Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup sehat, bugar, dan tetap aktif sekalipun di usia lanjut merupakan dambaan banyak orang.
Namun, setting bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun berangsur – angsur menurun dan
berakibat timbulnya berbagai macam penyakit. Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering
di temui dan perlu mendapat perhatian adalah penyakit osteoporosis. Osteoporosis atau
pengoroposan tulang memang rawan menyerang orang - orang berusia di atas 40 tahun, terutama
pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di amerika serikat pada orang berusia di atas 50
tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki terkena osteoporosis. Osteoporosis dapat
dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam
kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis
menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50%
penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen klien penyakit osteoporosis adalah
wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea).
Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena
penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga
dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis
datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam
kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5
juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis
yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di Indonesia adalah Prevalensi
osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria
20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan
osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Mereka. Satu
dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan
tulang. Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis.
Berdasarkan data Depkes, jumlah klien osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan
merupakan Negara dengan klien osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dangan osteoporosis?
2. Apa sajakah jenis-jenis osteoporosis?
3. Bagaimana anatomi fisiologi pada tulang?
4. Apa sajakah etiologi dari osteoporosis?
5. Bagaimana patofisologinya?
6. Apa sajakah manifestasi klinis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada osteoporosis?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis osteoporosis?
9. Apa komplikasi pada osteoporosis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada osteoporosis?
C.TUJUAN
Tujuan Umum :
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa
dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami defenisi, etiologi,
manifestasi klinis, klasifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan
keperawatan dari Osteoporosis.
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu memahami definisi osteoporosis.
2. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi dari osteoporosis.
3. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi tulang.
4. Mahasiswa mampu memahami etiologi osteoporosis.
5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari osteoporosis.
6. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis osteoporosis.
7. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik osteoporosis.
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari osteoporosis.
9. Mahasiwa dapat mengetahui kompikasi pada osteoporosis.
10. Mahasiwa mampu memahami asuhan keperawatan pada osteoporosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteoporosis merupakan kondisi terjadinya penurunan densitas/ matriks/ massa tulang,
peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai dengan kerusakakn
arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga
tulang menjadi mudah patah. (Muttaqin, Arif. 2008)
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang
berakibat pada rendahnya kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi keropos dan rapuh. “Osto”
berarti tulang, sedangkan “porosis” berarti keropos. Tulang yang mudah patah akibat
Osteoporosis adalah tulang belakang, tulang paha, dan tulang pergelangan tangan (Endang
Purwoastuti : 2009) .
Osteoporosis yang dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah penyakit skeletal
sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari
jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan
terhadap tulang patah. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total
(Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Menurut konsesus di Kopenhagen 1990, osteoporosis didefinisikan sebagai suatu
penyakit dengan karakteristik massa tulang yang berkurang dengan kerusakan mikroarsitektur
jaringan yang menyebabkan kerapuhan tulang dan resiko fraktur yang meningkat (Lukman,
Nurma Ningsih : 2009).
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan jaringan tulang per unit
volume,sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal (Kholid Rosyidi : 2013).
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara
progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres
yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).
B. Jenis Osteoporosis
1. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses
penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih
banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita
menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.
2. Osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal
tertentu. mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin,
epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas
tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti
kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi,
mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-
lain.
3. Osteoporosis Kausal juga dapat dikelompokan berdasarkan penyebab penyakit atau
keadaan dasarnya :
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama
pada perempuan ), yang membantu pengangkutan kalsium ke- dalam tulang pada perempuan.
Biasanya gejala timbul pada peempuan yang berusia antara 51 – 75 tahun, tetapi dapat muncul
lebih cepat atau lebih lambat. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah timur lebih rentan
menderita penyakit ini daripada kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti bahwa keadaan ini
hanya terjadi pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang – orang berusia di atas 70 tahun dan 2
kali lebih sering pada perempuan.
Kurang dari 5 % klien osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat – obatan. Penyakit ini disebabkan oleh gagal
ginjal kronis dan kelainan hormonal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) serta obat –
obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid yang berlebihan ).
Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui. Hal ini terjadi pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormone yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuh yang jelas.
C. Anatomi Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakkan rangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang tertentu
berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat. Komponen-komponen
nonselular utama dar jaringan tulang adalah mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan
proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam kristal (hidroksiapatit), yang
tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini memampatkan kekuatan
tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Materi organik lain yang menyusun
tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang terususun dari tiga jenis sel : osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
prteoglikan sebagai metriks tulang atau jaringan oeteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jarigan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah
besar fosfatase alkali yang memegang peranana penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
ke dalam matriks tulang.
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas
ke dalam aliran darah.
D. Etiologi:
Etiologi Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori :
1. Penyebab primer : menopause, usia lanjut, penyebab lain yang tidak diketahui.
2. Penyebab sekunder: pemakaian Obat kortikosteroid, gangguan metabolism, gizi buruk,
penyerapan yang buruk, penyakit tulang sumsum, gangguan fungsi ginjal, penyakit hepar,
penyakit paru kronis, cedera urat saraf belakang, rematik, transplasi organ.
3. Penyebab secara kausal: Osteoporosis juga dapat dikelompokan berdasarkan penyebab
penyakit atau keadaan dasarnya :
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon
utama pada perempuan ), yang membantu pengangkutan kalsium ke- dalam tulang pada
perempuan. Biasanya gejala timbul pada peempuan yang berusia antara 51 – 75 tahun, tetapi
dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang
sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah timur
lebih rentan menderita penyakit ini daripada kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti bahwa keadaan ini
hanya terjadi pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang – orang berusia di atas 70 tahun dan 2
kali lebih sering pada perempuan.
Kurang dari 5 % klien osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat – obatan. Penyakit ini disebabkan oleh gagal
ginjal kronis dan kelainan hormonal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) serta obat –
obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid yang berlebihan
). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan
fungsi hormone yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang
jelas dari rapuh yang jelas.
Faktor-faktor etiologi yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut
adalah :
a. Determinan Massa Tulang
Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada
umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii
seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karena osteoporosis. Semakin terang kulit, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis.
Karena itu, ras eropa utara (swedia, norwegia, denmark) dan asia berisiko lebih tinggi terkena
osteoporosis dibanding ras kulit hitam. Ras afrika memiliki massa tulang lebih padat di banding
ras kulit putih amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada
tulang pun besar. Ditamabah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras afrika.
Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya
beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya
massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata
antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja
mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang
yang besar.
Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik
pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada
otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam
waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk
meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetic.
Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral),
pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang
bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan
maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang
melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.
E. Patofisiologi
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai sekitar
usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidup (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik
mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai
puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan
percepatan reasorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi
kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus
mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan
vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa
tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
F. Manifestasi Klinis
Osteoporosis merupakan silent disease. Klien osteoporosis umumnya tidak mempunyai keluhan
sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis mengenai tulang seluruh
tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat
badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebra dan kolumna femoris). Korpus
vertebra menunjukan adanya perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini
mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat lengkung vertebra abnormal(kiposis).
Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik
(yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.
Masa total tulang yang terkena, mengalami penurunaan dan menunjukan penipisan korteks
serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya variasi ketebalan
trabekular pada individu ”normal” yang berbeda. Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan
radiologis maupun histologist jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti
yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien
osteoporosis mempunyai kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan factor
lingkungan.
Factor genetic meliputi:
Usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.
Factor lingkungan meliputi:
Merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia.
Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari
darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang
yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan
penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan
massa tulang total yang disebut osteoporosis.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat
dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang
paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang
sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung
dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
2. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyao nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm 3 baisanya
tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65
mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct
Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya
H. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :
Pengobatan
Perempuan yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin D
dalam jumlah yang mencukupi dan Bifosonat juga digunakan untuk mengobati
osteoporosis.
Perempuan pascamenopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan
estrogen ( biasanya bersama dengan progesterone) atau alendronat, yang dapat
memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Sebelum terapi sulih estrogen
dilakukan,biasanya dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan payudara dengan
mammogram, pemeriksaan kandungan, serta PAP smear untuk mengetahui apakah ada
kanker atau tidak. Terapi ini tidak di anjurkan pada perempuan yang pernah mengalami
kanker payudara dan kanker kandungan (ndometrium).
Pemberian alendronat, yang berfungsi untuk :
1. Mengurangi kecepatan penghancuran tulang pada perempuan pasca menopause.
2. Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul.
3. Mengurangi angka kejadian patah tulang.
Pemberian Kalsitonin, untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang
belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan melalui suntikan atau melalui
semprot hidung.
Laki – laki yang menderita osteoporosis biasanya menapatkan kalsium dan tambahan
vitamin D
Pemberian Nutrilife-deer Velvet merupakan alternative terkini yang bisa mengatasi
osteoporosis. Nutrilife-deer Velvet yang terbuat dari tanduk Rusa Merah New Zealand,
terbukti bermanfaat untuk mencegah osteoporosis dan telah digunakan selama lebih dari
10.000 tahun oleh China, Korea, dan Rusia. Obat ini mengandung delapan factor
pertumbuhan, prostaglandin, asam lemak, asam amino, dan komponen dari kartilago, dan
dosisnya 1x1/kapsul 1 hari.
Pengobatan patah Tulang pada Osteoporosis. Patah tulang panggul biasanya di atasi
dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau di perbaiki
dengan pembedahan. Jika terjadi penipisan tulang belakang disertai nyeri panggung yang
hebat, dapat di berikan obat pereda nyeri, di pasang supportive back brace, dan dilakukan
terapi fisik dengan mengompres bagian yang nyeri dengan menggunakan air hangat atau
dingin selama 10 – 20 menit.
Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan
tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolic
Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang
adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
1) Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2) Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a). Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b) . Latihan teratur setiap hari
c). Hindari :
Makanan Tinggi protein
Minum kopi
Minum Antasida yang
Merokok
Mengandung Alumunium
Minum Alkohol
d). Pola hidup sehat antara lain cukup tidur, olahraga teratur (seperti jalan kaki,
berenang, senam aerobic).
Pencegahan Dan Pengobatan dengan vitamin dan mineral :
1.Vitamin C 8.Fosfor
2. Zat besi 9.Magnesium
3. Boron 10.Nutrilife-deer Velvet
4.Seng ( zinc ) 11. Jus Timun
5.Vitamin D 12. Jus Brokoli
6.Beras ponni 13.Jus Avokad
7.Kalsium 14.Jus Kale-collard
I. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra
torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles
pada pergelangan tangan .Penurunan fungsi, dan Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
b) Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan. Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi :
a. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
b. Berat badan menurun
c. Biasanya diatas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. Pola latihan dan aktivitas
a) Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri
pergerakan
3.Aspek Penunjang
Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat
dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan
lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal
merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan
penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang intervertebral
dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting
dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm 3 biasanya
tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra
dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
5.Diagnosa Keperawatan
3. Risiko terhadap 1. Keparahan cedera fisik 1. Terapi latihan ambulasi
cedera : fraktur, (1913) (0221):
a. beri pasien pakaian yang
yang berhubungan a. Fraktur panggul tidak mengekang
dengan tulang (191309) ditingkatkan b. bantu pasien duduk di sisi
dari skala 2 (cukup tempat tidur untuk
osteoporotic berat) ke skala 4 memfasilitasi penyusuain
(ringan) sikap tubuh
c. monitor penggunaan kruk
pasien atau alat bantu
berjalan lainnya
d. konsultasikan pada ahli
terapi fisik mengenai
rencana ambulasi sesuai
kebutuhan
7. Implementasi
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien
serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA