You are on page 1of 13

LAPORAN EBP DENGAN TEMA PENGARUH MOBILISASI DINI

TERHADAP PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL PADA PASIEN


INFARK MIOKARD AKUT (IMA) TERKAIT ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.N DENGAN STEMI DI IGD RSUD DR.SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun Oleh:

Renny Lisa Anggraeny (3217092)


Sulastri (3217111)
Vita Devi Nur’agustin (3217119)
Yaumil Fitri . MN (3217125)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Analisis Jurnal sebagai penugasan praktik stase keperawatan gawat darurat dan kritis,
yaitu Jurnal Keperawatan Pada Ny.N Dengan STEMI di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Dr. Soedirman.

Laporan Ebp Dengan Tema Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Perubahan


Tanda-Tanda Vital Pada Pasien Infark Miokard Akut (Ima) Terkait Asuhan
Keperawatan Pada Ny.N Dengan Stemi Di Igd Rsud Dr.Soedirman Kebumen

Telah disahkan pada hari, tanggal :

Tempat :

Disusun Oleh:

Renny Lisa Anggraeni (3217092)


Sulastri (3217111)
Vita Devi Nur’agustin (3217119)
Yaumil Fitri . MN (3217125)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Stikes Achmad Yani Yogyakarta Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman

( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2012
penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada penyakit
lainnya. Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu penyakit
kardiovaskuler terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara
industri (Antman dan Braunwald, 2010). Infark Miokard Akut (IMA) merupakan
salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner (Fathoni, 2011). Infark
miokard akut, yang dikenal sebagai serangan jantung adalah terbentuknya suatu
daerah nekrosis pada sel otot miokardium akibat suplai darah yang tidak adekuat
ke suatu daerah yang diawali dengan iskemik (Robbins et al., 2007).
Infark miokard adalah kematian sel miokard akibat iskemia yang
berkepanjangan. Menurut WHO, infark miokard diklasifikasikan berdasarkan dari
gejala, kelainan gambaran EKG, dan enzim jantung. Infark miokard dapat
dibedakan menjadi infark miokard dengan elevasi gelombang ST (STEMI) dan
infark miokard tanpa elevasi gelombang ST (NSTEMI) (Thygesen et al., 2012).
ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan salah satu spektrum
sindroma koroner akut (SKA) yang paling berat (Kumar dan Canon, 2009). Pada
pasien STEMI, terjadi penurunan aliran darah koroner secara mendadak akibat
oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus
arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler. Injuri vaskuler
dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi,dan akumulasi lipid
(Alwi, 2014). Karakteristik gejala iskemia miokard yang berhubungan dengan
elevasi gelombang ST persisten yang dilihat berdasarkan EKG dapat menentukan
terjadinya STEMI. Saat ini, kejadian STEMI sekitar 25-40% dari infark miokard,
yang dirawat dirumah sakit sekitar 5-6% dan mortalitas 1 tahunnya sekitar 7-18%
(O’Gara et al., 2013). Sekitar 865.000 penduduk Amerika menderita infark
miokard akut per tahun dan sepertiganya menderita STEMI (Yang et al., 2008).
Menurut Ramrakha dan Hill (2006), pada infark miokard dengan elevasi
segmen ST, dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infark yang ditentukan dari
perubahan EKG. Bagian anterior merupakan lokasi yang sering ditemukan
STEMI. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan sekitar 53.01% infark miokard
yang berada di lokasi anterior. Hal ini disebabkan oleh pembuluh darah arteri
koronaria kiri lebih banyak mendarahi 75% bagian jantung terutama bagian
anterior jantung yang mengalami penyumbatan oleh trombus dan spasme koroner
dalam waktu yang lama (Wagyu et al., 2013). Pasien STEMI juga dapat
dibedakan berdasarkan ada atau tidak adanya distorsi QRS saat dilakukan
pemeriksaan EKG. Berdasarkan penelitian, pasien STEMI yang mengalami
distorsi sebesar 43.1%, sedangkan pasien STEMI tanpa distorsi QRS sebesar
56.9%. Pasien dengan distorsi cenderung memiliki infark yang lebih besar seperti
yang dinilai berdasarkan Kilip Class II. Angka mortalitas pasien STEMI dengan
distorsi QRS lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa distorsi QRS (Mulay dan
Mukhedkar, 2013). Posisi terlentang yang diberikan secara terus menerus
berdasarkan penelitian di ICU Amerika dapat menurunkan sirkulasi darah dari
ekstremitas bawah, yang seharusnya banyak menuju dada.Pada tiga hari pertama
bedrest, volume plasma berkurang 8%-10%. Penelitian Vollman menyatakan
kehilangan dari stabilisasi volume tersebut menjadi 15%-20% pada bedrest
minggu keempat. Akibatnya terjadi peningkatan beban jantung, peningkatan masa
istirahat dari denyut jantung, dan penurunan volume curah jantung. Pada
penelitiannya menunjukan efek maksimal akan terlihat pada 3 minggu bedrest,
perubahan dari disfungsi baroreseptor dalam pengaturan otonom dan pertukaran
cairan dapat diduga menjadi penyebab kerja otot jantung menjadi tidak baik
ketika posisi pasien bedrest.
Berdasarkan uraian diatas dan hasil pengamatan di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Dr. Soedirman Kebumen ditemukan belum
mengaplikasikan teknik (Remedial Massage), maka kami tertarik untuk memlih
dan mengangkat jurnal ini untuk dipaparkan lebih lanjut (dipresentasikan) dengan
judul Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Perubahan Tanda-Tanda Vital Pada
Pasien Infark Miokard Akut (Ima)
BAB II
RESUME JURNAL

A. Nama Peneliti
Akhmad Rifai, Suharyo Hadisaputro dan Supriyadi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta pada tahun 2015.

C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh mobilisasi dini terhadap
perubahan tanda-tanda vital pada pasien infark miokard akut.

D. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-
eksperiment dengan one group pra test post test design, dimana pengamatan atau
observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi.

E. Hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan mobilisasi dini berpengaruh
terhadap perubahan tanda-tanda vital. Pada kelompok berpasangan p-value
tekanan darah sistol dengan 0,01, tekanan darah diastole 0,01, nadi 0,01, respirasi
0,01 dan suhu 0,01, sedangkan pada kelompok tidak berpasangan sesudah
perlakuan p-value tekanan darah sistol 0,04, tekanan darah diastole 0,08, nadi
0,01, respirasi 0,05 dan suhu 0,01. Kesimpulannyamobilisasi dini pada pasien
infark miokard akut yang stabil, perubahan tanda-tanda vital tetap stabil
walaupun ada perbedaan antara pre-test dan post-test. Tanda-tanda vital yang
dimaksud adalah tekanan darah sistol, tekanan darah diastole, nadi, respirasi dan
suhu.
BAB III
ANALISA JURNAL
A. Analisa Penelitian (PICO)
1. Patien
Klien yang datang di IGD mengalami masalah pada tanda-tanda vital, dimana
ttv klien sangat rendah atau tidak dalam rentang normal.
2. Intervention
Tindakan mobilisasi dini yang dilakukan adalah merupakan tindakan awal
untuk memperbaiki sirkulasi klien.
3. Compare
Membandingkan tanda-tanda vital klien saat awal masuk IGD sebelum
diberikan mobilisasi dini dan setelah dilakukan intervensi mobilisasi dini.
4. Outcome
Berdasarkan intervensi dari jurnal penelitian bahwa mobilisasi dini di
terapkan pada Ny.N di IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen, mendapatkan
respon positif dan tanda-tanda vital klien secara bertahap menunjukan
peningkatan kearah rentang normal, pemberian mobilisasi dini bertujuan
untuk memberikan kenyamanan terkait posisi pasien saat awal masuk IGD.
Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan atau pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah di lakukan
mobilisasi dini pada pasien miokard infark di di RSUD Dr. Moewardi di
Surakarta.

B. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Intervensi yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan sirklulasi
serta saturasi oksigen bagi klien yang mengalami miokard infark yang ada di
IGD RSUD Dr.Soedirman Kebumen.
C. Hubungan hasil penelitian dengan kondisi ril di klinis atau di lapangan
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama kurang lebih 1 jam klien
yang mengalami ST elevasi miokard infark didapatkan bahwa ketika klien baru
tiba di IGD klien tampak lemas, pucat, konjungtiva anemis, dan setelah dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan bahwa ttv klien ada dalam rentang
sangat rendah, setelah di berikan mobilisasi dini berupa posisi tidur 30 derajat dan
diobservasi selama sekitar 60 menit didapatkan bahwa tanda-tanda vital klien
mengalami sedikit peningkatan, pemberian mobilisasi dini ini juga didukung oleh
tindakan lain salah satu nya adalah pemberian terapi oksigen, dimana kedua
untervensi tersebut dapat membantu klien untuk meningkatkan sirkulasi serta
meningkatkan saturasi oksigen klien, sehingga klien merasa lebih nyaman dan
lebih rileks.
D. Kelebihan dan kekurangan jurnal
1) Kelebihan Jurnal
a. Metode penelitian eksperimen dengan membandingkan sebelum dan
setelah dilakukan intervensi.
b. Hasil penelitianya telah dijelaskan sebelum dan sesudah dilakukanya
intervensi
c. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi ilmu keperawatan, sebagai terapi
awal yang bisa dilakukan di IGD.
2) Kekurangan Jurnal
Dalam jurnal ini peneliti memiliki berbagai kekurangan, antara lain:
a. Didalam jurnal penelitian ini tidak dijelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan kepada responden.
b. Peneliti tidak mencantumkan Counfounding factors tidak diidentifikasi.
c. Dalam penelitian ini belum dijelaskan ethical approval
d. Informed consent dalam penelitian ini tidak dijelaskan.
E. Perbandingan Isi Jurnal
1. Aplikasi pada kasus presentasi
Jurnal ini dapat direkomendasikan dan dikembangkan sebagai terapi
alternative untuk mengatasi bersihan jalan napas, sedangkan jurnal pembanding
kebersihan jalan napas untuk metode fisioterapi dada ini adalah metode inhalasi
uap air yang dilakukan pada anak-anak, dimana metode ini mudah untuk
digunakan namun memiliki tingkat keefektifan yang kurang, karena suhu air
yang mudah berubah sehingga uap air mudah menghilang.
2. Perbandingan dengan teori yang sudah ada di textbook terkait kasus
Penyebab terjadinya infark miokard akut adalah diawali dengan proses
berkurangnya pasokan oksigen iskemia jantung yang disebabkan oleh
berbagai hal antara lain: ateroskelorosis, trombus arteri, spasme, emboli
koroner, anomali kongenital yang merupakan gangguan pada pembuluh darah
koroner. Penyebab gangguan pada jantung seperti: Hipertrovi ventrikel, dan
penyakit sistemik seperti anemia oleh penyebab kapasitas pembawa oksigen
keseluruh penyebab di atas bisa mengakibatkan iskemik jantung bila tidak
tertolong akan mengakibatkan kematian jantung yang disebut infark miokard (
Kasron, 2012).
Miokard infark terjadi karena kekurangan oksigen yang terjadi
berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 30-45 menit sehingga menyebabkan
kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan
berhenti berkontraksi selamanya. Kekurangan oksigen yang paling banyak
disebabkan oleh penyakit arteri koroner atau koronari arteri disease (CAD).
Pada penyakit ini terdapat materi lemak yang telah terbentuk dalam beberapa
tahun dalam lumen arteri koronaria (arteri yang mensuplai darah dan oksigen
pada jantung). Plaque dapat rupture sehingga dapat menyebabkan
terbentuknya bekuan darah pada permukaan plaque. Jika bekuan menjadi
cukup besar maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun sebagian
pada arteri koroner (Kasron, 2012).
B. ANALISA SWOT PENERAPAN JURNAL DI KLINIK
a. Kekuatan Internal (Strengths) berkaitan dengan proses penerapan isi
jurnal: Penelitian ini menunjukan bahwa penelitian ini adalah untuk
menjelaskan bahwa mobilisasi dini berpengaruh terhadap perubahan
berkala tanda-tanda vital pada penderita Infark miokard, intervensi ini
sangat membantu ketika terapi lain diberikan pada pasien miokar infark
seperti terapi oksigen mempunyai manfaat pada sistem cardiovaskuler
dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial,
menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki
aliran balik vena.
b. Kelemahan Internal (Weaknesses)
Kelemahan yang dimiliki dari jurnal ini adalah tidak adanya paparan
atau langkah-langkah yang lebih spesifik prosedur melakukan
mobilisasi dini yang diberikan kepada klien sebagai responden.
c. Kesempatan Eksternal (Opportunities): Penggunaan penelitian ini dapat
diterapkan di IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen oleh tenaga
kesehatan dengan melakukan beberapa jenis mobilisasi dini sesuai
kebutuhan pada saat klien baru tiba di IGD. Dimana intervensi tersebut
akan sangat membantu klien untuk memperbaiki sistem atau tanda-tanda
vital klien.
d. Ancaman Eksternal (Threats) : Ancaman jika isi jurnal tidak di terapkan
di Rumah sakit khususnya di ruang IGD adalah, klien akan mengalami
beberapa masalah lebih kompleks, karena mobilisasi dini merupakan
langkah awal yang bisa dilakukan untuk mencegah beberapa komplikasi
seperti sesak yang berlebih.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian intervensi mobilisasi dini sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan klien dengan miokard infark, karena sebagai tindakan awal yang bisa
dilakukan untuk melengkapi terapi oksigen.
B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan mengenai penelitian ini antara lain:
1. Untuk perawat dan tenaga kesehatan lainnya dapat menjadi masukan positif
yang selalu bisa dilakukan di IGD terkait pertolongan pertama pada klien
dengan miokard infark untuk meningkatkan saturasi oksigen, serta
melancarkan sirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA
WHO.2012.HeadacheDisorders.From:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs2
77/en.
Anurogo, Dito. 2012. Penatalaksanaan Migren. CDK-198/vol, 39 no.10
Pengobatannya. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Potter. P. A. Dan Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: concept,process, and
practice. Jakarta: EGC.
Sjahrir, Hasan. 2004. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer Dan Prospek
Yatim, F. 2007.Sakit Kepala, Migrain, dan Vertigo. Jakarta, Indonesia.
PustakaPopuler Obor.
Yusuf, L N, Syamsul. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung :
Remaja Rosdakarya.

You might also like