You are on page 1of 49

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

LAPORAN AKHIR PROFESI KEPERAWATAN KOMPREHENSIF


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ARTHRITIS
RHEUMATOID

KARYA ILMIAH AKHIR

OLEH:
MERSI SEPTI OKTAVIA
040648815177047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu
tampak pula pada semua system muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu dari
golongan reumatik yang sering menimbulkan gangguan muskuloskeletal adalah
arthritis rheumatoid (Fitriani, 2009).
Penderita artritis rheumatoid diseluruh dunia telah mencapai angka 355 juta
dari 2.130 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari
25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan
bahwa 20%, penduduk dunia terserang artritis rheumatoid. Dimana 5-10% adalah
mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono,
2010). Depkes (2012), Sekalipun belum ada angka pasti tentang jumlah penderita
rematik di Indonesia, diperkirakan hampir 80% penduduk yang berusia 40 tahun atau
lebih menderita gangguan otot dan tulang.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam berbagai tatanan pelayanan
kesehatan dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standar asuhan
keperawatan dengan lingkup wewenang, serta tanggung jawab keperawatan. Pasien
yang mengalami gangguan kesehatan pasti akan terganggu kehidupannya (Tarwoto,
2006). Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan, mencegah penyakit (pencegahan primer), penyembuhan (pencegahan
sekunder), pemulihan (pencegahan tersier) serta pemeliharaan kesehatan dengan
penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama untuk memungkinkan setiap
penduduk mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif (Nursalam, 2001).
Penanganan penderita artritis rheumatoid difokuskan pada cara mengontrol
rasa sakit, mengurangi kerusakan sendi, dan meningkatkan rentang gerak atau
mempertahankan fungsi dan kualitas hidup. Penanganan untuk rematik dapat meliputi
terapi farmakologis (obat-obatan),nonfarmakologis dan tindakan operasi (Purwoastuti,
2009). Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada anggota
keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan dan sebagai fasilitator agar pelayanan

2
kesehatan mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat menampung
permasalahan yang dihadapi keluarga serta membantu mencarikan jalan
pemecahannya. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat berupa
terapi nonfarmaklogi. Beberapa manajemen nonfarmakologis untuk nyeri yang sudah
dikenal adalah kompres, distraksi, relaksasi, dan masase (Smeltzer & Bare, 2001).
Pada tingkat pencegahan sekunder perawat dapat melakukan intervensi untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek waktu sakit dan
tingkat keparahan. Berdasarkan hasil telaah jurnal, terdapat beberapa intervensi
nonfarmakologi berikut untuk menangani penyakit artritis rheumatoid yaitu masase
dan tekhnik napas dalam. Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam
membantu klien dalam mengurangi dan mengatasi masalah keperawatan pada klien
yang menderita artritis rheumatoid

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memaparkan tentang asuhan keperawatan pada klien penderita artritis
rheumatoid
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian klien dengan artritis rheumatoid
b. Mengetahui gambaran masalah keperawatan yang terjadi pada klien dengan
artritis rheumatoid
c. Mengetahui gambaran rencana asuhan keperawatan (tujuan, intervensi dan
rasional) pada klien dengan artritis rheumatoid
d. Mengetahui gambaran implementasi keperawatan pada klien dengan artritis
rheumatoid
e. Mengetahui gambaran evaluasi keperawatan pada klien dengan artritis
rheumatoid

C. Manfaat penulisan

Hasil penulisan karya ilmiah akhir ini kelak dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan dalam ruang lingkup keperawatan. Karya ilmiah akhir ini dapat

dipergunakan untuk mahasiswa dan instansi pendidikan keperawatan.

1. Bagi mahasiswa

Karya ilmiah akhir ini dapat menambah wacana bagi mahasiswa kesehatan

khususnya mahasiswa keperawatan dalam mempelajari konsep maupun praktik

3
asuhan keperawatan pada klien dengan artritis rheumatoid. Mahasiswa

keperawatan diharapkan mampu mempraktikkan asuhan keperawatan dengan tepat

pada klien dengan rematik saat praktik di lapangan dengan pemahaman yang baik

terhadap asuhan keperawatan tersebut.

2. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Informasi dari karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat berguna bagi instansi

pendidikan PSIK FK UNSRI sebagai laporan hasil asuhan keperawatan mahasiswa

profesi ners pada klien dengan Rheumatoid arthritis. Instansi juga dapat

menggunakan karya ilmiah ini sebagai sumber referensi bagi peserta didik,

terutama yang sedang mengikuti mata kuliah keperawatan medical bedah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
A. Definisi
Rematik atau pegal linu juga merupakan penyakit degeneratif yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya,
disertai proliferasi dari tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar daerah yang
terkena (Priyanto, 2009).
RA merupakan salah satu kelainan multisistem yang etiologinya belum
diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis (Helmi, 2012).
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik yang kronis dan terutama
menyerang persendian, otot-otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah yang ada
disekitarnya. (Kowalak, 2011).
Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi
sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis)
(Pradana, 2012).
Jadi Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronis oleh
kerusakan dan proliferasi membran synovial yang dapat menyerang persendian, otot-
otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah yang ada disekitarnya.

B. Etiologi
Faktor penyebab dari penyakit ini belumdiketahui dengan pasti. Namun,
faktor genetik seperti produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR)
dan beberapa faktor lingkungan diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Faktor
genetik seperti kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR), dari beberapa
data penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mengemban HLA-DR4 memiliki
resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini. Rematik/pegal linu pada pasien
kembar lebih sering dijumpai pada kembar monozygotic dibandingkan kembar
dizygotic (Sudoyo dkk, 2007).
Dari berbagai observasi menunjukkan dugaan bahwa hormon seks
merupakansalah satu faktor predisposisi penyakit ini. Hubungan hormon seks dengan
rematik/pegal linu sebagai penyebabnya dapat dilihat dari prevalensi penderitanya
yaitu 3 kali lebih banyak diderita kaum wanita dibandingkan dari kaum pria. Faktor
infeksi sebagai penyebab rematik/pegal linu timbul karena umumnya onset penyakit
ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang
mencolok. Dengan demikian timbul dugaan kuat bahwa penyakit ini sangat mungkin
disebabkan oleh tercetusnya suatu proses autoimun oleh suatu antigen tunggal atau
beberapa antigen tertentu saja. Agen infeksius yang diduga sebagai penyebabnya
adalah bakteri, mycoplasma, atau virus (Sudoyo dkk, 2007).

5
Menurut Priyatno (2009) beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan
dengan rematik ataupun pegal linu, antara lain;
1. Usia di atas 40 tahun dan prevalensi pada wanita lebih tinggi
2. Genetik
3. Kegemukan dan penyakit metabolik
4. Cedera sendi yang berulang
5. Kepadatan tulang berkurang (osteoporosis)
6. Beban sendi yang terlalu berat (olah raga atau kerja tertentu)
7. Kelainan pertumbuhan (kelainan sel-sel yang membentuk tulang rawan, seperti
kolagen dan proteoglikan).

C. Manifestasi Klinis
Menurut Sudoyo dkk ( 2007), gejala klinis utama adalah poliartritis yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan sendi dan tulang disekitarnya.
Kerusakan ini terutama mengenai sendi perifer pada tangan dan kaki yang umumnya
bersifat simetris. Gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-
mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan
perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morningstiffness) dan
gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebihdari 30 menit dan dapat
berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan osteoartritis yang biasanyatidak berlangsung lama
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan

6
Hampir semua penderita rematik pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).

D. Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002)
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian
kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus
menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 2006)

7
Patoflow
Faktor pencetus : Bakteri, mikroplasma, atau virus

Penyakit autoimun Menginfeksi sendi secara antigenik

Predisposisi Individu yang mengidap AR Reaksi autoimun dalam jaringan


genetik membentuk antibody IgM synovial (antibody IgG)

Pelepasan Faktor Reumatoid (FR) Respon IgG awal


menghancurkan
mikroorganisme
FR menempati dikapsula sendi

Inflamasi kronis pada tendon, ligament juga terjadi deruksi jaringan

Akumulasi sel darah putih Fagositosis ekstensif Pembentukan jaringan parut

Terbentuk nodul-nodul Pemecahan kolagen Kekakuan sendi


rematoid

Edema, poliferasi, Rentang gerak


Kerusakan sendi progresif membrane sinovial berkurang

Atrofi otot
8
Deformitas sendi
Membrane sinovium
menebal dan hipertropi Dx : Gangguan
Dx : Kerusakan Mobilitas CitraTubuh
fisik
Panus

Kartilago dirusak Hambatan aliran darah

Nekrosis sel

Dx : nyeri
Erosi sendi dan tulang nyeri
kronis

Menghilangnya
permukaan sendi
Dx : Kurang
pengetahuan
Penurunan mengenai
Dx : Kurang
elastis dan penyakit
Perawatan diri
kontraksi otot

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Priyatno (2009) antara lain :
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan
penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua
komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks,
sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan
ini harus dilakukan secara terus-menerus.

b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada
masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang
diikuti oleh masa istirahat.
c. Menganjurkan pasien untuk mengurangi berat badan jika kegemukan.
d. Penggunaan alat bantu sendi dan alat bantu berjalan.
e. Fisioterapi dan olah raga yang tepat (peregangan dan penguatan) untuk
membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya
gerak sendi, dan kekuatan otot.

9
f. Kompres panas/dingin dan latihan untuk memelihara sendi, mengurangi nyeri,
dan kekakuan.
g. Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin, kondrotin yang
berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi.
2. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi menggunakan obat umumnya bersifat simtomatik, yaitu menggunakan
analgetika dan antiinflamasi.
1) Analgetika
Beberapa obat yang efektif untuk rematik/pegal linu adalah;
a) Asetaminofen (parasetamol) Merupakan obat yang penting untuk
analgetik pada nyeri yang ringan sampai sedang yang tidak disertai
inflamasi. Obat ini bekerja menghambat sintesis prostaglandin (PG) di
sistem saraf pusat melalui penghambatan COX, tetapi tidak
menghambat PG di perifer.
b) Aspirin Aspirin mempunyai 3 efek, analgetik, antipiretik, dan
antiinflamasi, bahkan pada dosis rendah juga bermanfaat sebagai
antitrombosis. Efek analgetik dan antiinflamasinya karena dapat
menghambat prostaglandin dan juga menghambat simulasi nyeri pada
bagian subkortikal. Dapat menyebabkan iritasi lambung dari derajat
ringan hingga berat. Untuk meminimalisirnya obat ini harus diminum
bersama makan atau minum susu.
c) Capsaisin Merupakan ekstrak etanol dari cabe merah yang dapat
mengurangi nyeri ketika dioleskan pada permukaan sendi yang
terkena. Obat ini dapat dipakai sendirian atau dikombinasikan dengan
OAINS.
2) Antiinflamasi
Ada dua jenis antiinflamasi yang dapat dugunakan, yaitu;
a) Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS)
OAINS mempunyai efek analgetika pada dosis rendah dan antiinflamasi
pada dosis yang lebih tinggi. Efek analgetik timbul 1-2 jam setelah
pemakaian dan efek antiinflamasinya timbul pada waktu yang lebih
lama. Efek antiinflamasinya timbul karena OAINS dapat menghambat
enzim cyclooxygenase (COX) yang berfungsi dalam mengkonversi
asam arakidonat menjadi prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin.
Mekanisme lain kemungkinan mempengaruhi mediator inflamasi lain
seperti bradikinin, histamin, dan serotonin, serta memodulasi sel T,
stabilisasi membran lisosom, dan menghambat kemotaksis. Efek
antipiretinya dikaitkan dengan menghambat pirogen (IL-1) yang
10
menginduksi PG di hipotalamus dan resetting pada sistem
termoregulator, menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan hilangnya
panas.
b) Glukokortikoid
Glukokortikoid bekerja menghambat konversi fosfolipid menjadi asam
arakidonat dan asam arakidonat menjadi leukotrien melalui
kemampuannya mengikat enzim lipogenase. Leukotrien adalah zat
kemotaktik yang akan menyebabkan fagositosis berlebihan. Namun,
penggunaannya tidak dianjurkan karena terbukti tidak efektif dan pada
pemakaian jangka panjang berbahaya.
b. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat
alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis
pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya
sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan
sebagainya.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan cairan synovial :
a. Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang menggambarkan
peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses inflamasi yang
didominasi oleh sel neutrophil (65%).
c. Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan berbanding
terbalik dengan cairan sinovium.
2. Pemeriksaan darah tepi :
a. Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila terdapat
splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s Syndrome.
b. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
3. Pemeriksaan kadar sero-imunologi :
a. Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita dengan
nodul subkutan.
b. Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis rheumatoid
dini.

G. Asuhan Keperawatan
11
1. Pengkajian
Menurut Dongoes (2000) pengkajian klien rheumatoid arthritisi adalah sebagai

berikut :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk

dengan stress pada sendi; kekakuan sendi pada pagi hari, biasanya terjadi

secara bilateral dan simetris. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada

gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan

kelelahan yang hebat.


Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit;

kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.


b. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat intermitten,

sianotik, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.


c. Integritas Ego
Gejala : Faktor-faktor stress akut/kronis, misal finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial. Keputusasaan dan ketidak

berdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri misal

ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.


Tanda : letupan suasana hati, gelisah, peyempitan kontineu perhatian,

tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan

pola bicara

d. Makanan/Cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi

makan/cairan adekuat; mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.


Tanda : Penurunan berat badan, dan membran mukosa kering.
e. Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada

jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
f. Nyeri/ Ketidaknyamanan

12
Gejala : Fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan

jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada

pagi hari).
g. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,

dispnea nocyural proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat

merokok
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi

napas tambahan, sianosis


h. Keamanan
Gejala : Kulit mengilat, tegang; nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,

kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan

menetap, kekeringan pada mata, dan membran mukosa.


i. Hiegiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan

pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain.


2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis

(Doengoes, 2000) adalah sebagai berikut


a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/

proses inflamasi, destruksi sendi.


b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,

nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan

otot.
c. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan

perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan

penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.


d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal,

penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.


e. Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan

interpretasi informasi.

13
14
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan + Kriteria Rasional
No Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Mandiri
berhubungan tindakan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui perkembangan klien
dengan proses 3x24jam diharapkan 2. Kaji skala nyeri, lokasi, 2. Membantu dalam menentukan kebutuhan
inflamasi sendi rasanyeri pasien dapat intensitas, dan respon nonverbal menejemen nyeri dan efektifitas program
terkontrol/teratasi saat nyeri
3. Sarankan kelayan menggunakan 3. matras yang lembut/empuk, bantal yang
KH :
matras / kasur keras dan bantal besar akan mencegah pemeliharaan
DS
kecil kesejajaran tubuh yang tepat,
- Klien mengatakan
menempatkan stres pada sendi yang sakit
nyeri berkurang atau 4. Dorong klien untuk mengubah 4. Mencegah terjadinga kelelahan umum
hilang posisi dan kekakuan sendi dan mengurangi
DO nyeri pada sendi.
- Klien merasa nyaman 5. Bantu klien untuk mendapatkan 5. pada penyakit yang berat, tirah baring
posisi yang nyaman mungkin diperlukan untuk membatasi
- KU : membaik nyeri
- TTV normal : TD 6. Ajarkan menejemen nyeri, seperti 6. meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
tekhnik relaksasi kontrol dan kemampuan koping
120/80 mmHg, N : 7. Berikan terapi nonfarmakologis : 7. masase lembut untuk meningkatkan
60-100 x/m, RR : 16- masase lembut relaksasi dan mengurangi nyeri
20 x/m, Suhu 36,5 –
37,5 C. Kolaborasi
- Skala nyeri Berikan obat-obat sesuai
Menurunkan rasa nyeri
petunjuk seperti: Asetilsalisilat
berkurang / 0-1 (aspirin),D penisilamin (Cuprimine),
Antasida

2 Kerusakan Setelah dilakukan Mandiri

15
mobilitas fisik tindakan keperawatan 1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan 1. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
berhubungan 3x24 jam diharapkan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada perkembangan/ resolusi dari peoses
dengan klien dapat beraktivitas sendi inflamasi
deformitas dan tanpa gangguan 2. Pertahankan istirahat tirah baring/ 2. Istirahat sistemik dianjurkan selama
skeletal ketidaknyamanan duduk jika diperlukan jadwal eksaserbasi akut dan seluruh fase
KH : aktivitas untuk memberikan periode penyakit yang penting untuk mencegah
DS : istirahat yang terus menerus dan kelelahan mempertahankan kekuatan
- Klien mengatakan tidur malam hari yang tidak
terganmggu.
nyeri berkurang atau 3. Bantu dengan rentang gerak 3. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
hilang dan tidak aktif/pasif, demikian juga latihan sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
mengalami kesulitan resistif dan isometris jika Catatan : latihan tidak adekuat
beraktivitas memungkinkan menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
DO aktivitas yang berlebihan dapat merusak
- Klien merasa nyaman sendi
4. Posisikan dengan bantal, kantung 4. Meningkatkan stabilitas (mengurangi
- KU : membaik
pasir, gulungan trokanter, bebat, resiko cidera) dan memerptahankan
- Klien tampak mampu brace posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
beraktivitas seperti 5. Dorong klien mempertahankan 5. Memaksimalkan fungsi sendi
biasa postur tegak dan duduk tinggi,
- Klien tampak berdiri, berjalan
nyaman 6. Berikan lingkungan yang aman, 6. Menghindari cidera akibat jatuh/
- TTV normal : TD misalnya menggunakan alat bantu kecelakaan
mobilitas
120/80 mmHg, N :
60-100 x/m, RR : 16-
20 x/m, Suhu 36,5 – Kolaborasi
37,5 C. Kolaborasi dalam pemberian obat
Untuk mengatasi reumatik/ untuk menekan
antireumatik / steroid

16
- Skala nyeri inflamasi sistemik akut
berkurang

3 Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Dorong pengungkapan mengenai 1. Berikan kesempatan untuk
tubuh tindakan keperawatan masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan
berhubungan 3x24 jam diharapkan harapan masa depan konsep dan menghadapinya secara
dengan klien mampu langsung
perubahan meningkatkan percaya 2. Diskusikan arti dari kehilangan/ 2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
kemampuan diri dalam kemampuan perubahan pada pasien/orang mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
untuk melakukan untuk menghadapi terdekat. Memastikan bagaimana dengan orang lain akan menentukan
tugas-tugas penyakit dan dapat pandangaqn pribadi pasien dalam kebutuhan terhadap intervensi
umum beraktivitas secara memfungsikan gaya hidup.
3. Diskusikan persepsi pasien mengenai 3. Isyarat verbal/non verbal orang terdekat
normal
bagaimana orang terdekat menerima dapat mempunyai pengaruh mayor pada
KH :
keterbatasan. bagaimana pasien memandang dirinya
Mengungkapkan
sendiri
peningkatan rasa percaya 4. Akui dan terima perasaan berduka, 4. Nyeri konstan akan melelahkan, dan
diri dalam kemampuan bermusuhan, ketergantungan perasaan marah dan bermusuhan umum
untuk menghadapi
terjad
penyakit, perubahan pada 5. Perhatikan perilaku menarik diri, 5. Dapat menunjukkan emosional ataupun
gaya hidup, dan penggunaan menyangkal atau terlalu metode koping maladaptive,
kemungkinan memperhatikan perubahan membutuhkan intervensi lebih lanjut
keterbatasan 6. Susun batasan pada perilaku mal 6. Membantu pasien untuk mempertahankan
adaptif. Bantu pasien untuk kontrol diri, yang dapat meningkatkan
mengidentifikasi perilaku positif perasaan harga diri
yang dapat membantu koping

4 Defisit Setelah dilakukan Mandiri


perawatan diri tindakan keperawatan 1. Diskusikan dengan klien tingkat 1. Klien mungkin dapat melanjutkan

17
berhubungan 3x24 jam diharapkan fungsional umum sebelum aktivitas umum dengan melakukan
dengan klien dapat melakukan timbulnya/eksaserbasi penyakit dan adaptasi yang diperlukan pada
kerusakan perawatan diri sesuai resiko perubahan yang diantisipasi keterbatasan saat ini.
muskuloskeletal, kemampuannya 2. Pertahankan mobilitas, control 2. Mendukung kemandirian fisik/emosional
penurunan Kriteria Hasil : terhadap nyeri, dan program latihan. klien.
kekuatan, daya DS : 3. Kaji hambatan klien dalam partisipasi 3. Menyiapkan klien untuk meningkatkan
Klien mengatakan perawatan diri. Identifikasi/buat kemandirian, yang akan meningkatkan
tahan, nyeri saat
mampu melakukan rencana untuk modifikasi lingkungan. harga diri
bergerak atau
perawatan diri sesuai
depresi.
kemampuan Kolaborasi
DO : 1. Konsultasi dengan ahli terapi 1. Berguna dalam menentukan alat bantu
- Klien melaksanakan okupasi. untuk memenuhi kebutuhan individual,
missal memasang kancing, menggunakan
aktivitas perawatan
alat bantu, emmakai sepatu, atau
diri pada tingkat yang
menggantungkan pgangan untuk mandi
konsisten dengan
pancuran.
kemampuan 2. Mengatur evaluasi kesehatan di 2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang
individual. rumah sebelum dan setelah mungkin dihadapi karena tingkat
- Klien
pemulangan. ketidakmampuan actual. Memberikan
mendemonstrasikan lebih banyak keberhasilan usaha tim
perubahan teknik/ dengan orang lan yang ikut serta dalam
gaya hidup untuk perawatan, missal tim terapi okupasi.
memenuhi kebutuhan 3. Membuat jadwal konsul dengan 3. Klien mungkin membutuhkan berbagai
perawatan diri. lembaga lainnya, missal pelayanan bantuan tambahan utnuk partisipasi
- Klien mampu perawatan di rumah, ahli nutrisi situasi di rumah.
mengidentifikasi
sumber-sumber
pribadi/ komunitas
yang dapat memenuhi

18
kebutuhan perawatan
diri.

5 Kurang Setelah dilakukan Mandiri


pengetahuan/keb tindakan keperawatan 1. Tinjau proses penyakit, prognosis, 1. Memberikan pengetahuan di mana klien
utuhan belajar 3x24 jam diharapkan dan harapan masa depan. dapat membuat pilihan berdasarkan
mengenai klien mampu informasi yang disampaikan.
penyakit, memahami/menjelaskan 2. Diskusikan kebiasaan klien dalam 2. Tujuan control penyakit adalh untuk
prognosis, dan mengenai penyakit, penatalaksanaan proses sakit melalui menekan inflamasi sendi/jaringan lain
pengobatan prognosis dan diet, obat-obatan, serta program diet guna mempertahankan fungsi sendi dan
berhubungan perawatannya. seimbang, latihan, dan istirahat. mencegah deformitas.
Kriteria Hasil : 3. Memberikan striuktur dan megurangi
dengan kurang 3. Bantu klien dalam merencanakan
DS : ansietas pada waktu menangani proses
pemanjanan/men jadwal aktivitas yang realistis,
Klien mengatakan penyakit kronis yang kompleks.
gingat, kesalahan periode istirahat, perawatan diri,
memahami mengenai
interprestasi pemberian obat-obatan, terapi fisik,
penyakit, prognosis dan
informasi. dan menajemen stress. 4. Keuntungan dari terapi obat-obatan
perawatannya
4. Tekankan pentingnya melanjutkan tergantung ketepatan dosis.
DO :
- Menunjukkan manajemen farmakoteraupeutik 5. Preparat bersalut/dibufer di cerna dengan
5. Rekomendasikan penggunaan makanan, meminimalkan iritasi gaster,
pemahaman tentang aspiran bersalut/dibuper enteric atau mengurangi resiko perdarahan.
kondisi/ prognosis, salisilat (anthorpan) atai kolin
perawatan. magnesium trisalisilat (trilisate). 6. Membatasi iritasi gaster.
- Klien mampu 6. Anjurkan klien untuk mencerna
mengembangkan obat-obatan dengan makanan, susu
7. Memperpanjang dan memaksimalkan
rencana untuk atau antasida.
dosis aspirin dapat mengakibatkan takar
perawatan diri, 7. Identifikasi efek samping obat-
lajak (overdosis).
termasuk modifikasi obatan yang merugikan, missal
gaya hidup yang tinnitus, intoleransi lambung,

19
konsisten dengan perdarahan gastrointestinal, dann 8. Banyak produk mengandung salisilat
mobilitas dan atau ruam purpurik. tersembunyi (missal obat diare) yang
pembatasan aktivitas 8. Tekankan pentingnya membaca dapat meningkatkan resiko overdosis
label produk dan mengurangi obat/efek samping yang berbahaya
penggunaan obat yang dijual bebas 9. Meningkatkan perasaan sehat.
tanpa persetujuan dokter.
9. Tinjau pentingnya diet yang
seimbang dengan makanan yang 10. Penurunan berat badan akan mengurangi
banyak mengandung vitamin, tekanan pada sendi.
protein, dan zat besi.
10. Dorong klien yang obesitas untuk
menurunkan berat badan dan 11. Mengurangi paksaan untuk menggunakan
berikan informasi penurunan berat sendi dan memungkinkan individu untuk
badan sesuai kebutuhan. ikut serta secara lebih nyaman dalam
11. Berikan informasi menganai alat aktivitas yang dibutuhkan
bantu, missal bermain barang-
barang yang bergerak, tongkat untuk
12. Mencegah kepenatan
mengambil, piring-piring ringan,
tempat duduk toilet yang dapat
dinaikkan, palang palang keamanan
12. Diskusikan teknik menghemat 13. Mekanika tubuh yang baik harus menjadi
energy, kisal duduk lebih baik bagian dari gaya hidup klien untuk
daripada berdiri dalam menyiapkan mengurangi takanan sendi dan nyeri.
makanan dan mandi.
13. Dorong klien untuk menpertahankan
posisi tubuh yang benar, baik saat 14. Mengurangi resiko iritsai/kerusakan kulit.
istirahat maupun saat aktivitas,
missal menjaga sendi tetap

20
meregang, tidak fleksi.
14. Tinjau perlunya inspeksi sering pada
kulit dan lakukan perawatan kulut
lainnya di bawah bebat, gips, alat
penyokong. Tunjukkan pemberian
bantalan yang tepat.

21
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R

DENGAN ARTRITIS RHEUMATOID

A. GAMBARAN KASUS KELOLAAN UTAMA


1. Gambaran Kasus
Tn. R berusia 58 tahun merupakan anak keempat dari tigabelas bersaudara.
Tn.R sudah menikah dan memiliki 5 orang anak yaitu 3 laki-laki dan 2 perempuan.
Klien mengatakan nyeri dibagian kaki, sulit melakukan aktivitas seperti biasa. Jadi
Tn. R istirahat dirumah saja. Klien mengatakan dia mempunyai riwayat diabetes
mellitus. Pada saat Tn.R merasa nyeri di lutut kaki Tn.R dibawa ke puskesmas
terdekat untuk berobat dan didapatkan bahwa Tn.R menderita penyakit rematik
(tanggal 13 Desember 2016). Tn. Ha mengatakan memang dia sudah menderita
penyakit rematik kurang lebih dari 10 tahun yang lalu.

2. Asuhan Keperawatan
b. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. R
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. Raya baturaja Km 12 Dusun IV Desa Sukamerindu
Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim
Agama : Islam
Suku Bangsa : Palembang
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pensiun PNS
Status perkawinan : Kawin
Tanggal pengkajian : 15 Desember 2016

Keluarga terdekat yang dapat segera dihubungi


Nama : Ny. N (Istri)
Pekerjaan : dagang
Alamat : Jl. Raya baturaja Km 12 Dusun IV Desa Sukamerindu

22
Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim
c. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri dibagian kaki, sulit melakukan aktivitas seperti biasa
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sudah 4 hari mengalami sakit dibagian kaki terutama dilutut
kanan. Nyeri pada lutut terkadang menjalar kepunggung, skala nyeri 6, nyeri
terjadi saat pagi setelah bangun tidur dan di malam hari. Klien mengatakan
menjadi sulit beraktivitas.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan, di riwayat kesehatan keluarganya belum pernah ada yang
menderita penyakit rematik. Keluarga klien juga mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan maupun penyakit menular lainnya.

Genogram

H.

Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki

: Meninggal

: Serumah

e. Riwayat Keadaan Psikososial


Klien mengatakan keluarganya selalu mendukungnya dan memberi semangat

kepadanya untuk tetap sehat, oleh karena itu klien merasa dirinya masih

dibutuhkan didalam keluarganya. Jika klien sakit keluarganya selalu memenuhi

kebutuhannya seperti membawa klien ke fasilitas kesehatan, menrawat klien dan

menjaga klien dengan penuh kasih sayang. Hubungan klien dengan keluarga

sangat baik, terbukti jika klien sakit anaknya bergantian menjaganya selama di

23
Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, jika klien

dirawat tetangga akan menjenguknya.


f. Aspek Spiritual
Klien dan keluarga beragama islam, menurut keluarga selama sehatnya dan sakit

klien rajin beribadah. Klien mengatakan jika klien tidak mampu sholat berdiri

maka klien akan sholat sambil duduk atau dalm posisi berbaring. Klien sangat

optimis untuk cepat sembuh dan klien selalu berharap dan berdoa kepada Allah

SWT
g. Pegkajian Umum dan Fokus
1) Tanda-tanda Vital
a) Tingkat Kesadaran
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4M6V5
Respon Buka mata (4) : Spontan
Respon Motorik (6) : Sesuai perintah
Respon Verbal (5) : Normal ( sesuai dan benar)
b) Tekanan darah : 130/80 mmHg
c) Nadi : 60 x/menit
d) Suhu : 37,1 C
e) Frekuensi pernafasan : 22 x/menit

2) Data Antopometri
a) Berat badan : 95 Kg
b) Tinggi badan : 168 cm
c) Lingkar lengan ats : 40 cm

3) Aktivitas Dan Istirahat


DS :
- Klien mengatakan aktivitasnya terganggu, mudah merasa keletihan.
- Klien mengatakan Tidur siang : 2 jam pukul 14,00-16.00 dan tidur

malam : 6-7 jam jam pukul 10.00 – 05.00. saat sakit klien sesekali
terbangun dimalam hari
- Klien mengatakan aktivitas yang bisa dilakukan saat ini yaitu istirahat

dirumah

DO
- Klien terlihat tampak lemas, susah beraktivitas dan tampak kelelahan

4) Sirkulasi
DS
klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit jantung.

24
DO
- TD 130/80 mmHg, RR 22 x/menit, HR 60x/m
- CRT < 3 detik,
- tidak ada edema, warna kulit normal, akral hangat,
- nyeri pada sendi kaki dan sulit digerakan,
- Mukosa bibir lembab
- konjungtiva merah muda, sclera ikterik

5) Integritas Ego
DS :
Klien mengatakan klien beragama islam dan menjalankan sholat lima waktu.
Klien mengatakan cemas dengan penyakit yang dialami nya dan mau
berobat agar bisa sembuh, tidak mengalami kesulitan berjalan apalagi
sampai mengalami kelumpuhan.

DO :
Klien tampak cemas dan takut dengan penyakit yang dialami nya, raut wajah
klien tampak lemas dan pucat.

6) Eliminasi
DS :
Klien mengatakan tidak ada gangguan pada BAB dan BAK
Klien mengatakan BAB 1 x/ hari, konsistensi fecec lunak, berwarna kuning.
Dan BAK 6-7 x/hari, warna kuning, bau amoniak.

7) Makanan/ cairan
DS :
Klien mengatakan makan 3x sehari dan minum 6-7 gelas perhari. Tidak ada
keluhan mual muntah ataupun tidak nafsu makan.
DO :
- klien mampu menghabiskan 1 porsi makananan yang diberikan.
- Turgor kulit baik, CRT < 3 detik.

8) Hygiene
DS :
- Klien mengatakan sulit beraktivitas secara mandiri dan perlu dibantu saat

nyeri sendi kambuh.


- Klien mengatakan tidak mampu mandi secara mandiri 2x/hari, tidak

mampu BAK dan BAB mandiri, namun klien mampu makan dan
berpakaian sendiri.

25
DO :
- Klien tampak rapi dan bersih,
- saat aktivitas seperti mandi, BAB dan BAK masih butuh bantuan orang

lain.

9) Neurosensori
DS :
Klien mengatakan kebas / kesemutan pada kaki, nyeri pada lutut kaki
DO :
Klien tampak meringis memegang lutut

10) Nyeri/ Ketidaknyamanan


DS :
Klien mengatakan nyeri dibagian lutut kaki, skala nyeri 6, nyeri hilang
timbul seperti ditusuk-tusuk terkadang menjalar ke pinggang.
DO :
Klien tampak meringis kesakitan sambil memegang lutut

11) Pernapasan
DS :
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit pernapasan
DO :
Suara paru bronchial, pola nafas vesikuler, tidak ada batuk, tidak ada nyeri,
kemampuan melakukan aktivitas normal, pergerakan dinding dada simetris,
tidak mengguanakan alat bantu pernafasan.

h. Terapi Saat Ini


Saat ini klien mendapatkan terapi piroxikam

3. Analisa Data
Analisa Data Masalah
Data (Pohon Masalah)
Keperawatan
DS: Faktor metabolisme/ Nyeri
penuaan
Klien mengatakan nyeri dikaki terutama

26
dibagian lutut kaki dan terkadang menjalar Inflamasi kronis pada
tendon ligamen dan
ke pinggang
terjadi difusi jaringan

Mestimulasi histamin,
DO:
bradikinin,
- Klien tampah meringis prostaglandin afferen

- Ku : Lemah Medula spinalis

- Skala nyeri : 6, bagian kaki dari lutut Hipotalamus

sampai kejari,nyeri hilang timbul Kortek serebri

seperti ditusuk, nyeri sangat terasa Afferen


dipagi dan malam hari
Nyeri
- TTV : TD 130/80 mmHg, RR 22 x/m.

HR 60x/m, Suhu 37,1 C

Faktor metabolisme/ Kerusakan


penuaan mobilitas fisik
DS:
- Klien mengatakan sulit melakukan masuk saluran
pernapasan atas
aktivitas karena nyeri pada sendi Inflamasi kronis pada
tendon ligamen dan
- Klien merasa tidak nyaman terjadi difusi jaringan

Penimbunan leukosit
DO:
Terbentuknya nodus
- Klien tampak gelisah rheumatoid ekstra
sinovium
- Klien tampak membatasi aktivitas
Kerusakan sendi
geraknya progresif
- Ku : lemah Kerusakan mobilitas
fisik
- TTV : TD 130/80 mmHg, RR 22 Faktor metabolisme/ Gangguan citra
penuaan tubuh
x/m. HR 60x/m, Suhu 37,1 C
Inflamasi kronis pada
tendon ligamen dan
terjadi difusi jaringan
DS :
Pembentukan jaringan

27
klien mengatakan kaki nya sulit digerakan parut
karena nyeri
Kekakuan sendi
Klien mengatakan aktivitas seperti mandi,
Rentang gerak
BAK dan BAB dibantu orang lain.
berkurang

Atrofi otot
DO:
- Wajah klien tampak lesu gangguan citra tubuh
- Klien tampak tidak berdaya
- Klien tampak ketergantungan

dengan orang lain


- Skala nyeri : 6, bagian kaki dari lutut

sampai kejari,nyeri hilang timbul


seperti ditusuk, nyeri sangat terasa
dipagi dan malam hari
- TTV : TD 130/80 mmHg, RR 22

x/m. HR 60x/m, Suhu 37,1 C

4. Masalah Keperawatan
a. Nyeri
b. Kerusakan mobilitas fisik
c. Gangguan citra tubuh

5. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan proses inflamasi sendi
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas umum

28
6. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan + Kriteria Rasional


No Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Mandiri
berhubungan tindakan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui perkembangan klien
dengan proses 3x24jam diharapkan 2. Kaji skala nyeri, lokasi, 2. Membantu dalam menentukan kebutuhan
inflamasi sendi rasanyeri pasien dapat intensitas, dan respon nonverbal menejemen nyeri dan efektifitas program
terkontrol/teratasi saat nyeri
KH : 3. Sarankan kelayan menggunakan 3. matras yang lembut/empuk, bantal yang
matras / kasur keras dan bantal besar akan mencegah pemeliharaan
DS
kecil kesejajaran tubuh yang tepat,
- Klien mengatakan
menempatkan stres pada sendi yang sakit
nyeri berkurang atau 4. Dorong klien untuk mengubah 4. Mencegah terjadinga kelelahan umum
hilang posisi dan kekakuan sendi dan mengurangi
DO nyeri pada sendi.
- Klien merasa nyaman 5. Bantu klien untuk mendapatkan 5. pada penyakit yang berat, tirah baring
posisi yang nyaman mungkin diperlukan untuk membatasi
- KU : membaik nyeri
- TTV normal : TD 6. Berikan terapi nonfarmakologis : 6. masase lembut dan ROMuntuk
masase lembut, ROM meningkatkan relaksasi dan mengurangi
120/80 mmHg, N : nyeri
60-100 x/m, RR : 16- Kolaborasi
20 x/m, Suhu 36,5 – Berikan obat-obat sesuai
37,5 C. petunjuk seperti: Asetilsalisilat
Menurunkan rasa nyeri
- Skala nyeri (aspirin),D penisilamin (Cuprimine),
Antasida
berkurang / 0-1

29
2 Kerusakan Setelah dilakukan Mandiri
mobilitas fisik tindakan keperawatan 1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan 1. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
berhubungan 3x24 jam diharapkan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada perkembangan/ resolusi dari peoses
dengan klien dapat beraktivitas sendi inflamasi
deformitas dan tanpa gangguan 2. Pertahankan istirahat tirah baring/ 2. Istirahat sistemik dianjurkan selama
skeletal ketidaknyamanan duduk jika diperlukan jadwal eksaserbasi akut dan seluruh fase
KH : aktivitas untuk memberikan periode penyakit yang penting untuk mencegah
DS : istirahat yang terus menerus dan kelelahan mempertahankan kekuatan
- Klien mengatakan tidur malam hari yang tidak
terganmggu.
nyeri berkurang atau 3. Bantu dengan rentang gerak 3. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
hilang dan tidak aktif/pasif, demikian juga latihan sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
mengalami kesulitan resistif dan isometris jika Catatan : latihan tidak adekuat
beraktivitas memungkinkan menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
DO aktivitas yang berlebihan dapat merusak
- Klien merasa nyaman sendi
4. Posisikan dengan bantal, kantung 4. Meningkatkan stabilitas (mengurangi
- KU : membaik pasir, gulungan trokanter, bebat, resiko cidera) dan memerptahankan
- Klien tampak mampu brace posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
beraktivitas seperti 5. Dorong klien mempertahankan 5. Memaksimalkan fungsi sendi
biasa postur tegak dan duduk tinggi,
- Klien tampak berdiri, berjalan
nyaman 6. Berikan lingkungan yang aman, 6. Menghindari cidera akibat jatuh/
misalnya menggunakan alat bantu kecelakaan
- TTV normal : TD
mobilitas
120/80 mmHg, N : Kolaborasi
60-100 x/m, RR : 16- Kolaborasi dalam pemberian obat Untuk mengatasi reumatik/ untuk menekan
20 x/m, Suhu 36,5 – antireumatik / steroid
30
37,5 C. inflamasi sistemik akut
- Skala nyeri
berkurang

3 Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Dorong pengungkapan mengenai 1. Berikan kesempatan untuk
tubuh tindakan keperawatan masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan
berhubungan 3x24 jam diharapkan harapan masa depan konsep dan menghadapinya secara
dengan klien mampu langsung
perubahan mengimplementasikan 2. Diskusikan arti dari kehilangan/ 2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
kemampuan pola koping yang baru perubahan pada pasien/orang mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
untuk melakukan dan mengungkapkan terdekat. Memastikan bagaimana dengan orang lain akan menentukan
tugas-tugas serta menunjukkan pandangaqn pribadi pasien dalam kebutuhan terhadap intervensi
umum terhadap memfungsikan gaya hidup.
3. Diskusikan persepsi pasien mengenai 3. Isyarat verbal/non verbal orang terdekat
penampilan.KH :
bagaimana orang terdekat menerima dapat mempunyai pengaruh mayor pada
DS :
keterbatasan. bagaimana pasien memandang dirinya
Klien Mengungkapkan
sendiri
peningkatan rasa percaya 4. Akui dan terima perasaan berduka, 4. Nyeri konstan akan melelahkan, dan
diri dalam kemampuan bermusuhan, ketergantungan perasaan marah dan bermusuhan umum
untuk menghadapi
terjad
penyakit, perubahan pada 5. Perhatikan perilaku menarik diri, 5. Dapat menunjukkan emosional ataupun
gaya hidup, dan penggunaan menyangkal atau terlalu metode koping maladaptive,
kemungkinan memperhatikan perubahan membutuhkan intervensi lebih lanjut
keterbatasan 6. Susun batasan pada perilaku mal 6. Membantu pasien untuk mempertahankan
DO : adaptif. Bantu pasien untuk kontrol diri, yang dapat meningkatkan
- Klien tampak tenang mengidentifikasi perilaku positif perasaan harga diri
yang dapat membantu koping
- KU: membaik

31
- Klien menerima
perunbahan citra
tubuh.
- Klien berpartisipasi
dalam berbagai aspek
perawatan dan dalam
pengambilan
keputusan tentang
perawatan

32
7. CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
Hari, Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Keperawatan
Jum’at, Nyeri kronis Jam 09.00 wib Jum’at, 16 Desember 2016 (12.00 WIB)
1. Mengobservasi tanda-tanda
16 Desember berhubungan S:
vital
2016 dengan proses Klien mengatakan masih nyeri dikaki terutama dibagian lutut kaki dan
2. Mengkaji skala nyeri, lokasi,
inflamasi sendi terkadang menjalar ke pinggang
intensitas, dan respon
O:
nonverbal saat nyeri
3. Menyarankan kelayan - Klien tampak meringis
menggunakan matras / kasur
- Ku : Lemah
keras dan bantal kecil
4. Mendorong klien untuk - Skala nyeri : 5, bagian kaki dari lutut sampai kejari,nyeri hilang timbul
mengubah posisi
5. Membantu klien untuk seperti ditusuk, nyeri sangat terasa dipagi dan malam hari
mendapatkan posisi yang - TTV : TD 120/80 mmHg, RR 20 x/m. HR 64x/m, Suhu 36,8 C
nyaman
- Klien mampu mempraktikan latihan ROM
6. Mengajarkan menejemen
nyeri, seperti latihan ROM A:Nyeri akut (Masalah belum teratasi)

P: intervensi diteruskan
- Observasi tanda-tanda vital

- Kaji skala nyeri, lokasi, intensitas, dan respon nonverbal saat

33
nyeri
- Dorong klien untuk mengubah posisi

- Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman

- Berikan terapi nonfarmakologis : masase lembut

- Evaluasi cara menejemen nyeri, seperti latihan ROM


Jum’at, 16 Kerusakan Jam 09.30 wib Jum’at, 16 Desember 2016 (12.00)
1. Mengevaluasi/ lanjutkan
Desember 2016 mobilitas fisik S:
pemantauan tingkat
berhubungan - Klien mengatakan masih sulit melakukan aktivitas karena nyeri pada
inflamasi/ rasa sakit pada
dengan deformitas
sendi
sendi
skeletal
2. Mempertahankan istirahat - Klien masih merasa tidak nyaman
tirah baring/ duduk jika
diperlukan jadwal aktivitas
O:
untuk memberikan periode
- Klien tampak gelisah
istirahat yang terus menerus
dan tidur malam hari yang - Klien tampak membatasi aktivitas geraknya
tidak terganmggu.
- Ku : lemah
3. Membantu dengan rentang
gerak aktif/pasif, demikian - TTV : TD 120/80 mmHg, RR 20 x/m. HR 64x/m, Suhu 36,8 C
juga latihan resistif dan
- Klien tampak berusaha melakukan rentang gerak aktif/ pasif
isometris jika memungkinkan
4. Memposisikan dengan bantal,
34
kantung pasir, gulungan
trokanter, bebat, brace A : Gangguan mobilitas fisik (Masalah belum teratasi)
5. Mendorong klien
mempertahankan postur tegak
P : intervensi diteruskan
dan duduk tinggi, berdiri,
1. Mengevaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa
berjalan
sakit pada sendi
6. Memberikan lingkungan yang
2. Mempertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan
aman, misalnya
jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang
menggunakan alat bantu
terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
mobilitas 3. Membantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga
latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
4. Mendorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri, berjalan

Jum’at, 16 Gangguan citra Jam 10.00 wib Jum’at, 16 Desember 2016


Desember 2016 tubuh 1. Mendorong pengungkapan (12.00 wib)
berhubungan mengenai masalah tentang S :
dengan perubahan proses penyakit, harapan klien mengatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas seperti biasanya
kemampuan untuk masa depan
2. Mendiskusikan arti dari
melakukan tugas- O:
kehilangan/ perubahan pada
tugas umum - Wajah klien tampak lesu
pasien/orang terdekat.
- Klien tampak tidak berdaya
Memastikan bagaimana

35
pandangaqn pribadi pasien - Klien tampak ketergantungan dengan orang lain
dalam memfungsikan gaya - Skala nyeri : 5, bagian kaki dari lutut sampai kejari,nyeri hilang timbul
hidup sehari-hari, termasuk seperti ditusuk, nyeri sangat terasa dipagi dan malam hari
aspek-aspek seksual. - TTV : TD 120/80 mmHg, RR 20 x/m. HR 64x/m, Suhu 36,8 C
3. Mendiskusikan persepsi
pasien mengenai bagaimana
orang terdekat menerima A: Gangguan citra tubuh (Masalah belum teratasi)
keterbatasan.
4. Mengakui dan terima P : Intervensi diteruskan
perasaan berduka, - Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
bermusuhan, ketergantungan
5. Memperhatikan perilaku penyakit, harapan masa depan
- diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada
menarik diri, penggunaan
pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn
menyangkal atau terlalu
pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari,
memperhatikan perubahan
6. Menyusun batasan pada termasuk aspek-aspek seksual.
- diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang
perilaku mal adaptif. Bantu
pasien untuk mengidentifikasi terdekat menerima keterbatasan.
- perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal
perilaku positif yang dapat
membantu koping atau terlalu memperhatikan perubahan
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang

dapat membantu koping

36
Diagnosa
Hari, Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Keperawatan
Sabtu, Nyeri kronis Jam 16.00 wib Sabtu, 17 Desember 2016 (19.00 WIB)
17 Desember berhubungan 1. Mengbservasi tanda-tanda
2016 dengan proses vital S:
inflamasi sendi 2. Mengkaji skala nyeri, lokasi, Klien mengatakan masih sedikit nyeri dikaki terutama dibagian lutut kaki
intensitas, dan respon
nonverbal saat nyeri O:
3. Mendorong klien untuk - Klien tampak meringis
mengubah posisi
- Ku : Lemah
4. Membantu klien untuk
mendapatkan posisi yang - Skala nyeri : 3, bagian kaki dari lutut sampai kejari,nyeri hilang timbul
nyaman seperti ditusuk, nyeri terasa dipagi dan malam hari
5. Memberikan terapi - TTV : TD 120/80 mmHg, RR 20 x/m. HR 66x/m, Suhu 36,9 C
nonfarmakologis : masase
- Klien mampu mempraktikan ROM
lembut
6. Mengevaluasi cara - Klien tampak nyaman saat dilakukan masase lembut
menejemen nyeri, seperti
ROM
A: Nyeri akut (Masalah teratasi sebagian)

37
P: intervensi diteruskan
- Observasi tanda-tanda vital

- Kaji skala nyeri, lokasi, intensitas, dan respon nonverbal saat

nyeri
- Dorong klien untuk mengubah posisi

- Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman

- Kolaborasi pembeian obat sesuai petunjuk seperti:

Asetilsalisilat (aspirin),D penisilamin (Cuprimine), Antasida


- Evaluasi cara menejemen nyeri, seperti terapi ROM dan

masase lembut

Sabtu, 17 Kerusakan Jam 16.30 wib Sabtu, 17 Desember 2016 (19.00)


1. Mengevaluasi/ lanjutkan
Desember 2016 mobilitas fisik S:
pemantauan tingkat inflamasi/
berhubungan - Klien mengatakan masih sulit melakukan aktivitas karena nyeri pada
rasa sakit pada sendi
dengan deformitas
2. Mempertahankan istirahat sendi
skeletal
tirah baring/ duduk jika - Klien masih merasa tidak nyaman
diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode
O:

38
istirahat yang terus menerus - Klien tampak membatasi aktivitas geraknya
dan tidur malam hari yang
- TTV : TD 120/80 mmHg, RR 20 x/m. HR 66x/m, Suhu 36,9 C
tidak terganggu.
3. Membantu dengan rentang - Klien tampak mampu melakukan rentang gerak aktif/ pasif
gerak aktif/pasif, demikian
juga latihan resistif dan - Klien mampu mempertahankan postur tegak

isometris jika memungkinkan


4. Mendorong klien
A : Gangguan mobilitas fisik (Masalah teratasi sebagian)
mempertahankan postur tegak
dan duduk tinggi, berdiri,
P : intervensi diteruskan
berjalan
1. Mengevaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa
sakit pada sendi
2. Mempertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan
jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang
terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
3. Membantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga
latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
4. Mendorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri, berjalan

Sabtu, 17 Gangguan citra Jam 17.00 wib Sabtu, 17 Desember 2016 (19.00 wib)
Desember 2016 tubuh 1. Mendorong pengungkapan S :
berhubungan mengenai masalah tentang klien mengatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas seperti biasanya

39
dengan perubahan proses penyakit, harapan klien mengatakan akan menerima akibat dari penyakit rematik, namun klien
kemampuan untuk masa depan akan terus berusaha agar bisa beraktivitas normal kembali.
2. Mendiskusikan arti dari
melakukan tugas-
kehilangan/ perubahan pada
tugas umum O:
pasien/orang terdekat.
- Wajah klien tampak memiliki semangat untuk sembuh
Memastikan bagaimana
- Klien tampak masih ketergantungan dengan orang lain
pandangaqn pribadi pasien - Skala nyeri : 3, bagian kaki dari lutut sampai kejari,nyeri hilang timbul
dalam memfungsikan gaya
seperti ditusuk, nyeri sangat terasa dipagi dan malam hari
hidup sehari-hari, termasuk - TTV : TD 120/80 mmHg, RR 20 x/m. HR 66x/m, Suhu 36,9 C
aspek-aspek seksual.
3. Mendiskusikan persepsi
pasien mengenai bagaimana A: Gangguan citra tubuh (Masalah teratasi sebagian)
orang terdekat menerima
keterbatasan. P : Intervensi diteruskan
4. Memperhatikan perilaku
- Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
menarik diri, penggunaan
penyakit, harapan masa depan
menyangkal atau terlalu
- diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang
memperhatikan perubahan
5. Membantu pasien untuk terdekat menerima keterbatasan.
- perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal
mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu atau terlalu memperhatikan perubahan
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang
koping
dapat membantu koping

40
Diagnosa
Hari, Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Keperawatan
Minggu, 18 Nyeri kronis Jam 16.00 wib Minggu, 18 Desember 2016 (19.00 WIB)
Desember 2016 berhubungan 1. Mengbservasi tanda-tanda
dengan proses vital S:
inflamasi sendi 2. Mengkaji skala nyeri, lokasi, Klien mengatakan melakukan ROM dan masase lembut saat nyeri
intensitas, dan respon
nonverbal saat nyeri O:
3. Mendorong klien untuk - Klien tampak tenang dan nyaman
mengubah posisi
- Ku : Membaik
4. Membantu klien untuk
5. Membantu klien mendapatkan - Skala nyeri : 1,
posisi yang nyaman
- TTV : TD 120/70 mmHg, RR 18 x/m. HR 68x/m, Suhu 37,2 C
6. Berkolaborasi pembeian obat
sesuai petunjuk seperti: - Klien mampu mempraktikan latihan ROM dan masase lembut

41
Asetilsalisilat (aspirin)
7. Mengevaluasi cara A:Nyeri akut (Masalah teratasi)
menejemen nyeri, seperti
terapi ROM dan masase P: intervensi dihentikan
lembut

Minggu, 18 Kerusakan Jam 16.30 wib Sabtu, 17 Desember 2016 (19.00)


1. Mengevaluasi/ lanjutkan
Desember 2016 mobilitas fisik S:
pemantauan tingkat inflamasi/
berhubungan - Klien mengatakan sedikit demi sedikit sudah melakukan aktivitas
rasa sakit pada sendi
dengan deformitas
2. Mempertahankan istirahat - Klien merasa nyaman
skeletal
tirah baring/ duduk jika
diperlukan jadwal aktivitas
O:
untuk memberikan periode
- Klien tampak nyaman
istirahat yang terus menerus
dan tidur malam hari yang - KU : membaik
tidak terganggu.
3. Membantu dengan rentang - TTV : TD 120/80 mmHg, RR 20 x/m. HR 66x/m, Suhu 36,9 C
gerak aktif/pasif, demikian
- Klien tampak mampu melakukan rentang gerak aktif/ pasif
juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan - Klien mampu mempertahankan posisi berdiri dan berjalan
4. Mendorong klien
mempertahankan postur tegak
A : Gangguan mobilitas fisik (Masalah teratasi)

42
dan duduk tinggi, berdiri,
berjalan P : intervensi dihentikan

Minggu, 18 Gangguan citra Jam 17.00 wib Sabtu, 17 Desember 2016 (19.00 wib)
Desember 2016 tubuh 1. Mendorong pengungkapan S :
berhubungan mengenai masalah tentang - klien mengatakan sudah bisa mandi, BAK dan BAB secara mandiri
dengan perubahan proses penyakit, harapan
- klien mengatakan klien dan keluarganya menerima kondisi nya dan
kemampuan untuk masa depan
2. Mendiskusikan persepsi penyakitnya.
melakukan tugas-
pasien mengenai bagaimana - Klien mengatakan tidak takut terhadap penyakit yang dideritanya dan
tugas umum
orang terdekat menerima
mengatakan siap apabila nanti mengalami keterbatasan dalam
keterbatasan.
3. Memperhatikan perilaku beraktifitas,

menarik diri, penggunaan O:


menyangkal atau terlalu - klien tampak memiliki semangat untuk sembuh
memperhatikan perubahan - Ku : Membaik
4. Membantu pasien untuk - Klien sudah mampu mandi, BAK dan BAB mandiri
mengidentifikasi perilaku - Skala nyeri : 1
positif yang dapat membantu - Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan

43
koping dalam pengambilan keputusan tentang perawatan.
A: Gangguan citra tubuh (Masalah teratasi)

P : Intervensi dihentikan

44
8. EVALUASI
Pada hari terakhil dilakukan asuhan keperawatan pada Tn.R hari Senin,
tanggal 19 Desember 2016 pukul16.00 Wib diperoleh data :
a. Dx 1 : Nyeri kronis berhubungan dengan proses inflamasi sendi
DS : klien mengatakan nyeri hilang/ tidak terasa
DO : - klien tampak nyaman
- KU : membaik
- TTV normal : TD 120/80 x/m, N : 72 x/m, RR : 18x/m, Suhu :

36,8 C.
- Skala nyeri : 1

b. Dx 2 : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal


DS : klien mengatakan nyeri hilang, tidak mengalami kesulitan
beraktivitas dan merasa nyaman,
DO : - Klien tampak nyaman
- KU : membaik
- Klien tampak mampu beraktivitas seperti biasa
- TTV normal : TD 120/80 x/m, N : 72 x/m, RR : 18x/m, Suhu :

36,8 C.
- Skala nyeri : 1

c. Dx 3 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk


melakukan tugas-tugas umum
DS : -Klien mengatakan klien mengatakan sudah bisa mandi, BAK dan BAB
secara mandiri atau beraktifitas secara normal
- klien mengatakan klien dan keluarganya menerima kondisi nya dan

penyakitnya
- Klien mengatakan tidak takut terhadap penyakit yang dideritanya dan

mengatakan siap apabila nanti mengalami keterbatasan dalam beraktifitas,


DO: - Klien tampak memiliki semangat untuk sembuh
- Ku : Membaik
- Klien sudah mampu mandi, BAK dan BAB mandiri serta beraktifitas sesuai

kemampuan
- Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam

pengambilan keputusan tentang perawatan.

45
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri dibagian

46
kaki, sulit melakukan aktivitas seperti biasa, mudah merasa keletihan dan saat

penyakit kambuh perlu bantuan saat beraktivitas.

2. Masalah yang didapat dari pengkajian antara lain nyeri kronis berhubungan

dengan proses inflamasi sendi, kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan

deformitas skeletal, gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan

kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

3. Rencana asuhan keperawatan untuk klien artritis rematoid yaitu diambil dari

buku Dongoes (2000), serta ditambahkan terapi non farmakologi yaitu masase

dan latihan range of motion sebagai terapi tambahan untuk mengurangi nyeri.

4. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah

dibuat berdasarkan teori Dongoes (2000) dan tambahan terapi nonfarmakologi.

5. Setelah diberikan asuhan keperawatan klien telah mengalami penurunan nyeri

yang signifikan, klien sudah mulai merasakan gejala – gejala yang timbul sudah

mulai berkurang dan ketiga masalah klien sudah teratasi sehingga intervensi

dihentikan.

B. Saran
1. Mahasiswa Keperawatan
Karyatulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa

keperawatan mengenai tindakan keperawatan untuk masalah nyeri pada

penderita artritis rheumatoid.

47
2. Bagi Institusi Pendidikan
Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi bahan pendidikan untuk

mahasiswa dalam melakukan terapi non farmakologis yaitu terapi masase dan

latihan range of motion kepada klien dengan artritis rheumatoid

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2012. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2012.Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Badan Litbangkes RI 2012.

Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, ( Edisi 3 ). Jakarta : EGC

Fitriani. 2009. Perubahan Pada Lansia. Tersedia: http://heatlh.detik.com Diakses pada


tanggal 12 Desember 2016

Helmi, Z. N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal. Jakarta : Salemba Medika

48
Kisworo, 2008. NyeriSendi –Sendi Akibat Reumatik. Diakses pada tanggal 12
Desember 2016

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Long, Barbara C. 2006. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Pradana, Septian Yudo. 2012. Sensitifitas dan Spesifitas Kriteria Acr 1987 dan
Acr/Eular 2010 pada Penderita Arthritis Reumatoid di Rsup.Dr Kariadi Semarang.
Undip: Semarang. http://www.eprints.undip.ac.id. Diunduh 12 Desember 2016

Priyatno. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jabar: LESKONFI

Purwoastuti, Endang. 2009. Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: KANISIUS

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.

Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Wiyono. 2010. Epidemiologi Rematik Pada Lansia. http://epidemiologi. wordpree.


com//2013/11/22/epidemiologi-rematik-pada-lansia. Diakses tanggal 12
Desember2016

49

You might also like