You are on page 1of 50

Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

Posted: 2 Maret 2012 in Instruments

0
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

Disebut juga Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), Absorbsi atom adalah spektroskopi atom yang pertama kali dapat

diandalkan untuk menganalisa adanya logam dalam sampel yang berasal dari lingkungan.

Sesuai dengan namanya ini adalah sebuah instrumen yang menggunakan spektrum cahaya sebagai kompenen utama

pengukuran. Kemudian jelas pula kalau prinsipnya adalah serapan spektra cahaya tadi yang dilakukan oleh Atom – atom, ini

yang spesialnya.

jadi kalau dibalik bahasanya menjadi : instrumen dengan prinsip serapan cahaya oleh atom-atom

Sampel SSA adalah larutan (harus larutan) dan instrumen ini sangat spesial untuk pengukuran Logam. jadi sampel adalah

logam yang terlarut dalam air.

Jadi akan menyerap cahaya adalah Logam dalam bentuk Atom. Cara mendapatkanyakan jadi gampang karena air sebagai

pelarut sangat mudah diuapkan, komponen lain kalau ada biasanya senyawa organik atau anion itupun mudah dihilangkan

yaitu dengan cara dibakar bila kita membakar suatu campuran (larutan) pada suhu diatas 500 derajat cescius, maka senyawa

non logam akan hancur, dan logam akan berubah menjadi atom-atomnya,. Maka dalam SSA tidak ada tempat sampel tapi

“ruang bakar”
Hal menarik lain dalam instrumen ini adalah sumber cahaya yang dipakai. Kalau dalam spektrofotometer UV-Vis sumber

lampu cukup satu untuk semua sampel, yaitu lampu wolfram untuk wilayah Visible dan Deuterium untuk wilayah UV,

sementara dalam SSA lampu yang dipakai namanya “Lampu katoda Berongga” dimana untuk tiap Logam punya lampu

sendiri jadi kalau mau mengukur Hg maka harus digunakan lampu katoda berongga Hg. Terpaksa dilakukan seperti ini

supaya spektrum yang terpancar memiliki panjang gelombang yang tepat untuk tiap atom yang diukur, jadi akurasi bisa

sangat OK.

Keajaiban yang lain dari SSA adalah penempatan monokromator setelah sampel, padahal fungsi monokromator adalah untuk

meimilih panjang gelombang kan..??? beda lagi dengan UV-Vis

Sebenarnya tidak sulit penjelasannya, karena seperti dibilang tadi kalau lampu yang dipakai Khas atau spesifik artinya lampu

hanya memancarkan satu panjang gelombang, tidak perlu lagi dipilih pilih, justru setelah melewati sampel yang berada di

ruang bakar panjang gelombang jadi tidak pasti karena namanya ruang bakar pakai api, pasti ada sinar dari api, sinar inilah

yang harus disaring, sehingga yang sampai di detektor tetap panjang gelombang yang diinginkan. penentuan kadar sama

seperti pada instrumen lain, lebih baik gunakan kurva standar.

Prinsip dasar AAS

Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas

di berbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb),

dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS

pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double

beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang

dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda

cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.

Dalam AAS kita mengukur serapan (absorbsi) yang dialami oleh seberkas sinar yang melalui kumpulan atom-atom. Serapan

akan bertambah dengan bertambahnya jumlah atom yang menyerap sinar tersebut.

Sinar tersebut bersifat monokromatis dan mempunyai panjang gelombang (λ) tertentu. Suatu atom unsur X hanya bisa

menyerap sinar yang panjang gelombangnya sesuai dengan unsur X tersebut. Artinya, sifat menyerap sinar ini merupakan

sifat yang khas (spesifik) bagi unsur X tersebut. Misal : atom Cu menyerap sinar dengan λ = 589,0 nm sedangkan atom Pb
menyerap sinar dengan λ = 217,0 nm. Dengan menyerap sinar yang khas, atom tersebut tereksitasi (elektron terluar dari

atomnya tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi).

Hubungan antara serapan yang dialami oleh sinar dengan konsentrasi analit dalam larutan standar bisa dipergunakan untuk

menganalisa larutan sampel yang tidak diketahui, yaitu dengan mengukur serapan yang diakibatkan oleh larutan sampel

tersebut terhadap sinar yang sama. Biasanya terdapat hubungan yang linier antara serapan (A) dengan konsentrasi (c) dalam

larutan yang diukur dan koefisien absorbansi (a).

A=a.b.c

Dari hukum Lambert-Beer / Bouguer-Beer

”Bila cahaya monokromatis dilewatkan pada media transparan maka berkurangnya intensitas cahaya yang ditransmisikan

sebanding dengan ketebalan (b) dan konsentrasi larutan.”

Cara sederhana untuk menemukan konsentrasi unsur logam dalam cuplikan adalah dengan dengan membandingkan nilai

absorbans (Ax) dari cuplikan dengan absorbansi zat standar yang dikerahui konsentrasinya.

Ax = Cx

As = Cs

Dimana

Ax = absorban sampel

As = absorban standar

Cx = konsentrasi sampel

Cs = konsentrasi standar
Komponen – komponen Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

1. Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp)

Lampu katoda berongga terdiri atas tabung gelas yang diisi dengan gas argon (Ar) atau neon (Ne) bertekanan rendah (4-10

torr) dan di dalamnya dipasang sebuah katoda berongga dan anoda. Rongga katoda berlapis logam murni dari unsur obyek

analisis. Misalnya : untuk pengukuran Fe diperlukan lapisan logam Fe. Batang anoda terbuat dari logam wolfram /

tungsten

2. Ruang pengkabutan (Spray Chamber)

Merupakan bagian di bawah burner dimana larutan contoh diubah menjadi aerosol. Dinding dalam dari spray chamber ini

dibuat dari plastik / teflon. Dalam ruangan ini dipasang peralatan yang terdiri atas :

1. Nebulizer glass bead atau impact bead (untuk memecahkan larutan menjadi partikel butir yang halus)

2. Flow spoiler (berupa baling-baling berputar, untuk mengemburkan butir / partikel larutan yang kasar)

3. Inlet dari fuel gas dan drain port (lubang pembuangan)

3 Pembakar (Burner)

Merupakan alat dimana campuran gas (bahan bakar dan oksida) dinyalakan. Dalam nyala yang bersuhu tinggi itulah terjadi

pembentukan atom-atom analit yang akan diukur. Alat ini terbuat dari logam yang tahan panas dan tahan korosi. Desain

burner harus dapat mencegah masuknya nyala ke dalam spray chamber. Hal ini disebut ”blow back” dan amat

berbahaya. Burner untuk nyala udara asetilen (suhu 2000 – 22000 C) berlainan dengan untuk nyala nitrous oksida-asetilen

(suhu 2900 – 30000 C). Burner harus selalu bersih untuk menjamin kepekaan yang tinggi dan kedapatulangan (repeatability)

yang baik.

4. Monokromator & Slit (Peralatan optik)

Fungsi : untuk mengisolir sebuah resonansi dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan oleh lampu katoda berongga.

5. Detektor

Detektor yang biasa digunakan dalam AAS ialah jenis photomultiplier tube, yang jauh lebih peka daripada phototube biasa

dan responnya juga sangat cepat (10-9 det). Fungsinya untuk mengubah energi radiasi yng jatuh pada detektor menjadi sinyal

elektrik / perubahan panas

6. Lain-lain
1. Pembuangan gas dan udara kotor (exhaust dust)

2. Pipa saluran gas

Metode Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

1. Teknik Nyala

 Hydride Generation ( analisis logam volatile : As, Sb, Se, Sb, Sn )

 Flame ( hampir semua logam, dalam ppm )

2.Teknik Tanpa Nyala

 Grafit Furnace ( hampir semua logam, dalam ppb )

 Cold Vapor ( khusus logam Hg )

1. Metode Nyala ( Flame )

Sampel diaspirasikan ke spray chamber lewat kapiler dari nebulizer. Penyedotan ini akibat efek tekanan gas oksidan yang

masuk ke nebulizer. Aliran larutan ini keluar kapiler dengan kecepatan tinggi dan segera menumbuk silica glass bead di

depannya sehingga terpecahlah larutan membentuk butir-butir kabut. Kabut ini bercampur dengan gas membentuk aerosol.

Setelah proses pengkabutan, campuran gas naik menuju burner maka terjadi proses pemanasan dan pengatoman. Setelah itu

terjadi penyerapan sinar oleh atom, banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan kadar zat.

2. Metode Tanpa Nyala ( Flameless )

Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan energi listrik pada batang karbon yang biasanya berbentuk tabung grafit. Contoh

diletakkan dalam tabung grafit dan listrik dialirkan melalui tabung tersebut sehingga tabung dipanaskan dan contoh akan

teratomisasikan. Temperatur tabung grafit dapat diatur dengan merubah arus listrik yang dialirkan, sehingga kondisi

temperatur optimum untuk setiap macam contoh / unsur yang dianalisa dapat dicapai dengan mudah

3. Metode Cold Vapor

Pada metode ini senyawa raksa ( Hg ) dalam contoh uji dioksidasikan dengan penambahan KmnO 4 menjadi Hg2+ pada

proses destruksi ( dengan waterbath ) pada suhu 950 C, proses destruksi dilakukan dalam suasana asam Hg2+ yang terbentuk

direduksi oleh SnCl2 menjadi Hg0 ( uap Hg ). Kemudian atom netral tersebut akan menguap sebagai atom-atom bebas dan

didorong oleh udara ke sel. Jika cahaya dengan panjang gelombang lampu katoda Hg melalui sel, maka sinar yang

diabsorbsi oleh Hg berbanding lurus dengan kadar Hg.


Keuntungan metode AAS

Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan

yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung

dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %).

Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya

pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan

emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.

Cara Kerja AAS :

1. pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.

2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda,

jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No.

3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak

dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda

yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah.

4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.

5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan

mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan

6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur parameter yang dianalisis dengan

mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of

standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.

7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.

8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur

logam.

9. Pada menu measurements pilih measure sample.

10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data

keluar.

11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.

12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang

dihasilkan turun dan lurus.


13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.

14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.

15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris menu dengan mengklik file

lalu print.

16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama 10 menit, api dan lampu

burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan

terakhir gas

AAS (ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY)


Suatu instrument dalam ilmu kimia analitik yang digunakan untuk menentukan
kadar suatu unsur dalam senyawa berdasarkan serapan atomnya. Dikembangkan
oleh Walsh 1953. Digunakan untuk analisis senyawa anorganik, atau logam (gol
alkali tanah, dan gol unsure transisi). Spectrum yang diukur di daerah UV-Vis. Syarat
utama sampel yang diukur adalah larutan jernih. Sumber radiasi: HCL (Hollow
Cathode Lamp). Membutuhkan bahan pembentuk nyala api terdiri
dari fuel dan oxidant.

Bagian- bagian dari AAS :


1. Sumber sinar
2. Sistem pengatoman (Atomizer)
3. Monokromator
4. Detektor
5. Sistem pembacaan

Prinsip Kerja :
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu
atom pada keadaan dasar dinaikan tingkat energinya ketingkat eksitasi.
Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan memperoleh garis
resonansi yang tepat.

Cara Kerja AAS :


Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut :
1. Unit atomisasi
2. Sumber radiasi
3. Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun dengan
tungku. Untuk mengubah unsure metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan
energi panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati
agar proses atomisasinya sempurna. Biasanya temperatur dinaikkan secara
bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasikan senyawa yang
dianalisis. Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang kontinyu.
Di samping itu sistem dengan penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk
memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang semonokromator mungkin.
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari
suatu unsure yang spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hallow cathode.
Dengan pemberiaan tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atom-
atom logam katodenya akan teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi
kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu.

Pemakaian Analitis AAS :


Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam anlisis. Ini disebabkan
diantaranya oleh kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat runut, tdak
memerlukan pemisahan pendahuluan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya
untuk menentukan konsentrasi semua unsure pada konsentrasi runut. Ketiga,
sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan
karena kemungkinan penentuan satu unsure dengan kehadiran unsure lain dapat
dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan
sampai 61 logam.
.

Sensitivitas dan batas deteksi merupakan 2 parameter yang sering digunakan dalam
AAS. Sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi suatu unsure dalam larutan air
(μg/ ml) yang mengabsorpsi 1 % dari intensitas radiasi yang datang. Sedangkan
batasan deteksi adalah konsentrasi suatu unsure dalam larutan yang memberikan
sinyal setara dengtan 2 kali deviasi standar dari suatu seri pengukuran standar yang
konsentrasinya mendekati blangko atau sinyal latar belakang.
Atomic Absorption Spektroscopy (AAS)
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer, yang pada saat itu
menelaah garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip
serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1995.
Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode
spektrografik. Beberapa cara ini dianggap sulit dan memakan banyak waktu, kemudian kedua
metode tersebut segera diagantikan dengan Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas . Metode ini sangat
tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode
serapan atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri
nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi.
Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan
AAS memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm (Skoog et al.,
2000).Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS
memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS merupakan
syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga
analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS
merupakan komplementer satu sama lainnya.

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya tersebut
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan Natrium menyerap
pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang
ini mempunyai cukup energy untuk mengubah tingkat energy elektronik suatu atom. Dengan
absorpsi energy, berarti memperoleh lebih banyak energy, suatu atom pada keadaan dasar
dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam-
macam. Misalnya unsur Na dengan noor atom 11 mempunyai konfigurasi electron 1s1 2s2 2p6 3s1,
tingkat dasar untuk electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energy. Elektronini
dapat tereksitasi ketingkat 3p dengan energy 2,2 eV ataupun ketingkat 4p dengan energy 3,6 eV,
masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat
memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spectrum yang tajam dan
dengan intensitas maksimum, yangdikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan
garis resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar
yang disebabkan proses atomisasinya.
Contoh: prinsip dasar penyerapan atom Na
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung
atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas
penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel.
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:

Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:

A= ℮ b c dan A= abc serta persamaan A = – log T = log

Dimana:

PO = intensitas sumber sinar


P = intensitas sinar yang diteruskan

℮ = absortivitas molar ( satuan c dalam Molar)

b = panjang medium / panjangnya jalan sinar

c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar

A = absorbansi
T = Transmitan

a = absorbsivity ( satuan c dalam g/L atau ppm)

Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan
konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).

Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)


Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom
(SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam
keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar
tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar
oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.

Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorpsi sinar ultra
violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Perbedaan analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah
peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya:

Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu:

– Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)

– Sumber radiasi

– Sistem pengukur fotometri

Sistem Atomisasi dengan nyala


Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem introduksi sampeldan
sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrument sumber atomisasi ini adalah nyata dan
sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol.
Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang
penyemprot (chamber spray).
Ada banyak variasi nyala yang telah dipakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom. Namun
demikian yang saat ini menonjol dan diapakai secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara
asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai
untuk kebanyakan analit (unsur yang dianalisis) dapat sintetikan dengan menggunakan metode-
metode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi.

Nyala udara asetilen


Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS. Temperature nyalanya yang lebih
rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar
pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.

Nitrous oksida-asetilen
Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit
terurai. Hal ini disebabkan temperature nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut
adalah: Al, B, Mo, Si, Ti, V dan W.
Sistem Atomisasi tanpa Nyala (dengan Elektrotermal/tungku)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi kelemahan
dari sistem nyala seperti sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel.

Ada tiga tahap atomisasi dengan metode ini yaitu:

– Tahap pengeringan atau penguapan larutan

– Tahap pengabutan atau penghilangan senyawa-senyawa organic

– Tahap atomisasi

Unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan menggunakan GFAAS adalah sama dengan unsur-
unsur yang dapat dianalisis dengan GFAAS tungsten: Hf, Nd, Ho, La, Lu Os, Br, Re, Sc, Ta, U,
W, Y dan Zr. Hal ini disebabkan karena unsur tersebut dapat bereaksi dengan graphit.

Petunjuk praktis penggunaan GFAAS:

– Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat

– Sulfat dan fosfat bagus untuk pelarutsampel, biasanya setelah sampel ditempatkan
dalam tungku.

– Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interfensi dapat terjadi pada sampel dan standar.

– Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energy panas.
Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya
sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ionisasi ini dapat terjadi apabila temperatur terlampau
tinggi. Bahan bakar dan oksidator dimasukkan dalam kamar pencamput kemudian dilewatkan
melalui baffle menuju ke pembakar. Hanya tetesan kecil dapat melalui baffle. Tetapi kondisi ini
jarang ditemukan, karena terkadang nyala tersedot balik ke dalam kamar pencampur sehingga
menghasilkan ledakan. Untuk itu biasanya lebih disukai pembakar dengan lubang yang sempit
dan aliran gas pembakar serta oksidator dikendalikan dengan seksama.

– Dengan gas asetilen dan oksidator udara bertekanan, temperature maksimum yang dapat
tercapai adalah 1200oC. untuk temperatur tinggi biasanya digunakan N:O: = 2:1 karena
banyaknya interfensi dan efek nyala yang tersedot balik, nyala mulai kurang digunakan, sebagai
gantinya digunakan proses atomisasi tanpa nyala, misalnya suatu perangkat pemanas listrik.
Sampel sebanyak 1-2 ml diletakkan pada batang grafit yang porosnya horizontal atau pada logam
tantalum yang berbentuk pipa. Pada tungku grafit temperatur dapat dikendalikan secara elektris.
Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasi
senyawa yang dianalisis.
Metode tanpa nyala lebih disukai dari metode nyala. Bila ditinjau dari sumber radiasi, metode
tanpa nyala haruslah berasal dari sumber yang kontinu. Disamping itu sistem dengan penguraian
optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang
semonokromatis mungkin. Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam
dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar Hollow cathode. Lampu ini
memiliki dua elektroda, satu diantaranya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama
dengan unsur yang dianalisis. Lampuini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah, dengan
pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya
akan teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada
panjang gelombang tertentu.
Instrumen dan Alat

( gambar: perangkat AAS)

Untuk menganalisis sampel, sampel tersebut harus diatomisasi. Sampel kemudian harus diterangi
oleh cahaya. Cahaya yang ditransmisikan kemudian diukur oleh detector tertentu.

Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga langkah:

– Desolvation (pengeringan) – larutan pelarut menguap, dan sampel kering tetap

– Penguapan – sampel padat berubah menjadi gas

– Atomisasi – senyawa berbentuk gas berubah menjadi atom bebas.

Sumber radiasi yang dipilih memiliki lebar spectrum sempit dibandingkan dengan transisi atom.
Lampu katoda Hollow adalah sumber radiasi yang paling umum dalam spekstroskopi serapan
atom. Lampu katoda hollow berisi gas argon atau neon, silinder katoda logam mengandung
logam untuk mengeksitasi sampel. Ketika tegangan yang diberikan pada lampu meningkat, maka
ion gas mendapatkan energy yang cukup untuk mengeluarkan atom logam dari katoda. Atom
yang tereksitasi akan kembali ke keadaan dasar dan mengemisikan cahaya sesuai dengan
frekuensi karakteristik logam.

Bagian-Bagian pada AAS


Bentuk rangkaian alat AAS
1. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau
umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda
tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :

Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur


Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya saja
harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk memudahkan
pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang
hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.

Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam
yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk
keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari
dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.

Gambar hollow chatode


Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas dari
soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi,
dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu
pemakaian dicatat.

1. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas
asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang
berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan
yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila
terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar.
Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas
regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas
tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena
minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena
disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan
mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.

1. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS,
yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang
dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari
pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan
tidak berbahaya.

Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar bagian
atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat
masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam
ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.

Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila lurus
secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap hasil
pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang
terhubung dengan ducting.

1. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom.
Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan
ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara
setelah usai penggunaan AAS.

Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi
terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik
kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada
saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi
basah dan uap air akan terserap ke lap.

1. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai
tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada
pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang
pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.

Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke
dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada
aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau
menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang
yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang
untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan
dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang
berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
( Gambar : burner pada AAS)

Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan
berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah,
maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna
api yang paling baik, dan paling panas.

1. Buangan pada AAS


Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan
sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi
dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api
pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala
api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol
kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan
sedikit, agar tidak kering.

1. Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak spectrum yang
dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode atau untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar
monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.

Macam-macam monokromator yaitu prisma, kaca untuk daerah sinar tampak, kuarsa untuk
daerah UV, rock salt (kristal garam) untuk daerah IR dan kisi difraksi.

1. Detector
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector panas biasa
dipakai untuk mengukur radiasi inframerah termasuk thermocouple dan bolometer. Detector
berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi energy
listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan penguatan dan dicatat oleh alat
pencatat yang berupa printer dan pengamat angka.

Ada dua macam deterktor sebagai berikut:

– Detector Cahaya atau Detector Foton


Detector foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam halini setiap foton akan membebaskan
elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat
berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.

– Detector Infra Merah dan Detector Panas


Detector infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul jika dua logam
yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.

Bentuk spectra AAS

Cara kerja spektrofotometer serapan atom


1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit,
dan komputer secara berurutan.
2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah
”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda
yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu
katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat
diganti atau ditambahkan dengan mudah.
4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih unsur
yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan
6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur parameter
yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number
of sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3
ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap
digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.
10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke
standar 1 ppm hingga data keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk
standar 3 ppm dan 9 ppm.
12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran
blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklikicon print atau pada
baris menu dengan mengklik file lalu print.
16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner
selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan,
lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
Metode Analisis
Adatiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik tersebut
adalah:

1. 1. Metode Standar Tunggal


Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel
(Asmp) diukur dengan spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:

Sehingga,

Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd

Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan sampel dapat
dihitung.

1. 2. Metode kurva kalibrasi


Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi
dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara
konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan
slobe = atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel
diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis
lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linewar pada kurvakalibrasi.

1. 3. Metode adisi standar


Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh
perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih
sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan
sampai volume tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah
terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan diencerkan seperti pada larutan yang
pertama.

Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:

Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)

Dimana,

Cx = konsentrasi zat sampel

Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel

Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)

AT = absorbansi zat sampel + zat standar


Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}

Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan
spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat grafik antara AT
lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:

Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)

Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs

Salah satu penggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah untuk metode pengambilan
sampel dan analisis kandungan logam Pb di udara. Secara umum pertikulat yang terdapat diudara
adalah sebuah sistem fase multi kompleks padatan dan partikel-partikel cair dengan tekanan uap
rendah dengan ukuran partikel antara 0,01 – 100 μm.

Keuntungan danKelemahan Metode AAS


Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik, batas
deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan,
pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat
diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %).

Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu menguraikan zat
menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi
(tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta
pengaruh matriks misalnya pelarut.

Gangguan-gangguan dalam metode AAS


1. Ganguan kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianailsis mengalami reaksi kimia dengan anion atau
kation tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak semua analiti dapat teratomisasi.
Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) penggunaan suhu nyala
yang lebih tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang dapatmelepaskan kation atau anion
pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lai yang ditambahkan disebut zat pembebas
(Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).
1. Gangguang Matrik
Gangguan ini terjadi apabila sampel mengandung banyak garam atau asam, atau bila pelarut yang
digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu nyala untuk larutan sampel dan
standar berbeda. Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat
mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam analisis kuantitatif
dapat digunakan cara analisis penambahan standar (Standar Adisi).

1. Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu melepaskan electron
dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini mengurangi jumlah atom netral,
sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan
dengan penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih elektropositif dari
atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. penambahan ini dapat mencapai 100-2000
ppm.
1. Absorpsi Latar Belakang (Back Ground)
Absorbsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi oleh nyala api, absorpsi molecular, dan
penghamburan cahaya.

Analisis Kuantitatif
1. Penyiapan sampel
Penyiapan sampel sebelum pengukuran tergantung dari jenis unsur yang ditetapkan, jenis substrat
dari sampel dan cara atomisasi.

Pada kebanyakan sampel hal ini biasanya tidak dilakukan,bila atomisasi dilakukan menggunakan
batang grafik secara elektrotermal karena pembawa (matriks) dari sampel dihilangkan melalui
proses pengarangan (ashing) sebelumatomisasi.Pada atomisasi dengan nyala, kebanyakan sampel
cair dapat disemprotkan langsung ke dalam nyala setelah diencerkan dengan pelarut yang
cocok..Sampel padat biasanya dilarutkan dalam asam tetaou adakalanya didahului dengan
leburan alkali.
1. Analisa kuantitatif
Pada analisis kuantitatif ini kita harus mengetahui beberapa hal perlu diperhatikan sebelum
menganalisa.Selain itu kita harus mengetahui kelebihan dan kekurangan pada AAS.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menganalisa:

– Larutan sampel diusahakan seencer mungkin (konsentrasi ppm atau ppb).

– Kadar unsur yang dianalisistidaklebihdari 5% dalampelarut yang sesuai.

– Hindari pemakaian pelarut aromatic atau halogenida. Pelarut organic yang umum digunakan
adalah keton, ester dan etilasetat.

– Pelarut yang digunakan adalah pelarut untuk analisis (p.a)

Langkah analisis kuantitatif:

– PembuatanLarutanStokdan LarutanStandar

– Pembuatan Kurva Baku

Persamaan garis lurus : Y = a + bx dimana:

a = intersep

b = slope

x = konsentrasi

Y = absorbansi
Penentuan kadar sampel dapat dilakukan dengan memplotkan data absorbansi
terhadap konsentrasi atau dengan cara mensubstitusikan absorbansi kedalam persamaangaris
lurus

( sumber: digabungkan dari berbagai sumber)


KIMIA ANALISA INSTRUMENT UV VIS

Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk
mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional, kimia analitik
dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk
mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa kimia, baik organik maupun anorganik,
sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa
dalam suatu cuplikan. Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan,
target dan metode. Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi kimia
bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan, dan forensik. Berdasarkan
metodenya, kimia analitik dapat dibagi menjadi spektroskopi, spektrometri massa,
kromatografi dan elektroforesis, kristalografi, mikroskopi, dan elektrokimia. Meskipun kimia
analitik modern didominasi oleh instrumen-instrumen canggih, akar dari kimia analitik dan
beberapa prinsip yang digunakan dalam kimia analitik modern berasal dari teknik analisis
tradisional yang masih dipakai hingga sekarang. Contohnya adalah titrasi dan gravimetri.
Kimia analisa instrumen adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan identifikasi
atau penentuan komposisi dengan bantuan instrumen (alat) khas; keuntungan analisis
berlangsung cepat dengan sedikit pereaksi baik jenis maupun jumlahnya, dan
kelemahannya bergantung pada ketelitian alat. . Beberapa alasan perkembangan kimia
analisa instrumen adalah:

a. Banyak zat kimia yang tidak dapat ditentukan dengan cara kimia biasa ( visual).
b. Matriks sampel yang dianalisa sangat sulit.
c. Sampel yang dianalisa kuantitasnya sangat kecil
d. Hasil analisa yang cepat.

Dalam kimia analisa instrument ada beberapa hal yang perlu dibahas yaitu:

1. Instrumen kimia UV-Vis

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan atau
yang di absorpsi.
Pada umumnya ada beberapa jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisis
secara kimiawi, antara lain:

a. Spektrofotometri Vis (visibel)


b. Spektrofotometri UV (ultra violet)
c. Spektrofotometer UV-VIS
Dan lain-lain tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah spektrofotometri UV-VIS,
tetapi untuk lebih jelasnya akan dijelaskan terlebih dahulu secara singkat spektrofotometri di
atas Spektrofotometri Visibel
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap
oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga
semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama
ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak(visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.
Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol
W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam
lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sample yang dapat
dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan
tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna
dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang
akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan
stabil. Spektrofotometri UV

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi


sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai
sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia
merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti
atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya
memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa
Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua
pertikel.Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan
transparan.Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa
preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut
sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.Spektrofotometri UV memang lebih
simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi
sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari
senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini
berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.

Spektrofotometri UV-VIS

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.


Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya
visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber
sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan.
Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk
sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-visible
(UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini
berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV) dan
dekat dengan inframerah (NIR)) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara
langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di wilayah ini dari spektrum
elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik. Teknik ini melengkapi fluoresensi
spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited state.
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :

a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.


b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.

Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :

E = hv
Dimana , E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
Penyerapan sinar uv-vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional/gugus kromofor (gugus
dengan ikatan tidak jenuh) yang mengandung electron valensi dengan tingkat eksitasi yang
rendah. Dengan melibatkan 3 jenis electron yaitu : sigma, phi dan non bonding electron.
Kromofor-kromofor organic seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil mampu
menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimalnya dapat
berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang
mempunyai elekron bebas, seperti hidroksil, metoksi dan amina. Terikatnya gugus
auksokrom pada gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke
panjang gelombang yang lebih besar (bathokromik) yang disertai dengan peningkatan
intensitas (hyperkromik).

1. Kegunaan spektroskopi UV-VIS <br/>


UV / Vis spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan larutan dari logam
transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa organik.

a. Larutan ion logam transisi dapat berwarna (misalnya, menyerap cahaya) karena elektron
dalam atom logam dapat tertarik dari satu negara elektronik lainnya. Warna larutan ion
logam sangat dipengaruhi oleh kehadiran spesies lain, seperti anion tertentu atau ligan.
Sebagai contoh, warna larutan encer tembaga sulfat adalah biru yang sangat terang;
menambahkan amonia meningkat dan perubahan warna panjang gelombang serapan
maksimum (λ m a x).

b. Senyawa organik, terutama mereka yang memiliki tingkat tinggi konjugasi, juga menyerap
cahaya pada daerah UV atau terlihat dari spektrum elektromagnetik. Pelarut untuk
penentuan ini sering air untuk senyawa larut dalam air, atau etanol untuk senyawa organik
yang larut. (Pelarut organik mungkin memiliki penyerapan sinar UV yang signifikan; tidak
semua pelarut yang cocok untuk digunakan dalam spektroskopi UV. Ethanol menyerap
sangat lemah di paling panjang gelombang.).Polaritas pelarut dan pH dapat mempengaruhi
penyerapan spektrum senyawa organik. Tirosin, misalnya, peningkatan penyerapan
maksimum dan koefisien molar kepunahan ketika pH meningkat 6-13 atau ketika polaritas
pelarut berkurang.

c. Sementara kompleks transfer biaya juga menimbulkan warna, warna sering terlalu kuat
untuk digunakan dalam pengukuran kuantitatif. Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa
absorbansi larutan berbanding lurus dengan konsentrasi spesies menyerap dalam larutan
dan panjang jalan. Jadi, untuk tetap jalan panjang, UV / VIS spektroskopi dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi dalam larutan penyerap. Perlu untuk mengetahui seberapa
cepat perubahan absorbansi dengan konsentrasi. Ini dapat diambil dari referensi (tabel
koefisien molar kepunahan), atau lebih tepatnya, ditentukan dari kurva kalibrasi.

Instrumentasi UV-Vis
Spektroskofi UV-VIS memiliki instrumentasi yang terdiri dari lima komponen utama, yaitu ;

1. Sumber radiasi sumber energy cahaya yang biasa untuk daerah tampak dari spectrum
itu maupun daerah ultraviolet dekat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan
kawat ranbut terbuat dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa, keluaran lampu wolfram ini
memadai dari sekitar 235 atau 350 nm ke sekitar 3 µm. energy yang dipancarkan olah kawat
yang dipanaskan itu beraneka ragam menurut panjang gelombangnya. Panas dari lampu
wolfram dapat merepotkan; sringkali rumah lampu itu diselubungi air atau didinginkan
dengan suatu penghembus angin untuk mencegah agar sampel ataupun komponen lain dari
instrument itu menjadi hangat.

2. Wadah sampel
kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan wadah
sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu
haruslah meneruskan energy cahaya dalam daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca
melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet.
Dalam instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel.
Penting bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan
membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabunga dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap
kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus
diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak
seluruhnya diatas berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain
kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan bahwa posisi
tabung dalam ruang sel (dari) instrument itu reprodusibel.

3. Monokromator
Monokromator ini adalah piranti optis untuk memencilkan suatu berkas radiasi dari sumber
berkesinambungan, berkas mana mempunyai kemurnian spectral yang tinggi dengan
panjang gelombang yang diinginkan. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk,
kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu berkas sejajar jatuh
ke unsure pendispersi, yang berupa prisma atau suatu kisi difraksi. Dengan memutar prisma
atau kisi itu secara mekanis, aneka porsi spectrum yang dihasilkan oleh insur disperse
dipusatkan pada celah keluar, dari situ, lewat jalan optis lebih jauh, porsi-porsi itu menjumpai
sampel.

4. Detektor
Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang
Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum
yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak
senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda
menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada
sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar
yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu
yang melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang
digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-
senyawa akan menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum
UV. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada
gelombang dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai
pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm
untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut.

5. Rekorder
Dan di dalam rekorder signal tersebut direkam sebagai spektrum yang berbentuk puncak-
puncak. Spektrum absorpsi merupakan plot antara absorbans sebagai ordinat dan panjang
gelombang sebagai absis.

Prinsip Kerja UV-Vis

Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang


mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.Cahaya yang
digunakan merupakan foton yang bergetar dan menjalar secara lurus dan merupakan
tenaga listrik dan magnet yang keduanya saling tagak lurus. Tenaga foton bila
mmepengaruhi senyawa kimia, maka akan menimbulkan tanggapan (respon), sedangkan
respon yang timbul untuk senyawa organik ini hanya respon fisika atau Physical event.
Tetapi bila sampai menguraikan senyawa kimia maka dapat terjadi peruraian senyawa
tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau hanya menjadi radikal yang dinamakan
peristiwa kimia atau Chemical event. Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk cairan berwarna.
Sehingga sampel yang akan diidentifikasi harus diubah dalam senyawa kompleks. Analisis
unsur berasal dari jaringan tanaman, hewan, manusia harus diubah dalam bentuk larutan,
misalnya destruksi campuran asam (H2SO4+ HNO3 + HClO4) pada suhu tinggi. Larutan
sample diperoleh dilakukan preparasi tahap berikutnya dengan pereaksi tertentu untuk
memisahkan unsur satu dengan lainya, misal analisis Pb dengan ekstraksi dithizon pada pH
tertentu. Sampel Pb direaksikan dengan amonium sitrat dan natriun fosfit, pH disesuaikan
dengan penambahan amonium hidroksida kemudian ditambah KCN dan NH2OH.HCl dan
ekstraksi dengan dithizon.

Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju
monokromator, Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan
sebuah cermin berotasi, Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara
berulang – ulang, Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya,
perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah terprogram.

Aplikasi dari UV-Vis

1. Studi Fotoelektrokimia Lapisan Tipis CdS Hasil Deposisi Metode CBD


Lapisan tipis CdS dideposisi pada substrat gelas berlapis TCO dengan metode CBD
(Chemical Bath Deposition) menggunakan bahan dasar CdCl2 sebagai sumber ion Cd2+
dan (NH2)2 SC (Thiourea) sebagai sumber ion S2-. Karakterisasi XRD lapisan tipis yang
diperoleh memperlihatkan puncak-puncak karakteristik CdS polikristal dengan struktur kubik
(zincblende). Absorbansi dan transmitansi optik dengan spektroskopi UV-VIS
memperlihatkan daerah absorbsi pada rentang cahaya tampak (300 nm - 500 nm) dengan
maksimum pada sekitar 330 nm. Karakterisasi fotoelektrokimia dilakukan di dalam sel
elektrokimia yang berisi elektrolit 1M NaOH dan elektrolit mengandung kompleks iodida.
Respon arus foto (photocurrent) elektroda CdS di dalam sel fotoelektrokimia
memperlihatkan kebergantungan pada panjang gelombang cahaya datang dan bersesuaian
dengan absorbansi optik spektroskopi UV-VIS. Lebar celah pita energi (energy bandgap)
ditentukan melalui kurva (Jphhv)2 vs hv (energi foton), diperoleh lebar pita energi sebesar
2.45 eV. Hubungan rapat arus foto terhadap energi foton cahaya (hv) juga diperlihatkan dari
kurva Jph vs hv.

2. Meneliti Pengaruh Kelembaban Terhadap Absorbansi Optik Lapisan Gelatin


Penelitian ini menyajikan studi tentang pengaruh kelembaban terhadap absorbansi optik
lapisan gelatin. Cahaya yang melewati atau diserap film gelatin dideteksi menggunakan
spektrometer dengan panjang gelombang antara 292 nm sampai 591 nm dalam rentang
daerah ultraungu (UV) – cahaya tampak (visible). Absorbansi optik lapisan gelatin dipindai
(di-scan) dengan perlakuan variasi kelembaban udara (kelembaban nisbi, RH). Film gelatin
dideposisi menggunakan spin-coater pada kecepatan putar tertentu di atas substrat kaca.
Absorbansi optik lapisan gelatin diamati menggunakan teknik spektroskopi dengan
mengukur absorbansi dalam rentang UV-Vis. Absorbansi optik lapisan gelatin dipindai
(scan) dari panjang gelombang 292 nm sampai dengan 591 nm yaitu dalam rentang cahaya
ultraungu (UV) – cahaya tampak (visible). Hasil pengukuran nilai absorbansi untuk setiap
panjang gelombang dalam rentang pengukuran. Dari spektrum absorbansi tersebut
diketahui serapan optik lapisan gelatin berada pada daerah ultraungu (UV), antara 292 nm
sampai 355 nm.

Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV, UV-Vis

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang


digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah cahaya matahari.
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi
elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan
sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun
spektroskopi emisi.

Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di


dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya
maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat
dualistik cahaya yaitu:

1) Sebagai gelombang

2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.

Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya


panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l)
didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak.
Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh Planck yang
dikenal dengan persamaan Planck. Hubungan antara panjang gelombang frekuensi
dirumuskan sebagai

c = λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ

Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi

E=h.v

E = h . c/ λ

dimana

E = energi tiap foton

h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),

v = frekuensi sinar

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).

Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton
akan berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi yang
dimiliki suatu foton akan berbanding lurus dengan frekuensinya.
Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada energi
yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki panjang gelombang
(λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang gelombang yang dimiliki
sinar tampak (400–800 nm).
Berbagai satuan energi beserta faktor konversinya dapat dilihat pada tabel:

Erg Joule Kalori l.atm E.volt

1 erg = 1 10-7 2,3901×10-8 9,8687×1010 6,2418×1011

J joule = 107 1 2,3901×10-1 9,8687×10-3 6,2418×1018

1 kalori 4,1849×107 4,1840 1 4,1291×10-2 2,6116×1019

1 atm = 1,0133×109 1,0133×102 24,218 1 16,6248×1020

1 E.volt = 1,6021×10- 1,6021x-19 3,8291×10- 1,5611×10-20 1


12
20

Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan


cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga spektrofotometri
disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.

Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki prinsip
kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang
gelombang yang digunakan.

Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut spektrofotometer terdiri


dari :

sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out


(pembaca).
Fungsi masing-masing bagian:

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan


berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer

 UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen

 VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram

 UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.

 Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.

2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu


mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya
monokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan
gratting atau lensa prisma dan filter optik.

Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.
Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan
sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam
satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan. Pada gambar di atas
disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu
jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada
gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi atau
penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel

– UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari
silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca
dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang
dengan lebar 1 cm.

– IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada
dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke
dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali
larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya
mahal.

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan


mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :

 Kepekaan yang tinggi

 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi

 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.

 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.

 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.


Macam-macam detektor :

 Detektor foto (Photo detector)

 Photocell, misalnya CdS.

 Phototube

 Hantaran foto

 Dioda foto

 Detektor panas

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik
yang berasal dari detektor.

Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri

Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya


polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang
tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan
penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu
materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah
(eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron
ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya
inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu
molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron
terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.

Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi


suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel
disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya
mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian
lagi akan diteruskan.

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya
setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. dari gambar terlihat
bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di banding
cahaya setelah melewati sel sampel

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-
beer atau Hukum Beer, berbunyi:

“jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang


diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk


menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan:

dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:


dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas
cahaya setelah melewati sampel.

Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:

A= a . b . c atau A = ε . b . c

dimana:

A = absorbansi

b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga


umumnya 1 cm)

c = konsentrasi larutan yang diukur

ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)

a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan


yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet)
yang sama.

4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan


yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh
partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu
kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.

Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan


spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).

Spektrum UV, VIS, UV-VIS dan IR

Data-data yang dikeluarkan oleh UV atau VIS dapat berupa absorbansi atau
transmitansi yang langsung dibaca pada spektrofotometer. Namun untuk UV, VIS,
UV-VIS dan IR data yang dikeluarkan dapat berupa spektrum jika telah
dihubungkan dengan komputer.

Spektrum yang dikeluarkan oleh UV, VIS dan UV-VIS berupa pita yang
lebar sedangkan pada pita yang dikeluarkan oleh IR berupa garis atau puncak
tajam.

Pita melebar dari UV-VIS disebabkan karena energi yang dimiliki selain
menyebabkan transisi elektronik terjadi pula rotasi dan vibrasi elektron dalam
molekul. Sedangkan pada IR hanya terjadi vibrasi elektron maka spektrum yang
dihasilkan berupa garis atau puncak tajam. Selain pada IR, spektrum berupa garis
dapat terjadi pula pada spektroskopi NMR karena hanya terjadi rotasi elektron.
Spektrum yang dihasilkan dari setiap spektroskopi berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Para kimiawan spektrum UV, VIS maupun IR dapat
dibedakan dengan mudah. Spektrum yang dihasilkan oleh UV, VIS dan UV-VIS
tidak berbeda jauh namun sangat sangat berbeda bila dibanding spektrum IR.
Untuk membedakannya dapat dilihat pada gambar:
Gambar spektrum UV. Namun spektrum dari spektrofotometer VIS dan UV-VIS
menyerupai spektrum UV

Gambar spektrum IR. Pita tertinggi mengarah ke bawah sedangkan pada UV pita
yang paling tinggi mengarah ke atas hal ini disebabkan spektrofotometer IR ditulis
dalam bentung bilangan gelombang
DEFINISI SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS dan
Penjelasannya
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

A. Pengertian Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-400

nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak

mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital dasar yang berenergi

rendah ke orbital tereksitasi yang berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya

tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul- molekul yang memerlukan lebih

banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek.

Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih

panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai

elektron yang lebih mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang

gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).

Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah yang digunakan ketika radiasi ultraviolet dan

cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur. Alatnya disebut spektrofotometer UV-Vis.

Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu instrumen yang digunakan dalam

menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer digunakan karena kemampuannya dalam

menganalisa banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila

dibandingkan dengan beberapa metode analisa (Herliani, 2008).

B. Pengertian Spektofotometer

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer

ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi

spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.

Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat

lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.

Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai

filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang

tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar

monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada

spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat

pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak

yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat

untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. (Khopkar,

1990).

C. Kegunaan Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya digunakan untuk:

 Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan ausokrom dari suatu senyawa

organik.

 Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu

senyawa.

 Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan

hukum Lambert-Beer.

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar

ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak

memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang

lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau

kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit
informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran

secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar

tampak berada pada panjang gelombang 400-800nm.

Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan frekuensi

adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v)

adalah satu satuan per panjang gelombang. (Dachriyanus, 2004). Kebanyakan

penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik didasarkan n-π* ataupun π-π* karena

spektrofotometri UV-Vis memerlukan hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi

dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman untuk digunakan dalam eksperimen.

Spektrofotometer UV-Vis yang komersial biasanya beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm.

Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah

inframerah. Ini karena pita serapan terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional

tertentu seperti karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak yang

karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai ada tidaknya gugus

semacam itu dalam molekul tersebut. (Day & Underwood, 1986)

D. Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer (Beer`s law) adalah hubungan linearitas antara absorban dengan

konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan

mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.

Hukum Lambert-Beer terbatas karena sifat kimia dan faktor instrumen. Penyebab non linearitas

(Dachriyanus, 2004):

 Deviasi koefisien ekstingsi pada konsentrasi tinggi (>0,01 M), yang disebabkan oleh interaksi

elektrostatik antara molekul karena jaraknya yang terlalu dekat.

 Hamburan cahaya karena adanya partikel dalam sampel.

 Flouresensi atau fosforesensi sampel.

 Berubahnya indeks bias pada konsentrasi yang tinggi.


 Pergeseran kesetimbangan kimia sebagai fungsi dari konsentrasi.

 Radiasi non-monokromatik; deviasi bisa digunakan dengan menggunakan bagian datar pada

absorban yaitu pada panjang gelombang maksimum.

 Kehilangan cahaya.

E. Instrumen Spektrofotometri UV-Vis

Instrumen pada spektrofotometri UV-Vis terdiri dari 6 komponen pokok:

1. sumber radiasi

2. Monokromator

3. wadah sampel (sel atau kuvet)

4. Detektor

5. Recorder

6. Read out

Fungsi masing-masing bagian:


1. Sumber sinar

Polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai macam

rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer

 UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen

 VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram


 UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.

 Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.

2. Monokromator

Sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber
sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini
banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika digunakan

grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik
berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa

yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai
dengan jenis pemeriksaan. Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau

penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya
dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar di atas

hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi atau penyebaran cahaya

seperti yang tertera pada gambar.

3. Sel sampel

Sebagai tempat meletakan sampel:

 UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya

terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki

kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat

menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak

(VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.

 IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua

lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel
natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang

dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.

4. Detektor

Menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik.

Syarat-syarat sebuah detektor :

 Kepekaan yang tinggi

 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi


 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.

 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.

 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

Macam-macam detektor :

 Detektor foto (Photo detector)

 Photocell, misalnya CdS.

 Phototube

 Hantaran foto

 Dioda foto

 Detektor panas

5. Read out

Merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari

detektor.

F. Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri

Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis)

mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan

diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan penting adalah elektron

valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang

dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar

(vibrasi) jika dikenai suatu energi.

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini
disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka

elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya
akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang

lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.

Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu

suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari
dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai

sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan
diteruskan.

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang

mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang

dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah

melewati materi (sampel)).

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang

hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer

atau Hukum Beer, berbunyi:

“jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya)

yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu


fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.

G. Prinsip Kerja

Adapun prinsip kerja alat spektrofotometer uv-vis yaitu sumber radiasi untuk spektroskopi

UV-Vis adalah lampu tungsten. Cahaya yang dipancarkan sumber radiasi adalah cahaya polikromatik.

Cahaya polikromatik UV akan melewati monokromator yaitu suatu alat yang paling umum dipakai

untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang gelombang

(monokromator). Monokromator radiasi UV, sinar tampak dan infra merah adalah serupa yaitu

mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan perisai atau grating.


H. Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometer UV-Vis

Kelebihan spektrofotometer UV-Vis:

 Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi.

 Caranya sederhana

 Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil

Kekurangan spektrofotometer UV-Vis:

 Absorbsi dipengaruhi oleh PH larutan,suhu dan adanya zat pengganggu dan kebersihan kuvet.

 Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang > 165 nm.

 Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi dengan energy eksitasi

rendah.

 Sinar yang dipakai harus monokromatis

SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS
Maret 4, 2013 · oleh jawibawanax · in INSTRUMENT · Tinggalkan komentar
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia
pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang
antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak
dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer
(Rohman, 2007).

Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada
beberapa pembatasan, yaitu :
– Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
– Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
– Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan
tersebut
– Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
– Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :

A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi

INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS


1. Sumber cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :

a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah
tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara
350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000jam
pemakaian.

b. Lampu DeuteriumLampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energy
radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki
waktu 500 jam pemakaian.

2. Wadah Sampel

kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan wadah sampel adalah
sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan
energy cahaya dalam daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa
atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam instrument, tabung reaksi silindris
kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel. Penting bahwa tabung-tabung semacam itu
diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabunga dan tanda
itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya
datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus larutan, dengan
meniscus terletak seluruhnya diatas berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain
kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung
dalam ruang sel (dari) instrument itu reprodusibel.
2. Monokromator

Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal
(monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu
:

a. Prisma

Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi
yang baik dari radiasi polikromatis.

b. Grating (kisi difraksi)

Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan
merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat
digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.

c. Celah optis

Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi.
Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga
diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.

d. Filter

Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya
berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.

4. Detektor – Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah
menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka
pada reader (komputer). Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai panjang
gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum
yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak senyawa-
senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar
UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda
akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang
diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu.
Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut
menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian
yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah
205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air
sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm
untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut

5. Visual display/recorder
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk %
Transmitan maupun Absorbansi.

PRINSIP KERJA

Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan
melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.
Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis
(tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel
yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang
diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima
oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya
yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.

HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna

Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan tersebut
harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali apabila diukur dengan
menggunakan lampu UV.

2. Panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi
maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal
karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi
adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva
absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan
pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.

3. Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang
diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media
akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk.
Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer
agar pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.

You might also like