You are on page 1of 26

Judul Laporan

Penentuan kadar asam amino dalam sampel


I. Hari / Tanggal Percobaan
Selasa, 4 November 2014
II. Selesai Percobaan
Selasa, 4 November 2014
III. Tujuan Percobaan
Menentukan asam amino yang terdapat dalam sampel dengan
kromatografi kertas
IV. Kajian Teori
Asam Amino
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki
gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam
biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada
satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus
karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat
basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung
menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam.
Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion.
Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari
karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu
sebagai penyusun protein.
Struktur asam amino

Struktur asam α-amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan


gugus karboksil di sebelah kanan. Struktur asam amino secara umum
adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2),
gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari
residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang
membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.
Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan
penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan
langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat
pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.
Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia
rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping
dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik
jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.

Asam amino dasar (standar)


Protein tersusun dari berbagai asam amino yang masing-masing
dihubungkan dengan ikatan peptida. Meskipun demikian, pada awal
pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam amino yang
dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau asam
amino penyusun protein (proteinogenik). Asam-asam amino inilah yang
disandi oleh DNA/RNA sebagai kode genetik.
Berikut adalah ke-20 asam amino penyusun protein (singkatan
dalam kurung menunjukkan singkatan tiga huruf dan satu huruf yang
sering digunakan dalam kajian protein), dikelompokkan menurut sifat
atau struktur kimiawinya:
Asam amino alifatik sederhana
 Glisina (Gly, G)
 Alanina (Ala, A)
 Valina (Val, V)
 Leusina (Leu, L)
 Isoleusina (Ile, I)
Asam amino hidroksi-alifatik
 Serina (Ser, S)
 Treonina (Thr, T)
Asam amino dikarboksilat (asam)
 Asam aspartat (Asp, D)
 Asam glutamat (Glu, E)
Amida
 Asparagina (Asn, N)
 Glutamina (Gln, Q)
Asam amino basa
 Lisina (Lys, K)
 Arginina (Arg, R)
 Histidina (His, H) (memiliki gugus siklik)
Asam amino dengan sulfur
 Sisteina (Cys, C)
 Metionina (Met, M)
Prolin
 Prolina (Pro, P) (memiliki gugus siklik)
Asam amino alifatik sederhana
 Glisina (Gly, G)
 Alanina (Ala, A)
 Valina (Val, V)
 Leusina (Leu, L)
 Isoleusina (Ile, I)
Asam amino hidroksi-alifatik
 Serina (Ser, S)
 Treonina (Thr, T)
Asam amino dikarboksilat (asam)
 Asam aspartat (Asp, D)
 Asam glutamat (Glu, E)
Amida
 Asparagina (Asn, N)
 Glutamina (Gln, Q)
Asam amino basa
 Lisina (Lys, K)
 Arginina (Arg, R)
 Histidina (His, H) (memiliki gugus siklik)
Asam amino dengan sulfur
 Sisteina (Cys, C)
 Metionina (Met, M)
Prolin
 Prolina (Pro, P) (memiliki gugus siklik)
Asam amino aromatik
 Fenilalanina (Phe, F)
 Tirosina (Tyr, Y)
 Triptofan (Trp, W)

Kromatografi Kertas
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari
substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk
kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang
didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari
campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan
bergerak pada laju yang berbeda pula. Dalam kromatografi kertas, fase
diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah
pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Untuk mengetahui jenis-jenis dari asam amino yang terkandung
dari suatu bahan/sampel, biasanya digunakan metode kromatografi
kertas.Kromatogrfi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam
amino karena asam amino memiliki sifat yang larut dalam air dan tidak
mudah menguap sehingga dapat dipisahkan melaui perpindahan fasa
gerak (eluen) pada fasa diam (adsorben).Asam amino akan terbawa
oleh fasa gerak dan akan mengendap atau menempel pada fasa diam
(adsorben) setelah menempuh jarak tertentu.
Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni
selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring
dicelupkan ke dalam pelarut yang mengisi dasar wadah.Setiap asam
amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu.Setiap jenis
asam amino akan selalu menempuh jarak yang khas dari masing-
masing asam amino asalkan jenis kertas, eluen, dan pelarutnya sama
Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak
yang ditempuh pelarut; beberapa lainnya tetap lebih dekat pada garis
dasar. Jarak tempuh relative pada pelarut adalah konstan untuk
senyawa tertentu sepanjang anda menjaga segala sesuatunya tetap
sama, misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat.
Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk setiap
senyawa berlaku rumus sebagai berikut:
jarak yang ditempuh oleh senyawa
Rf 
jarak yang ditempuh oleh pelarut

Posisi pelarut depan ditandai dengan pensil dan kromatogram lalu


dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin
bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa berwarna,
utamanya coklat atau ungu.

Kromatografi Kertas pada Asam Amino


Asam-asam amino yang bereaksi dengan ninhidrin membentuk suatu
produk yang disebut ungu Ruhmann. Reaksi ini biasanya digunakan
sebagai uji bercak untuk mendeteksi adanya asam amino pada kertas
kromatografi.
Adapun reaksi umum secara keseluruhannya, adalah sebagai berikut :

ninh anio
idri n
+ RCHO + CO2 +
n ung
3H2O + H+
u

Alanin
Semua asam amino, kecuali glisin dapat dianggap sebagai derivat
alanin. Alanin diperoleh untuk pertama kalinya oleh Weyl dari hasil
hidrolisis fibroin, yaitu protein yang terdapat pada sutera. Struktur
alanin :
Treonin
Treonin adalah homolog yang lebih besar dari erin dan termasuk dalam
golongan asam amino esensial. Mula-mula treonin diisolasi dari hasil
hidrolisis fibrin darah. Berikut struktur treonin :

Glisin
Glisin adalah asam amino yang paling sederhana dan terdapat pada
skleroprotein. Pada tahun 1820 Braconnot menemukan glisin dari hasil
hidrolisis gelatin. Adapun struktur glisin adalah :

V. Alat dan Bahan


Alat Jumlah Bahan Jumlah
Plat KLT 9 Asam asetat glasial 6 mL
Labu Pemisah 1 Aquades 25 mL
Kaca kapiler 1 n-Butanol 25 mL
Gelas kimia 1 Larutan stadar A
Botol semprot 1 Larutan standar B
Oven 1 Larutan standar C
Gelas ukur 1 Larutan sampel
Ninhidrin
VI. Alur Percobaan

Pembuatan larutan pengemulsi (Fase Gerak)

25 ml n-Butanol + 6 mL Asetat
glasial + 25 mL Akuades

 Dicampur sambil dikocok


 Ditempatkan dalam lemari kromatografi
 Dijenuhkan dengan uapnya

Fase Gerak
(Eluen)

Menentukan komponen Asam amino

Kertas Kromatografi
(4x10) cm

 Dibuat batas bawah sebesar 1 cm, batas atas


0,5 cm
 Dioven ± 5 menit
 + 1 tetes 3 macam larutan standart (A, B, C)
melalui pipet kapiler dimana jarak tiap
sampel sebesar 1 cm
 Diteteskan satu sampel pada KLT (S)
 Dioven selama ± 5 menit

Plat KLT yang


sudah ditetesi
sampel
Proses Kromatografi

Plat KLT yang sudah


ditetesi sampel

 Dimasukkan dalam lemari kromatografi yang


sudah berisi eluen
 Diamati proses kromatografi
 Dikeluarkan dari lemari kromatografi
setelah eluen mencapai batas atas

Noda yang tidak


berwarna pada KLT

 Dioven ± 5 menit pada suhu 1050 – 110 0C


 Disemprot dengan ninhidrin

Noda asam amino


yang berwarna
akan terlihat

 Diletakkan dibawah sinar UV


 Ditentukan batas atas eluen
 Dilingkari jarak tempuh sampel
 Dihitung harga Rf tiap titip (A,B,C, dan S)

Harga Rf
Tiap asam amino
VII. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
No. Alur Percobaan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
Sebelum Setelah
1.
25 ml n-Butanol +
n-Butanol berupa Setelah dicampurkan CH3CH2CH2CH2OH (aq) Eluen yang digunakan
6 mL Asetat glasial +
larutan tidak diperoleh larutan tidk + CH3COOH (aq)  bersifat polar ditandai
25 mL Akuades
berwarna berwarna CH3COOCH2CH2CH2CH3 dengan naikknya
 Dicampur sambil dikocok asam asetat (aq) + H2O (l) eluen melewati plat

 Ditempatkan dalam lemari glasila berupa KLT selama proses

kromatografi larutan tidak kromatografi

 Dijenuhkan dengan berwrarna


uapnya akuades berupa
cairan tidak
Fase Gerak
berwarna
(Eluen)
2.
Plat KLT Plat KLT berupa Setelah ditotolkan pada plat Silika pada plat KLT
(4x10) cm silica berwarna KLT, terbentuk bercak noda bersifat non polar

 Dibuat batas bawah putih yang tidak berwarna

sebesar 1 cm, batas atas Larutan standarA Setelah dioven noda tidak
0,5 cm berupa larutan terlihat dengan jelas

 Dioven ± 5 menit tidak berwarna


Larutan standar B
 + 1 tetes 3 macam larutan
berupa larutan
standart (A, B, C) melalui
tidak berwarna
pipet kapiler dimana jarak A B C S2
Larutan standar C
tiap sampel sebesar 1 cm
berupa larutan
 Diteteskan satu sampel
tidak berwarna
pada KLT (S)
Larutan sampel 2
 Dioven selama ± 5 menit
berupa larutan
Plat KLT yang sudah tidak berwarna
ditetesi sampel
3.
Plat KLT yang sudah
Plat KLTL yang Setelah dimasukkan lemari Elun dapat naik melalui Sesuai dengan teori,
ditetesi sampel
sudah ditetesi kromatografi, eluen naik palt KLT karena eluen dapat naik

 Dimasukkan dalam lemari sampel berupa sampai mencapai batas atas perbedaan sifat antara melalui plat KLT

kromatografi yang sudah lempeng Eluen membutuhkan waktu silica yang bersifat non

berisi eluen berwarna putih, lama untuk naik mealui plat polar dan eluen yang

 Diamati proses bercak noda tidak KLT bersifat non polar

kromatografi terlihat karena Setelah dipanaskan noda Reaksi dengan ninhidrin

 Dikeluarkan dari lemari langsung terserap belum terlihat

kromatografi setelah eluen Setelah disemprot dengan

mencapai batas atas ninhidrin diperoleh bercak


noda
Noda yang tidak
A=noda berwarna kuning
berwarna pada KLT
B=noda berwarna jingga

 Dioven ± 5 menit pada (++++)

suhu 1050 – 110 0C C=noda berwarna merah

 Disemprot dengan S2=noda berwarna jingga (+)

ninhidrin
Noda asam amino
Setelah dilihat dibawah Berdasarkan teori Rf Bersadarkan
yang berwarna
sinar UV terlihat jelas bercak asam amino percobaan Rf sampel
akan terlihat
noda yang dihasilkan dan Arginin = 0,2 mendekati nilai Rf
batas atas dari eluen yang Asam aspartat = 0,24 pada standar B
 Diletakkan dibawah sinar
naik Glisin = 0,26 sehingga dapat
UV
Setelah dilakukan disimpulkan bahwa
 Ditentukan batas atas eluen
perhitungan diperoleh besar sampel meerupakan
 Dilingkari jarak tempuh
Rf sebagai berikut Glisin
sampel
A = 0,18
 Dihitung harga Rf tiap titip
B = 0,25
(A,B,C, dan S)
C = 0,18
Harga Rf S2 = 0,23
Tiap asam amino
VIII. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan metode pemisahan asam amino
dengan cara kromatografi kertas. Kromatografi kertas merupakan
pemisahan berdasarkan sistem partisi, dimana fase diamnya berupa
kertas saring dan fase geraknya berupa cairan pelarut (eluen). Pelarut
(eluen) yang digunakan merupakan campuran beberapa larutan.
Dalam percobaan ini, Eluen yang digunakan terdiri atas 1-
butanol, asam asetat dan air. Ketika larutan dicampurkan, terbentuk
dua lapisan. Hal ini terjadi karena 1-butanol bersifat non polar
sedangkan asam asetat dan air bersifat polar, jadi asam asetat dan air
akan saling bercampur, sedangkan 1-butanol dan dua pelarut lain
tidak akan saling campur. Eluen kemudian dimasukkan ke dalam
chamber dan ditutup selama beberapa waktu, tujuannya yaitu untuk
menjenuhkan chamber dengan uap pelarut sehingga mempercepat
pemisahan. Penjenuhan udara dalam chamber dengan uap
menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan
pelarut pada kertas.
Dalam percobaan ini alasan untuk menutup rapat botol
reagent/chamber adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam
gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan
kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan kertas saring
yang mengelilingisisi chamber yang terbasahi oleh pelarut.Kondisi
jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen
yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan
yang berbeda dan akan tampak sebagai noda-noda asam amino yang
berwarna.
Masing-masing sampel larutan asam amino ditotolkan pada
kertas kromatografi (kertas Whatman) dengan menggunakan pipa
kapiler, penggunaan pipa kapiler pada saat penotolan adalah agar
tetesan asam amino yang diteteskan tidaklah terlalu banyak sehingga
dalam satu kertas saring mampu menampung tiga jenis sampel asam
amino.Kemudian dimasukkan ke dalam chamber/botol reagent yang
telah dijenuhi oleh uap eluen. Kemudian chamber ditutup rapat agar
terjadi pemisahan yang sempurna. Pemisahan asam amino dengan
cara kromatografi kertas disebabkan adanya perbedaan koefisien
partisi antara air dan pelarut organik. Perbedaan koefisien partisi
menunjukkan perbedaan laju rambatan pada permukaan kertas dari
air dan pelarut organik yang merambat secara perlahan. Fase air akan
tertahan dengan kuat di pori-pori kertas karena adanya interaksi yang
kuat antara air dengan gugus hidroksil dari selulosa kertas saring.

Ketika kertas kromatografi yang telah ditotolkan sampel asam


amino, maka akan terjadi pemisahan, dimana pelarut organik
merambat ke atas melalui kapiler kertas mengangkut campuran asam
amino yang ada ditotolkan pada kertas kromatografi. Asam amino
yang paling larut di dalam pelarut organik, akan diangkut paling cepat
dan asam amino yang paling kurang larut akan tertinggal paling
bawah. Pelarut yang digunakan adalah 1-butanol : asam asetat : air
dan fenol : air bersifat nonpolar, maka dari sampel asam amino yang
digunakan dapat dilihat sifat kepolarannya.
Molekul-molekul nonpolar dalam campuran akan memiliki
sedikit interaksi dengan molekul-molekul air dan molekul-molekul
yang melekat pada selulosa, dan karena akan menghabisakan banyak
waktunya untuk larut dalam pelarut yang bergerak. Maka sampel yang
paling atas merupakan sampel yang paling larut dalam pelarut yang
artinya bersifat paling non polar dibandingkan sampel asam amino
lainnya. Molekul-molekul seperti ini akan bergerak sepanjang kertas
diangkut oleh pelarut. Mereka akan memiliki nilai Rf yang relatif
tinggi.
Dengan kata lain, molekul-molekul polar akan memiliki atraksi
yang tinggi untuk molekul-molekul air dan kurang untuk pelarut yang
non polar. Dan karenanya, cenderung untuk larut dalam lapisan tipis
air sekitar serat lebih besar daripada pelarut yang bergerak. Karena
molekul-molekul ini menghabiskan waktu untuk larut dalam fase
diam dan kurang dalam fase gerak, molekul-molekul tidak akan
bergerak sangat cepat pada kertas.
Berdasarkan literatur, dalam beberapa kasus, dimungkinkan
untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan
mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk
yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang
dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat
dikeringkan dan ditambahkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin
bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa
berwarna khas ungu-biru sampai kecoklatan atau kuning.
Asam amino merupakan jenis zat tidak berwarna, sehingga
untuk mengetahui letak noda diperlukan pereaksi lokasi, maka pada
kertas kromatografi disemprotkan larutan ninhidrin. Dalam
percobaan ini digunakan larutan ninhidrin yang disemprotkan pada
kertas kromatografi setelah dikeringkan, sehingga noda-noda pada
kertas kromatografi dapat terlihat yakni noda yang berwarna ungu.
Terbentuknya noda berwarna ungu ini disebabkan karena terjadinya
reaksi antara hidrat dari triketon siklik (ninhidrin) dengan asam
amino.
Glisin

ninh anio
idri
+ HCHO + CO2 n+ 3H2O + H+
n ung
u
Reaksi glisin dengan ninhidrin secara terperinci ialah :

Noda-noda ini kemudian diukur dengan membandingkan jarak


komponen yang dipisahkan (analit) dengan jarak pergerakan pelarut,
disimbolkan dengan Rf. Rumusnya :
jarak yang ditempuh oleh senyawa
Rf 
jarak yang ditempuh oleh pelarut

Sering kali pengukuran diperoleh dari kertas untuk


memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul.
Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut
dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa masing-masing asam
amino memiliki harga Rf yang berbeda. Setelah dilakukan perhitungan
diperoleh data asam amino sebagai beriku:
Strandar A : 0,18
Strandar B : 0,25
Strandar C : 0,18
Sampel S2 : 0,23
Berdasarkan standar asam amino diketahui bahwa sampel
mendekati standar B. Berdasarkan teori standar B mempunyai Rf yang
mendekati Glisin, sehinngga standar B dan sampel S2 merupkan asam
amino Glisin. Jika dibandingkan dengan harga Rf asam-asam amino
standar secara teori yakni Glisin(Rf=0,26), berbeda dengan harga Rf
hasil percobaan. Hal ini karena harga Rf dipengaruhi oleh eluen,
sedangkan pada harga Rf standar tidak diketahui eluen yang
digunakan, bisa saja eluen yang digunakan berbeda sehingga hasil
daripada harga Rf juga berbeda.

IX. Kesimpulan
1) Kromatografi kertas dapat digunakan untuk
mengidentifikasi/memisahkan asam amino dalam suatu campuran
2) Asam-asam amino yang terkandung dalam sampel (sampel 2)
adalah Glisin, hal ini dikarenakan pada sampel memiliki nilai Rf
(Rf =0,23) yang hampir sama dengan larutan standar yang
mengandung Glisin ( Rf = 0,25 ). Penentuan asam amino ini
berdasarkan besarnya Rf yang mendekati dengan teori, Glisin
mempunyai Rf sebesar 0,26 secara teori.
X. Jawaban Pertanyaan
1. Keuntungan dan kerugian dari metode pemisahan dengan
Kromatografi Kertas :
Keuntungan :
 Pada kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu
alat-alat yang teliti. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh
dengan peralatan dan materi-materi yang sangat sederhana.
 Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada
kertas dan dapat segera diidentifikasikan
 Harganya lebih murah jika dibandingkan dengan KLT
 kromatografi kertas preparatif diperlukan kertas yang lebih
besar dari pada untuk analisis, Keuntungannya yaitu beban
langan bilangan Rf menjadi besar sehingga pengukuran Rf
merupakan parameter yang berharga dalam memaparkan
senyawa baru.
Kerugian :
 Tidak bisa melakukan analisis kuantitatif pada komponen-
komponen sampel, hanya terbatas pada analisis kualitatif saja.
 Waktunya lebih lama dari pada adsorben lain, tapi lebih singkat
dari pada KLT
 Tidak bisa menggunakan pereaksi H2SO4 karena selulosa akan
terdekomposisi

2. Metode kromatografi kertas dapat digunakan baik untuk


melakukan analisis yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Analisis Kuantitatif dilakukan berdasarkan perbandingan Rf dari
zat sampel dengan harga Rf zat standar. Agar analisis kuantitatif
dapat berhasil baik perlu diperhatikan hal – hal berikut :
 Kondisi percobaan harus sama, karena harga Rf tergantung
pada kondisi tersebut
 Adanya noda pada kromatogram belum berarti adanya zat
tunggal dalam sampel
 Harus dicoba dengan berbagai pelarut
Analisis Kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi komponen
asam amino dari sampel terhadap suatu larutan asam amino yang
telah diketahui sebelumnya berdasarkan nilai Rf, Pada percobaan
ini ditandai dengan adanya warna ungu serta dari harga Rf sampel
yang diselidiki lalu dibandingkan dengan harga Rf standarnya.

3. Faktor-faktor yang menentukan harga Rf yaitu :


 Pelarut à disebabkan oleh pentingnya koefisien partisi, maka
perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi
pelarut dapat menyebabkan perubahan- perubahan harga Rf.
 Kehadiran ion lain, misalnya adanya klorida dalam pemisahan
yang dilakukan dengan larutan-larutan nitrat
 Sifat dari campuran  berbagai senyawa mengalami partisi
diantara volume-volume yang sama dari fasa tetap dan
bergerak. Sifat campuran hampir selalu mempengaruhi
karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga
berpengaruh juga terhadap harga Rf
 Kertas à pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari
perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-
macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran dan
mempengaruhi kesetimbangan partisi.
 Suhu à perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan
juga kecepatan aliran.
 Ukuran dari bejana à volume dari bejana mempengaruhi
homogenitas dari atmosfer sehingga mempengaruhi kecepatan
penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika
bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama,
seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka
koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu
penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
 Kualitas adsorben
 Ketebalan lapisan , semakin tebal lapisan Rf nya semakin kecil
 Kejenuhan ruang kromatografi
 Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan
juga kecepatan aliran.
 Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi
homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan
penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika
bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama,
seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka
koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu
penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
 Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi
diantara volume-volume yang sama dari fasa tetap dan
bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik
dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf
mereka.

XI. Daftar Pustaka


Gultom, Tugo. 2001. Biokimia Struktur dan Fungsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi
17. Jakarta: EGC
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokima. Jakarta: Erlangga
Seran, Eren. 2011. Spektrofotometri UV-VIS. Tersedia di
http://wanibesak.wordpress.com/tag/spektronic-20/. Diakses
pada Senin, 3 November 2014.
Tim. 2012. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Unesa.
Clark, Jim. 2007. Kromatografi Kertas (online). http://www.chem-is-
try.org/author/Jim_Clark/. Diakses pada tanggal 10 November
2014.
Fessenden dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono.
1996. Kimia Organik II. Jakarta: Depdikbud.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: UI-Press.

Surabaya, 11 November 2014


Mengetahui,
Dosen/Asaisten Pembimbing Praktikan,

(…………………………….) (…………………………….)
LAMPIRAN
A. Perhitungan Harga Rf
 Menghitung nilai 𝑹𝒇𝑨
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐴
𝑅𝑓𝐴 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
1,5 𝑐𝑚
𝑅𝑓𝐴 =
8,1 𝑐𝑚
𝑅𝑓𝐴 = 0,18

 Menghitung nilai 𝑹𝒇𝑩


𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐵
𝑅𝑓𝐵 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
2,2 𝑐𝑚
𝑅𝑓𝐵 =
8,8 𝑐𝑚
𝑅𝑓𝐵 = 0,25

 Menghitung nilai 𝑹𝒇𝑪


𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐶
𝑅𝑓𝐶 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
1,5 𝑐𝑚
𝑅𝑓𝐶 =
8,2 𝑐𝑚
𝑅𝑓𝐶 = 0,18

 Menghitung nilai 𝑹𝒇𝑺


𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑆
𝑅𝑓𝑆 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
2 𝑐𝑚
𝑅𝑓𝑆 =
8,8 𝑐𝑚
𝑅𝑓𝑆 = 0,23
LAMPIRAN
NO. GAMBAR KETERANGAN
1.

Pelat KLT diberi garis-garis

2.

Setelah diberi garis-garis,


pelat di oven selama 10
menit

3.

Chamber yang berisi 25 ml n-


butanol + 6 ml asam asetat
glasial + 25 ml aquades

4.

Larutan sampel 1, 2, dan 3


5.

Larutan standar A, B, C, dan D

7.

Pelat setelah ditotol dengan


standar A, B, C dan sampel 2

8.

Setelah dikeringkan, pelat


dimasukkan ke dalam
chamber sampai larutan naik
ke atas sebelum melewati
tanda batas

9.

Pelat setelah dikeluarkan dari


chamber
10.

Setelah dikeluarkan dari


chamber, pelat di oven
selama 5 menit

11.

Setelah di oven selama 5


menit, pelat disemprot
dengan ninhidrin

12.

Pelat di tes UV

You might also like