Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat lebih memahami tentang kebakaran hutan. Makalah ini disusun dengan
banyaknya hambatan dan rintangan. Namun dengan penuh kesabaran, usaha dan terutama
pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
1.1 Pengertian Hutan, Manfaat dan Peran.................................................................................5
1.2 Jenis-Jenis Hutan.................................................................................................................8
1.3 Kerusakan Hutan dan Penyebab.........................................................................................11
1.4 Kebakaran Hutan dan Jenisnya..........................................................................................12
1.5 Tanda-Tanda Kebakaran Hutan.........................................................................................13
1.6 Penyebab dan Sifat Kebakaran Hutan................................................................................13
1.7 Dampak Kebakaran Hutan.................................................................................................17
1.8 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan...........................................................................18
1.9 Cara Pemadaman Kebakaran Hutan..................................................................................20
1.10. Kasus Kebakaran Hutan..................................................................................................22
BAB III PENUTUP.................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................24
3.2 Saran...................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas di
dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia,
karena dilihat dari manfaatnya sebagai paru-paru dunia, pengatur aliran air, pencegah erosi
dan banjir serta dapat menjaga kesuburan tanah. Selain itu, hutan dapat memberikan
manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi kelangsungan pembangunan di
Indonesia. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45,
UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985
dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan
Dirjen Pengusahaan Hutan.
Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan
aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup mencenangkan
bagi dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor dunia guiness yang dirilis
oleh Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di
dunia, Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta hektar
hutan dirusakan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005, sebuah tingkat kerusakan hutan
sebesar 2% setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak memperhatikan
manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan tersebut, sehingga kelestarian lingkungan
hidup menjadi terganggu. Penyebab utama kerusakan hutan adalah kebakaran hutan.
Kebakaran hutan terjadi karena manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan
hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan, dan pertanian. selain itu, kebakaran
didukung oleh pemanasan global, kemarau ekstrim yang seringkali dikaitkan dengan
pengaruh iklim memberikan kondisi ideal untuk terjadinya kebakaran hutan.
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan). Sedangkan menurut Ensiklopedia Indonesia, hutan adalah suatu areal yang
dikelola untuk produksi kayu dan hasil hutan lainnya dipelihara bagi keuntungan tidak
langsung atau dapat pula bahwa hutan sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama.
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung
keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-
kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam
hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan
sebagainya.
Luas hutan di Indonesia berkisar 122 juta hektar, yang persebarannya di Pulau Jawa
hanya sekitar 3 juta Ha, terdiri atas 55% hutan produksi dan 45% hutan lindung. Persebaran
hutan di Indonesia kebanyakan berjenis hutan hujan tropis yang luasnnya mencapai 89 juta
hektar. Daerah-daerah hutan hujan tropis antara lain terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan,
Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Irian. Hutan hujan tropis anggotanya tidak pernah
menggugurkan daun, liananya berkayu, pohon-pohonnya lurus dapat mencapai rata-rata 30
meter.
Penguapan air ke udara hingga terjadi kondensasi di atas tanah yang berhutan antara
lain disebabkan oleh adanya air hujan, dengan ditahannya (intersepsi) air hujan tersbut oleh
tajuk pohon yang terdiri dari lapisan daun, dan diuapkan kembali ke udara. Sebagian lagi
5
menembus lapisan tajuk dan menetes serta mengalir melalui batang ke atas permukaan
serasah di hutan.
Erosi dan banjir adalah akibat langsung dari pembukaan dan pengolahan tanah
terutama di daerah yang mempunyai kemiringan permukaan bumi atau disebut juga kontur
yang curam. Keduanya dapat bersumber dari kawasan hutan maupun dari luar kawasan hutan,
misalnya perkebunan, tegalan, dan kebun milik rakyat.
Kesuburan tanah sebagian besar dalam bentuk mineral, seperti unsur-unsur Ca, K, N,
P, dan lainnya, disimpan pada bagian dari vegetasi yang ada di atas tanah, misalnya pada
batang, dahan, ranting, daun, bunga, buah, dan lain-lain. Dengan demikian dengan adanya
kerapatan hutan pada hutan tropika dapat menjaga kesuburan tanah.
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa
depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan.
Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk
mempertahankan keanekaragaman hayati.
6
C. Penyerap Partikel Timbal dan Debu Semen
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di
daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel timbal di udara perkotaan
berasal dari kendaraan bermotor. Hutan dengan kanekaragaman tumbuhan yang terkandung
di dalamnya mempunyai kemampuan menurunkan kandungan timbal dari udara.
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat
mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara
bebas harus diturunkan kadarnya.
D. Peredam Kebisingan
Pohon dapat meredam suara dan menyerap kebisingan sampai 95% dengan cara
mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling
efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang
rindang. Berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan
dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari
bawah.
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses
fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa unsur
diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula. Bahan an-
organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses through fall dengan urutan
K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum.
Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan
mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan
bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral.
Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan
sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya
lagi bagi lingkungan. pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika
dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.
F. Penyerap Karbon-monoksida
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam
menyerap gas. Tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang
semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol.
hanya dalam waktu 3 jam saja.
7
fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan
oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat
menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan
serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas
oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.
H. Pehanan Angin
Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa hutan kota.
8
tropis dikenal sebagai hutan heterogen karena terdiri dari berbagai jenis tumbuhan. Di
Indonesia hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera, kalimantan dan Irian Jaya (Papua).
· - Hutan Musim
Hutan musim terdapat di daerah di wilayah yang mengalami perubahan musim hujan dan
musim kemarau secara jelas. Tumbuhan pada hutan musim umumnya bersifat homogen (satu
jenis tumbuhan), seperti hutan jati, hutan karet dan hutan bambu. Di Indonesia hutan musim
banyak terdapat di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
· Sabana dan Stepa
Sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh pepohonan atau semak belukar,
sedangkan steppa merupakan padang rumput yang sangat luas yang tidak diselingi
pepohonan. Sabana dan Steppa banyak dijumpai di daerah bercurah hujan rendah atau relatif
sedikit. Di Indonesia, sabana dan steppa terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Timur.
9
Tumbuhan bakau memiliki karakteristik khusus yang memungkinkan tumbuhan ini hidup dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Lingkungan tempat hidup tanaman ini umumnya
memiliki kadar garam yang cukup tinggi, selalu tergenang, dan tanah yang kurang oksigen.
- Hutan Gambut
Hutan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya
penimbunan atau akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari reruntuhan
vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju
dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik di lantai hutan yang
basah/tergenang tersebut.
Di Indonesia, lahan gambut terdapat di daerah pantai rendah Kalimantan, Sumatera dan
Papua Barat. Sebagian besar berada pada daerah rendah dan tempat yang masih terpengaruh
dengan kondisinya, berada di daratan sampai jarak 100 km sepanjang aliran sungai dan
daerah tergenang.
10
1.3 Kerusakan hutan dan penyebabnya yang terjadi di indonesia
Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju
deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun. Bahkan jika
melihat data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The
UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-
2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of
The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya
rusak hutan tercepat di dunia.
Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri
Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta
hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak
memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Selain
itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan
dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (Hak Penguasaan Hutan). Dari total luas hutan di
Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas
dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.
Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama
industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada
pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik per tahun,
sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana
direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta meter
kubik meter per tahun. Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh
pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area
perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir
1997.
Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan
lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan
mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa
bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir.
Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di
Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam
kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), dan
Merak (Pavo muticus), Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan Tutul (Panthera pardus), Elang
Jawa (Spizaetus bartelsi), Merpati Hutan Perak (Columba argentina), dan Gajah Sumatera
(Elephant maximus sumatranus).
11
1.4 Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengkibatkan
kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai
lingkungan. Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki
dampak negatif. Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah
kebakaran yang terjadi dialam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan
pertanian disekitarnya. Selain itu, kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai pembakaran
yang tidak tertahan dan menyebar secara bebas dan mengonsumsi bahan bakar yang tersedia
di hutan,antara lain terdiri dari serasah, rumput, cabang kayu yang sudah mati, dan lain-lain.
Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebut juga Api Hutan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang terjadi
di dalam hutan, yang membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3
macam kebakaran hutan, Jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
3. Api Tanah
Adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah
lantai hutan. Oleh karena sedikit udara dan bahan organik ini,
kebakaran yang terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala
api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan
dalam waktu yang lama pada suatu tempat.
12
1.5 Tanda-tanda terjadinya kebakaran hutan
b. Penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan bekas
HPH (Hak Penguasaan Hutan) dan di daerah yang beralang-alang.
13
tidak adanya koordinasi yang maksimal baik antara kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak dapat diungkap dan penegakan hukum
menjadi sangat lemah.
e. Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih jalan
alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan.
f. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
g. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan
tanpa mematikan apinya terlebih dahulu.
h. Sambaran petir pada hutan yang kering pada musim kemarau yang panjang.
i. Kebakaran di bawah tanah (Ground Fire) pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
A. Segi biofisik
Terjadinya penebangan liar dalam suatu kawasan hutan semakin memicu terjadinya
kereusakan hutan dan menurunnya/berubah fungsi hutan, walaupun penebangan liar telah
dilarang selama bertahun-tahun oleh pemerintah setempat dan pihak militer, namun sekarang
ini terdapat bahaya besar yang mengancam dengan merajalelanya pandangan “bebas bagi
siapa saja” termasuk penduduk untuk menebang kayu sebanyak-banyaknya.
2. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia ini, karena keteledoran dari masyarakat itu sendiri
yang tidak memperhatikan/tidak memperdulikan seperti membuang puntung rokok ke hutan
dan lain-lain.
3. Perambahan Hutan
Petani yang menanam tanaman tahunan perkebunan dapat mengakibatkan ancaman utama
berupa kerusakan hutan yang diciptakan oleh petani kaya, imigran dan pengusaha dari kota
yang mengubah hutan menjadi lahan penanaman tanaman keras yang menguntungkan. Hal
ini menyebabkan semakin meluasnya perambahan sehingga melewati tata batas hutan yang
telah ditetapkan untuk tidak dijadikan sebagai lahan pertanian atau perkebunan.
4. Program Pembangunan
14
berakibat buruk bagi lingkungan.
Timbulnya ledakan hama secara besar-besaran akibat dari penggunaan pestisida yang
berlebihan sehingga membuat hama dan penyakit ada yang menjadi kebal terhadap pestisida
dan menyerang semua tumbuhan atau pepohonan yang ada dalam suatu kawasan hutan.
B. Segi Manajemen
3. Persepsi dan pemahaman masyarakat yang tidak tepat terhadap sumber daya hutan,
dimana masyarakat lebih dominan menanam tanaman pertanian dari pada tanaman kehutanan
karena waktu yang dibutuh kan oleh tanaman pertanian lebih cepat menghasilkan daripada
tanaman kehutanan. Ekosistem adalah suatu sistem dimana terdapat hubungan timbal balik
antara organisme dan lingkungannya (biotik dan abiotik) serta terdapat pula pertukaran/arus
energi dan materi diantara organisme dengan lingkungan tersebut. Ekosistem terbagi dua
yaitu : ekosistem alami yaitu hutan alam dan sungai, sedangkan ekosistem buatan antara lain
waduk, lahan pertanian, pemukiman dan lain-lain. Ekosistem alami mempunyai kemantapan
yang tinggi dibanding ekosistem buatan. Ciri-ciri dari ekosistem yaitu terjadinya hubungan
ekologi dan sistem yang ada atau hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan
dan membentuk suatu kesatuan.
1. Kita terus berupaya menjaga kelestarian hutan primer agar hutan itu bisa menyerap CO2
yang disebut carbon capture. Dengan menjaga hutan itu kita juga menjaga kelestarian
biodiversity yang luar biasa yang ada di negeri kita
2. Harus terus bekerja untuk memberantas pembalakan liar, memerangi illegal logging.
Illegal logging yang untung adalah perusahaan-perusahaan yang menggunduli hutan itu
dengan keuntungan yang berlipat ganda.
3. mencegah kerusakan dan menata penggelolaan lahan gambut. Ini harus dilakukan, sebab
kalau tidak maka akan terjadi emisi CO2 yang tidak kecil.
4. kita juga terus melakukan penghutanan kembali, reboisasi, reforestation, dengan tujuan
kita ingin mengembalikan dan terus meningkatkan luasan hutan di negara kita
15
5. Gerakan nasional menanam dan memelihara pohon yang tahun lalu sudah kita awali, kita
mulai dengan sasaran 1 miliar pohon setiap tahun. Hasilnya tidak akan kita rasakan dua
sampai tiga tahun dari sekarang.
6. Melakukan pencegahan dan menanggulangi kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini bisa
karena alam, karena panas yang luar biasa, tapi kadang-kadang juga karena kecerobohan
masyarakat sehingga hutan terbakar.
1. Melakukan Reboisasi.
Reboisasi adalah salah satu alternatif untuk melestarikan hutan. Kita dapat kembali hutan –
hutan yang sudah rusak, sehingga hutan akan tetap terjaga keberadaannya.
3. Menerapkan Sistem Tebang – Tanam. System ini sangat berguna bagi pelestarian hutan.
Sistem penebangan hutan yang kemudian diganti dengan menanam hutan yang telah ditebang
agar hutan tetap terjaga keberadaannya.
Sifat Kebakaran
Sifat kebakaran yang terjadi di kawasan hutan dan lahan gambut berbeda dengan yang terjadi
di kawasan hutan dan lahan tanah mineral (bukan gambut). Di kawasan bergambut,
kebakaran tidak hanya menghanguskan tanaman dan vegetasi hutan serta lantai hutan (forest
floor) termasuk lapisan serasah, dedaunan dan bekas kayu yang gugur, tetapi juga membakar
lapisan gambut baik di permukaan maupun di bawah permukaan. Berdasarkan pengamatan
lapangan (Usup et al., 2003) ada dua tipe kebakaran lapisan gambut, yaitu tipe lapisan
permukaan dan tipe bawah permukaan. Tipe yang pertama dapat menghanguskan lapisan
16
gambut hingga 10–15 cm, yang biasanya terjadi pada gambut dangkal atau pada hutan dan
lahan berketinggian muka air tanah tidak lebih dari 30 cm dari permukaan. Pada tipe yang
pertama ini, ujung api bergerak secara zigzag dan cepat, dengan panjang proyeksi sekitar 10–
50 cm dan kecepatan menyebar rata-rata 3,83 -1 -1cm jam (atau 92 cm hari ).
Tipe yang kedua adalah terbakarnya gambut di kedalaman 30–50 cm di bawah permukaan.
Ujung api bergerak dan menyebar ke arah kubah gambut (peat dome) dan -1 -1(atau 29 cm
hari ). Perakaran pohon dengan kecepatan rata-rata 1,29 cm jam Kebakaran tipe kedua ini
paling berbahaya karena menimbulkan kabut asap gelap dan pekat, dan melepaskan gas
pencemar lainnya ke atmosfer. Di samping itu, kebakaran tipe ke-2 ini sangat sulit untuk
dipadamkan, bahkan oleh hujan lebat sekalipun. Dari uraian di atas jelas bahwa kebakaran
hutan dan lahan gambut dapat meninmbulkan dampak/akibat buruk yang lebih besar
dibandingkan dengan kebakaran yang terjadi di kawasan tidak bergambut (tanah mineral).
Selain itu, cara penanganannya pun berbeda, karena karakteristik kebakaran di kawasan
bergambut yang khas daripada di kawasan tidak bergambut.
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap
atau rusaknya habitat.
17
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat
musim kemarau.
5. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang
mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
6. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel atau furniture. Lebih jauh lagi hal ini
dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku
dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur atau kehilangan pekerjaan.
7. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan
kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-
anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.
8. Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan
saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga
seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
9. Kebakaran hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak.
Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya,
terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemunya berakibat pada penurunan
tingkat wisatawan secara nasional.
10. Menurunnya produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat
mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
Sejak kebakaran hutan yang cukup besar yang terjadi pada tahun 1982/83 yang kemudian
diikuti rentetan kebakaran hutan beberapa tahun berikutnya, sebenarnya telah dilaksanakan
beberapa langkah, baik bersifat antisipatif (pencegahan) maupun penanggulangannya.
18
1. Upaya Pencegahan
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara lain
(Soemarsono, 1997):
(b) Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan;
(c) Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam kebakaran hutan;
(d) Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah, tenaga
BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan;
(e) Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian kebakaran hutan;
(f) Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan Transmigrasi),
Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan
Hidup;
(g) Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non kehutanan,
selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.
2. Upaya Penanggulangan
(b) Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua tingkatan, baik di
jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun perusahaan-perusahaan.
(d) Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain: pasukan
BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan
pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung; Bantuan
masker, obat-obatan dan sebagainya dari negara-negara Asean, Korea Selatan, Cina dan lain-
lain
19
3. Peningkatan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan selama ini ternyata belum
memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus terjadi pada setiap musim
kemarau. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
(a) Kemiskinan dan ketidak adilan bagi masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.
(b) Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran masih rendah.
(d) Upaya pendidikan baik formal maupun informal untuk penanggulangan kebakaran hutan
belum memadai.
1. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi kemungkinan atau
terjadinya kebakaran hutan:
2. Apabila terjadi kebakaran hutan maka cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
pemadaman kebakaran hutan adalah sebagai berikut:
Melakukan penyemprotan air secara langsung apabila kebakaran hutan bersekala kecil.
Jika api dari kebakaran bersekala luas dan besar, kita dapat melokalisasi api dengan
membakar daerah sekitar kebakaran dan mengarahkan api ke pusat pembakaran, yaitu
umumnya dimulai dari daerah yang menghambat jalannya api seperti sungai, danau, jalan,
dan puncak bukit.
Melakukan penyemprotan air secara merata dari udara dengna menggunakan helikopter atau
pesawat udara.
Membuang hujan buatan.
20
¢ Untuk mengatasi gangguan pernapasan, gunakan Masker Standar
3. Pasanglah selang bertekanan sesuai keperluan. Bila lokasi kebakaran jauh, selang dapat
disambung, hingga 5 (lima) sambungan atau sepanjang 500 meter. Keistimewaan selang ini
adalah tidak mudah terlipat, tidak menyangkut apabila ditarik, tenaga yang diperlukan untuk
menarik sangat ringan.
4. Pasanglah Tongkat Semprot/Stik Semprot. Apabila sedang terjadi kebakaran, aturlah stik
semprot dengan cara mengabut. Kabut yang dibuat akan memadamkan api secara luas dan
mengurangi panas yang menyengat. Bila memadamkan bekas kebakaran, aturlah stik dengan
bentuk menembak. Air akan masuk ke dalam kawah hingga ke lapisan bawah, api akan padam
segera.
5. Gunakan Sepatu Both dalam tiap-tiap kegiatan pemadaman. Sepatu Both mampu menahan
panas pada kaki dan menghindari kaki mengalami pelepuhan oleh panas.
6. Untuk mengatasi gangguan pernapasan, gunakan Masker Standar. Asap dan debu dapat
disaring, sehingga petugas pemadam dapat bertahan lama menghadapi api.
7. Saat melakukan pemadaman, di garis depan harus dilakukan secara bergantian. Aturlah waktu
yang tepat, sehingga petugas di garis depan dapat bekerja dengan baik.
11. Kebakaran yang baru terjadi akan segera padam apabila dilakukan dengan pengabutan.
Panas yang ditimbulkan berkurang karena butir-butir uap air yang ditembakan menyerap panas.
Petugas yang bekerja pada lini depan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama. Efektifitas
pemadaman akan berlangsung baik.
12. Pemadaman kawah api pada lahan gambut bekas terjadinya kebakaran dilakukan dengan
mengatur stik semprot seperti laju peluru. Air yang ditembakkan akan masuk pada kawah-
kawah yang dalam dan akan memadamkan api secara baik.
21
1.10 Beberapa Kasus Kebakaran Hutan Yang Terjadi di Dunia
Langit di atas pelabuhan kota Sydney berubah menjadi memerah pada Kamis kemarin
akibat kebakaran hutan disebagian besar area di negara bagian New South Wales (NSW),
Australia. Akibat kebakaran tersebut 1 orang dilaporkan tewas saat sedang berusaha
melindungi rumahnya di Danau Munmorah, di Central Coast agar tidak ikut terbakar. Korban
tewas adalah pria berusia 63 tahun dan merenggang nyawa akibat serangan jantung pada
Kamis sore waktu setempat, 3 pemadam kebakaran terluka.
Dugaan sementara, kebakaran disebabkan oleh suhu udara yang panas dan angin yang
kencang. Kendati suhu udara dan kecepatan angin sudah mulai menurun, namun kebakaran
tetap terjadi pada pinggiran kota Sydney.
22
(c) Kebakaran Hutan di Kalimantan Barat.
"Kenaikan jumlah titik api (hotspots) pada bulan Juli terjadi di semua propinsi rawan
kebakaran. Kenaikan tajam terutama di Kalimantan Barat (Kalbar). Pada 20 Juli. 2014 di
Propinsi Riau 144 titik api dan Kalbar sebanyak 270 titik api per tanggal 24 Juli 2014," tutur
Arief pada acara jumpa pers di kantornya.
Dia menambahkan, terdapat perbedaan karateristik kebakaran di Kalbar dan Riau. Kebakaran
di Riau 67% berada di lahan gambut sisanya 33% di tanah mineral. Sedangkan Kalbar 69% di
lahan mineral dan sisanya 31% di gambut.
PLT Deputi V Bidang Penataan Hukum Lingkungan KLH Imam Hendargo Abu Ismoyo
mengungkapkan, kasus Karhutla tahun 2014 di propinsi Riau ada 26 perusahaan dengan 29
kasus. Saat ini masih dalam penyelidikan atau pulbaket bersama ahli kebakaran hutan dan
lahan serta ahli kerusakan lingkungan dan pemanggilan saksi perusahaan.
"Hingga akhir Juni 2014 sudah 18 perusahaan dengan jumlah saksi yang dipanggil untuk
diminta keterangannya sebanyak 67 orang," tandasnya.
Kemudian 3 perusahaan tidak dilanjutkan ke penyiidikan karena lokasi yang terbakar tidak
jelas kepemilikannya dan 1 perusahaan beruapa kawasan industri serta 1 perusahaan yang
proses penyidikannya ditangani oleh Polres Indra Girihilir. Dan yang lainnya sedang dalam
tahap penyelidikan lebih lanjut.
23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
3.1.1. Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya
terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu
dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan
sebagainya. Karena itu pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undang-undang dan
peraturan pemerintah.
3.1.2. Kebakaran dan penebangan liar merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap
sumberdaya hutan dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran dan penebangan hutan
menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas
negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih
belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara menyeluruh,
terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.
3.1.3. Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan
kepada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kebakaran
hutan, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah terutama dari Departemen Kehutanan,
peningkatan fasilitas untuk mencegah dan menanggulagi kebakaran hutan, dan penebangan
liar ,pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas
3.1.4. Akibat penebangan hutan, 2100 mata air mengering dan akibat dari penebangan juga
mengakibatkan kerusakan sumber air (mata air) akan semakin cepat.
3.2. Saran
Bagi para pembaca makalah ini dan juga semua orang bahwa hutan merupakan sumber
kehidupan bagi manusia apabila hutan sudah tidak ada lagi maka kehidupan manusia akan
berubah dan kemiskinan akan terjadi. Maka dari itu menjaga kelestarian hutan jangan lah
dianggap mudah.
Dan bagi para pecinta alam ,teruskanlah usaha penjagaan itu dengan sebaik-baiknya dan juga
tingkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang yang mau merusaknya, cegah agar tidak
terjadi kerusakan dihutan kita ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://himka1polban.wordpress.com/chemlib/makalah/makalah-kebakaran-hutan/
http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/04/penyebab-dan-dampak-kebakaran-
hutan-di.html
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/04/akibat-kebakaran-hutan.html
http://alamendah.org/2011/08/27/dampak-kebakaran-hutan/
https://himka1polban.wordpress.com/chemlib/makalah/makalah-kebakaran-hutan/
http://makalahkebakaranhutan.blogspot.com/
http://kholilurohman.blogspot.com/2014/02/contoh-makalah-bertemakan-
kerusakan.html
http://nanangq22.blogspot.com/2012/11/makalah-kebakaran-hutan.html
25