You are on page 1of 9

Syifa’MEDIKA, Vol. 7 (No.

1), September 2016

Laporan Kasus:
Delayed Tension Pneumocephalus pada Pasien Cedera Kepala
Tony Hardian1, Muhammad Farihin2
1,2
Departemen Bedah Fakutas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin, Palembang

Abstrak

Pneumocephalus didefinisikan sebagai adanya gas di dalam kompartemen intrakranial. Penumpukan udara
pada intrakranial dapat ditemukan segera (< 72 jam ) ataupun lambat (>72 jam) pada trauma kepala
beberapa hari sebelum timbulnya gejala klinis. Apabila udara di intrakranial ini menyebabkan hipertensi
intrakranial dan terjadi efek massa dengan gejala neurologis, disebut dengan tension pneumocephalus. Pada
CT scan tension pneumocephalus akan tampak sebagai gambaran “Mount Fuji Sign”. Seorang perempuan
15 tahun, datang ke RS Mohammad Hoesein Palembang dengan keluhan utama perubahan perilaku berupa
sering melamun, pandangan mata kosong, tidak mau diajak bicara sejak 1 bulan yang lalu, mual, muntah,
badan lemas. Keluhan tidak disertai demam, kelemahan lengan dan tungkai, dan penurunan kesadaran.
Hasil CT Scan kepala didapatkan kesan pneumoencephal bifrontal. Riwayat operasi kraniotomi evakuasi dan
kraniektomi debridement atas indikasi cedera kepala sedang tertutup GCS 13 + SDH lobus
frontotemporoparietal dextra + fraktur depressed sinus frontal dextra 2 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Penderita didiagnosis tension pneumocephalus region frontal dextra et sinistra. Pada pasien ini dilakukan
dekompresi dan eksplorasi, didapatkan duramater yang robek di dasar os frontal, dilakukan jahit primer
pada duramater yang robek dan dilakukan tampon pada sinus frontalis dengan mengunakan otot temporal.
Simpulan, dengan penatalaksanaan yang tepat maka kondisi penderita membaik dan tidak ada lagi tension
pneumocephalus

Kata kunci: delayed tension pneumoencephalus,pneumoencephalus, gejala neurologis, Mount Fuji Sign

Abstract

Pneumocephalus defined as gas accumulation inside intracranial compartment. Gas accumulation could be
found early (<72 hours) or late (>72 hours) after head trauma before clinical manifestation appears. If this
gas induced intracranial hypertension and neurologic sign, it called tension pneumochepalus. CT scan image
of tension pneumochepalus shows Mount Fuji sign. A 15 years old female came with a changing behaviour i.e
excessive daydreaming, empty eyes, did not want to talk since a month ago, nausea, vomiting, and malaise.
She did not have fever, paralysis, or decrease of consciousness. CT scan revealed bifrontal pneumoencephal.
She had an evacuation craniotomy and debridement craniectomy 2 months before hospital admission due to
moderate closed head trauma with GCS 13 and SDH on right frontotemporoparietal lobe and depressed
fracture on right frontal sinus. She was diagnosed tension pneumocephalus on right and left frontal regions.
While doing decompresion and exploration surgery, operator found a torn duramater in frontal bone base,
primary sutures was done on torn duramater and tamponade in frontal sinus with temporal muscles.
Conclusion, tension pneumocephalus could be cured with right surgical treatment.

Keywords: delayed tension pneumoencephalus, pneumoencephalus, neurologic sign, Mount Fuji Sign

Korespondensi= Departemen Bedah Fakutas Kedokteran Universitas Sriwijaya


Jalan Jend Sudirman Palembang

36
Syifa’MEDIKA, Vol. 7 (No.1), September 2016

Pendahuluan meskipun insidens pasti dari tension


Pneumocephalus juga dikenal pneumocephalus diantara pasien trauma
dengan aerocele intraserebral atau kranio-fasial tidak dikethui, gambarannya
pneumatocele didefinisikan sebagai adanya sekitar <1%. 1-7
gas di dalam kompartemen intracranial
(intraventrikuler, intraparenkimal, Tabel 1. Etiologi dan klasifikasi dari
pneumocephalus10
subarachnoid, subdural, dan epidural).
Defek pada tengkorak:
Gejala klinis yang ditemukan antara lain
nyeri kepala (38%), mual dan muntah, Setelah pembedahan
 Kraniotomi
kejang, dizziness, dan penenkanan status  Pembedahan transphenoidal
neurologis.1-7 dan sinus endoskopik
Akumulasi udara di intracranial  Insersi shunt
 Darainase Twist-drill
dapat terjadi akut (<72 jam) atau delayed subdural hematoma kronik
(≥72 jam). Terkumpulnya udara di Post trauma
intracranial ini benigna dan asimtomatik.  Fraktur yang dekat sinus
udara atau basis tengkorak
Apabila udara di intracranial ini  Fraktur terbuka yang dekat
menyebabkan hipertensi intracranial dan konveksitas cranial dengan
terjadi efek masa dengan gejala neurologis, laserasi dural
- Tengkorak congenital atau defek
disebut dengan tension pneumocephalus. tegmentum timpani
Penting untuk membedakan suatu - Neoplasma yang menyebabkan
erosi tumor yang dekat tengkorak
penumocephalus yang sederhana dan atau basis tengkorak
tension pneumocephalus dalam praktek - Osteoma, epidermoid, tumor
klinis. Gejala klinis tension pituitary
Infeksi dengan organisme yang menghasilkan gas
pneumocephalus yaitu agitasi, delirium, Setelah prosedur invasive
bahkan penurunan level kesadaran, - Pungsi lumbal
- Ventrikulostomi
perubahan pupil dan sindroma lobus - Anestesi spinal
frontalis. Perubahan hemodinamik Barotrauma
mungkin terjadi, yaitu episode bradikardia
dengan atau tanpa hipertensi. 1-7 Laporan Kasus
Beberapa etiologi yang Seorang perempuan berusia 15
menyebabkan pneumocephalus tahun datang dengan keluhan utama
diklasifikasi dan disimpulkan pada Tabel perubahan perilaku. Perubahan prilaku
1. Trauma adalah faktor etiologi yang berupa sering melamun, tidak mau diajak
predominan berhubungan dengan bicara sejak 1 bulan yang lalu, mual (+)
pneumocephalus, sekitar 67-74% dari muntah (+), badan lemas (+), demam tidak
semua kasus peneumocephalus pada suatu ada, kelemahan lengan dan tungkai tidak
keompok besar. Trauma krainio-fasialis ada, penurunan kesadaran tidak ada.
adalah factor etiologi yang paling umum, Riwayat cedera kepala tanggal 2-2-2013,
sebanyak 7-9% pasien menggambarkan dilakukan operasi craniotomy evakuasi dan
adanya udara intracranial pada CT. craniektomi debridement atas indikasi
37
Syifa’MEDIKA, Vol. 7 (No.1), September 2016

Cedera kepala Sedang tertutup GCS 13 + dilakukan pemeriksaan laboratorium darah


SDH lobus frontotemporoparietal dextra + rutin dengan hasil Hb 12,5 gr%, leukosit
fraktur depressed sinus frontal dextra, 3.200/mm3, laju endap darah 65 mm/jam,
dirawat selama 14 hari dibangsal bedah. trombosit 304.000/mm3, hematokrit 36%,
Penderita pulang dengan kondisi baik. hitung jenis 0/2/3/70/20/5. Dari hasil
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan laboratorium kimia klinik
kesadaran compos mentis, GCS E4M6Vx. diperoleh nilai gula darah sewaktu 120
Tanda vital didapatkan tekanan darah mg/dl, natrium 134 mmol/l, kalium 5,2
110/80 mmHg, denyut nadi 46 kali/menit, mmol/l. Hasil pemeriksaan CT scan
frekuensi pernapasan 21 kali/menit, diperoleh gambar berikut ini:
temperatur 36,3˚C. Pada pasien ini

Gambar 1. Hasil CT-Scan Kepala 02 Pebruari 2013. Kesan: SDH lobus


frontotemporoparietal dextra + fraktur depressed sinus frontal dextra + edema cerebri

38
Syifa’MEDIKA, Vol. 7 (No.1), September 2016

Gambar 2. Hasil CT Scan kepala 19 Pebruari 2013


(post kraniotomi), sebelum mengalami perubahan perilaku.

39
Syifa’MEDIKA, Vol. 7 (No.1), September 2016

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dengan sungkup, IVFD Ringer laktat 20


dan pemeriksaan penunjang, pasien ini tetes per menit, pemasangan kateter uretra,
didiagnosa dengan tension pemasangan NGT, posisi supinasi,
pneumocephalus. Pasien ditatalaksana dekompresi eksplorasi, serta defect repair
dengan pemberian oksigen 10 liter/menit

40
Syifa’MEDIKA, Vol. 7 (No.1), September 2016

Gambar 3. CT scan kepala 15 April 2013 saat datang dengan keluhan perubahan
perilaku. Kesan: Tension pneumocephalus.

Pada operasi dekompresi eksplorasi mengunakan otot temporal. Pasca operasi,


ditemukan duramater yang robek di dasar pasien ditatalaksana dengan pemberian
os frontal. Untuk mengatasinya dilakukan oksigen 10 liter/menit dengan sungkup,
jahit primer pada duramater yang robek IVFD Ringer laktat 20 tetes per menit,
dan dilakukan tampon pada sinus frontalis pemasangan kateter uretra, pemasangan

41
Syifa’MEDIKA, Vol. 7 (No.1), September 2016

NGT, posisi supinasi, injeksi Ceftriaxone


2x1 gram, injeksi Ketorolac 3x1 ampul,
dan injeksi Ranitidine 2x1 ampul.

Gambar 4. Foto intraoperatif

Gambar 5. Hasil CT Scan Kepala 6 Mei 2013 (post operasi)


dekompresi eksplorasi. Kesan: pneumoencephali (-)
porencephali(+).

42
Syifa’MEDIKA, Vol. 7 (No.1), September 2016

Diskusi untuk mendiagnosis suatu


penumocephalus. CT scan kepala mampu
Pada kasus ini dibahas seorang mendeteksi sampai sedikitnya 0,5 cm
wanita berusia 15 tahun yang dirawat udara. Sejumlah udara yang signifikan
karena perubahan perilaku yang berupa berada pada konveksitas frontalis akan
tidak mau bicara yang terjadi perlahan. menyebabkan gambaran khas “Mount Fuji
Dari anamnesis didapatkan sejak 2 bulan Sign” dan gelembung-gelembung udara
sebelum masuk rumah sakit, mulai kecil multiple yang berada pada beberapa
mengalami sakit kepala tanpa mual dan sisterna dikenal sebagai “air bubble sign”.
muntah. Lebih kurang 1 bulan sebelum Ishiwata et al menyatakan adanya
masuk rumah sakit penderita mulai sering gambaran “Mount Fuji” menunjukkan
diam, hanya bicara seperlunya, kadang adanya suatu tension pneumocephalus.
melamun, tidak mau diajak bicara, mudah Untuk mendiagnosis suatu tension
marah apabila keinginannya tidak dituruti, pneumocephalus, gambaran CT harus
dan masih sakit kepala. Lebih kurang 2 berhubungan dengan gejala tanda defisit
minggu sebelum masuk rumah sakit, neurologis. Gejala klinis tension
penderita mulai demam, mual dan muntah, pneumocephalus antara lain, delirium,
masih tidak mau bicara dan makan. bahkan penurunan level kesadaran,
Dari pemeriksaan fisik perubahan pupil dan sindroma lobus
menunjukkan adanya luka bekas operasi di frontalis. Perubahan hemodinamik
regio frontal kanan. Regio frontal mungkin terjadi, yaitu episode bradikardia
berfungsi sebagai aspek tingkah laku yang dengan atau tanpa hipertensi. Pada
berpengaruh dalam mewujudkan penderita ini adanya gambaran udara pada
kepribadian dan adapatasi sosial, sehingga CT scan kepala di region frontal disertai
apabila ada kerusakan pada lobus frontalis adanya suatu sindroma lobus frontal, sakit
sulit untuk membuat diagnosa klinis. kepala disertai mual dan muntah,
Gejalanya sering dikacaukan dengan gejala perubahan kesadaran serta bradikardia
psikiatrik. mendukung diagnosis suatu tension
Dari anamnesis juga ditemukan pneumocephalus.
riwayat sakit kepala dan mual muntah Tension pneumocephalus pada
sejak 2 minggu sebelum masuk rumah penderita ini diduga berhubungan dengan
sakit dan pemeriksaan fisik ditemukan defek pada tengkorak baik karena
bradikardia. Gejala-gejala ini sesuai traumanya sendiri. Pada penderita ini
dengan gejala adanya peningkatan tekanan kemungkinan terjadi delayed
intrakranialis. pneumocephalus sejak pertama kali
Setelah dilakukan pemeriksaan terjadinya trauma kepala. Karena terdapat
penunjang CT scan kepala didapatkan fraktur depressed sinus frontal dextra yang
gambaran udara pada regio frontal bilateral kemungkinan menyebabkan laserasi pada
yang menunjukkan suatu pneumocephalus. duramater.
CT scan merupakan modalitas pilihan
43
Syifa’MEDIKA, Vol. 7 (No.1), September 2016

Manajemen pada pasien ini adalah Daftar Pustaka


non operatif dengan pemberian oksigen 1. Long DF. Diagnosis and management
konsentrasi tinggi, mempertahankan posisi of late intracranial complication of
supine atau Tredelenberg, antimikroba, TBI. In Zasler ND, Katz DI, Zaifonte
analgesic adekuat, sedangkan tindakan RD. Brain Injury Medicine. Principle
operatif berupa decompresi dan explorasi, and Practice. New York. Demos.
dimana didapatkan duramater yang robek 2006: p 580.
2. Schirmer CM, Heilman CB, Bhardwaj
didasar os frontal, kemudian dilakukan
A. Review Article: Pneumocephalus:
jahit primer pada duramater yang robek Case illustrations and review.
dan dilakukan tampon pada sinus frontalis Neurocrit Care. 2010
dengan mengunakan otot temporal. 3. Osborn. Diagnostic Imaging Brain. 1st
Prognosis pada pasien dubia ad ed. Canada. Amirsys. 2004: p II-4:18-
bonam. Dalam follow up ditemukan 21
4. Michel SJ. The mount fuji sign.
perbaikan klinis status mental. Dan pada
Radiology. 2004;232:449-450
CT scan ulangan setelah pembedahan tidak 5. Pillai et al. Traumatic tension
lagi dijumpai adanya pneumocephalus. pneumocephalus: Two cases and
Monitoring klinis neurologis dan CT scan comprehensive review of literature.
serial penting pada penderita ini. Opus 12 scientist. 2010;4(1):6-11.
6. Sankhla S, Khan G M, Khan M A.
Delayed tension pneumocephalus: A
Kesimpulan
rare complication of shunt surgery.
Tension pneumocephalus adalah Neurology India September.
suatu kegawatdaruratan bedah saraf, 2004;52(3):401.
sehingga identifikasi dini dan managemen 7. Hayder, Razaq A. Tension
yang baik merupakan hal yang sangat pneumocephalus following evacuation
penting. CT scan kepala merupakan of subdural haematoma. Thi-Qar
metode yang paling sensitif dan merupakan Medical Journal. 2010;4(2):14-20.
8. Leong KM et al. Case
gold standart untuk mendiagnosis tension Report:Ppneumocephalus: An
Pneumocephalus yang dapat memastikan Uncommon Finding in
lokasi dan besarnya tumpukan udara. Trauma.University Malaya, Med J
Tatalaksana nonoperatif antara lain terapi Malaysia. 2008 ; 63 (3):256 -258
oksigen, mempertahankan posisi supine 9. Lin MBK et al. Case Report : Tension
atau Tredelenberg, terapi antimikroba Pneumocephalus and pneumorachis
secondary to subarachnoid pleural
profilaksis (khususnya pada kasus post-
fistula. The British Journal of
traumatik), analgesic adekuat, Pilihan Radiology, 73 (2000),325-327
terapi yang pernah dilaporkan untuk 10. Godefroy. ENS Teaching review:
tension pneumocephalus adalah kombinasi Frontal syndrome and disorders of
dari (a) drilling burr holes; (b) kraniotomi; executive functions. J Neurol.
(c) aspirasi jarum; (d) ventriculostomy 2003;250:1-6.
placement; (e) pemberian oksigen 100%;
dan (f) menutup defek-defek duramater.
44

You might also like