You are on page 1of 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan masyarakat adalah masalah yang sering timbul dalam
masyarakat, dimana pemecahannya harus secara teliti dilakukan. Semua kegiatan
PKL baik secara langsung maupun tidak langsung dilakukan untuk mencegah
penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik,
mental, sosial). Ini semua merupakan upaya kesehatan masyarakat.
Kesehatan ibu dan anak adalah derajat kesehatan yang rawan dan strategis
sehingga memerlukan perhatian khusus, salah satunya adalah upaya penurunan
tingkat kematian ibu dan anak. Dalam asuhan kebidanan komunitas ini tertuju
pada sasaran yaitu balita dengan status gizi dibawah normal sehingga sangat
perlu untuk diberikan suatu penyuluhan kesehatan agar kesehatan serta status
gizinya dapat lebih baik.
Pengaruh status gizi pada pertumbuhan dan perkembangan anak
ditentukan oleh sebagian faktor keturunan, akan tetapi lingkungan mempunyai
peranan yang besar. Bila gizinya buruk maka perkembangan otaknya pun kurang
dan itu akan berpengaruh pada kehidupannya diusia sekolah dan prasekolah.
(Paath, 2005).
Sesuai dengan dari hasil pengkajian pada tanggal 22 Januari 2008 sampai
dengan tanggal 23 Januari 2008 didapatkan data jumlah balita yang ada didusun
Krajan, Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang adalah
557 balita. Dengan balita sejumlah 22 balita masuk dalam balita dengan gizi
kurang.
Selain sasaran dari asuhan kebidanan komunitas ini adalah balita dengan
gizi kurang, maka sasaran lainnya adalah kesehatan ibu menyusui dengan
memperhatikan gizi seimbang yang diperlukan pada saat menyusui. Prinsip gizi
pada ibu menyusui berkaitan dengan kualitas dan jumlah makanan yang
dikonsumsi dan itu berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan. (Paath, 2005).
Selain gizi, jumlah volume ASI dipengaruhi oleh keadaan psikologi ibu (keadaan

1
2

sedih, kecemasan, dsb), faktor usia ibu (ibu yang lebih muda dapat menghasilkan
ASI yang lebih banyak daripada ibu yang sudah tua). (Supariasa, 2002). Dari data
diperoleh jumlah ibu menyusui pada dusun Krajan adalah dimana yang
mengetahui kebutuhan gizi pada ibu menyusui sangat rendah dan itu berpengaruh
dalam kesehatan ibu.
Dari data diatas, penulis menemukan satu keluarga yaitu keluarga Tn. A
yang mempunyai balita dengan gizi kurang dan Ny. I yang masih menyusui tetapi
tidak mengetahui mengenai kebutuhan seimbang saat menyusui. Dengan melihat
masalah yang timbul pada keluarga Tn. A sehingga memerlukan penanganan oleh
mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo Ungaran sebagai calon bidan dikomunitas
yang mampu berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan guna memecahkan
masalah kesehatan masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan alasan diatas, maka penulis mengangkat masalah tersebut ke
dalam tulisan dengan judul Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga Tn. A
dengan gizi kurang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan yang tepat pada
keluarga Tn. A dengan balita gizi kurang secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada keluarga Tn. A dengan
balita gizi kurang.
b. Mahasiswa mampu menganalisa masalah pada keluarga Tn. A dengan
balita gizi kurang.
c. Mahasiswa mampu merumuskan masalah pada keluarga dengan balita
gizi kurang.
d. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah pada keluarga Tn. A
dengan balita gizi kurang.
e. Mahasiswa mampu membuat perencanaan terhadap masalah yang timbul
pada saat pengkajian pada keluarga Tn. A dengan balita gizi kurang.
3

f. Mahasiswa mampu memecahkan masalah pada keluarga Tn. A dengan


balita gizi kurang.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari pelaksanaan pencegahan
masalah pada keluarga Tn. A dengan balita gizi kurang.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan antara teori yang diperoleh di
kampus dengan praktek di lapangan.

2. Bagi Masyarakat
Dapat memecahkan masalah kesehatan di masyarakat secara optimal
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
3. Bagi Institusi
a. Puskesmas
Data-data yang berbentuk suatu laporan yang diperoleh dari hasil
pengkajian oleh mahasiswa PKL Ngudi Waluyo Ungaran ini diharapkan
dapat memberikan gambaran nyata bagi tenaga kesehatan di dusun Krajan
desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur tentang upaya pembinaan
kebidanan komunitas sehingga dapat membantu meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan Puskesmas.
b. Pendidikan
Dapat menambah kepustakaan yang ada di Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo Ungaran serta dapat menambah pengetahuan mahasiswa.

D. Metodologi Penelitian
1. Metode Deskriptif
Dalam pembuatan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk memberikan suatu
gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. (Hidayat, 2007).
4

2. Teknik Pengumpulan Data


a. Data Primer
1) Dengan wawancara
Teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung
dengan masyarakat dusun Krajan desa Leyangan Kecamatan Ungaran
Timur Kabupaten Semarang melalui suatu komunikasi yang padat,
singkat, jelas dan mudah dimengerti sehingga dapat diperoleh data
yang akurat.
2) Dengan observasi
Teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan mengikuti
perkembangan masyarakat secara langsung sehingga dapat diketahui
sikap masyarakat secara langsung.
b. Data Sekunder
Studi dokumenter : pengumpulan data dengan mempelajari catatan yang
berkaitan dengan masyarakat baik melalui buku
register desa, kartu keluarga, buku kesehatan ibu dan
anak.

E. Ruang Lingkup Masalah


Ruang lingkup permasalahan di RT I RW II dusun Krajan desa Leyangan
Kecamatan Ungaran Timur dengan pemberian asuhan kebidanan komunitas
melalui pengkajian, perumusan masalah, intervensi dan evaluasi.

F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, manfaat, runang lingkup, tujuan
metodologi dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini memuat konsep dasar, manajemen kebidanan komunitas dan
konsep dasar pembangunan masyarakat desa.
BAB III TINJAUAN KASUS
5

Bab ini memuat asuhan kebidanan komunitas pada keluarga Tn. A


denganbalita gizi kurang.
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Medis
Gizi Kurang pada Anak-anak
Penyakit defisiensi gizi timbul bila energi dan zat gizi lain tidak
dikonsumsi dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan untuk fungsi lain.
Kurang Energi Protein (KEP) merupakan penyakit defisiensi gizi yang paling
umum dijumpai didunia dimana pada golongan anak yang berstatus gizi kurang
memiliki resiko kematian yang lebih tinggi daripada anak-anak yang berstatus
gizi baik.
Keadaan kurang energi protein disebabkan oleh masukan (intake) energi
dan protein yang sangat kurang dalam waktu yang cukup lama. Keadaan ini akan
lebih cepat terjadi bila anak mengalami diare atau infeksi penyakit lainnya.
Keadaan kehidupan yang masih mempunyai hubungan yang erat dengan
timbulnya kondisi kurang energi protein. Tanda-tanda yang paling utama
daripada KEP adalah pertumbuhan fisik yang kurang normal. Hal ini dapat dilihat
atau diperiksa dari catatan pada kartu kurva pertumbuhan berat badan.
Tanda-tanda klinis dari kurang energi protein (KEP) adalah badan
menjadi kurus. Jaringan lemak mulai terasa lunak dan otot-otot daging tidak
kencang dan ini biasanya tampak bila paha bagian dalam diraba. Perkembangan
kepandaian lebih lambat daripada yang normal.
Setiap petugas kesehatan sebaiknya dapat mengidentifikasi tanda-tanda
kurang energi protein. Pada taraf ini masih mungkin dengan perawatan khusus, si
anak dapat kembali tumbuh dan berkembang secara normal. Dalam hubungan
tersebut, secara sederhana untuk melakukan diagnosa adalah menggunakan kurva
berat badan. Keadaan KEP yang ringan apabila tidak ditangani perawatannya,
anak dapat jatuh ke status yang lebih buruk yaitu marasmus atau kwasiorkor.
Penanganan gizi kurang adalah kepada si ibu harus dibantu untuk
memperbaiki makanan anaknya. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan energi
dan protein dalam makanan anak yang bersangkutan. Kemudian dapat diberikan

6
7

lebih sering, makanan dibuat lebih beragam (bervariasi) termasuk pangan hewani
bila memungkinkan, diberi tambahan melalui pusat-pusat pelayanan gizi, kecuali
itu selalu dipantau berat badan dan kesehatannya. (Suhardjo, 1992).

Kebutuhan Gizi Seimbang Ibu Menyusui


Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air
susu ibu dan jumlah nutrisi penghasil susu. Kebutuhan kalori selama menyusui
proporsional dengan jumlah ASI yang dihasilkan dan lebih tinggi selama
menyusui dibanding selama hamil. Ibu juga memerlukan tambahan 20 gr protein
di atas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan
500 kal yang dianjurkan. Pertimbangan nutrisi lain selama menyusui adalah
asupan cairan. Dinajurkan bahwa ibu menyusui minum 2-3 liter cairan per hari,
lebih baik dalam bentuk air putih, susu dan jus buah bukan minuman ringan,
sirup dan minuman mengandung kaffein. Biasanya ibu sangat dianjurkan untuk
minum satu gelas setiap kali menyusui. Rasa haus adalah indikator baik tentang
kebutuhan cairan, kecuali ibu hidup dilingkungan kering atau melakukan latihan
fisik dicuaca panas. Cairan yang dikonsumsi berlebihan dalam keadaan haus
tidak meningkatkan volume susu.
Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi daripada
selama hamil. Nutrien yang paling mungkin dikonsumsi dalam jumlah tidak
adekuat oleh ibu menyusui adalah kalsium, magnesium, zink, vitamin B 6 dan
folat. Multivitamin dan suplemen mineral tidak dianjurkan untuk penggunaan
rutin. Namun suplemen khusus dapat diindikasikan ketika asupan ibu tidak
adekuat, misalnya :
1. Multivitamin seimbang dan suplemen mineral yang diperlukan ibu yang
mengkonsumsi makanan kurang dari 1800kal/hari.
2. Suplemen kalsium diindikasikan untuk ibu yang intoleran laktosa atau yang
tidak mengkonsumsi susu yang cukup.
3. Suplemen vitamin D mungkin perlu untuk ibu yang menghindari makanan
diperkaya vitamin D (misal susu serial).
8

4. Suplemen vitamin B12 perlu untuk vegetarian tetap bila meraka tidak
mengkonsumsi produk tanaman yang diperkaya vitamin B12 secara teratur.
5. Suplemen zat besi mungkin diperlukan untuk mengganti defisit zat besi
selama hamil dan kehilangan darah selama melahirkan.
( Paath, 2005 )

B. Tinjauan Teori Keluarga


1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam satu rumah tangga karena pertalian darah atau ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan yang lainnya saling bergantung dan berinteraksi. Bila
salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatn/keperawatan, maka
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain dan keluarga-keluarga
yang ada disekitarnya.
2. Bentuk tipe keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ibu dan
anak.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misal : kakek, nenek, keponakan, saudara sepupu, paman
dan bibi.
c. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.
d. Keluarga duda/janda (composite) yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
e. Keluarga cabitas (cabitation)
3. Pemegang kekuasaan dalam keluarga
Pemegang kekuasaan dalam keluarga menurut Effendi (1998)
a. Partikel yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah.
9

b. Martikal yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah


pihak ibu.
c. Equalitarian yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak
ayah dan ibu.
4. Peran keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
bersifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu (Effendi, 1998). Perananan dalam keluarga adalah :
a. Peranan ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pencari nafkah,
pendidik, pelindung, kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya,
anggota masyarakat dari lingkungan.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga, pengasuh
dan pendidik, pelindung dan salah satu kelompok dan peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan, pncari nafkah
tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak
Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik
fisik, mental maupun spiritual.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi biologis
Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota
keluarga.
b. Fungsi psikologis
1) Memberi kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan kasih sayang diantara anggota keluarga.
c. Fungsi sosial
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma, tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak.
10

d. Fungsi ekonomi
1) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
2) Mencari sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk membekali pendidikan, keterampilan dan
membentuk perilaku sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.

C. Tinjauan Manajemen Kebidanan


1. Pengertian Manajemen Kebidanan
a. Manajemen kebidanan adalah pendekatan pemecahan masalah kesehatan
ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Manajemen kebidanan ini digunakan oleh bidan dalam menghadapi
masalah-masalah kesehatan keluarga dan masyarakat.
c. Manajemen kebidanan juga membantu proses berfikir bidan didalam
melaksanakan asuhan dan pelayanan kesehatan.
2. Sasaran Kebidanan
Sasaran kebidanan komunitas adalah individu, keluarga, masyarakat
dan kelompok khususnya baik yang sehat ataupun yang sakit atau mempunyai
masalah kesehatan dan kebidanan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan dan kebidanan karena sessuatu hal dan
sebab maka akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara
11

fisik, mental, sosial. Sasaran individu dapat merupakan titik awal untuk
membina keluarga.
b. Keluarga
Keluarga yang menjadi sasaran adalah :
1) Keluarga rawan yaitu keluarga yang rentan terhadap kemungkinan
timbulnya masalah kesehatan dan keluarga yang mempunyai individu
bermasalah.
2) Prioritas pelayanan kebidanan kesehatan masyarakat pada keluarga
rawan yang belum memanfaatkan pelayanan kesehatan.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisir yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan diantaranya adalah :
- Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya seperti ibu hamil, anak balita,
usia setelah dan usia lanjut.
- Kelompok dengan masalah kesehatan khususnya yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan kebidanan diantaranya
adalah ANC, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan bayi.
- Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit WTS,
penyalahgunaan NAPZA, kelompok pekerja tertentu.
- Kelompok lembaga sosial perawatan dan rehabilitasi diantaranya
adalah panti wreda, panti asuhan, penitipan balita dan pusat
rehabilitasi.
d. Masyarakat
Masyarakat dalam wilayah tertentu yang mempunyai masalah kesehatan
atau rentan terhadap kemungkinan timbulnya masalah kesehatan.
Prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat ada :
1) Masyarakat didaerah endemis suatu penyakit misalnya : DHF,
Campak, Cikungunya, Malaria.
12

2) Masyarakat daerah dengan lingkungan kehidupan buruk misalnya


daerah sudah tertinggal dan daerah perkotaan kumuh.
3) Masyarakat didaerah yang mempunyai kesenjangan pelayanan
kesehatan lebih tinggi dari daerah sekitarnya misalnya cakupan ANC
rendah, cakupan imunisasi rendah.
4) Masyarakat didaerah pemukiman baru akan mengalami hambatan
dalam pelaksanaan adaptasi kehidupannya seperti masyarakat
didaerah transmigrasi.
3. Penerapan manajemen kebidanan komunitas
a. Identifikasi masalah
Bidan memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) serta di
masyarakat yang berbeda diwilayahnya.
Pengumpulan data dalam identifiksi masalah meliputi :
- Data subjektif
Diperoleh dari informasi langsung dari masyarakat melalui wawancar
baik secara individu/kelompok yang mewakili masyarakat.
- Data objektif
Diperoleh dari hasil observasi pemeriksaan dan penelaahan catatan
keluarga, masyarakat dan lingkungannya.
b. Analisis data dan perumusan masalah
Seluruh data yang dikumpulkan yang relevan digunakan sebagai bahan
untuk dianalisis.
Tujuan analisis adalah menggunakan data yang terkumpul dan mencari
kaitan satu dengan yang lain sehingga ditentukan jawaban dari berbagai
masalah melalui proses analisis dapat ditentukan jawaban tentang :
- Hubungan antara penyakit dengan status kesehatan dengan lingkungan
keadaan sosial agama, pelayanan kesehatan yang ada faktor keturunan
yang berpengaruh terhadap kesehatan.
- Faktor untuk pendukung dan penghambat bila upaya perbaikan
kesehatan ibu dan anak balita serta dilakukan.
13

- Resiko tinggi timbulnya masalah kesehatan pada usia lanjut rumusan


masalah dapat ditentukan dapat ditentukan berdasar hasil analisis
didalam rumusan masalah mencakup masalah utama dan penyebabnya
serta masalah potensial.
4. Rencana Tindakan
Bila diketahui masalah ibu dan anak serta penyebabnya, maka susun
rencana dan tindakan yang akan dilakukan. Rencana merupakan rancangan
upaya yang disusun untuk mengetahui suatu masalah, rencana untuk
pemecahan masalah ibu dan anak dikomunitas menjadi tujuan, rencana,
pelaksanaan dan evaluasi.
Tujuan yang ditetapkan dalam penyuluhan rencana mencakup keadaan
yang diharapkan dapat dicapai bila masalah telah dipecahkan untuk
pencapaiannya perlu ditetapkan sasarannya. Setelah tujuan dan sasaran
ditentukan maka disusun rencana pelaksanaan didalam rencanan tindakan
meliputi :
- Pemeliharaan kesehatan dan perbaikan gizi dilakukan.
- Penyuluhan kepada kelompok ibu, khususnya menjaga kesehatn individu
dan bayi.
- Penyuluhan kepada keluarga yang berkaitan dengan perbaikan
lingkungan.
5. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketetapan/kesempurnaan
antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi dilakukan berdasarkan rencana tindakan dan evaluasi menunjukkan
data yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai sehingga tujuan yang tidak
tercapai perlu dikaji kembali penyebabnya.
14

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA TN. A KHUSUSNYA PADA AN. A
DENGAN BALITA GIZI KURANG DI RT I/RW II DUSUN KRAJAN DESA
LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR
KABUPATEN SEMARANG

I. Pengkajian
A. Data Umum
1. Kepala Keluarga : Tn. A
2. Alamat : RT 01 RW II
3. Pekerjaan KK : Pedagang
4. Pendidikan KK : STM
5. Komposisi Keluarga
Jeni Hub. Status Imunisasi
Polio DPT Hepatitis
No Nama s kel Umur Pendidikan Ket
BCG 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Campak
Sex KK
1 Ny. Imro’atun ♀ Istri 31 th SMA
2 An. Ahmad ♂ Anak 16 bln - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Danial

Genogram :

14
15

6. Tipe keluarga : keluarga inti


7. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
8. Agama : Islam
9. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga sebulan rata-rata > Rp. 500.000 < Rp. 1.000.000
yang diperoleh dari hasil usaha berdagang tanaman hias, jamur-jamuran
dan sebagai distributor. Dan Ny. I tidak bekerja. Menurut pengakuan
keluarga, biasanya penghasilan yang ada cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan oleh anak Ny. I adalah bermain mobil-mobilan
bersama anak tetangga dan jika hari libur Tn. A sekeluarga pergi ke taman
rekreasi untuk menemani anaknya bermain.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan anak usia balita
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum
terpenuhi.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. A menyatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
dan beliau tidak sedang dalam keadaan sakit. Ny. I saat ini dalam keadaan
yang sehat, anaknya dalam keadaan yang sehat, tidak sakit baik itu sakit
panas, batuk dan pilek, imunisasi lengkap tetapi memiliki nafsu makan
yang rendah.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga Tn. A yaitu ayah dan ibu dari Tn. A tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti DM, hepatitis, ginjal, penyakit hati, asma dan
juga keluarga Ny. I yaitu ayah dan ibu Ny. I tidak ada yang menderita
16

penyakit keturunan seperti DM, hepatitis, ginjal, penyakit hati, asma, dan
juga HIV/AIDS.

C. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati ± 78 m2 (panjang 12 m dan lebar 6 ½ m) yang
terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar kosong yang dipakai untuk menempati
barang-barang, dimana 1 kamar tidur dipakai oleh 3 orang yaitu Tn. A,
Ny. I dan An. A dan ada 1 ruang tamu, 1 ruang untuk menonton TV, 1
dapur dan 1 kamar mandi. Tipe bangunan rumah adalah permanen,
keadaan lantai terbuat dari plester. Ventilasi cukup dan ada cahaya
matahari yang masuk kedalam rumah. Sarana air bersih yang digunakan
sumur gali, yaitu untuk memenuhi kebutuhan seperti minum dan untuk
memasak, tempat penyimpanan air di ember yang tertutup dan dikuras
setiap minggu sekali dan kualitas sumber airnya tak berbau, tidak berasa
dan tidak berwarna. Jarak sumber air dengan sumber pencemaran > 11
meter. Keluarga memiliki sarana pembuangan air limbah yaitu got dengan
kondisi tertutup dan lancar. Tempat penampungan sampah yang dipakai
keluarga adalah tidak kedap air dengan keadaan terpelihara dan sampah
biasanya dibakar. Untuk pembuangan kotoran tinja dilakukan oleh
keluarga di angsatrine dan mempunyai septicktank sendiri dengan
keadaan yang terpelihara.
17

Denah rumah

6
Keterangan :
5
1. Ruang tamu
2. Kamar tidur
4
9 7 3. Ruang nonton TV
4. Kamar tidur
3
5. Dapur
8 6. Kamar tidur
1
2
7. Kamar kosong
8. Tempat tanaman
9. Ruang makan

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Tetangga keluarga Tn. A selalu membina hubungan baik dengan
keluarga Tn. A dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
jawa dan mayoritas tetangga keluarga Tn. A bekerja sebagai
pemecah batu (buruh).
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. A tidak pernah berpindah tempat tinggal sejak
menikah, Tn. A biasanya pergi ke pabrik didaerah Ungaran untuk
mengambil barang-barang yang bisa dijual atau didistribusikan ke
toko-toko didaerah pasar Babadan, dimana barang-barang yang
didistribusikan berupa kue-kue atau jamur-jamuran. Ny. I tidak
pernah pergi keluar rumah dan selalu mengasuh anaknya didalam
rumah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Kegiatan yang diikuti oleh Tn. A dengan warga sekitar adalah
pengajian setiap malam jum’at dan Ny. I biasanya mengikuti
18

kegiatan setiap malam kamis dan mengikuti PKK setiap 36 hari


sekali. Setiap malam keluarga selalu berkumpul diruang TV.
5. Sistem pendukung
Keluarga Tn. A mengatakan jarang sakit namun jika biasanya pergi
berobat ke bidan dengan biaya yang ditanggung sendiri dan jarak
antara bidan dengan rumah Tn. A ditempuh ± 10 menit perjalanan
menggunakan sepeda motor.

D. Struktur Keluarga
1. Struktur peran
Tn. A sebagai kepala keluarga sehingga merasa memiliki tanggung jawab
terhadap keluarganya dengan peran ganda yaitu sebagai suami dan
sebagai ayah bagi anaknya. Ny. I yang berprofesi sebagai IRT dan juga
sebagai anggota pengajian ibu-ibu yang rajin mengikuti kegiatannya serta
anggota anggota PKK. Anaknya dikatakan berperilaku yang wajar sesuai
dengan usianya.
2. Nilai atau norma keluarga
Nilai dan norma yang berperilaku dikeluarga adalah seperti contohnya
dalam bidang kesehatan keluarga Tn. A tidak lupa selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, serta mencuci tangan dan kaki setiap habis
bepergian kemudian dilingkungan keluarga, keluarga Tn. A selalu
berusaha untuk saling hormat-menghormati, menjaga tutur kata dan
berperilaku sopan-santun dengan anggota keluarga lainnya, begitu juga
dilingkungan masyarakat keluarga Tn. A selalu mengembangkan nilai
untuk saling hormat-menghormati dan saling tenggang rasa. Begitu juga
nilai dan norma sesuai dengan agama yang dianutnya yaitu agama Islam.
3. Pola komunikasi keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan masyarakat
adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia tetapi dalam pergaulan baik
dalam keluarga atau masyarakat dominan menggunakan bahasa Jawa.
19

Setiap permasalahan yang timbul diselesaikan dengan cara


bermusyawarah, komunikasi antar keluarga lebih sering dilakukan pada
sore hari karena Tn. A sering pergi keluar rumah untuk bekerja.
4. Struktur kekuatan keluarga
Untuk kekuatan keluarga masih tetap berada pada Tn. A dan Tn. A selalu
menerapkan untuk berperilaku yang sopan-santun, bertutur kata yang baik
serta menjalin hubungan berumah tangga yang baik dengan antar anggota
keluarga yang lain.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan keluarga, penghasilannya menurun dan saat ini
berusaha untuk memanfaatkan penghasilan yang dimiliki dengan seefisien
mungkin.
2. Fungsi mendapatkan status sosial
Tn. A dan Ny. I selalu ikut dalam kegiatan warga sekitar rumah seperti
pengajian dan kegiatan PKK.
3. Fungsi pendidikan
Tn. A memiliki pendidikan tarkhir STM dan Ny. I pendidikan teralhirnya
adalah SMA. Saat ini Tn. A dan Ny. I berusaha untuk menabung agar bisa
digunakan untuk pendidikan anaknya nanti.
4. Fungsi sosialisasi
Keluarga khususnya Tn. A selalu mengajarkan dan menekankan
bagaimana berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya yaitu
agama Islam dalam kehidupan sehari-hari kepada istri dan anak-anaknya
yang masih berusia 16 bulan.
5. Fungsi pemenuhan (perawat/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
20

Keluarga cukup mengetahui mengenai sakit panas, namun


pengetahuan mengenai penanganannya lebih lanjut kurang. Terbukti
saat anaknya panas Ny. I mengompres anaknya dengan air hangat.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
1) Keluarga cukup mengerti mengenai kesehatan pada anggota
keluarganya.
2) Anggota keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang
sakit. Namun, kadang masalah kesehatan tersebut dianggap sepele
atau tidak begitu diperhatikan secara lebih lanjut.
3) Memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke tenaga kesehatan
yaitu bidan.
4) Keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan khususnya bidan.
Hal ini terbukti keluarga selalu mentaati anjuran bidan.
5) Keluarga selalu memberi perhatian dan kasih sayang yang lebih
dari biasanya kepada anggota keluarga yang sakit.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
1) Jika ada anggota keluarga yang sakit maka Tn. A selalu pergi ke
tenaga kesehatan yaitu bidan dan mempercayakan perawatan
kesehatan kepada bidan tersebut serta selalu menaati nasehat yang
dianjurkan dan meminum obat yang diberikan sesuai dosis
2) Keluarga selalu memberi perhatian dan kasih sayang yang lebih
kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat.
1) Keluarga percaya bahwa dengan menciptakan lingkungan yang
bersih dapat mencegah penyebaran berbagai jenis penyakit
2) Keluarga selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pangan
dalam keluarganya karena dalam keluarga percaya untuk
mencegah sakit harus makan yang banyak
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
21

1) Keluarga mengetahui mengenai fasilitas-fasilitas kesehatan yang


ada disekitar rumah.
2) Keluarga selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan yaitu BPS
sehingga jika ada anggota keluarga yang sakit selalu dibawa
kebidan tersebut.
6. Fungsi religius
Keluarga Tn. A semuanya beragama Islam
7. Fungsi rekreasi
Pada waktu libur keluarga Tn. A pergi ke taman rekreasi untuk menemani
anaknya bermain.
8. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. A mengatakan ingin mempunyai 2 anak. Dan ingin
mempunyai anak yang ke-2, jika anak yang pertama berusia 3 tahun dan
saat ini ibu masih memakai KB suntik 3 bulanan.
9. Fungsi afektif
Keluarga Tn. A saling memberikan kasih sayang dan perhatian serta selalu
menjaga hubungan yang harmonis antara suami dan istri.

F. Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka panjang dan jangka pendek
a. Stressor jangka pendek
Keluarga Tn. A khawatir anaknya terserang penyakit karena anaknya
sulit untuk makan sehingga anak keluarga Tn. A tampak agak pucat
dan lemah walaupun tidak sedang sakit.
b. Stressor jangka panjang
Keluarga Tn. A khawatir terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anaknya karena anaknya sulit untuk makan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Untuk stress jangka pendek, keluarga mengatakan sedikit khawatir dan
cemas namun tetap berusaha untuk membuat bagaimana caranya agar
22

anaknya mau makan seperti membelikan vitamin nafsu makan dan


hasilnya tetap saja anaknya sulit makan. Untuk stress jangka panjang
keluarga Tn. A selalu berusaha agar anaknya untuk makan sedikit tapi
sering dan memeriksakan anaknya di bidan.
3. Strategi koping yang digunakan
Bila ada permasalahan dalam keluarga Tn. A dan Ny. I selalu berusaha
menyelesaikan dengan bermusyawarah setelah itu baru diselesaikan
bersama-sama.
4. Strategi adaptasi fungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam
terhadap anak, mengkambinghitamkan anak serta memberikan ancaman-
ancaman dalam menyelesaikan masalah.

G. Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu


1. Tn. A (kepala keluarga)
a. KU : baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. TTV : TD : 120/70 mmHg
N : 84x/menit
S : 36,5 oC
RR : 24x/menit
d. BB : 65 kg
TB : 165 cm
e. Status present
Kepala : bentuk mesocephal, kulit kepala bersih, rambut
tidak rontok, tidak ada ketombe.
Muka : tidak sembab, tidak oedem, tidak pucat
Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera tidak
kuning.
Telinga : bersih, simetris, tidak ada penumpukan serumen
23

Hidung : simetris, tidak ada sekret dan tidak ada


peradangan.
Mulut : tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, dan lidah
tudak kotor.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyrhoid
Dada : tidak ada nyeri tekan, simetris, suara nafas
resonan.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati
dan limfa.
Genetalia : bersih, tidak ada keluhan
Ekstremitas atas : gerakan aktif, tidak ada cacat, tidak ada kelainan
pergerakan.
Ekstremitas bawah: gerakan aktif, tidak oedem, tidak cacat dan tidak
ada kelainan pergerakan.
Anus : bersih, tidak ada hemorhoid
2. Ny. I
a. KU : baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 84x/menit
S : 36,5 oC
RR : 24x/menit
d. BB : 40 kg
TB : 150 cm
e. Status present
Kepala : bentuk mesocephal, kulit kepala bersih, rambut
tidak rontok, tidak ada ketombe.
Muka : tidak sembab, tidak oedem, tidak pucat
Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera tidak
kuning.
24

Telinga : bersih, simetris, tidak ada penumpukan serumen


Hidung : simetris, tidak ada sekret dan tidak ada
peradangan.
Mulut : tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, dan lidah
tudak kotor.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyrhoid
Dada : tidak ada nyeri tekan, simetris, suara nafas
resonan.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati
dan limfa.
Genetalia : bersih, tidak ada keluhan
Ekstremitas atas : gerakan aktif, tidak ada cacat, tidak ada kelainan
pergerakan.
Ekstremitas bawah: gerakan aktif, tidak oedem, tidak cacat dan tidak
ada kelainan pergerakan.
Anus : bersih, tidak ada haemorhoid
f. Status obstetri
1) Inspeksi
Muka : bersih, tidak pucat, tidak ada chloasma
Mammae : simetris, puting susu menonjol dan aerola menghitam
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : bersih, tidak ada oedem, tidak ada kelainan.
2) Palpasi
Mammae : tidak ada benjolan keras yang abnormal pada
payudara dan ASI masih keluar pada payudara kanan
dan kiri.
Abdomen : TFU tidak teraba
3. An. A
a. KU : baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. TTV :N : 98x/menit
25

S : 36,6 oC
RR : 32x/menit

d. Antropometri
LK : 48 cm TB : 70 cm
LD : 45 cm BB : 7,8 kg
LILA : 12,5 cm
e. Status present
Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam, lurus, tipis dan
kulit kepala bersih.
Muka : bersih, tidak oedem, tidak pucat
Mata : simetris, cekung, konjungtiva tidak pucat dan
sklera tidak kuning.
Telinga : bersih, simetris, tidak ada penumpukan serumen
Hidung : simetris, tidak ada sekret dan tidak ada
peradangan.
Mulut : bersih, tidak ada sariawan, bibir tidak pecah-
pecah.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyrhoid
Dada : tidak ada nyeri tekan, simetris, suara nafas
resonan.
Abdomen : tidak kembung, tidak ada pembesaran hati dan
limfa dan turgor kulit baik.
Genetalia : bersih, tidak ada keluhan
Ekstremitas atas : gerakan aktif, tidak ada cacat, tidak ada kelainan
pergerakan.
Ekstremitas bawah: gerakan aktif, tidak oedem, tidak cacat dan tidak
ada kelainan pergerakan.
Anus : bersih
f. Tingkat perkembangan anak
1) Anak sudah dapat berjalan sendiri tanpa berpegangan
26

2) Anak sudah dapat menangkap dan menendang bola


3) Anak sudah dapat mengatakan 5-10 kata, salah satunya “tamu”.
4) Anak dapat bertepuk tangan sambil bernyanyi
5) Anak mampu memperlihatkan perasaannya seperti rasa senang
dan saat dia mulai merasa bosan.

H. a. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan masih menyusui
2. Ibu mengatakan tidak mengetahui mengenai kebutuhan gizi seimbang
dan ibu menyusui
3. Ibu mengatakan anaknya berusia 16 bulan
4. Ibu mengatakan anaknya sulit makan
5. Ibu mengatakan anaknya mengalami penurunan BB dari bulan lalu
b. Data objektif
1) Ny. I
a) KU : baik
b) Kesadaran : komposmentis
c) TTV : TD : 110/70 mmHg S : 36,5 oC
N : 84x/menit RR : 24x/menit
d) BB : 40 kg
TB : 150 cm
40
IMT :  17,8
1,5 2

Kategori : kekurangan berat badan tingkat ringan.


e) Status obstetri
1) Inspeksi
Muka : bersih, tidak pucat, tidak ada chloasma
Mammae : simetris, puting susu menonjol dan aerola
menghitam
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
27

Genetalia : bersih, tidak ada oedem, tidak ada kelainan.


2) Palpasi
Mammae : tidak ada benjolan keras yang abnormal pada
payudara dan ASI masih keluar pada payudara
kanan dan kiri.
Abdomen : TFU tidak teraba
2) An. A
An. A umur 16 bulan
a) KU : baik
b) Kesadaran : komposmentis
c) TTV :N : 98x/menit RR :
32x/menit
S : 36,6 oC
d) Antropometri
LK : 48 cm TB : 70 cm
LD : 45 cm BB : 7,8 kg
LILA : 12,5 cm
e) Status present
- Kepala : bentuk mesochepal, rambut berwarna hitam,
lurus, tipis dan kulit kepala bersih
- Mata : simetris, cekung, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak kuning.
- Abdomen : tidak kembung, tidak ada pembesaran hati dan
limfa, turgor kulit baik.

II. Interpretasi Data


A. Analisa
Diagnosa
No Data Dasar Diagnosa Masalah
Potensial
1 Data Subjektif An. A Resiko terjadinya Gizi
1. Ibu mengatakan anaknya sulit umur 16 gangguan buruk
28

untuk makan. bulan pertumbuhan dan


2. Ibu mengatakan tidak mengetahui dengan perkembangan
mengenai kebutuhan gizi seimbang gizi kurang pada An. A akibat
pada anak-anak dan cara gizi kurang
menghadapi anak yang sulit makan. berhubungan
Data Objektif dengan
1. An. A umur 16 bulan ketidaktahuan ibu
2. KU : baik mengenai gizi
3. Kesadaran komposmentis seimbang dan
4. TTV : N : 98x/menit cara-cara
S : 36,6 oC menghadapi anak
RR : 32x/menit yang sulit makan.
5. Antropometri
LK : 48 cm, LILA : 12,5 cm
LD : 45 cm, TB : 70 cm
BB : 7,8 kg
6. Status present
a. Kepala : bentuk mesochepal,
rambut berwarna hitam, lurus,
tipis dan kulit kepala bersih.
b. Mata : simetris, cekung,
konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak kuning.
c. Abdomen : tidak kembung,
tidak ada pembesaran hati dan
limfa, turgor kulit baik.
Data Subjektif
2 1. Ibu mengatakan masih menyusui Ny. I, P1A0 -
2. Ibu mengatakan tidak mengetahui umur 31 Resiko terjadinya
mengenai kebutuhan gizi seimbang tahun penurunan gizi
pada ibu menyusui dengan ibu pada ibu menyusui
29

Data Objektif menyusui. berhubungan


1. KU : baik dengan
2. kesadaran : komposmentis ketidaktahuan ibu
3. TTV : TD : 110/70 mmHg mengenai gizi
N : 84x/menit seimbang pada ibu
S : 36,5 oC menyusui.
RR : 24x/menit
BB : 40 kg
TB : 150 cm
40
IMT :  17,8
1,5 2

Kategori : kekurangan berat badan


tingkat ringan.
4. Status obstetri
a. Inspeksi
- Muka : bersih, tidak
pucat, tidak ada chloasma
- Mammae : simetris, puting susu
menonjol dan aerola menghitam
- Abdomen : tidak ada luka bekas
operasi
- Genetalia : bersih, tidak ada
oedem, tidak ada kelainan.
b. Palpasi
- Mammae : tidak ada benjolan
keras yang abnormal pada
payudara dan ASI masih keluar
pada peyudara kanan dan kiri.
- Abdomen : TFU tidak teraba
30

B. Penilaian (Skoring)
1. Gizi kurang
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3 1 - Tidak/kurang sehat
x11
3
2
2. Kemungkinan x22 2 - Sumber daya keluarga dan tindakan-
2
masalah dapat tindakan untuk memecahkan masalah
di ubah dapat dijangkau.
2 2
x1
3. Potensi masalah 3 3 2 - Gizi kurang dapat dicegah dengan
3
untuk dicegah memberikan ibu penyuluhan mengenai
kebutuhan gizi seimbang pada anak
dan cara-cara menghadapi anak yang
2 sulit makan.
x11
2 1
4. Menonjolnya - Keluarga menyadari dan perlu segera
masalah mengatasi masalah tersebut.
2
Total skor 4
3

2. Ibu Menyusui
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3 3 3 - Tidak/kurang sehat
x1
2 2 2
2 2
2. Kemungkinan x22 - Keluarga Ny. I dapat memecahkan
2
masalah dapat masalah karena adanya sumber daya
di ubah yang cukup dari keluarga.
2 2
x1 2
3. Potensi masalah 3 3 - Keluarga tidak yakin sepenuhnya
3
untuk dicegah untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi
seimbang pada ibu menyusui karena
perhatian keluarga lebih terarah pada
31

0 0 kesehatan dan masalah anaknya.


x1 0
2
4. Menonjolnya - Keadaan ibu yang tidak mengetahui
masalah mengenai kebutuhan gizi seimbang
bagi ibu menyusui.
1
Total skor 4
6

C. Prioritas Masalah
1. Resiko terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada An. A
berhubungan dengan ketidaktahuan ibu mengenai gizi seimbang dan cara-
cara menghadapi anak yang sulit makan.
2. Resiko terjadinya penurunan gizi pada ibu menyusui berhubungan dengan
ketidaktahuan ibu mengenai gizi seimbang pada ibu menyusui.

III. Rencana Asuhan


A. Diagnosa An. A umur 16 bulan dengan balita gizi kurang
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Perencanaan
1. Setelah dilakukan Pengetahuan - Ibu dapat - Melakukan
penyuluhan tentang menyebutkan unsur- penyuluhan tentang
gizi seimbang pada unsur yang gizi seimbang pada
anak dan penyuluhan terkandung pada gizi anak dan unsur-unsur
tentang cara-cara seimbang. makanan yang
menghadapi anak terkandung pada gizi
yang sulit makan seimbang.
diharapkan ibu dapat - Ibu dapat - Memberikan
mengatur kebutuhan menyebutkan akibat penyuluhan tentang
gizi bagi anak. dari kekurangan gizi cara mengatasi anak
2. Setelah dipraktekkan pada anak jika tidak yang sulit makan.
cara memasak contoh mengandung salah
makanan satu unsur pada gizi
pendamping ASI seimbang.
yaitu resep dari Sikap - Ibu mampu - Memberikan contoh
32

MODISCO memutuskan untuk resep-resep makanan


diharapkan ibu bisa menyediakan gizi pendamping dari
memasaknya sendiri yang dibutuhkan MODISCO untuk
untuk bagi anak. meningkatkan BB
membangkitkan anak.
selera makan Tindakan - Ibu dapat memasak - Mempraktekkan cara
anaknya. sendiri salah satu memasak salah satu
jenis makanan jenis makanan
pendamping yang pendamping ASI dari
sudah dipraktekkan. MODISCO.

B. Diagnosa Ny. I umur 31 tahun dengan ibu menyusui


Tujuan Kriteria Hasil/Standar Perencanaan
1. Setelah dilakukan Pengetahuan - Ibu mengerti dan - Memberikan
penyuluhan tentang mengetahui penyuluhan
kebutuhan gizi mengenai kebutuhan mengenai kebutuhan
seimbang pada ibu gizi seimbang pada gizi seimbang pada
menyusui diharapkan ibu menyusui. ibu selama menyusui
ibu mampu Sikap - Ibu dapat
memenuhi memutuskan
kebutuhan gizinya. makanan yang harus
dikonsumsi selama
menyusui.
Tindakan - Ibu membeli bahan-
bahan makanan yang
memiliki unsur-
unsur dalam gizi
seimbang pada ibu
menyusui.
33

IV. Implementasi
No Tanggal/Waktu Diagnosa/Masalah Implementasi
1 05-02-2008 - Resiko terjadinya gangguan 1. Memberi
07.45 WIB pertumbuhan dan penyuluhan tentang:
perkembangan pada An. A - Gizi seimbang pada anak
akibat gizi kurang - Tips cara-cara menghadapi
berhubungan dengan anak yang sulit makan.
ketidaktahuan ibu mengenai 2. Memprakt
kebutuhan gizi seimbang ekkan pada ibu cara memasak
pada anak dan salah satu jenis makanan
ketidaktahuan ibu mengenai pendamping yaitu resep dari
cara-cara menghadapi anak MODESCO.
yang sulit makan.
15.00 WIB - Resiko terjadinya
penurunan gizi pada ibu
menyusui berhubungan 1. Memberi penyuluhan pada
dengan ketidaktahuan ibu Ny. I mengenai kebutuhan gizi
mengenai kebutuhan gizi seimbang pada ibu menyusui.
seimbang pada ibu 2. Memotivasi ibu untuk selalu
menyusui. memenuhi kebutuhan zat
gizinya setiap hari.

V. Evaluasi
No Tanggal/Waktu No. Diagnosa/Masalah Evaluasi
1 04-02-2008 1.Resiko terjadinya gangguan - Ibu sudah mengerti dan
09.30 pertumbuhan dan memahami mengenai :
perkembangan pada An. A a. Gizi seimbang pada anak
akibat gizi kurang b/d b. Tips mengatasi anak yang
ketidaktahuan ibu mengenai sulit makan
gizi seimbang pada An. A - Ibu mampu untuk
dan ketidaktahuan ibu mempraktekkan sendiri
mengenai cara-cara memasak salah satu jenis
34

mengatasi anak yang sulit makanan pendamping.


makan.
04-02-2008 2.Resiko terjadinya penurunan - Ibu sudah mengerti dan
15.25 gizi pada ibu menyusui memahami mengenai
berhubungan dengan kebutuhan gizi seimbang
ketidaktahuan ibu mengenai pada ibu menyusui.
kebutuhan gizi seimbang
pada ibu menyusui.

2 04-02-2008 1.Resiko terjadinya gangguan - Ibu sudah mempraktekkan


15.30 pertumbuhan dan cara memasak salah satu
perkembangan pada An. A jenis makanan pendamping
akibat gizi kurang b/d resep dari MODISCO dan
ketidaktahuan ibu mengenai ibu juga sudah mencoba tips
gizi seimbang pada An. A mengatasi anak yang sulit
dan ketidaktahuan ibu makan dan hasilnya An. A
mengenai cara-cara mau makan sedikit tapi
mengatasi anak yang sulit sering dan tidak menolak jika
makan. diberikan makanan yang
dimasak ibu yaitu makanan
pendamping resep dari
2.Resiko terjadinya penurunan MODISCO.
gizi pada ibu menyusui - Ibu sudah mengkonsumsi
berhubungan dengan makanan dengan unsur-unsur
ketidaktahuan ibu mengenai makanan yang harus
kebutuhan gizi seimbang terkandung dalam gizi
pada ibu menyusui. seimbang pada ibu menyusui.

Catatan Perkembangan
35

No S O A P
1 Nama : An. A 1. Pemeriksaan umum - Dx Kebidanan : - Memberi
Umur : 16 bulan a) KU : baik An. A umur 16 motivasi pada
b) Kesadaran : komposmentis bulan dengan ibu untuk selalu
c) TTV : N : 98x/menit, gizi kurang. memperhatikan
S : 36,5oC, - Masalah : gizi kebutuhan gizi
RR : 32x/menit. kurang. anaknya dan
d) Antropometri : - Dx potensial : menetapkan tips
LK : 48 cm gizi buruk. mengatasi anak
TB : 70 cm - Antisipasi yang sulit
LD : 45 cm masalah : makan.
BB : 8 kg memberi gizi - Menganjurkan
LILA : 12,5 cm seimbang sesuai untuk rajin
2. Status present dengan mengikuti
a) Kepala : bentuk mesochepal, kebutuhan yang posyandu untuk
rambut warna hitam, lurus, diperlukan. mengetahui
tipis. perkembangan
b) Mata : simetris, cekung, anaknya.
konjungtiva tidak pucat, dan
seklera tidak kuning.
2 Nama : Ny. I c) Abdomen : tidak kembung, - Dx kebidanan : - Memotivasi ibu
Umur : 31 tahun tidak ada pembesaran hati Ny. I, umur 35 untuk selalu
- Ibu mengatakan dan limpa dan turgor kulit tahun dengan memenuhi
masih menyusui baik. ibu menyusui. kebutuhan
- Ibu mengatakan 1. Pemeriksaan umum - Masalah : - gizinya.
tidak a) KU : baik - Dx potensial
mengetahui b)Kesadaran : komposmentis - Antisipasi
mengenai c) TTV : TD: 110/70 mmHg masalah : -
kebutuhan gizi S : 36,5 oC,
seimbang pada N : 84x/menit,
ibu menyusui. RR : 24x/menit
36

d)BB : 40 kg,
TB : 150 cm,
40
IMT :  17,8
1,5 2

Kategori : kekurangan berat


badan tingkat ringan.
2. Status obstetri
a) Inspeksi
- Muka :
bersih, tidak pucat, tidak
ada chloasma
- Mamma
e : simetris, puting susu
menonjol dan aerola
menghitam
- Abdome
n : tidak ada luka bekas
operasi
- Genetali
a : bersih, tidak ada
oedem, tidak ada kelainan.
a) Palpasi
- Mamma
e : tidak ada benjolan
keras yang abnormal pada
payudara dan ASI masih
keluar pada payudara
kanan dan kiri.
- Abdome
n : TFU tidak teraba.
37

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis mencoba membandingkan antara teori yang


diperoleh dibangku kuliah dengan referensi yang penulis ambil dari buku pustaka
dengan hasil asuhan kebidanan dimana harapan penulis yaitu dapat memperoleh
gambaran secara nyata. Selain asuhan kebidanan yang diberikan pada keluarga Tn. A
dengan kurang pengetahuan mengenai gizi seimbang pada anak sehingga
menyebabkan terjadinya gizi kurang pada anak. Selama melaksanakan asuhan
kebidanan, penulis menetapkan teori dengan konsep yang telah ada.
7 Langkah dari Varney
Langkah I : Pengkajian
a. Faktor Pendukung
Pasien yaitu keluarga Tn. A bersedia memberikan keterangan-keterangan
yang diperlukan diantaranya adalah keterangan yang bersifat subjektif. Selain itu
data yang diperoleh dari keluarga Tn. A, penulis juga tidak kesulitan untuk
bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya yang juga memperoleh data
objektif melalui pemeriksaan.
b. Faktor Penghambat
Selama pengambilan data-data atau pengkajian, penulis tidak mengalami
hambatan.
c. Kesenjangan antara Teori dan Praktek
Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
Langkah II : Interpretasi Data
a. Faktor Pendukung
Data yang diberikan oleh pasien sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
penulis. Sehingga penulis dapat menegakkan diagnosa kebidanan yaitu keluarga
Tn. A dengan kurangnya pengetahuan mengenai gizi seimbang pada anak.
38

b. Faktor Penghambat
Tidak ditemukan faktor penghambat dalam pengambilan data.
c. Kesenjangan antara Teori dan Praktek
Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek. 37
Langkah III : Anstisipasi
Dalam asuhan kebidanan ini ditemukan diagnosa potensial gizi kurang yaitu
gizi buruk yang memerlukan penanganan segera.
Langkah IV : Diagnosa Potensial
Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek pada kasus keluarga Tn. A
dengan kurangnya pengetahuan gizi seimbang pada anak dan kurangnya pengetahuan
gizi seimbang pada ibu menyusui.
Langkah V : Perencanaan
Memberi penyuluhan mengenai gizi seimbang pada keluarga Tn. A sehingga
keluarga Tn. A mampu menerapkan mengenai gizi seimbang dalam keluarga.
Langkah VI : Implementasi
a. Faktor Pendukung
Pasien bersedia memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh penulis.
b. Faktor Penghambat
Tidak ada faktor yang menjadi penghambat bagi penulis dalam
pelaksanaan implementasi karena pasien sangat terbuka dan bersedia untuk
bekerja sama.
Langkah VII : Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara komprehensif yaitu pada tanggal
4 Februari 2008, diperoleh hasil :
1. Ibu sudah mengetahui dan memahami mengenai gizi seimbang pada anak dan
cara mengatasi anak yang sulit makan.
2. Ibu mampu menerapkan cara memasak makanan pendamping sesuai dengan
resep MODISCO sehingga anaknya mau makan dan mengalami kenaikan berat
badan 0,2 kg yang ditimbang pada tanggal 8 Februari 2008.
3. Ibu mampu memenuhi kebutuhan gizi bagi dirinya.
39

BAB V
PENUTUP

Dari data yang telah penulis uraikan didepan, maka penulis menyimpulkan
sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai gizi pada anak yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang timbul pada keluarga Tn. A.
2. Adanya faktor yaitu anak yang sulit makan menjadi salah satu alasan yang
menyebabkan kebutuhan gizi anak sulit terpenuhi.
3. Petugas kesehatn dalam memberikan informasi tentang kesehatan kurang
melibatkan peran serta masyarakat.
4. Kurangnya koordinasi yang baik antara petugas kesehatan dengan masyarat
mengenai kesehatan di dusun Krajan.

B. Saran
1. Kepada keluarga Tn. A diharapkan untuk selalu memenuhi kebutuhan gizi
anaknya dan menerapkan tips mengatasi anak yang sulit makan.
2. Selalu untuk rajin mengikuti Posyandu untuk mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan anak.
3. Kepada Ny. I untuk selalu memenuhi kebutuhan gizinya.
4. Kepada petugas kesehatan agar rajin untuk melakukan penyuluhan kepada
masyarakat.
5. Kepada petugas kesehatan agar meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pemecahan masalah kesehatan.
40

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA TN. A


KHUSUSNYA PADA AN.A DENGAN BALITA GIZI KURANG DI Rt I Rw II
DUSUN KRAJAN DESA LEYANGAN
39KECAMATAN UNGARAN TIMUR
KABUPATEN SEMARANG

Disusun oleh :
Ni Gusti Ayu Pramita Aswitami
005587

AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2008
41

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan dengan judul “Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn.


A Khususnya pada An. A dengan Balita Gizi Kurang di RT II RW II Dusun Krajan
Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang” telah diterima
dan disetujui oleh tim pembimbing Akademi Ngudi Waluyo Ungaran, pada :

Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Koordinator PKL Pembimbing

( Chichik Nirmasari, S.SiT ) ( Idah Suciati, S.SiT )

DAFTAR ISI

ii
42

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan .......................................................................................
C. Manfaat .....................................................................................
D. Metodologi Penelitian ...............................................................
E. Ruang Lingkup Masalah ...........................................................
F. Sistematika Penulisan ...............................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................
A. Tinjauan Medis .........................................................................
B. Tinjauan Teori Keluarga ............................................................
C. Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan .....................................
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................
BAB V PENUTUP .......................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

iv
43

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun laporan individu yang berjudul
“Asuhan Kebidanan pada Keluarga Tn. A Khususnya pada An. A dengan Balita Gizi
Kurang di RT I RW II Dusun Krajan Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang”.
Laporan ini penulis susun guna memenuhi tugas individu PKL Kebidanan
Komunitas Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran.
Dalam penyusunan laporan individu ini dapat kami laksanakan berkat
adanya bimbingan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Asaat Pitoyo SKM, M.Kes, ketua Yayasan Ngudi Waluyo
2. Suryani, S.SiT selaku Direktur Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
3. Idah Suciati, S.SiT selaku pembimbing PKL Kebidanan Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo.
4. Dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo Ungaran.
5. Ahmadi, S.Ag kepala desa Leyangan.
6. Kepala dusun, ketua RT dusun Krajan desa Leyangan.
7. Keluarga Tn. A selaku keluarga binaan.
8. Keluarga saya yang selalu memberi motivasi dalam penyusunan laporan
ini.
Besar harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi segenap
pembaca, khususnya bagi keluarga Tn. A sebagai tindak lanjut untuk mengatasi
masalah kesehatan dalam keluarganya.

Ungaran, Februari 2008


Penulis

iii

You might also like