Jornal Emergency Nursing

Implementation of the Canadian CT Head Rule and Its


Association With Use of Computed Tomography Among Patients
With Head Injury

Computed tomography (CT) telah ditargetkan sebagai kunci untuk meningkatkan


nilai perawatan darurat. Lebih baik untuk menghindari paparan radiasi yang tidak perlu,
dan menghilangkan bahaya overdiagnosis “incidentalomas.”. Ada beberapa aturan
keputusan klinis, dan penggunaannya selama evaluasi pasien dengan trauma kepala
adalah direkomendasikan strategi klinis oleh American College of Emergency Physicians

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan pelaksanaan


(computed tomography) CT di antara pasien trauma dewasa. Tujuan sekunder adalah
untuk menguji hubungan antara penerapan aturan pengambilan keputusan klinis dengan
hasil diagnostic. Hasil utama (computed tomography) CT digunakan, sebagai proporsi
kepala noncontrast CT untuk trauma dewasa yang memenuhi syarat. Hasil sekunder
adalah hasil diagnosis cedera otak (patah tulang tengkorak atau perdarahan intrakranial)
antara kepala CT diperoleh untuk trauma (pembilang dari hasil primer). CT (computed
tomography) digunakan sebelum dan setelah intervensi. Semua model yang disesuaikan
dengan karakteristik klinis pasien sebagai berikut: usia, ras, jenis kelamin, Elixhauser
Komorbiditas Index, muntah, penggunaan antikoagulan, skor GCS, keracunan alkohol,
kedatangan dengan EMS, dan pusat medis, hal ini disesuaikan dengan karakteristik
dokter, termasuk tahun pengalaman, ED residensi, dan penyelesaian modul
pembelajaran elektronik. Dengan menggunakan data ini dapat membandingkan maksud
prediksi dan mengamati proporsi CTs dilakukan pada bulan sebelum dan setelah
intervensi. Untuk menilai perubahan hasil diagnostik, kami membandingkan proporsi CTs
dengan patah tulang tengkorak, cedera intrakranial hemoragik

JURNAL 3 source Jornal Emergency Nursing

Intracranial Hemorrhage after Blunt Head Trauma in Children with


Bleeding Disorders

Untuk menentukan computerized tomography (CT) menggunakan dan prevalensi


trauma perdarahan intrakranial (ICH) pada anak-anak dengan dan tanpa bawaan dan
diperoleh gangguan perdarahan. Perdarahan intrakranial (ICH) adalah perdarahan yang
terjadi didalam jaringan otak. Hematom intraserbral pasca traumatik merupkan koleksi
darah fokal yang biasanya diakibatkan cedera regangan atau robekan rasional terhadap
pembuluh-pembuluh darah intraparenkimal otak atau kadang-kadang cedera penetrans.
Pada anak-anak dengan trauma kepala, CT diperoleh dua kali lebih sering pada anak-anak
dengan gangguan perdarahan, komplikasi untuk anak-anak dengan gangguan perdarahan
bawaan atau diperoleh. Ada bukti bahwa anak-anak ini berada pada peningkatan risiko
untuk mempertahankan ICH bahkan setelah minor trauma kepala tumpul. Studi pada
anak-anak dengan hemofilia telah melaporkan ICHrates dari 2% sampai 16% setelah
trauma kepala, termasuk beberapa anak tanpa tanda-tanda atau gejala trauma. Risiko ICH
bervariasi dengan tingkat keparahan hemofilia, dan childrenwith hemofilia berat (level
factor berada pada risiko tertinggi, dari ICH spontan dan traumatis.

Risiko ICH pada pasien dengan gangguan perdarahan kongenital dan didapat lainnya
digambarkan kurang baik. Pada pasien dengan kekebalan tubuh (idiopatik)
thrombocytopenic purpura (ITP), ICH, termasuk spontan dan traumatis, jarang terjadi,
namun, pencegahan ICH telah menjadi tujuan utama dalam pengelolaan ITP, karena
risiko ICH berkorelasi dengan keparahan trombositopenia risiko ICH pada pasien yang
telah mengambil anti-koagulan hanya dilaporkan pada orang dewasa, dengan berbeda
kesimpulan tentang risiko terapi anti-koagulasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan frekuensi computerized
tomography (CT) pencitraan setelah trauma kepala tumpul pada anak-anak dengan
gangguan dibandingkan dengan anak-anak perdarahan tanpa gangguan perdarahan, dan
prevalensi ICH pada anak-anak tersebut. Hasil utama adalah tingkat CT penggunaan dan
kehadiran ICH pada CT, seperti dilansir oleh ahli radiologi hadir. ICHs termasuk
hematoma epidural, subdural hematoma, perdarahan intraventrikular, memar otak,
cerebral perdarahan / serebelum, perdarahan subarachnoid, atau infark traumatis.
Mekanisme cidera dan tnda- tanda lain dari cidera otak truamatis adalah kehilangan
kesadaran, sakit kepala, muntah, perubahan status mental, tanda-tanda sakit kepala.
perubahan status mental ditentukan a priori sebagai skor GCS

Kelompok dengan gangguan perdarahan lebih cenderung laki-laki dan memiliki


mekanisme yang parah daripada anak-anak tanpa gangguan perdarahan. Karena semua
pasien dengan gangguan perdarahan ( 98% dari pasien tanpa gangguan perdarahan)
disajikan dengan trauma kepala yang tampaknya kecil, didefinisikan dengan skor GCS
dari 14 atau 15, sisa hasil menganggap hanya anak-anak dengan skor GCS dari 14 sampai
15.

Meningkatnya Keparahan mekanisme cedera berat itu didefinisikan sebagai berikut.


mekanisme yang parah termasuk ketika pasien dikeluarkan dalam kecelakaan kendaraan
bermotor; ketika penumpang dalam kecelakaan rollover kendaraan bermotor; setiap
kematian penumpang dalam kecelakaan kendaraan bermotor; ketika pasien adalah pejalan
kaki atau sepeda un-helm disambar mobil; jatuh> 5 kaki ketika berusia 2 tahun atau> 3
kaki ketika berusia kurang dari 2 tahun atau ketika dipukuli oleh benda-benda tinggi,
misalnya, golf club. Mekanisme cidera ringan termasuk jatuh ketanah dari ketinggian,
berjalan atau jatuh dari berlari dan dengan tanda-tanda atau gejala trauma tumpul.

7. TABEL ANALISA

NO Nama Pengarang Judul Jurnal Tahun Nama jurnal


/artikel

1. Dianingrum Putri Ketepatan dan 2018 Google scholar di alamat


Kecepatan
Cemy Nur Fitria http://repository.urecol.org/inde
Terhadap
x.php/proceeding/article/downl
Life Saving Pasien
oad/275/271
Trauma Kepala

2. Adam L. Sharp, Implementation of 2018 Journal emergency Nursing di


MD, MS*, Brian Z. the Canadian CT alamat
Huang, MPH, Tania Head Rule and Its
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
Tang, PhD, MPH, Association With
mc/articles/PMC5884097/pdf/ni
Ernest Shen, PhD, Use of Computed
hms951185.pdf
Edward R. Melnick, Tomography
MD, MHS, Arjun K. Among Patients
Venkatesh, With Head Injury

3. Lois K. Lee, MD, Intracranial 2011 Journal emergency Nursing di


MPH, Peter S. Hemorrhage after alamat
Dayan, MD, MSc, Blunt Head
https://www.google.com/url?
Michael J. Gerardi, Trauma in
sa=t&source=web&rct=j&url=h
MD, Dominic A. Children with
ttp://www.pecarn.org/publicatio
Borgialli, DO, MPH, Bleeding
ns/documents/bleedingdisorders
Mohamed K. Disorders
andtbi.pdf&ved=2ahUKEwiM5
Badawy, MD, James
M. Callahan, MD, d7Fw6_bAhXRfH0KHdaaA4A
Kathleen A. Lillis, QFjAGegQIBhAB&usg=AOvV
MD, Rachel M. aw31m519K0PffYBonvRjjkLQ
Stanley, MD, Marc
H. Gorelick, MD,
MSCE, Li Dong,
MSc, Sally Jo
Zuspan, RN, MSN,
James F. Holmes,
MD, MPH, and
Nathan
Kuppermann, MD,
MPH, and the
Traumatic Brain
Injury Study Group
for the Pediatric
Emergency Care
Applied Research
Network (PECARN)

8. TABEL ANALISA HASIL

NO HASIL JURNAL 1 JURNAL 2 JURNAL 3

1 Pengertian trauma kepala

2. Ketepatan penanganan trauma kepala

3 Pemeriksaan trauma kepala

4 Pemeriksaan GCS

5 Penyebab trauma kepala

6 Indikasi pemeriksaan
7. Klasifikasi trauma kepala

9. Gejala trauma kepala

10. DISKUSI

Intervensi dari kedua jurnal tersebut adalah dengan melakukan pemeriksaan CT


Computed tomography (CT). CT Computed tomography (CT) adalah merupakan kunci
untuk meningkatkan nilai perawatan darurat. Lebih baik untuk menghindari paparan
radiasi yang tidak perlu, dan menghilangkan bahaya overdiagnosis “incidentalomas.”.
Hasil utama adalah tingkat CT penggunaan dan kehadiran ICH pada CT, seperti dilansir
oleh ahli radiologi hadir. ICHs termasuk hematoma epidural, subdural hematoma,
perdarahan intraventrikular, memar otak, cerebral perdarahan / serebelum, perdarahan
subarachnoid, atau infark traumatis. Mekanisme cidera dan tnda- tanda lain dari cidera
otak truamatis adalah kehilangan kesadaran, sakit kepala, muntah, perubahan status
mental, tanda-tanda sakit kepala. perubahan status mental ditentukan a priori sebagai
skor GCS

Pada jurnal dua menekankan pada tujuan sekunder CT yaitu untuk menguji hubungan
antara penerapan aturan pengambilan keputusan klinis dengan hasil diagnostic. Hasil
utama (computed tomography) CT digunakan, sebagai proporsi kepala noncontrast CT
untuk trauma dewasa yang memenuhi syarat. Hasil sekunder adalah hasil diagnosis
cedera otak (patah tulang tengkorak atau perdarahan intrakranial) antara kepala CT
diperoleh untuk trauma (pembilang dari hasil primer). CT (computed tomography)
digunakan sebelum dan setelah intervensi. Sedangkan pada jurnal tiga menekankan pada
intervensi Untuk menentukan computerized tomography (CT) menggunakan dan
prevalensi trauma perdarahan intrakranial (ICH) pada anak-anak dengan dan tanpa
bawaan dan diperoleh gangguan perdarahan. Perdarahan intrakranial (ICH) adalah
perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak. Hematom intraserbral pasca traumatik
merupkan koleksi darah fokal yang biasanya diakibatkan cedera regangan atau robekan
rasional terhadap pembuluh-pembuluh darah intraparenkimal otak atau kadang-kadang
cedera penetrans.

Pada jurnal pertama lebih menjelaskan pada ketepatan dan kecepatan dalam
melakukan tindakan kegawatdaruratan trauma kepala Dimana respon time (Klasifikasi
respon time dibagi menjadi dua, yaitu cepat dan lambat dikatakan cepat apabila memiliki
waktu tanggap ≤ 5 menit. Dan dikatakan lambat apabila memiliki waktu tanggap > 5
menit. Usia 31-35 tahun merupakan usia yang memiliki kematangan dalam profesi
maupun mobilisasi. Usia berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan keterampilan
petugas kesehatan. Respon Time merupakan Penanganan gawat darurat ada filosofinya
yaitu Time Saving it’s Live Saving, artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada saat
kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien

. Cedera kepala dengan klasifikasi sedang dan berat membutuhkan penanganan yang
lebih cepat dan tepat jika mengalami keerlambatan penanganan akan berakibat fatal, jika
cedera kepala sedang hingga berat jika tidak segera ditangani akan menyebabkan
komplikasi pada pasien yaitu terjadi ruptur vaskular, dimana keadaan ini menyebabkan
perdarahan antara tulang tengkorak dan permukaan serebral, kompresi otak yang dapat
menimbulkan keadaan semakin buruk bahkan kematian dengan cepat. Waktu tanggap
pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai
hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-komponen lain yang mendukung
seperti pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi dan administrasi

Akan tetapi dalam setiap penanganan kasus kegawatdaruratan penatalaksanaan awal


pada kasus trauma kepala meliputi ABC, yaitu Airway. Breathing, Circulation. Yaitu
pastikan jalan nafas paten dengan ventilasi dan oksigen yang adekuat dan hal yang utama
yang perlu diperhatikan juga dalah control pendarahan yang terlihat dan lakukan
pemeriksaan intravena dan pemeriksaan perfusi jaringan.

11. KESIMPULAN

Trauma kepala ada berbagai macam yaitu trauma ringan ,sedang dan berat.
Mekanisme cidera ringan termasuk jatuh ketanah dari ketinggian, berjalan atau jatuh dari
berlari dan dengan tanda-tanda atau gejala trauma tumpul,meningkatnya Keparahan
mekanisme cedera berat itu didefinisikan sebagai berikut. mekanisme yang parah
termasuk ketika pasien dikeluarkan dalam kecelakaan kendaraan bermotor; ketika
penumpang dalam kecelakaan rollover kendaraan bermotor; setiap kematian penumpang
dalam kecelakaan kendaraan bermotor; ketika pasien adalah pejalan kaki atau sepeda un-
helm disambar mobil; jatuh> 5 kaki ketika berusia 2 tahun atau> 3 kaki ketika berusia
kurang dari 2 tahun atau ketika dipukuli oleh benda-benda tinggi, misalnya, golf club.
Penyebab trauma kepala diantaranya kecelakaan lalu lintas,terjatuh dari ketinggian,dan
tertusuk benda tumpul atau tajam.

Respon time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien, dihitung sejak pasien
datang sampai dilakukan penanganan. Respon time merupakan salah satu indikator
keberhasilan penanganan medik penderita gawat darurat. respon time dikatakan cepat
apabila memiliki waktu tanggap ≤ 5 menit. Dan dikatakan lambat apabila memiliki waktu
tanggap > 5 menit.

Pasien dengan cidera kepala membutuhkan perawatan segera dan jika kehilangan
darah pasien akan menyebabkan syok hingga kematian. Perawat perawatan kritis dapat
mengamati kesadarn pasien,GCS (gaslow coma scale), penurunan tekanan nadi,
ekstremitas dingin dan berkeringat, turgor kulit yang buruk,, denyut nadi, perubahan
status mental, kehilangan darah,mengamati tanda peningkatan TIK yaitu mual,
muntah,pusing, dll. Pada pasien trauma kepala dengan perdarahan dan syok berikutnya
sangat membutuhkan perawatan segera yang berfokus pada ABC yaitu saluran napas,
pernapasan, dan sirkulasi. Saluran napas harus diamankan dengan pemberian
oksigen,pemasangan neck colar untuk mencegah terjadinya cidera pada servicalis, dan
suara napas bilateral harus ada. Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan penunjang CT
(computed tomography) untuk mengetahui letak trauma dan indikasi dilakukan operasi,
sistem peredaran darah harus distabilkan dengan mengidentifikasi sumber perdarahan
sehingga cedera dapat diperbaiki. Penilaian cepat dan intervensi medis / bedah, serta
melakukan intervensi dan tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Dianingrum Putri. Cemy Nur Fitria.2018. “Ketepatan dan Kecepatan Terhadap Life Saving
Pasien Trauma Kepala”. Google Schooler
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/download/275/271. Dikases pada
tanggal 31 Mei 2018 pukul 11: 44 WI

Adam L. Sharp, MD, MS*, Brian Z. Huang, MPH, Tania Tang, PhD, MPH, Ernest Shen,
PhD,Edward R. Melnick, MD, MHS, Arjun K. Venkatesh. “Implementation of the Canadian
CT Head Rule and ItsAssociation With Use of Computed Tomography Among Patients With
Head Injury” Journal emergency Nursing. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.pecarn.org/publications/documents/bleedingdisord
ersandtbi. Dikases pada tanggal 31 Mei 2018 pukul 14: 07 WIB

Lois K. Lee, MD, MPH, Peter S. Dayan, MD, MSc, Michael J. Gerardi, MD, Dominic A.
Borgialli, DO, MPH,Mohamed K. Badawy, MD, James M. Callahan, MD, Kathleen A. Lillis,
MD, Rachel M. Stanley, MD, Marc H. Gorelick, MD,MSCE, Li Dong, MSc, Sally Jo
Zuspan, RN, MSN, James F. Holmes, MD, MPH, and Nathan Kuppermann, MD, MPH, and
theTraumatic Brain Injury Study Group for the Pediatric Emergency Care Applied Research
Network(PECARN). " Intracranial Hemorrhage after Blunt Head Trauma in Children with
BleedingDisorders” Journal emergency Nursing

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.pecarn.org/publications/documents/bleedingdisord
ersandtbi.pdf&ved=2ahUKEwiM5d7Fw6_bAhXRfH0KHdaaA4AQFjAGegQIBhAB&usg=
AOvVaw31m519K0PffYBonvRjjkLQ. dikases pada tanggal 31 Mei 2018 pukul 14: 20 WIB

You might also like