You are on page 1of 32

BAB I

KONSEP DASAR

A.Pengertian

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).

 Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegepty betina (Seoparman , 1990).
 DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh
aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya
demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).
 Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

1
DHF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986):

1) Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet,
trombositopenia dan hemokonsentrasi.

2) Derajat II

Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

3) Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini
renjatan).

4) Dejara IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

B. Etiologi
1. Virus dengue sejenis arbovirus.

Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue
3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue
berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan
natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke
Penyebab utama : – virus dengue tergolong albovirus

2
Vektor utama :

 Aedes aegypti.
 Aedes albopictus.

Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

1. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari.


2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3. Penyediaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.

1. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak


terbang aedes aegypti 40-100 m.
2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple
biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat,
(Noer, 1999).

2. 3 merupakan serotif yang paling banyak.

3
C.Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga
dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga
menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan
yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan
dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena
kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga
perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen
sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas
kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke
ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel
trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah
akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2)
kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Demam berdarah dengue (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420)

4
D.Pathway

E. Tanda dan gejala


1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari.
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

5
F.Komplikasi

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah


kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan


system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang
lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

6
G. Pemeriksaan penunjang

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :

1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

2) Manifestasi perdarahan :

1. Uji tourniquet positif


2. Petekia, purpura, ekimosi
3. Epistaksis, perdarahan gusi
4. Hematemesis, melena.

3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

4) Dengan atau tanpa renjatan.

Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ).
Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.

5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

Laboratorium

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat


dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai
hematokrit pada masa konvalesen.

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan
tepat.

Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik
terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena
berkurangnyam limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

7
 Darah
1. Trombosit menurun.
2. HB meningkat lebih 20 %
3. HT meningkat lebih 20 %
4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah rendah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah

 Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


1. Rontgen thorax : Efusi pleura.
2. Uji test tourniket (+)

H. Penatalaksanaan
 Tirah baring
 Pemberian makanan lunak
 Pemberian cairan melalui infus
 Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
 Anti konvulsi jika terjadi kejang
 Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
 Monitor adanya tanda-tanda renjatan
 Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
 Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

8
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling
penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
9. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.


2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-
tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan


melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia
sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di
sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi.

9
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

1. Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah
malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh
jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau
pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam
sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang
digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.

2. Tanpa insektisida

Caranya adalah:

1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x


seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang

I. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan


dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel.
Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai
mengembangkan cirri sex sekundernya.
Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk
perubahan sosial dan emosi.

1.Motorik kasar

10
o Loncat tali
o Memukul
o Badminton
o Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara
bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
2. Motorik halus
o Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
o Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan
bermain alat musik.
3. Kognitif
o Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
o Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan
masalah
o Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali
sejak awal
o Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang.
4. Bahasa
o Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
o Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata
keterangan, kata penghubung dan kata depan
o Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
o Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan.

11
J.Asuhan Keperawatn pada DHF

1.Pengkajian Keperawatan

Data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :

1.) Lemah.

2.) Panas atau demam.

3.) Sakit kepala.

4.) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

5.) Nyeri ulu hati.

6.) Nyeri pada otot dan sendi.

7.) Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

8.) Konstipasi (sembelit).


Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien.
Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain:

1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena.

4) Hiperemia pada tenggorokan.

5) Nyeri tekan pada epigastrik.

6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

12
Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :

1) Ig G dengue positif.

2) Trombositopenia.

3) Hemoglobin meningkat > 20 %.

4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,


hipokloremia.

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan
limfosit, monosit, dan basofil

1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

3) Waktu perdarahan memanjang.

4) Asidosis metabolik.

5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).


2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma
5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah
baring.
6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh

13
7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia

3. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat


berkurang dengan kriteria hasil:

 Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman.


 Suhu 36,80C-37,50C
 Tekanan darah 120/80 mmHg
 Respirasi 16-24 x/mnt
 Nadi 60-100 x/mnt

Intervensi:

1. Kaji saat timbulnya demam.


2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam)
4. Berikan kompres hangat
5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter

Rasional:

1. untuk mengidentifikasi pola demam pasien.


2. tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

14
3. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat
penurunan suhu tubuh.
5. pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
6. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi
7.

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dan
menghilang dengan kriteria hasil:

 Pasien mengatakan nyerinya hilang


 Nyeri berada pada skala 0-3
 Tekanan darah 120/80 mmHg
 Suhu 36,80C-37,50C
 Respirasi 16-24 x/mnt
 Nadi 60-100 x/mnt

Intervensi:

1. Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)


2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan kenyamanan
3. Berikan aktifitas hiburan yang tepat
4. Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.
5. Ajarkan pasien teknik relaksasi
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

Rasional:

1. Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda


perkembangan/resolusi komplikasi
2. Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi

15
3. Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemampuan untuk
menanggulangi nyeri.
4. Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih pasien
relaksasi.
5. Relaksasi akan memindahkan rasa nyeri ke hal lain.
6. Memberikan penurunan nyeri.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan perubahan


status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria:

 Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat


 Menunjukkan tingkat energi biasanya
 Berat badan stabil atau bertambah

Intervensi:

1. Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien.


2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien
3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan
program diit.
5. Ajarkan pasien dan Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
indikasi
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.

Rasional:

1. Mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.


2. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik

16
3. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya)
4. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan
makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang
5. Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga
untuk memahami nutrisi pasien
6. Pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan
nutrisi pasien tercukupi.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas dinding plasma

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama … x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan


terpenuhi dengan kriteria hasil:

 TD 120/80 mmHg
 RR 16-24 x/mnt
 Nadi 60-100 x/mnt
 Turgor kulit baik
 Haluaran urin tepat secara individu
 Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.


2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
3. Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya
4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
5. Pantau masukan dan pengeluaran cairan
6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung.
7. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

17
8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi
tidak teratur
9. Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K)

Rasional:

1. hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi


2. pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan asam aseto-
asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi
3. demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.
4. merupakan indicator dari dehidrasi
5. memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program
pengobatan.
6. mempertahankan volume sirkulasi.
7. kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah sehingga kekurangan
cairan dan elektrolit.
8. pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan
kelebihan beban cairan
9. mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah


baring

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama … x 24 jam diharapkan pasien dapat mencapai


kemampuan aktivitas yang optimal, dengan kriteria hasil:

 Pergerakan pasien bertambah luas


 Pasien dpt melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri,
berjalan)
 Rasa nyeri berkurang
 Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan

18
Intervensi:

1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.


2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas.
3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui
kemampuan
4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian analgesik)

Rasional:

1. mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.


2. Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam
tindakan keperawatan
3. melatih otot – otot kaki sehingga berfungsi dengan baik
4. Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi
5. Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume


cairan tubuh

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok hipovolemik


dengan kriteria hasil:

 TD 120/80 mmHg
 RR 16-24 x/mnt
 Nadi 60-100 x/mnt
 Turgor kulit baik
 Haluaran urin tepat secara individu
 Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

1. Monitor keadaan umum pasien

19
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
3. Monitor tanda perdarahan
4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit
5. Berikan transfusi sesuai program dokter
6. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

Rasional:

1. memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi
perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.
2. tanda vital normal menandakan keadaan umum baik
3. Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai
syok hipovolemik
4. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien
sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut
5. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang
6. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan


trombositopenia

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan dengan


kriteria hasil:

 Tekanan darah 120/80 mmHg


 Trombosit 150.000-400.000

Intervensi:

1. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis


2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
3. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut
4. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya

20
Rasional:

1. Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.


2. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan
3. Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin
4. Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan

21
BAB II
RESUME KEPERAWATAN

A.Pengkajian

Pengkajian awal dilakukan pada tanggal 9 Mei 2012 di bangsal anak RSUD
BREBES, diperoleh data sebagai berikut :
An.I umur 8 tahun 7 bulan, beragama islam, suku jawa dan bertempat tinggal di Pasar
Batang Rt.07 Rw.05,Berebes, dengan orang tuanya.
Keluhan yang dirasakan An.I dirawat di rumah sakit 2 hari, dengan alasan masuk
rumah sakit yaitu panas sudah 6 hari dengan demam tinggi selama 4 hari dan turun
tiba tiba selama 2 hari.Muncul bercak merah pada kulit (ptekie) serta pasien sudah 6
hari tidak bisa BAB.

Pada saat ibu hamil tidak mengalami keluhan yang berat hanya mual-mual, ibu
periksa kehamilan di bidan desa dan nutrisi selama hamil baik, sedangkan selam
hamil, ibu dalam kondisi sehat.Ibu melahirkan pada umur kehamilan 9 bulan 1
minggu dengan persalinan normal dan ditolong oleh bidan desa. Bayi lahir dengan
kondisi baik, langsung menangis, kulit kemerahan, tidak ada kelainan, berat badan
lahir 3,5 Kg. Panjang badan 48 cm, penyakit waktu kecil An.I yaitu diare dan
biasanya berobat di dokter praktek dan sembuh. An.I tidak alergi terhadap makanan,
obat dan binatang, imunisasi An.I sudah lengkap. An.I memiliki tinggi badan 110 cm,
BB sebelum sakit 20kg, dan BB saat sakit 17 kg.

An.I adalah anak dari bapak "M" dan ibu "M", anak ke 4 dari 4
bersaudara.Dalam keluarga An.I tidak ada yang menderita penyakit seperti An.F dan
tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan dan menular.

Riwayat sosiala sejak kecil An.I di asuh oleh kedua orang tuanya An.I adalah
anak yang aktif dan periang, lingkungan rumah cukup bersih, rumah An.I jauh dari
jalan raya dan sungai sehingga kemungkinan adanya polusi sangat kecil, ventilasi
cukup baik dan terdapat tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air.
Namun saluran pembuangan air kurang bersih dan banyak sampah yang menyumbat.

22
Pola nutrisi dan metabolik An.I sebelum sakit adalah selera makan An.I baik
karena porsi yang disediakan selalu habis. An.I makan 3x sehari. Selam sakit selera
makan An.I kurang baik. Karena An.I tidak pernah menghabiskan porsi makan yang
disediakan, An.I hanya menghabiskan 2 sendok makan dalam sekali makan. An.I
makan 3x sehari dan klien mengeluh tenggorokannya sakit untuk menelan dan An.I
tidak bisa merasakan makanan yang dimakanya.

Pola cairan dan elektrolit An.I sebelum sakit An.I minum air sebanyak 6 gelas
sehari. Selama sakit dan dirawat di rumah sakit An.I minum 3 gelas, selain itu An.I
mendapat cairan tambahan yaitu RL + Adona 1 ampul dengan jumlah tetesan 60x
/menit.

Pada aktifitas An.I sebelumsakit mandi 2x sehari dengan air biasa, sabun,
altifitas sehari- hari klien dirumah yaitu bermain bola dengan teman sebayanya.
Selam sakit An.I tidak mandi hanya dibersihkan dengan air hangat dan dibedaki
karena klien sering gatal.
Hasil pemeriksaan fisik terhadap An.I diperoleh : keadaan ccomposmentis,
suhu 36°C, nadi 68x/menit, tekanan darah 120/ palpasi mmHg, bentuk kepala
mesocepal, tidak ada jejas, kepala kotor, telinga bersih tidak ada serumen yang
mengumpul, mata cekung,adanya perdarahan pada palbebra kanan dan kiri
( trombositopenia),tidak adanya jejas, hidung tidak adanya sekret, tidak adanya polip
atau jejas, mukosa bibir kering, warna kemerahan, mulut kotor adanya stomatitis,
pada kulit terdapat bintik bintikl merah (ptekie). Perut terasa keras dan nyeri tekan
pada ulu hati /epigastric kanan (hepatomegali).Ekstremitas baik tidak adanya
kelainan.Turgor kulit kurang.

Hasil laboratorium tanggal 7 Mei 2012 diantaranya : Haemoglobin 14,6 g%,


leukosit 10.400 /mm³, trombosit 23.000 mm³, hematokrit 45, LED 5 = 1: 0-10 mm, 2:
2-20mm
Hitung jenis: Staff : 1 (2,6 %),segmen : 63 (50-70%), limfosit :26 (20-40%),monosit:
10 (2-8%), GDS 74 (70-115 mg/dl)

23
Hasil laboratorium tanggal 8 Mei 2012 diantaranya: haemoglobin 9,8 g%,
trobosit 41.000 mm³, hematokrit 30 vol%

Terapi yang diberikan pada tanggal 8 Mei 2012 yaitu:


- Infus RL + adona 1 ampul

- Injeksi Cefotaxim 3 x 500 mg

- Injeksi Dexa 3 x 1 ampul

- Injeksi Vit.C 1 x 100 g

B. Analisa Data dan Diagnosa Keperaawatan


1. Analisa Data
- Rabu

( 9 Mei 2012 )
Data fokus:
DS: ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengeluh sakit perut
DO: nyeri tekan pada ulu hati (nyeri hipokondrium kanan ), An.I memegangi
perut serta merancau kesakitan. Nyeri seperti dipukul terasa berat dengan skala
nyeri 5.
Etiologi: hepatomegali
Problem : Nyeri

- Rabu

( 9 Mei 2012)
Data fokus :
DS: ibu pasien mengatakan anaknya suash minum dan hanya minum sedikit
DO: minum hanya 3 gelas kecil, mata cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit
kurang.
Etiologi: Dehidrasi karena kurangnya intake cairan
Problem: Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh.

24
- Rabu

( 9 Mei 2012 )
Data fokus:
DS: Ibu pasien mengatkan anaknya tidak mau makan
DO: An.I hanya makan 2 sendok sekali makan, mulut kotor adanya
stomatitis,An.I tampak lemah.
Etiologi: Anoreksia, mulut kotor dan stomatitis
Problem: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.Diagnosa Keperawatan
Setelah diperoleh data dari pengkajian pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 maka
dianalisa dan ditemukan beberapa diagnosa atau masalah keperawatan yang
berdasarkan prioritas masalah:
a.Nyeri berhubungan dengan adanya pembesaran hepar atau hepatomegali.
Ditandai dengan adanya nyeri tekan pada hipokondrium kanan pada pemerikasaaan
palpasi abdomen.
b.Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dehidrasi
kurangnya intake cairan.Ditandai dengan minum 3 gelas kecil sehari, mukosa bibir
kering, mata cekung ,turgor kulit kurang.
c.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mulut
kotor, dan adanya stomatitiis. Ditandai dengan pasien tidak mau makan, tampak
lemah. Makan hanya 2 sendok dalam sekali makan, porsi tidak pernah habis.

C.Rencana Tindakan, Implementasi, dan Evaluasi


Diagnosa pertama yaitu nyeri berhubungan dengan adanya pembesaran hepar
atau hepatomegali,tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x7jam diharapkan nyeri dapat hilang dengan kriteria hasil An.I tidak merancau
kesakitan, dan tidak memegangi perutnya. Rencana tindakan yang dilakukan pada
diagnosa keperawatan pertama yaitu : Monitor tanda- tanda vital,Kaji skala

25
nyeri,Ajarkan tehnik relaksasi distraksi,Anjurkan kepada keluarga untuk melakukan
kopres hangat.Kolaborasi dengan tim medis.Evaluasi pada diagnosa pertama terakhir
yaitu tanggal 9 Mei 2012 pukul 12.00 wib yaitu An.I mengatakan perutnya masih
terasa sakit.
Analisa dari masalah yang ada bahwa masalah belum teratasi dan perencanaan yang
ada akan di lakukan adalah melanjutkan intervensi dengan menganjurkan pada pasien
untuk melakukan relaksasi distraksi dan kompres hangat.

Diagnosa kedua adalah volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan dehidrasi kurangnya intake cairan, tujuannya adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7jam diharapkan kebutuhan volume cairan
terpenuhi dengan kriteria hasil mata tidak cekung, mukosa bibir lembab, turgor kulit
tidak kering.Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa
keperawatan kedua yaitu Kaji tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, mukosa bibir
kering, turgor kulit kering),Monitor masukan dan pengeluaran cairan tubuh, Anjurkan
orang tua memberikan minum sebanyak-banyaknya. Beri cairan parenteral.
Evaluasi pada diagnosa keperawatan kedua pada tanggal 9Mei 2012 pukul
12.00wib yaitu masih tampak lemah, mata tampak cekung , bibir mukosa kering,
turgor kulit kurang baik.

Diagnosa ketiga adalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia, mulut kering dan stomatitis, tujuanya setelah dilakukan tindakan
selama 1x7jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria
hasil porsi makan yang disediakan habis, pasien tidak tampak lemah.Rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga yaitu kaji
intake makanan, kaji pola makan klien, kaji adanya stomatitis dan kebersihan
mulut,menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering, lakukan oral hygiene, anjurkan
klien untuk menjaga kebersihan mulut.Evaluasi pada diagnosa keperawatan ketiga
yaitu pada tanggal 9 Mei 2012 pukul 12.00wib yaitu mulut pasien bersih, ibu pasien
mengatakan An.I makan sudah mulai banyak yaitu setengah porsi habis.Analisa data
dari masalah yang ada bahwa masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi.

26
27
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas yang tertuang dalam bab II, selama
pengelolaan kasus pasien DHF yang penulis kelola selama 1 hari yaitu pada tanggal 9
Mei 2012.
Pada kasus An.I tidak semua diagnosa keperawatan pada teori muncul, dimana
kasus ini ada 3 diagnosa yang penulis temukan selama pengelolaan kasus antara lain:

A.Nyeri berhubungan dengan adanya pembesaran hepar atau hepatomegali


Nyeri adalah suatu keadaan dimana adanya gangguan rasa nyaman.

Pengkajian tanggal 9 Mei 2012 diperoleh data subyektif dan obyektif yaitu
ibu pasien mengatakan An.I selalu mengerang kesakitan pada perut sebelah kanan
karena, An.I terlihat meringis kesakitan.Melihat data yang ada dalm pengkajian di
analisa berdasarkan karakteristik yang ada, maka dirumuskan diagnosa keperawatan
nyeri berhubungan dengan adanya pembesaran hepar atu hepatomegali, karena pada
kasus DHF terjdi pembesaran hepar sehingga bagian epigastrik terasa terdesak dan
perut terasa nyeri pad bagian epigastrik.
Prioritas pada masalah nyeri berhubungan dengan pembesaran hepar atau
hepatomegali sebagai diagnosa utama karena diagnosa nyeri merupakan gangguan
rasa nyaman dan menitik beratkan pada rasa nyaman pasien. Rasa nyaman harus di
utamakan agar pasien dapat istirahat dengan tenang untuk mempercepat proses
kesembuhan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah setelah dilakukan tindakan selama 1 x 7 jam
diharapkan rasa nyeri yang dirasakan pasien dapat berkurang dengan kriteri hasil An.I
tidak merancau kesakitan dan An.I tidak meringis kesakitan.
Rencana tindakan dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah monitoring
tanda-tanda vital, kaji skala nyeri rasionalnya adalah untuk mengetahui seberapa
tingkat nyeri yang dirasakan pasien, ajarkan tehnik relaksasi distraksi rasionalnya
untuk mengalihkan pemikiran pasien dari pemikiran rasa nyeri, anjurkan kluarga

28
untuk melakukan kompres hangat rasionalnya kompres hangat dapat melebarkan
pembuluh darah dapat menurunkan perasaan sakit.
Faktor kelemahan dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu perlu
memantau secara langsung dan berkelanjutan ketika keluarga melakukan kompres
hangat, dan adalam perencanaan ada beberapa tindakan yang kurang tepat yaitu
monitoring tanda – tanda vital. Sedangkan faktor kekuatanya yaitu dukungna
sepenuhnya dari keluarga yang sangat besar.
Tindakaan keperawatan yang seharusnya dilakukan tetapi penulis tidak melakukanya
yaitu kurangi atau hilangkan faktor- faktor penyebab dan kurangi rangsang yang
berbahaya, (Carpenito,2000:65)
Setelah dilakukan tindakan perawatan 1 x 7 jam diperoleh catatan
perkembangan masalah nyeri belum teratasi karena pasien masih mengeluh
kesakitan. Rencana selanjutnya menganjurkan kepada keluaraga untuk melakukan
kompres hangat secara rutin.

B.Defisit volume cairan kurang dari kebutuhaan tubuh berhubungan dengan


dehidrasi karena kurangnya intake cairan.

Pengkajian pada tanggal 9 Mei 2012, diperoleh data subyektif dan obyektif
yaitu ibu , klien mengatakan bahwa An.I susah untuk minum, minum hanya 3 gelas
kecil, mata cekung,membran mukosa bibir kering, turgor kulit kurang baik, maka
dirumusakan diagnosa yaitu defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dehidrasi karena kurangnya intake cairan.
Prioritas maslah dari defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dehidrasi karena kurangnya intake cairan sebagai diagnosa
kedua karena kebutuhan cairan merupakan kebutuhan penting apabila defisit volume
cairan tidak ditindak lanjuti segera maka akan terjadi kolaps pada sel, kolaps pada sel
akan mengakibatkan kematian pada sel. Sehingga sel harus segera di tangani..
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan 1 x 7b jam diharapkan
defisit volume cairan dapt terpenuhi dengan kriteria hasil membran mukosa bibir
lembab, mataa tidak cekung, turgor kulit baik.
Rencana tindakan dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah kaji
tanda-tanda dehidrasi rasionalnya merngakji tanda- tanda dehidrasi untuk mengetahui
tingkat dehidrasi klien,monitor masukan dan keluaran cairan raasionalnya untuk
mengetahui seberapa banyak tingkat dehidrasi klien, anjurkan klien untuk banyak
minum rasionalnya untuk mengganti cairaan yang keluar dari tubuh, beri cairan

29
parenteral rasionalnya pemberian cairan parenteral dapat membantu mencukupi
kebutuhan cairan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1 x 7 jam diperoleh catatan
perkebangan masalah defisit volume cairan belum teratasi karena klien masih tampak
lemas, mata cekung dan membran mukosa kering.Rencana tindakan keperawatan
yang akan dilakukan selanjutnya yaitu anjurkan klien untuk banyak minum.

C.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia, mulut kotor
dan stomatitis.

Dalam buku carpenito,2000:655 diagnosa yang benar adalah perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan,mu;lut kotor,
stomatitis. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
dimana individu yang tidak mrngalami penuruna berat badan yang berhubungan
dengan tidak cukupnya masukan atau metabolisme nitrisi untuk kebutuhan
metabolisme.(carpenito,2000:645)
Baatsan karakteristik mayor seperti seseorang yang mengalami puasa dan
dilaporkan atau mempunyai ketidakcukupan masukan makanan, kurang dari yang
dianjurkan sehari-hari dengan atau tanpa terjadinya penurunan berat badan.
Krakteristik minor adalah kelemahan dan nyeri tekan otot, mudah tersinggung dan
bingung, penuruna albumin serum, penurunan transferin atau kapasitas pengikat zat
besi.(Carpenito,2000:645)
Pengkajian tanggal 9 mei 2012 diperoleh data subyekti dan obyektif yaaitu
An.I tidak mau makan, bibir kering, makan tidak habis dari porsi yang disediakan .
Melihat data yang ada dalam pengkajian di analisa berdasrkan karakteristik yang ada,
maka dirumuskan diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuha n tubuh
berhubungan dengan sulit menelan, mulut kotor dan stomatitis.
Prioritas dari masalah perubahan nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh sebagai
iagnosa yang ketiga karena kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi baik kondisi yang sehat atau sakit. Dalam buku doenges, penyembuhan
suatu, penyembuhan suatu penyakit memerlukan masukan yang cukup. Pada anak,
nutrisi merupakan salah satu faktor yang penting untuk pertumbuhan anak (Donna L.
Wong,2004:148)
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1 x 7
jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil porsi yang
disediakan habis, nafsu makan meningkat dan bibir lembab.
Rencana tindakan dan tindakan keperawatan yaang telah dilakukan adalah kaji
adanya stomatitis atau kebersiahan mulut rasionalnya adalah mulut kotor dapat
mengurangi rasa dari makana yang dimakan sehiungga pasien tidak nafsu untuk
makan karena tidak bisa merasakan rasa makanan itu sendiri, pantau masukaan nutrisi
,lakukan oral hygiene rasionalnya adalah mulut bersih dapat menngkat nafsu makan.
Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
rasionalnya adalah memaksimalkan masukan nutrisi atau kebutuhan energi terpenuhi
(Doenges,2000:1024).
Faktor kelemahan dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu perlu
mementau secra laangsung dan berkelanjutan keadaan klien saat makan, dan dalam
perencanaan ada beberapa tindakan yang kurang tepat yaitu monitoring tan-tanda vital
sedangkan faktor kekuatanya yaitu dukungan dari keluarga yang sangat besar.

30
Tindakan keperawtan yang seharusnya dilakukan tetapi penulis tidak
melakukkannya yaitu kurangi atau hilangkan faktor- faktor penyebab dan penunjang,
kurangi rangsangan yang bebahaya,(Carpenito,2000:655)
Setelah 1 x 7jam perawatan diperoleh catatan perkembangan masalah nutrisi
sedikit terasi karena porsi mskan yang disdiakan habis setengah, rencana tindakan
selanjutnya adalah memotivasi keluarga untuk memeberikan makanan sedikit tapi
sering.

31
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L, J, 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik, Edisi ke


6, Egitor Monicaa Ester, Alih Bahaasa Tim Penerjemah PSIK UNPAD, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.

Doenges, Marlyn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Pendokumentasian Perawataan Pasien, Editor Monitor Ester, Alih Bahasa I Made
Kariasa,dkk, Penerbit Buku Kedokteran,EGC,Jakarta.

Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Media Aesculapius.

NANDA, 2001, Nursing Diagnosis : Definitions and Classification 2001-2002,


Philadelphia.

Wong,Donna L, 2004, Pedoma Klinis Keperawatan Pediatrik, Alih Bahasa Monica


Ester, EGC, Jakarta.

Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta

32

You might also like