You are on page 1of 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Referat Riwayat Alamiah Penyakit dan
Five Level of Prevention pada kepaniteraan ilmu kedokteran komunitas Universitas YARSI.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. Dian Mardhiyah, MKK selaku pembimbing
di kepaniteraan Kedokteran Komunitas. Serta kami ucapkan terimakasih kepada Orang tua dan
keluarga yang terus memberikan dukungan moril dan imoril sehingga kami dapat menyelesaikan
Referat dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu semua
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 3 juli 2015

Penulis

1
BAB I
Pendahuluan

Kesehatan telah menjadi kebutuhan utama bagi setiap manusia di dunia dalam
menjalankan aktivitas hidup. Berdasarkan pengertiannya bahwa keadaan sehat merupakan
kondisi dimana seorang, sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Artinya apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak
dalam kondisi yang baik (dengan kata lain sehat) maka akan timbul suatu masalah atau gangguan
kesehatan. Hal ini akan sangat merugikan penderita karena akan menurunkan produktifitas
terhadap kehidupan pribadi dan negaranya. Dengan demikian perlu adanya suatu usaha-usaha
untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Pada bidang epidemiologi lebih fokus pada pencegahan dan pengendalian penyakit bukan
pada teknik pengobatan sekunder dan tersier yang ada dalam ilmu pengobatan tradisional.
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum
terhadinya penyakit. Dalam mengambil langkah-langkah pencegahan, harus berdasarkan data
atau keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi. Pencegahan penyakit
berkembang secara terus menerus dan pencegahan tidak hanya ditujukan pada penyakit infeksi
saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi. Bahkan pada saat ini pencegahan dilakukan pada
fenomena non-penyakit seperti pencegahan terhadap ledakan penduduk dengan program
keluarga berencana.
Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi pelaksanaan yang
tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam strategi penerapan ilmu
kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan seperti tersebut di atas, sasaran
kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan
terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta
masalah kesehatan, serta usaha rehabilisasi lingkungan.

2
BAB II

Tinjauan Pustaka

Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit (Natural History Of Disease)

Riwayat alamiah penyakit (Natural History Of Disease) adalah menggambarkan tentang


perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan
dengan agen kausal hingga terjadinya penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa
terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. Riwayat alamiah penyakit
merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif. Jika ditinjau proses yang terjadi
pada orang sehat, menderita penyakit dan terhentinya penyakit tersebut dikenal dengan nama
riwayat alamiah perjalanan penyakit (natural history of disease) terutama untuk penyakit infeksi.

3
Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit tanpa campur tangan
medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.
Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama
pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan
mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan
intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut.

Gambar 1. Kerangka Umum Riwayat Alamiah Penyakit

4
Gambar 2. Riwayat Alamiah Penyakit

Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya individu sebagai penjamu yang rentan
(suseptibel) oleh agen kausal. Paparan (exposure) adalah kontak atau kedekatan (proximity)
dengan sumber agen penyakit. Konsep paparan berlaku untuk penyakit infeksi maupun non-
infeksi. Contoh, paparan virus hepatitis B (HBV) dapat menginduksi terjadinya hepatitis B,
paparan stres terus-menerus dapat menginduksi terjadinya neurosis, paparan radiasi menginduksi
terjadinya mutasi DNA dan menyebabkan kanker, dan sebagainya. Arti “induksi” itu sendiri
merupakan aksi yang mempengaruhi terjadinya tahap awal suatu hasil, dalam hal ini
mempengaruhi awal terjadinya proses patologis. Jika terdapat tempat penempelan (attachment)
dan jalan masuk sel (cell entry) yang tepat maka paparan agen infeksi dapat menyebabkan invasi
agen infeksi dan terjadi infeksi. Agen infeksi melakukan multiplikasi yang mendorong terjadinya
proses perubahan patologis, tanpa penjamu menyadarinya.

5
Periode waktu sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi melalui tes laboratorium atau
skrining disebut “window period”. Dalam “window period” individu telah terinfeksi, sehingga
dapat menularkan penyakit, meskipun infeksi tersebut belum terdeteksi oleh tes laboratorium.
Implikasinya, tes laboratorium hendaknya tidak dilakukan selama “window period”, sebab
infeksi tidak akan terdeteksi. Contoh, antibodi HIV (human immuno-deficiency virus) hanya
akan muncul 3 minggu hingga 6 bulan setelah infeksi. Jika tes HIV dilakukan dalam “window
period”, maka sebagian besar orang tidak akan menunjukkan hasil positif, sebab dalam tubuhnya
belum diproduksi antibodi.

Karena itu tes HIV hendaknya ditunda hingga paling sedikit 12 minggu (3 bulan) sejak
waktu perkiraan paparan. Jika seorang telah terpapar oleh virus tetapi hasil tes negatif, maka
perlu dipertimbangkan tes ulang 6 bulan kemudian. Selanjutnya berlangsung proses promosi
pada tahap preklinis, yaitu keadaan patologis yang ireversibel dan asimtomatis ditingkatkan
derajatnya menjadi keadaan dengan manifestasi klinis. Melalui proses promosi agen kausal akan
meningkatkan aktivitasnya, masuk dalam formasi tubuh, menyebabkan transformasi sel atau
disfungsi sel, sehingga penyakit menunjukkan tanda dan gejala klinis. Dewasa ini telah
dikembangkan sejumlah tes skrining atau tes laboratorium untuk mendeteksi keberadaan tahap
preklinis penyakit.

Waktu sejak penyakit terdeteksi oleh skrining hingga timbul manifestasi klinik, disebut
“sojourn time”, atau detectable preclinical period. Makin panjang sojourn time, makin berguna
melakukan skrining, sebab makin panjang tenggang waktu untuk melakukan pengobatan dini
(prompt treatment) agar proses patologis tidak termanifestasi klinis. Kofaktor yang mempercepat
progresi menuju penyakit secara klinis pada sojourn time (detectable preclinical period) disebut
akselerator atau progresor. Waktu yang diperlukan mulai dari paparan agen kausal hingga
timbulnya manifestasi klinis disebut masa inkubasi (penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit
kronis). Pada fase ini penyakit belum menampakkan tanda dan gejala klinis, disebut penyakit
subklinis (asimtomatis). Masa inkubasi bisa berlangsung dalam hitungan detik pada reaksi toksik
atau hipersentivitas. Contoh, gejala kolera timbul beberapa jam hingga 2-3 hari sejak paparan
dengan Vibrio cholera yang toksigenik. Pada penyakit kronis masa inkubasi (masa laten) bisa
berlangsung sampai beberapa dekade. Kovariat yang berperan dalam masa laten (masa inkubasi),
yakni faktor yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit secara klinis, disebut faktor risiko.

6
Sebaliknya, faktor yang menurunkan risiko terjadinya penyakit secara klinis disebut
faktor protektif. Selanjutnya terjadi inisiasi penyakit klinis. Pada saat ini mulai timbul tanda
(sign) dan gejala (symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang mengalami manifestasi
klinis disebut kasus klinis. Gejala klinis paling awal disebut gejala prodromal. Selama tahap
klinis, manifestasi klinis akan diekspresikan hingga terjadi hasil akhir atau resolusi penyakit,
baik sembuh, remisi, perubahan beratnya penyakit, komplikasi, rekurens, relaps, sekuelae,
disfungsi sisa, cacat, atau kematian.

Periode waktu untuk mengekspresikan penyakit klinis hingga terjadi hasil akhir penyakit
disebut durasi penyakit. Kovariat yang mempengaruhi progresi ke arah hasil akhir penyakit,
disebut faktor prognostik. Penyakit penyerta yang mempengaruhi fungsi individu, akibat
penyakit, kelangsungan hidup, alias prognosis penyakit, disebut ko-morbiditas. Contoh, TB
dapat menjadi ko-morbiditas HIV atau AIDS yang meningkatkan risiko kematian karena AIDS
pada wanita dengan HIV/AIDS.

Manfaat mempelajari riwayat alamiah perjalanan penyakit :

1. Untuk diagnostik : masa inkubasi dapat dipakai pedoman penentuan jenis penyakit, misal
dalam KLB (Kejadian Luar Biasa)
2. Untuk Pencegahan : dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah
dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.
3. Untuk terapi : terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap perjalanan awal
penyakit, adalah waktu yang tepat untuk pemberian terapi, lebih awal terapi akan lebih baik
hasil yang diharapkan.

Tahapan riwayat alamiah perjalanan penyakit :

1. Tahap Pre-Patogenesa (Stage of Susceptibility)

7
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini
masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum
masuk kedalam tubuh pejamu. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit
dan daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah → Host jadi lebih rentan atau Agent jadi
lebih virulen → Agent masuk ke Host (memasuki tahap patogenesis). Contoh kolesterol LDL
(low density lipoprotein) yang tinggi meningkatkan kemungkinan kejadian penyakit jantung
koroner (PJK), kebiasaan merokok meningkatkan probabilitas kejadian Ca paru, dan sebagainya.

2. Tahap Patogenesa

a. Tahap Inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease)


 Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi gejala-
gejala penyakit belum nampak.
 Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti
influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit Polio mempunyai
masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-
paru, AIDS dan sebagainya.
 Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan
terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.
 Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis yang
membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut dengan horison
klinik.
 Tahap Inkubasi → tahap mulai masuknya Agent kedalam Host, sampai timbul gejala
sakit.

b. Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease)


 Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini
pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita masih dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi

8
yang datang berobat umumnya tidak memerlukan perawatan, karena penyakit masih
dapat diatasi dengan berobat jalan.
 Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat,
terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat mereka tidak
datang berobat, yang akan mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit
yang di derita, sehingga saat datang berobat sering talah terlambat.

c. Tahap Penyakit Lanjut

Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Pada
tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya
telah memerlukan perawatan.

d. Tahap Akhir Penyakit


 Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit
tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
 Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara sempurna, artinya
bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit.
 Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh. Sayangnya
kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang
dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata,
tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
 Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit
memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit
yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul
kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga
masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan.
 Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam
arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti
tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam
keadaan sakit.

9
 Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi
karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan
kedokteran dan keperawatan.

Pola Penyebaran Penyakit

Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai setelah membuat sesorang sakit, tetapi
cenderung untuk menyebar. Setelah menyelesaikan riwayatnya pada suatu rangkaian kejadian
sehingga seorang jatuh sakit, pada saat yang sama penyakit bersama kumannya dapat berpindah
dan menyebar kepada orang lain atau masyarakat. Dalam proses perjalanan penyakit, kuman
memulai aksinya dengan memasuki pintu masuk (portal of entry) calon penderita baru dan
kemudian jika ingin berpindah ke penderita baru lainnya akan keluar melalui pintu tertentu pula
(portal of exit).
Kuman penyakit tidak masuk atau keluar begitu saja tetapi harus melalui “pintu” tubuh
tertentu sesuai dengan jenis penyakit, misalnya : kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan
atau saluran kemih. Ada yang masuk melalui mulut (oral) dan keluar melalui dubur (saluran
pencernaan) seperti cacingan. tetapi ada juga yang masuk melalui kulit dan keluar melalui dubur
seperti cacing ankylostoma. Pengetahuan mengenai jalan masuk ini penting untuk epidemiologi
karena pengetahuan itu dapatr dilakukan pencegahan perjalanan kuman masuk kedalam tubuh
manusia. Cacing yang masuk mulut dapat dicegah dengan upaya cuci tangan sebelum makan.
Pengetahuan mengenai jalan keluar bermanfaat untuk menemukan kuman itu untuk tujuan
indentifikasi atau diagnostik. Misalnya kuman TBC keluar melalui batuk atau dahak maka
penemuan kuman TBC dilakukan dengan pemeriksaan dahak.

Karakteristik Agen

Pada epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya
jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell entry),
lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis yang dapat
dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan
mengalami infeksi.

10
Pada riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun
kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik maupun
ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung tingkat kerentanan
(atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat, atau
mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan mengalami perubahan patologi yang ireversibel.
Ukuran yang menunjukkan kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah
penyakit sebagai berikut: (1) infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.

1. Infektivitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi. Dihitung dari
jumlah individu yang terinfeksi dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.

2. Patogenesitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis. Dihitung dari
jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi.

3. Virulensi : kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini menunjukkan


kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety) penyakit. Dihitung dari jumlah
kasus yang mati dibagi dengan jumlah kasus klinis.

Fenomena Gunung Es

Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merupakan sebuah metafora (perumpamaan) yang


menekankan bahwa bagian yang tak terlihat dari gunung es jauh lebih besar daripada bagian
yang terlihat di atas air. Artinya, pada kebanyakan masalah kesehatan populasi, jumlah kasus
penyakit yang belum diketahui jauh lebih banyak daripada jumlah kasus penyakit yang telah
diketahui. Fenomena gunung es menghalangi penilaian yang tepat tentang besarnya beban
penyakit (disease burden) dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang sesungguhnya, serta
pemilihan kasus yang representatif untuk suatu studi. Mempelajari hanya sebagian dari kasus
penyakit yang diketahui memberikan gambaran yang tidak akurat tentang sifat dan kausa
penyakit tersebut.

11
Gambar 3. Fenomena gunung es

Upaya Pencegahan

Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum kejadian,
dengan didasarkan pada data atau keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi
atau hasil pengamatan atau penelitian epidemiologi. Pencegahan merupakan komponen yang
paling penting karena berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung untuk kesehatan.
Konsep pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan
mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu.

Salah satu kegunaan riwayat alamiah penyakit adalah untuk melakukan upaya pencegahan,
antara lain :

1. Primordial Prevention (Pencegahan Tingkat Awal)


Pencegahan penyakit pada tingkat ini bertujuan untuk meningkatkan nilai kesehatan pada
individu maupun masyarakat, sehingga kemungkinan untuk terkena penyakit semakin kecil.
a. Menghindari obesitas
b. Menghindari rokok
c. Perilaku hidup bersih dan sehat
d. Mengindari bahan pengawet, pewarna
e. Makan bergizi seimbang

12
f. Istirahat cukup
g. Olah raga teratur

2. Primary Prevention (Pencegahan Tingkat Pertama)


a. Pendidikan kesehatan
b. Imunisasi
c. PSN-3M
d. Konsul genetika
e. Sterilisasi alat
f. Memakai sarung tangan
g. Memaki masker

3. Secondary Prevention (Pencegahan Tingkat Kedua)


a. Diagnosis awal
b. Pengobatan cepat dan tepat
c. Kemo-profilaksis
d. Screening (pencarian penderita dengan gejala umum)

4. Tertiary Prevention
a. Mencegah penyakit agar tidak bertambah parah
b. Mencegah: kematian, kecacatan
c. Rehabilitasi: fisik, mental, sosial

Primordial prevention (pencegahan


Underliying condition tingkat awal) misalnya pengendalian
Prepatogenesis rokok
Health promotion Primary prevention (pencegahan
pertama)

13
Misalnya melakukan pendidikan
Specific protection kesehatan, imunisasi, kontrol
lingkungan/sanitasi
Secondary prevention (pencegahan
Early diagnosis and promp
kedua) berupa screening, pemberian
treatment
pengobatan sejak dini
Patogenesis Disability limitation Tertiary prevention (pencegahan
tingkat ketiga/pasca-sakit) misalnya
rehabilitasi
Rehabilitation

5 Level Prevention (5 Tingkat Pencegahan)

1. Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)

Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-
pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya
tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.

Contoh :

 Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas).

 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan
sampah, pembuangan tinja dan limbah.

 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan menengah ke atas di


negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.

 Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.

 Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.

 Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.

 Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial.

14
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and
specific protection)

Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses
interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah
pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko
terkena penyakit tertentu.

Contoh :

 Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit dengan
adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

 Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu


burung ditempatkan di ruang isolasi.

 Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja dengan
menggunakan alat perlindungan diri.

 Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun


maupun alergi.

 Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan JumSih “jum’at


bersih” untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama – sama.

 Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)

Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan


segera dengan terapi yang tepat.

Contoh :

15
 Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda – tanda anemia diberikan tablet Fe dan
dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi.

 Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan. Misalnya pemeriksaan


darah, rontgent paru.

 Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular
(contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan
pengobatan.

 Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)

Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang
telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta
mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.

Contoh :

 Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat

 Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan gerakan –
gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat.

 Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan


perawatan yang lebih intensif.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar


mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.

Contoh :

16
 Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain-
lain.

 Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan


dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan. Misalnya dengan
tidak mengucilkan mantan PSK di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.

 Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah


cacat mampu mempertahankan diri.

 Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia
sembuh dari suatu penyakit.

BAB IV
KESIMPULAN

Riwayat alamiah penyakit (Natural History Of Disease) adalah menggambarkan tentang


perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan
dengan agen kausal hingga terjadinya penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa
terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. Usaha pencegahan penyakit secara

17
umum dikenal berbagai strategi pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat
pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis
penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat
sesuai dengan perjalanan penyakit.
Penanggulangan penyakit menular (control) adalah upaya untuk menekan peristiwa
penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan
kesehatan bagi masyarakat tersebut. Penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokan
pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran utamanya yang meliputi: sasaran langsung melawan
sumber penularan atau reservoir, sasaran ditunjukan pada cara penularan penyakit, dan sasaran
yang ditunjukan terhadap pejamu dengan menurunkan kepekaan pejamu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Azrul. 1997. Pengantar Epidemiologi. Edisi Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta.
2. Budiarto, Eko A, Dewi. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. EGC. Jakarta.
3. M.N. Buston. 1997. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.
4. M.N Buston. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.
5. Noor Nasri N. 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta. Jakarta.

18
6. Noor Nasri N. 1997. Dasar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.
7. Timmreck, Thomas C, dkk. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. EGC. Jakarta.

19

You might also like