You are on page 1of 22

BAB I

KONSEP DASAR

A.Pengertian

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).

 Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegepty betina (Seoparman , 1990).
 DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh
aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya
demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).

 Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

DHF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986):
1) Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet,
trombositopenia dan hemokonsentrasi.

2) Derajat II

Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

3) Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini
renjatan).

4) Dejara IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

B. Etiologi
1. Virus dengue sejenis arbovirus.

Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue
3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue
berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan
natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke
Penyebab utama : – virus dengue tergolong albovirus

Vektor utama :

 Aedes aegypti.
 Aedes albopictus.

Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

1. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari.


2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.

3. Penyediaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.

1. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak


terbang aedes aegypti 40-100 m.
2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple
biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat,
(Noer, 1999).

2. 3 merupakan serotif yang paling banyak.


C.Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga
dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga
menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan
yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan
dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena
kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga
perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen
sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas
kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke
ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel
trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah
akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2)
kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Demam berdarah dengue (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420)


D.Pathway

E. Tanda dan gejala


1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari.
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.

4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.

6. Sakit kepala.

7. Pembengkakan sekitar mata.

8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah


menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
F.Komplikasi

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah


kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan


system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang
lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
G. Pemeriksaan penunjang

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :

1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

2) Manifestasi perdarahan :

1. Uji tourniquet positif


2. Petekia, purpura, ekimosi

3. Epistaksis, perdarahan gusi

4. Hematemesis, melena.

3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

4) Dengan atau tanpa renjatan.

Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ).
Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.

5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

Laboratorium

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat


dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai
hematokrit pada masa konvalesen.

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan
tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik
terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena
berkurangnyam limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

 Darah
1. Trombosit menurun.

2. HB meningkat lebih 20 %

3. HT meningkat lebih 20 %

4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

5. Protein darah rendah

6. Ureum PH bisa meningkat

7. NA dan CL rendah

 Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


1. Rontgen thorax : Efusi pleura.

2. Uji test tourniket (+)

H. Penatalaksanaan
 Tirah baring
 Pemberian makanan lunak

 Pemberian cairan melalui infus

 Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik

 Anti konvulsi jika terjadi kejang

 Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).

 Monitor adanya tanda-tanda renjatan


 Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

 Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1. Tirah baring atau istirahat baring.


2. Diet makan lunak.

3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling
penting bagi penderita DHF.

4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan


cairan yang paling sering digunakan.

5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

8. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

9. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-


tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan


melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia
sembuh secara spontan.

3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di


sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan


tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

1. Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah
malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh
jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau
pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam
sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang
digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.

2. Tanpa insektisida

Caranya adalah:

1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x


seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang
I. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan


dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel.
Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai
mengembangkan cirri sex sekundernya.
Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk
perubahan sosial dan emosi.

1.Motorik kasar
o Loncat tali
o Memukul

o Badminton

o Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara


bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.

2. Motorik halus

o Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan

o Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan


bermain alat musik.

3. Kognitif

o Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi

o Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan


masalah

o Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali


sejak awal
o Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang.

4. Bahasa

o Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

o Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata


keterangan, kata penghubung dan kata depan

o Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal

o Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan.

J.Asuhan Keperawatn pada DHF

1.Pengkajian Keperawatan

Data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :

1.) Lemah.

2.) Panas atau demam.

3.) Sakit kepala.

4.) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

5.) Nyeri ulu hati.

6.) Nyeri pada otot dan sendi.

7.) Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

8.) Konstipasi (sembelit).


Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien.
Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain:

1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.


3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena.

4) Hiperemia pada tenggorokan.

5) Nyeri tekan pada epigastrik.

6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :

1) Ig G dengue positif.

2) Trombositopenia.

3) Hemoglobin meningkat > 20 %.

4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,


hipokloremia.

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan
limfosit, monosit, dan basofil

1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

3) Waktu perdarahan memanjang.

4) Asidosis metabolik.

5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan mual, muntah, anoreksia

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas dinding plasma

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah


baring.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume


cairan tubuh

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan


trombositopenia

3. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat


berkurang dengan kriteria hasil:

 Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman.


 Suhu 36,80C-37,50C

 Tekanan darah 120/80 mmHg

 Respirasi 16-24 x/mnt


 Nadi 60-100 x/mnt

Intervensi:

1. Kaji saat timbulnya demam.


2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam

3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam)

4. Berikan kompres hangat

5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter

Rasional:

1. untuk mengidentifikasi pola demam pasien.


2. tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

3. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga


perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

4. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat


penurunan suhu tubuh.

5. pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

6. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi

7.

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dan
menghilang dengan kriteria hasil:

 Pasien mengatakan nyerinya hilang


 Nyeri berada pada skala 0-3
 Tekanan darah 120/80 mmHg

 Suhu 36,80C-37,50C

 Respirasi 16-24 x/mnt

 Nadi 60-100 x/mnt

Intervensi:

1. Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)


2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan kenyamanan

3. Berikan aktifitas hiburan yang tepat

4. Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.

5. Ajarkan pasien teknik relaksasi

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

Rasional:

1. Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda


perkembangan/resolusi komplikasi
2. Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi

3. Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemampuan untuk


menanggulangi nyeri.

4. Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih pasien


relaksasi.

5. Relaksasi akan memindahkan rasa nyeri ke hal lain.

6. Memberikan penurunan nyeri.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia

Tujuan dan kriteria hasil:


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan perubahan
status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria:

 Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat


 Menunjukkan tingkat energi biasanya

 Berat badan stabil atau bertambah

Intervensi:

1. Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien.


2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien

3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi

4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan


program diit.

5. Ajarkan pasien dan Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
indikasi

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.

Rasional:

1. Mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.


2. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik

3. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan


utilisasinya)

4. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan


makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang

5. Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga


untuk memahami nutrisi pasien

6. Pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan


nutrisi pasien tercukupi.
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama … x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan


terpenuhi dengan kriteria hasil:

 TD 120/80 mmHg
 RR 16-24 x/mnt

 Nadi 60-100 x/mnt

 Turgor kulit baik

 Haluaran urin tepat secara individu

 Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.


2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

3. Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya

4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa

5. Pantau masukan dan pengeluaran cairan

6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung.

7. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi


tidak teratur

9. Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K)
Rasional:

1. hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi


2. pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan asam aseto-
asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi

3. demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.

4. merupakan indicator dari dehidrasi

5. memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program


pengobatan.

6. mempertahankan volume sirkulasi.

7. kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah sehingga kekurangan


cairan dan elektrolit.

8. pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan


kelebihan beban cairan

9. mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah


baring

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama … x 24 jam diharapkan pasien dapat mencapai


kemampuan aktivitas yang optimal, dengan kriteria hasil:

 Pergerakan pasien bertambah luas


 Pasien dpt melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri,
berjalan)

 Rasa nyeri berkurang

 Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan


kemampuan
Intervensi:

1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.


2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas.

3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui


kemampuan

4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya

5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian analgesik)

Rasional:

1. mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.


2. Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam
tindakan keperawatan

3. melatih otot – otot kaki sehingga berfungsi dengan baik

4. Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi

5. Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume


cairan tubuh

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok hipovolemik


dengan kriteria hasil:

 TD 120/80 mmHg
 RR 16-24 x/mnt

 Nadi 60-100 x/mnt

 Turgor kulit baik

 Haluaran urin tepat secara individu


 Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

1. Monitor keadaan umum pasien


2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

3. Monitor tanda perdarahan

4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit

5. Berikan transfusi sesuai program dokter

6. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

Rasional:

1. memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi
perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.
2. tanda vital normal menandakan keadaan umum baik

3. Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai
syok hipovolemik

4. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien


sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut

5. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang

6. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan


trombositopenia

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan dengan


kriteria hasil:

 Tekanan darah 120/80 mmHg


 Trombosit 150.000-400.000

Intervensi:

1. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis


2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

3. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut

4. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya

Rasional:

1. Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.


2. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan

3. Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin

Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan

You might also like