You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh

kuman atau bakteri, tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup

tidak sehat. Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks

yang berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Banyak

faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu, keluarga

maupun kesehatan masyarakat. Selain faktor tersebut kesehatan juga

dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan

atau genetik yang berpengaruh satu sama lainnya di dalam suatu masyarakat.

Faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan masyarakat yang optimum di dalam

lingkungannya pula. Lingkungan merupakan tempat bersarangnya dari

berbagai sumber penyakit bila tidak dilakukan pemeliharaan dengan baik

akibatnya lingkungan menjadi rusak dan manusia yang akan terkena

imbasnya dengan timbulnya berbagai penyakit yang dapat mengganggu

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, sehingga diperlukannya

1
penanganan yang khusus untuk menjadikan lingkungan yang kondusif yang

dapat menyehatkan masyarakat.

Lingkungan yang kondusif yaitu dengan terwujudnya keadaan sehat

fisik, mental, sosial, dan spiritual. Berbagai aspek lingkungan yang

membutuhkan perhatian adalah tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan

yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, dan lingkungan yang

memungkinkan kecukupan ruang gerak untuk interaksi psikososial yang

positif antar anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Beberapa

masalah lingkungan biologis yang perlu diantisipasi adalah pembukaan lahan

baru, pemukiman pengungsi, dan urbanisasi yang erat kaitannya dengan

penyebaran penyakit melalui vektor, perubahan kualitas udara karena polusi,

dan paparan terhadap bahan berbahaya lainnya. Peningkatan mutu lingkungan

mensyaratkan kerjasama dan perencanaan lintas sektor bahkan lintas negara

yang berwawasan kesehatan mayarakat. (GBHN, 1994-2004).

Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam

rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal ini

secara optimal diselenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah

setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat

yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan.

Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau

upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu,

sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan

2
pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di

bidang kesehatan.

Untuk mewujudkan keadaan sehat yang merupakan hak asasi dan juga

modal pembangunan nasional, perlu diselenggarakan pelayanan kesehatan.

Berbagai macam jenis pelayanan kesehatan dari yang terkecil hingga yang

terbesar yang sudah diberikan oleh pemerintah kini sudah tersebar luas

diberbagai wilayah yang memberikan pelayanan secara khusus untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Program ini bertujuan untuk

mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh

kembang anak, remaja, hingga lansia dan kelompok khusus dalam memenuhi

kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan untuk interaksi

social, serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari

lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga, dan

masyarakat yang optimal.

Selain dari peran masyarakat, peran perawat komunitas dalam

pembangunan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya manusia yang

sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan dalam Sistem

Kesehatan Nasional. Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat

merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga

kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan

kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Pelayanan promotif, untuk

meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan

kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang

3
berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian

masyarakat dalam pembangunan kesehatan dalam tingkat individu dan

keluarga yang merupakan sub sistem dari komunitas.

Melihat fenomena yang ada diatas maka program Studi Ilmu

Keperawatan instituto superior cristal memberi kesempatan kepada

mahasiswa untuk mewujudkan salah satu tridarma perguruan tinggi yaitu

pengabdian masyarakat melalui upaya menggalang dan membina peran serta

masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan serta dalam upaya

mempersiapkan tenaga profesional, maka Program instituto superior cristal

melakukan pengkajian keperawatan komunitas yang dilaksanakan pada bulan

03/07/2017 di Desa Cribas , Kecamatan manatuto vila, Kabupaten Manatuto.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif di Desa

Cribas, Kecamatan Manatuto vila, Kabupaten Manatuto.

2. Tujuan khusus

Secara khusus pengkajian keperawatan komunitas bertujuan untuk :

a. Melakukan pengkajian masalah kesehatan sampai analisa data di desa

Cribas, Kecamatan Manatuto vila, Kabupaten Manatuto.

4
b. Menentukan diagnosa keperawatan tentang masalah kesehatan yang

terdapat di wilayah Cribas, Kecamatan Manatuto vila, Kabupaten

Manatuto.

c. Menyusun rencana intervensi di wilayah Cribas, Kecamatan Manatuto

vila, Kabupaten manatuto.

C. Manfaat penelitian

Penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi :

1. Masyarakat RW(kaunua)

Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan

lingkungan dan perumahan, pendidikan, keselamatan dan transportasi,

permasalahan kesehatan yang ada serta pelayanan kesehatan dan sosial

yang ada di masyarakat Cribas, Kecamatan Manatuto vila, Kabupaten

Manatuto.

2. Mahasiswa

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman praktik secara

langsung dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas yang

mencakup individu, keluarga, kelompok dan komunitas khususnya di

Perumahan Cribas, Kecamatan Manatuto vila, Kabupaten Manatuo.

E. Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan asuhan keperawatan komunitas di perumahan Kribas
Kecamatan manatuto vila Kabupaten manatuto menggunakan pendekatan studi

5
pustaka dimana bahan penulisan di dapat dari literatur-literutur yang ada, dan data
berdasarkan hasil kuesioner, wawancara, observasi dan studi dokumentasi melalui
sumber-sumber yang dapat dipercaya dan di pertanggung jawabkan dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, manfaat dan
sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teori terdiri dari pelayanan kesehatan dan konsep
keperawatan komunitas.
3. BAB III Asuhan keperawatan komunitas di aldea kaunua Kecamatan
manatuto vila meliputi data demografi, Sub sitem komunitas, status kesehatan
komunitas, hasil wawancara, tabulasi data, dan asuhan keperawatan masalah
kesehatan komunitas.
4. BAB IV Pembahasan terdiri dari praktik keperawatan komunitas yang
meliputi tahap pengkajian, tahap rumusan diagnosa keperawatan, tahap
perencanaan, tahap implementasi dan tahap evaluasi serta hambatan dalam
pelaksanaan program dan rencana tindak lanjut.
5. BAB V Penutup berisi kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan utama adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan pada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik individu, keluarga maupun dalam masyarakat,
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat
dijangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance)
dan menemukan nasib sendiri (Effendi, 2003).
Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yakni:

6
a. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan,
yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami
ganggunan kesehatan atau kecelakaan.
b. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health
care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan
lebih lanjut atau rujukan ke rumah sakit umum.
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan
pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan
yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari
penyakit. Sebab itu, pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju
pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting
adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas
saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak
langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan. Bentuk-bentuk
pelayanan kesehatan tersebut antara lain berupa Posyandu, dana sehat,
polindes (poliklinik desa), pos obat desa (POD), pengembangan masyarakat
atau community development, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya
peningkatan pendapatan (income generating) dan sebagainya (Juanita, 2002).
1. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Nafsiah, 2000). Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan
dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan
bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat

7
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi
kesehatan pribadinya dan orang lain (Yayasan Obor Indonesia, 2006).
a. Kesehatan Menurut Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 yang dimaksud adalah:
1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
2) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.
3) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
4) Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
5) Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna
b. Tujuan Kesehatan Dalam Segala Aspek
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa,
yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan,
sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan
ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi
tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal
berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan
swasta secara bersama-sama.
c. Tujuan Pembangunan Kesehatan
Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan
untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut:

8
1) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya
sendiri dalam bidang kesehatan.
2) Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin
kesehatan.
3) Peningkatan status gizi masyarakat.
4) Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
5) Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin
diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

I. Konsep Keperawatan Komunitas


A. Pengertian
Keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

9
B. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Sebagai
sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,
keluarga dan masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan
keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga tersebut.
3. Masyarakat Sebagai Klien

10
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh
adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki
identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam
keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah
proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan
produktif. Menurut Hendrik L. Blum, ada empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan
dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan.
Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit
akibat kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah
ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit
asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang
satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

C. Tujuan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung
(direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks
komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang
dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.

1. Tujuan Umum

11
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di
panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko
tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di
rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal

D. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (2006) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga
tingkat yaitu:

1. Tingkat Individu

12
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l)
yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat
perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan
individu.

2. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan
sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
keluarga. Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat
difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu,
penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program,
penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga
dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil
yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang
dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan
ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi,
keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonatus
BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan
kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
3. Tingkat Komunitas

13
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
E. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan
kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun
resosialitatif.
a. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur,
rekreasi dan pendidikan seks.
b. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gang¬guan
kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat
melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui
posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A,
iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan, nifas dan
menyusui.
c. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit
atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit
dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas
atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis,
perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir.
d. Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dira¬wat
dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu
seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan
fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan
fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC,
dll.

14
e. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat
seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

F. Karakteristik Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu
pelayanan keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan
kelompok, fokus pelayanan utama adalah peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif
dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien
memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan
keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan
memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat
mengkaji dan mengintervensi klien dan lingkungannya dan pelayanan
didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi.
II. Proses Keperawatan Komunitas
Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan
kesehatan (di rumah, di Puskesmas) maka perawat melakukan praktik
keperawatan dengan cara menggunakan proses keperawatan komunitas.
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai
klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan
klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri
dari lima tahapan yaitu:
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang
bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien, yang perlu
dikaji adalah:
1. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri:
umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
2. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman):

15
a. Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan,
sirkulasi dan kepadatan.
b. Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan.
c. Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah
tidak menimbulkan stress.
d. Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan:
Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas
mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e. Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi.
f. System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah
UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
h. Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan
apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini
hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
3. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR,
serta cakupan imunisasi.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis
sebagai berikut :

16
1. Diagnosis Sejahtera
Diagnosis sejahtera/wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan,belum ada data maladaptif. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas potensial,hanya terdiri dari komponen
problem ( P ) saja, tanpa komponen etiologi ( E ).
2. Diagnosis Ancaman
Diagnosis resiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan
komunitas terdiri atas problem ( P ), etiologi ( E ) dan symptom/sign ( S ).
3. Diagnosis actual/gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/masalah
kesehatan di komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptif.
Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual terdiri atas problem (
P ), etiologi (E) dan symptom/sign (S).
Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan,
prioritas masalah kesehatan komunitas yang ada perlu ditetapkan bersama
masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya
mini masyarakat. Prioritas masalah dibuat berdasarkan kategori dapat
diatasi, kemudahan,dan kekhususan,mengingat banyaknya masalah yang
dihadapi di masyarakat. Pemilihan masalah ini sangat penting dilakukan,
agar implementasi yang dilakukan benar-benar bermanfaat bagi
masyarakat dan secara tidak langsung dapat membangun rasa percaya diri
dan kompetensi masyarakat untuk mengatasi masalah yang lain (
Bract,1990 dalam Helvie,1998 ). Penentuan prioritas masalah keperawatan
komunitas dapat dilakukan melalui metode :
1. Paper en Pencil Tool ( Ervin,2002 ).
Masalah Pentingnya Kemungkinan Peningkatan
masalah untuk Perubahan positif terhadap
dipecahkan : jika diatasi : kualitas hidup
1 Rendah 0 Tidak ada bila diatasi : Total

17
2 Sedang 1 Rendah 0 Tidak ada
3 Tinggi 2 Sedang 1 Rendah
3 Tinggi 2 Sedang

2. Skoring Diagnosis Keperawatan Komunitas (Depkes,2003)


Masalah A B C D E F G H Total
Keperawatan

Keterangan ; Pembobotan
A. Resiko Keparahan 1 Sangat Rendah
B. Minat masyarakat 2 Rendah
C. Kemungkinan diatasi 3 Cukup
D Waktu 4 Tinggi
E Dana 5 Sangat Tinggi
F Fasilitas
G Sumber Daya
H Tempat

C. Intervensi
Tahap selanjutnya menetapkan apa yang harus dilakukan untuk
membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah
menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang
telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka
ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam
menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi
masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.

18
D. Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya :
1. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan.
2. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang
gizi.
3. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi
terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu:
1. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan
pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum
serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi,
penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan
keluarga.
2. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit,
Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak,
memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti
mata, gigi, telinga, dll.
3. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk
melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.

19
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk
memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan,
peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan
penggunaannya serta keuntungan program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

20

You might also like