You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Negara Timor Leste merupakan Negara muda makin gencar dengan

membangun di segala bidang, bidang kesehatan adalah salah satunya. Bercermin

pada kebijakan universal sehat sejahtera untuk semua yang tertera secara yuridis

dalam undang-undang Republika Timor Leste nomor 57 yang berbicara secara

rinci menyangkut hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan menjadi milik

semua warga otentik Timor Leste tanpa terkecuali. Namun sejauh tampak anak-

anak bangsa muda ini melangkah ternyata dapat terhindar dari keberhasilan

pembangunan kesehatan yang patut diberikan perhatian lebih spesifik, bahwa

angka kesaktian tidak terhindarkan.

Sesuai dengan catatan medic Hospital Nacional Guido Valadares pada tahun

2012 penderitaan Gastritis akut mencapai 815 orang yang gastritis atas laki-laki

berjumlah 321 orang sedangkan perempuan berjumlah 503 orang gastritis kronik

berjumlah 431 orang yang terdiri dari laki-laki 213 orang dan perempuannya

berjumlah 218 orang perempuan tetap menempati urutan terbanyak dibanding

pria. Sedangkan diruangan interna Laki Hospital Nacional secara keseluruhan

pasien yang menderita gastritis tahun 2011 berjumlah 97 orang sehingga

mendukung hasil orientasi penulis semakin bersemangat memilih judul Asuhan

keperawatan pasien dengan Gastritis.Data rekapan tahun 2012 sampai dengan

1
bulan Desember pasien yang teridentifikasi dalam kasus gastritis berjumlah 30

orang.

Berangkat dari keprofesian perawat yang bertangun jawab dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan klinik maka salah satu gangguan yang paling

lazim terjadi di klinik ialah sakit lambung.Lambung merupakan organ pencernaan

di dalam tubuh manusia yang berfungsi menyimpan makanan,mencernakan

makanan menjadi partikel yang lebih kecil untuk di teruskan ke duodenum.Fungsi

lambung adalah menerima makanan dan bekerja sebagai penampung untuk jangka

waktu pendek,semua disiapkan untuk di cernakan oleh usus(pearce.2009).

Sebuah profesi perawat memiliki tanggun jawab dalam melaksanakan

perananya sebagai pelaksana asuhan keperawataan yang menjadi bagian pokok

dari proses keperawatan ditunjukkan kepada individo,keluarga dan

masyarakat(yani,2008).

Menurut (Pearce, 2009) melaksanakan peran perawat kesehatan sangat perlu

memberikan pemahaman kepada keluarga agar peran mereka dalam bidan

kesehatan dapat berjalan dengan baik. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan

terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu, maka Persatuan Nasional Indonesia

(PPNI) dalam Lokakarnya Nasional mengikrarkan bahwa keperawatan adalah

professional. Professional yang dimaksud meliputi pelayanan professional dan

pendidikan professional.

2
Oleh karena gangguan di lambung itu dinamakan Gastritis maka menurut

(Efandi, 200), mengemukakan penyakit Gastritis adalah peradangan pada

lambung dan merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik

adanya anoreksin, rasa penuh dan tidak enak pada epigastrium mual dan muntah.

Adapun keluhan utama dari pasein dengan Gastristis adalah rasa sakit pada

daerah perut bagian atas, pada keluhan lain yaitu kurang nafsu makan, susah tidur

akibat rasa sakit yang dirasakan. Pada pasien Gastritis timbul masalah

keperawatan yang harus diatasi oleh perawat yaity nyeri, gangguan pemenuhan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan gangguan pola istirahat dan tidur. Factor

utama pelaksanaannya adalah dengan menghilangkan etiologinya diantaranya diet

lambung dengan porsi kecil tapi sering serta memberikan obat-obatan yang

tujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa Antagonosis Reseptor H2

seperti ranitidine, sukralfat ,antasida (Soeparman, 2010).

Kejadian penyakit Gastritis meningkat sejak 5-6 tahun ini dan menyerang laki

–laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami Gastritis

karena kebiasaan mengkomsumsi alcohol dan merokok. Secara garis besar

Gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada manifestasi

klinis , gambaran histology yang khas, distribusi anatomi dan kemungkinan

pathogenesis Gastritis. Berdasarkan pada manifestasi klinis,Gastritis dapat dibagi

menjadi akut dan kronik. Masalah yang sering timbul pada Gastritis umumnya

mengalami masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri.

3
Doenges (2009), bahwa masalah keperawatan yang muncul pada penyakit

gastritis akut adalah nyeri berhubungan dengan peningkatan asam lambung ,

gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, gangguan pola istrihat dan tidur berhubungan dengan nyeriepigastrium,

cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum.Gangguan system pencernaan bagian atas

yang timbul akibat perubahan pola hidup sangat bervariasi dari tukak,varises

sampai dengan perdarahan dengan berbagai penyebab.

Oleh karena itu penulis yang dalam lingkup praktiknya berkewajiban mengisi

keberhasilan meningkatkan derajat kesehatan anak-anak Bangsa melalui

pengabdian dan pelayanan tampa pamrih dengan seorang perawat,sehingga

penulis mengangkat kasus Gastritis mewakili karya penulisan ini sebagai seorang

perawat klinik yang turut berpartisipasi membangun kesehatan rakyat di Negara

mudah ini.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana proses penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gastritis

melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose

keperawatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi?

4
1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penulisan dalam

mengimplementasikan melalui keperawatan pada pasien sesuai dengan

masing-masing tahap dalam proses keperawatan pada kasus Gastritis.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara sertematui kasus dengan

Gastritis

b. Mampu merumuskan diagnose Keperawatan yang dapat ditegakkan pada

kasus dengan Gastritis

c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada kasus dengan

serdengan Gastritis

d. Mampu membuat implementasi Asuhan Keperawatan pada pasein dengan

Gastritis.

e. Mampu mengevaluasi Asuha keperawatan pada asuhan dengan Gastritis.

1.4.Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit

Memberikan gambaran secara jelas kepada pasien rawatan secara khusus

perawatan pada penderitaan Gastritis untuk semakin mempertahankan

kondisi yang sehat secara kontinu setelah selesai perawatan di rumah sakit.

5
2. Bagi Institusi

a. Memberikan masukan kepada institusi agar dapat mengmbangkan standar

asuhan keperawatan.

b. Menciptakan lingkungan yang menunjang dalam proses belajar mengajar

melalui kegiatan pendidikan bagi tenaga keperawatan.

c. Sebagai salah satu syarat dalam menunjang program pendidikan secara

berkelanjutkan dalam pertumbuhan tenaga keperawatan yang profisional.

3. Bagi Penulis

a. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan asuhan

keperawatan kepada pasien dengan Gastritis.

b. Sebagai latihan menerapkan salah satu unsure kecil dari kiat keperawatan

memberikan rasa nyaman pada pasien dengan Gastritis.

c. Menerapkan teori yang diperoleh selama dibangku kuliah dengan memprakt

ekan secara langsung terhadap pasien.

6
1.5.Ruang Lingkup

Dengan keterbatasan waktu,karya dan kemanpuan penulis sehingga studi ini

hanya di batasi di Hospital Nacional Guido Valadares (HNGV)Ruang intema

dan intema wanita.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.4.Konsep Dasar

1. Definisi.

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa

lambung.secara histopologi dapat di buktikan dengan adanya infiltrasi sel-

sel radang pada daerah tersebut.Gastritis adalah salah satu penyakit yang

paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada umum(Herlan,2011).

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat

akut,kronik difusi dan local dan ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu

gastritis superficial akut dan gastritis atropi kronik(Brunner,2008).

Gastritis adalah peradangan local atau menyebar pada mukosa lambung

,yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan

bakteri atau bahan iritan lain.(Charlene,2006).

Berdasarkan tiga pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

gastritis sebenarnya adalah proses peradangan lapisan sub mukosa dan

mukosa lambung akibat bakteri atau bahwa lain terjadi akut maupun kronik.

8
1.5.Klasifikasi Gastritis

a. Gastritis akut

Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan

gejala yang khas.Biasanya ditemukan penyakit yang sering

ditemukan,biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, merupakan penyakit

respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Endotokson bakteri

(setelah makan makanan yang terkontaminasi) alcohol, kafein dan aspirin

merupakan agen-agen penyebab yang sering. Obat-obatan lain, seperti NSAID

(Indometasin, naproksen), sulfonamide, steroid dan digitalis juga terlibat.

Beberapa makanan berbumbu termasuk cuka, lada, atau mustard, dapat

menyebabkan gejala yang mengarah pada gastritis, Mansyur (2000).

Jika alkohol diminum bersama aspirin, efeknya akan lebih merusak

dibandingkan efek masing-masing agen tersebut secara terpisah. Gastritis

erosive haemorrogik difus biasanya terjadi pada peminum berat dan pemakai

aspirin dan dapat menyebabkan perlunya dilakukan reseksi lambung. Penyakit

yang serius ini akan dianggap tidak akibat stress, oleh sebab keduanya

memiliki banyak persamaan. Destruksi sawar mukosa lambung diduga

merupakan mekanisme patogenik yang menyebabkan cidera.

Pada gastritis superficialis, mukosa memerah, edematosa, dan ditutupi oleh

mucus yang melekat, erosi kecil dan pendarahan sering timbul. Derajat

peradangan sangat bervariasi.

9
1.6.Etiologi

Beberapa hal yang dapat menyebabkan lapisan pelindung lambung yaitu:

a. Gastritis Bakterialis

1. Infeksi Bakteri Helicobacter Pylori yang hidup dalalm lapisan mukosa

dinding lambung diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat

memakan atau meminum yang berkonstaminasi oleh bakteri ini. Sering

terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahanan seumur hidup jika

tidak dilakukan perawat.

2. Infeksi bakteri Campylobater Pyloroides.

b. Gastritis karena Stres Akut

a. Penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi tiba-tiba,

b. Pembedaan

c. Infeksi berat

d. Cederanua sendiri mungkin tidak mengenal lambung seperti terjadi pada

luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahaan hebat.

c. Gastritis Erosif Kronis

a. An inflamasi nonsteroid (AINS) seperto Aspirin, ibu Profen dan Naproxen

dapat menyebabkan perdarahan seprti lambung dengan cara menurunkan

Prostaglandin yang bertugas melindung dinding lambung .

b. Penyakit Crohn gejalanya sakit perut dan diare dalalam bentu cairan. Bisa

menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna namun,

10
kadang-kadang dapat juga menyebabkan peeradagan pada dinding

lambung.

c. Penggunaan alcohol secara berlebihan, alcohol dan mengiritasi dand

mengikis mucosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung

lebih rentan terhadap asam lambung dalam koibndisi normal.

d. Gastritis Eosionofilik

Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang

Eosinofil terkumpul pada dinding lambung.

e. Gastritis Hipotesis dan Antropi

Tetapi karena kelainan Autoimmune atropine Gastritis terjadi ketika

sistem ketebalan tubuh menyerang sel-sel yang berada dalam dinding

lambung. Hal ini mengakibatkan peradagan dan secara bertahap

menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar asam

lambung dan menggangu produksi factor intrisik (yaitu sebua zat yang

membantu tubuh mengaksorbsi vitamin B12) kekurangan vitamin B12

akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious Anemia, sebuah kondisi yang

serius bila tidak segera dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam

tubuh.

11
f. Penyakit Meiner

Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya

membesar dan memiliki kista yang terisi cairan, sekitar 10% penderita ini

menderita kanker lambung.

a. Gastritis Sel Plasma

Sel plasma (salah satu jenis sels darah putih) terkumpul dalam dinding dalam

lambung dan ortan lainnya.

g. Penyakit Bile Rufluk

Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak

dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu

akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus kecil. Dalam

kondisi normal, sebuah otot Sphincter yang berbentuk seperti cincin

(Pylonic Valve) akan mencegah empedu mengalir balik kedalam lambung.

Tetapi jika katub ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan

masuk kedalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan Gatritik.

b. Radiasi dan Kemoterapi

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat

mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat

berkembang menjadi Gastriris dan Peptic Ulcer. Ketika tubuh terkena

sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi

dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi

12
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-

kelenjar penghasil asam lambung.

2. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen

yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala yang lebih berat

seperti nyeri epigastrum, muntah, perdarahan dan hematemesis. Pada beberapa

kasus bila gejala memanjang dan resisten terhadap pengobatan, mungkin

diperlukan tindakan diagnostic tambahan seperti endoskopi, biopsy mukosa dan

analisis cairan lambung untuk memperjelas diagnose.

Gastritis akut biasanya mereka bila agen-agen penyebab dapat dihilangkan.

Obat-obatan anti muntah dapat membantu menghilangkan mual keseimbangan

cairan dan elektrolit dengan memberikan cairan intravena. Pemakaian

penghambata H2 (seperti rantidine) untuk mengurangi sekresi asam lambung

sukralfat atau antacial, dapat mempercepat penyembuhan (Price, 1995).

13
b. Gastritis Kronis

Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi factor dengan perjalanan

klinis yang bervariasi. Kelainan ini berkaiatan erat dengan infeksi

helicobartes phylori.

Gastritis kronik ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai

dengan kehilangan sel pametal dan chiefcell.Akibatnya produksi asam

klorda,pepsin dan factor intrinsic menurun.Dinding lambung menjadi tipis

dan mukosa mempunyai permukaan yang rata.Bentuk gastritis ini sering

dihubungkan dengan anemia permission,tukat lambung dan kanker.

Pada kasus anemia permission,potogenesis dapat dikaitkan dengan

gangguan mekanisme imunologik.kebanyakan penderitaan mempunyai

antibody terhadap sel parietal dan dalam darahnya.Lebih spesifik

lagi,penderita ini juga mempunyai anibodi terhadap factor intrinsic.

Gastritis kronis diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak

lambung dan karsinoma.Insidan kanker lambung khususnya tinggi pada

anemia pernisiosa(10-15%).

Gejala gastritis kronis umumnya bervariasi dan tidak jela,antara lain

perasaaan perut penuh,anoreksi dan distress epigastrik yang tidak

nyata.Diagnosa diperkirakan bila ada aklorhidrat yang rendah dan dipastikan

melalui perubahan histologik yang khas pada biopsy.Pengobatan gastritis

14
kronik bervariasi,tergantung pada penyebab kelainan yang dicuriga,Alkohol

dan obat-obatan yang dikenal mengiritasi mukosa lambung dihindari.Anemia

defisiensi besi(disebabkan karena perdarahan kronik)bila ada dikoreksi

vitamin B12 terapi yang sesuai lainya diberikan pada anemia

pernisiosa(price,1995.

3. Anatomi fisiologi

15
a. Mulut : adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian yaitu:

1. bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir

dan pipi.

2. bagian rongga mulut/bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya

oleh tulang maksilaris palatun dan mandibularis di sebelah belakang

bersambung dengan faring.

b. Palatum, terdiri atas dua bagian yaitu:

a.)Palatum durum yang tersusun atas tajuk tajuk palatum dari sebelah depan

tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari dua tulang palatum

b). Palatum mole terletak di belakang yang merupakan lipatan menggantung yang

dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lender.

Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri, di sebelah kanan dan kiri dari

tiang fauses terdapat saluran lender menembus ke tonsil.

Alat-alat yang ada didalam rongga mulut yaitu gigi yang terbagi atas dua macam

yang terbagi:

a) Gigi sulung mulai tumbuh pada anak-anak usia 6-7 bulan. Lengkap pada umur

2,5 tahun jumlah 20 buah. Terdiri dari :8 buah gigi seri dan 8 buah gigi

gerahan

16
b) Gigi permanen tumbuh pada usia 6-7 tahun jumlahnya 32 buah. Terdiri dari :

8buah gigi seri, 4 buah gigi taring, 8 buah gigi gerahan dan 12 buah gigi

geraham.

Fungsi dari gig adalah : Gigi seri gunanya untuk memotong makanan,

gigi taring gunanya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, Gigi

geraham gunanya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.

c) Lidah

Lidah terdiri dari otot serta lintang dan dilapisi oleh selaput lender, kerja

otot lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah, fungsi lidah yaitu: mengaduk

makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan

makanan.

Lidah dibagi atas tiga bagian:

a) Radiks lingua: pada pangkal yang belakang terdapat epiglottis yang

berfungsi untuk jalan nafas pada waktu kita menekan makanan, supaya

makanan tidak masuk ke dalam jalan nafas.

b) Dorsum lingua: punggung lidah terdapat putting-putting pengecap atau

ujung saraf pengecap.

c) Apeks pengecap

17
h. Faring

Organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan dan

esophagus di dalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar

limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap

infeksi. Tonsil terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,

yakni di belakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang

belakang. Bagian ke atas bagian depan terhubung dengan rongga hidung,

dengan perantaraan lubang bernam koana. Keadaan faring berhubungan

dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.

Faring terdiri dari:

a. Bagian superior yang disebut dengan bagian yang sama tinggi dengan

hidung

b. Bagian media sama dengan bagian yang sama tinggi dengan mulut

c. Bagian inferior sama dengan bagian yang sama tinggi dengan laring.

d. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang

menghubungkan faring dengan ruang gendang telinga. Bagian media

disebut orofaring, bagian ini terbatas ke depan sampai di akar lidah bagian

inferior disebut laring faring yang menghubungkan orofaring dengan

laring

e. Esophagus : merupakan saluran yang menghubungkan faring dengan

lambung, panjangnya kira-kira 25 cm, mulai dari faring sampai pintu

masuk kardiak di bawah lambug.

18
f. Gasfer : merupakan bagian dari saluran yang mengembangkan paling

banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdir dari bagian atas

fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik,

terletak di bawah diafragma di depan pankreaas dan limpa, menempel di

sebelah kiri fundus uteri.

Bagian-bagian dari lambung: (a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol

ke atas terletak sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi

gas, (b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada

bagian bawah kurvatura minor, (c) Antrum pylorus, bagian lambung

berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus,

(d) Kurvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari

osteum kardiak sampai ke pylorus, (e) kurvatura mayor, lebih panjang dari

kurvatura monir, terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus

ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus ke limpa, (f) Osteum

kardiak, merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke

lambung, pada bagian ini terdapat orifisum pilori. Susunan lapisan dari

dalam keluar, terdiri dari (a) lapisan selaput lender, apabila lambung ini

dikosongkan, lapisan ini akan berlipat-lipat yang disebut rugae, (b)

Lapisan (muskulus aurikularis), (c) lapisan (muskulus obliqus), (d) lapisan

(muskulus longitudinal), (e) lapisan serosa (peritoneum)

Fungsi lambung adalah: (a) menampung makanan, menghancurkan dan

menghaluskan oleh peristaltic lambung dan getah lambung, (b) Getah

19
cerna lambung yang dihasilkan yaitu pepsin yang berfungsi memecah

putih telur menjadi asam amino (albumin dan peptone), dan Asam garam

(HCL) yaitu berfungsi mengasaamkan makanan, sebagai anti septic dan

desinfektan, serta membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga

menjadi pepsin, Renin, berfungsi sebagai ragi yang membekukan susu dan

membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu) dan

lapisan lambung yang jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam

lemak yang merangsang sekresi getah lambung.

g. Usus Halus: Instestinum minor adalah bagian dari system pencernaan

makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum,

panjangnya sekitar 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses

pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan. Usus halus di bagi dalam tiga

bagian yaitu (a) Duodenum (usus12 jari) yang panjangnya sekitar 35 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat

pancreas. Bagian kanan duodenum ini terdapat selaput empedu (duktus

koledokus) dan saluran pancreas (duktus wirsungi/duktus pankreatikus).

Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung

kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar brunner, berfungsi untuk

memproduksi getah instestium.

h. Yelenum dan ileum: mempunyai panjang 6 m. dua perlima

bagian atas adalah yeyenum dengan panjang sekitar 2-3 m dan dengan

panjang sekitar 4-5. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding

20
abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas

dikenal masenterium.

Fungsi usus halus, terdiri dari: (a) menerima zat-zat makanan yang

sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran

limfe (b) menyerap protein dalam bentuk asam amino, (c) Karbhoidrat

diserap dalam bentuk monosakari.

Dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang

menyepurnakan makanan yakni:

a. Enterokonase, mengaktifkan enzim proteolitik

b. Eripsin, menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino yang

terdiri ats (a) lactase, mengubah lactase menjadi monosakirada, (b)

Maltosa mengubah maltose menjadi monosakirida, (Sukrosa, mengubah

sukrosa menjadi monoskarida.

i. Usus besar

Panjangnya sekitar 1,5 lebarnya 5-6cm, berfungsi menyerap air dari

makanan, empat tinggal bakteri, tempat faeses. Usus terdiri dari atas

beberapa segmen yaitu: (a) kolon asendens, panjangnya 13 cm, terletak di

bawah abdomen sebelah kanan lengkungan ini disebut fleksura hepatica,

dilanjutkan sebagai kolon transversum, (b) Kolon desendens, panjangnya

sekitar 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke

bawah dari fleksur lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan

kolom sigmoid, (c) Kolon transversum panjangnya sekitar 38 cm, menbujur

21
dari kolon asendes sampai ke kolon desendes berada dibawah abdomen,

sebelah kiri, bentuknya menyerupi huruf S, ujung bawahnya berhubungan

dengan rectum.

j. Rekrum : terletak di bawah kolon sigmoid intestinum mayor dengan anus,

terletak dalam rongga pelvis di depan os koksigis.

k. Anus: bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan

dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh

tiga spingter yaitu (a) Spingter ani internus, bekerja tidak menurut kehendak,

(b) Spingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak dan (c) Spingter

ani eksternus, bekerja menurut kehendak.

Fungsi utama pencernaan dari saluran gastrointestinal yaitu:

a. Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekul untuk dicerna.

b. Mengeliminasii makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produksi

sisa lain dari tubuh.

c. Proses perencanaan mulai dengan mengunyah, dimana makanan diperoleh

ke dalam partikel-partikel kecil yang dapat telan dan dicampur dengan

enzim pencernaan.

d. Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berrespon atau

sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Kontraksi peristaltic di

dalam lambung mendorong isi lambungnya kea rah pylorus karena

partikel makanan besar tidak dapat melewati spingter pylorus, partikel ini

22
diaduk kembali ke korpus lambung. Dengan cara ini makanan di dalam

lambung secara mekanis dicampur dan dihancurkan menjadi lebih kecil

dan memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus

pada kecepatan yang memungkinkan absorbs nutrisi efisien.

Sedangkan fungsi gastro intestinal untuk menyediakan secara kontinu

air, elektrolit dan nutrient lain sehigga diperlukan : (a) Pergerakan makanan

melalui gastrointestinal, (b) Sekresi cairan pencernaan dan pencernaan

makanan (c) Absorpsi hasil pencernaan, air dan bermacam elektrolit (d)

Sirkulasi darah untuk mengangkut hasil pencernaan dan (e) control dari

system gastrointestinal oleh system saraf hormonal.

Hormonal yang mengontrol gastrointestinal adalah (a).

Cholecystokinin: diskresi sel “I” muukosa deudenum dan yeyenum :

tampak pada pemecahan lemak, meningkatkan kontraktilitas kantung

empedu, menghambat motilitas gastrointestinal, (b) Sekretin: disekresi sel

“S” duodenum, sebagai respon terhadap asam lambung yang keluar dari

pylorus, menghambat motillitas gastrointestinal, (c) Gastik inhibilitor

peptide, disekresi mukosa bagian atas intestine, respon terhadap asam

lemak dan asam amino.

23
4. Patofisiologi

Perangsangan se vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat

menyebabkan pelapasan atau sekresi gastritis yang menyebabkan dari nucleus

motorik dorsalis nervus vagus menusu dinding lambung pada system saraf enteric

kemudian kelenjar kelenjar gaster atau getah lambung sehinga mukosa dalam

antrum lambung mensekresikan hormone gastrin dan merasa sel sel parietal yang

wanita produksi asam hidroklorinia berlebihan sehinga terjadi iritasi pada mukosa

lambung.

Obat obat alcohol,garam empedu atau enzim pancreas dapat merusak mukosa

lambung menganggu barier mukosa lambung dan memungkingan difusi kembali

asam dan pasien ke dalam jaringan lambung.

Makan terjadi irirtasi dan peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis dan

yang dapat mengakibatkan prefosi dinding lambung dan perdarahan dan

peritonitis.

Asam hidroklorida diskresi secara sehinga sekresi meningkat karena mekanisme

neurogenetik dan hormonal yang dimulai oleh ransangan lambung.

24
5. Pathways

Helicobacter pilori Stress

Infekesi mukosa lambung stimulus nervus vagus

Zat-zat krozil Refleks enteric dinding lambung

Gangguan difus barier mukosa Hormon gastrin

Peningatan asam lambung

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung

Hiprtensi Anesites Nyeri Hipotalamus

Gaster Kurang inflamasi Aktivitas lambung megkt

mukosa N
Kurang
pengetahuan Asam lambung meningkat

Kehilangan kelenjar
fundus Kontraksi otot lambung

Faktor instrik

Penurunaan absorbsi

25
Anemeia peniseosa Anoreksia mual muntah

Penurunana volume darah merah Mukosa nutrient Masuk cairang tdk adekut

inadekuat kehilan cairang.

Penurunaan suplai O2 ke jaringan

Resiko kekurang volume


cairang
Keluhan fisik Perubahan
nutrisi
kuran dari
Intoleransia kebutuhan
aktivitas

26
6. Pemerikasaan Diagnostik
Pemeriksaan darah tes ini digunakan untuk pemeriksaan apakah terdapat
pylori dalam darah hasil tes yang posetif menunjukan bawah pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidup tapi tidak ada menunjukan
waktu memeriksaan anemeia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena
gastritis.

Napas urea suatu metode diagnostic berdasarkan prinsip bawah urea dibuah
oleh urea .pilori dalam lambung dalam menjadi amoniak dan karbodioksida
(CO2)CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam
udara ekspirasi.

Pemeriksaan feces tes ini memiriksaan adalah terdapat bakteri pilori dalam
feces atau tidak hasil yang posetif dapat mengidasikan terjadi infeksi.

Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces hal ini
menunjukan danya perdarahan dalam lambung.

7. Penatalaksanaan
1. Penderita gastritis karena stress akut bainak mengalami penyebab penykit buat
cedera atau perdarahan berhasil di atasi;tetap sekitar 2% penderita gastritis
karena stress akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal.
2. Penderita gastritis kronik bisah diobati dengan antacid
3. Penderita sebanyaknya menhidari obat anti peradangan non esteroid lanya dan
makanan yang menyebabkan iritasi lambung
4. Untuk meningkat penyebatan disaluran keluar lambung pada gastritis
eosinofilik bisa diberikan korikostoroid atau dilakukan pemedahan
5. Gastritis cetrofik tidak dapat disebabkan besar penderita harus pendaptkan
suntikan tambahan vitamin12.

27
8. Komplikasi

Pemakaian aspirin,garam empedu dan zat-zat lain yang terlalu berlebihan

sehingga merusak mukosa lambung dan mengubah permeabilits sawar

epitel,memungkinkan difusi balik asam HCI dengan akibat kerusakan

jaringan,khususnya pada pembuluh darah.Histamine di keluarkan, merangsang

sekresi asam dan pepsin lebih kanjut dan meningkatkan permeabilitas kapiler

terhadap protein.Mukosa kapiler dapat rusak,mengakibatkan haemorragik

interstisial dan perdarahan sehingga menjadi lunak(price,1995).

Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat

berakghir dengan gangguan absorbs vitamin B12 juga merupakan komplikasi

yang dapat terjadi pada penderitaan gastritis (Mansyur, 2000).

Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain upaya untuk

memperbaiki kondisi pencernaan. Perlu diketahui bahwa kedua nunsur ini

mempunyai hubungan yang erat. Menurut Uripi(2002), pemberian diet untuk

penderita gastritis antara lain bertujuan untuk:

a. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung

b. Menghilangkan gejala penyakit

c. Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung

d. Mempertahankan keseimbangan cairan.

e. Mengurangi gerakan peristalik lambung

28
f. Memperbaiki biasanya makan pasien

29
A. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan pada praktek

keperawatan yang berupa bimbingan, bantuan penyuluhan atau pengawasan

perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat untuk memenuhi

kebutuhan pasien/klien. Sedangkan asuhan keperawatan itu sendiri adalah

factor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan,

rehabilitative dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada hal ini

profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang

“menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari segi keperawatan

dengan elemen yang paling releven dari system teori, dengan menggunakan

metode ilmiah “Shore, 1988).

Pada mulainya langkah-langkah dalam proses keperawatan dapat dibagi

menjadi lima tahap yaitu:

B. Assesment (Pengkajian)

Pengkajian sejalan dengan perawat melakukan pengkajian, terjadi bentuk

interaksi (verbal dan non verbal) antara perawat dan klien. Selain klien

menunjukkan respon fisiologis, seperti gerakan, pola pernapasan dan gerakan

tubuh yang menunjukkan informasi pada perawat. Perawat harus

menggunakan semua indra untuk secara akurat mengkaji perilaku pasien.

30
Indra kita mengumpulkan pengalaman yang perlu di klasifikasi dan dinilai

(Badman 1995)

a. Biodata : nama, umur, jenis kelamin, agama, ras, suku, bangsa, dan lain-

lain

b. Riwayat kesehatan/data subyektif

c. Keluhan pada system pencernaan: Anoreksia, nausea, vomitus,

hematemesis (frekuensi, durasi, lokasi)

d. Kebiasaan makan/pola makan

e. Riwayat penggunaan obat

f. Tingkat stress yang meningkat

g. Gaya hidup: perokok, alcohol, kafein

h. Psikososial: Kaji kecemasan, pola tidur dan istirahat

i. Keluhan ketidak nyaman pada epigastrik/ abdominal, tenderness

j. Pemeriksaan fisik meliputi keterbatasan aktivitas, perubahan tanda-tanda

vital, tanda-tanda distensi menerintih kesakitan keletihan

k. Pemeriksaan abdomen: tenderness, diare, epigastrik, bising usus

meningkat dan distensi

l. Status nutrisi: berat badan, warna kulit, turgor kulit dan anemia (Blac, et

all, 1993).

31
2. Diagnosa Keperawatan

Sejalan dengan kurikulum Keperawatan yang terus memasukkan diagnose

Keperawatan kedalam pendidikan perawat, riset dalam bidang ini akan terus

berkembang. Sebagai hasil label diagnosi baru akan secara kontinu berkembang,

diteliti dan ditambahkan ke dalam daftar NANDA, yang sebenarnya sudah

lengkap ANA mendukung diagnose keperawatan dalam nursing: A Sosial Policy

Statement, yang mendefinisikan Keperawata sebagai “diagnose dan pengobatan

tentang respon manusia terhadap masalah kesehatan actual dan potensial. (ANA,

1984).

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

menurunnya nafsu, makan, nausea, muntah, nyeri.

c. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake cairan,

muntah, perdarahan.

d. Kurangnya pengetahuan tentang factor penyebab dan terapi diet. (Brunner and

Suddart 2002).

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, nausea, kecemasan.

32
C. ntervensi Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung

1. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang dengan

criteria kasil: Klien menunjukkan perasaan nyaman dan nyeri

berkurang/hilang

1. Intervensi :

a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya intensitas nyeri (skala 0-10).

Rasional:Mengetahui seberapa jauh nyeri dan menentukan etiologinya serta

mengantisipasi terjadinya komplikasi

a. Kaji ulang factor yang meningkatkan/menurunkan nyeri.

b. Indentifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyaman.

Rasional : Mengurangi peristaltic dan keasman lambung dan untuk

menghindari kerja lambung yang berat dan meminimalkan iritasi pada

lambung.

c. Berikan perawat oral dan kenyamanan pijatan punggung, perubahan posisi

perubahan posisi menolong memberikan rasa nyaman pada pasien saat di

rawat.

33
3. Kolaborasi:

a. Analgesik obat sesuai indikasi

1) Analgesic missal morfin sulfat

Rasional :mencegah mual, nyeri dan rasa tidak nyaman

2) Asetaminofen

Rasional : mengurangi rasa nyeri

3) Antasida

Rasional: menetralisir asam lambung

b. Yaitu Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

menurunnya nafsu makan, nausea, muntah, nyeri.

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi

terpenuhi secara adekuat dengan criteria hasil: Klien akan menunjukkan

intake makan melalui keseimbangan diet dan menunjukkan perilaku

mempertahankan pola nutrisi yang adekua.

2. Intervensi:

a. Buat jadwal masukan tiap jam anjurkan mengukur cairan dan minum sedikit

demi sedikit atau makan dengan perlahan.

Rasional : Memantau intake yang dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi yang adekuat bagi tubuh.

b. Timbang berat badan setiap hari

34
Rasional : mengetahui perkembangan berat badan

c. Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.

Rasional: mencegah perangsangan yang mendadak pada lambung

d. Berikan diet dan makanan ringan dengan tambahan makanan yang disukai

bila ada kolaborasi.

Rasional : Makanan yang disukai sangat penting untuk merangsang nafsu

makan kecuali yang mengandung asam dan kafein tidak dianjurkan karena

akan meningkatkan asam lambung.

e. Gunakan susu biasa dari pada usus krim, bila susu dimungkinkan.

Rasional :Susu biasa lebih baik untuk peristaltic lambung dan tidak

merangsang peningkatan asam lambung karena susu kream banyak

mengandung lemak.

f. Berikan obat sesuai indikasi: siprofeptadin (periactin)

Rasional : meningkatkan penghambat sekresi asam lambung diakibatkan oleh

perangsang obat yang lain.

c. Yaitu Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake

cairan, muntah, perdarahan.

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan dan

elektrolit akan terpenuhi, dengan criteria hasil tanda-tanda vital dalam batas

normal (Tekanan darah:120/80 mmHg, Nadi :80-100x/mnt, Suhu: 36-370C,

Respiratori rate: 16-20x/mnt. Membran mukosa lembab, turgor kulit

elastic. Pengisian kapiler cepat. ss

35
3. Intervensi:

1. Catat karakteristik muntah

Rasional : Penting mengenal konsistensi cairan/elektrolit yang terbuang,

untuk mengidentifikasi beragam macam cairan yang dikeluarkan lambung

dan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan pasien. Dan

perubahan yang terjadi.

2. Observasi tanda-tanda vital secara intensif sangat penting sebelumnya.

Rasional : Memantu tanda-tanda vital secara intensif sangat penting untuk

mengetahui keadaan umum pasien.

3. Catat respon fisiologis individual pasien terhadap pendarahan missal

perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansientas, pucat berkeringat.

Rasional : mengantisipasi tindakan keperawatan yang diberikan untuk

mengatasi respon-respon tersebut dan dapat mengurangi ketegangan syaraf

sehingga pasien lebih rilex dan nyeri berkurang.

4. Catatan tanda perdarahan baru setelah berhentinya perdarahan awal.

Rasional :Pantau pasien jika timbul komplikasi lanjut dari iritasi mukosa

lambung menjadi ulkus dan membandingkan dengan perdarahan sebelumnya.

36
5. Berikan cairan/darah sesuai indikasi.

Rasional : jika diperlukan menopang asupan/mengimbangi kebutuhan t

yang dibutuhkan tubuh.

d. Kurang pengetahuan tentang penyebab dan factor therapy

1. Tujuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan klien akan memahami tentang

penatalaksanaan diet dan factor penyebab dengan criteria hasil: menyatakan

pemahaman proses penyakit dan pengobatan. Menginderifikasi hubungan

gejala dengan factor penyebab.

4. Intervensi :

1. Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.

Rasional : Dengan penjelasan dapat menyingkatkan pengetahuan klien

serta keluarga dan diharapkan dapat mencegah dari kekambuhan.

2. Diskusikan program pengobatan , jadwal dan kemungkinan efek samping

obat-obatan antasida dan antibiotic.

Anjurkan melakukan aktivitas biasa secara bertahap sesuai toleransi dan

sediakan waktu istrihat adekuat.

Rasional : program toleransi aktivitas yang disepakati menolong pasien

mengatasi intoleransi aktivitas secara bertahap terpenuhi dan agar klien

merasa nyaman dan tidak gerah pada saat tidur.

37
3. Anjurkan makan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien.

Rasional : Mencegah perasangan yang mendadak pada lambung ,dan

untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan pasien. Dan

perubahan yang terjadi.

4. Berikan informasi tertulis untuk pasien /orang terdekat (keluarga)

Rasional : tidak mengabaikan program therapy diet demi mengantisipasi

kesembuhan pasien tercapai berangsur/bertahap atas kerjasama pasien dan

keluarganya.

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, nausea dan kecemasan.

1. Tujuan : Kebutuhan istrihat dipenuhi dengan criteria hasil : Dapat tidur

dengan nyaman setelah mengatasi nyeri,nausea dan kecemasan

5. Intervensi

1. Diskusikan jam istrihat yang dibutuhkan tubuh

Rasional : Kebutuhan tidur untuk orang dewasa 6-8 jam dapat

mengembalikan kondisi yang lemah.

2. Sepakati setelah pasien rasa nyeri ,nausea teratasi pasien menerima

keadaan sakitnya dengan sabar agar tidak cemas

Rasional : Kemampuan koping menolong memenuhi kebutuhan psikologis

yaitu dibebaskan dari kecemasan yang dapat mempengaruhi timbulnya

stress mengakibatkan timbulnya ansietas.

38
D. Implementasi

Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam tindakan.Setelah

rencana dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas keperawatan ,

perawat melakukan intervensi keperawatan spesifik yang mencakup tindakan

dan tindakan dokter (bulechek & McCloskey,1995).

E. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuh.
Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur perubahan
dalam fungsi,dalam kehidupan sehari,dan dalam ketersediaan /pengenalan
sumber eksternal .(Carnevali & Thomas ,2008).

39

You might also like