Professional Documents
Culture Documents
Pulposus (HNP)
Written By Saktya Yudha on Selasa, 17 Juni 2014 | 07.00
2.1 Definisi
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)adalah suatu
keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis
(protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis
vertebralis (ruptur discus).
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari
serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang
mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah
servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak
dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. (Candra, )
Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa
juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke
dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus
Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis
berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back
pain”sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang
dikenal sebagai khokalgia atau siatika
2.2 Etiologi
Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang vertebra,
dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dan fibrokartilago dimana
di dalamnya terdapat susbtansi setengah cair.Nukleus pulposus terdiri dari jaringan kolagen
yang hiperhidrasi dengan protein polisakarida yang tidak mempunyai saraf sensoris. Herniasi
terjadi oleh karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus yang menyebabkan
protrusi dari nukleus pulposus. Herniasi terjadi pada daerah kostalateral yang menyebabkan
ligamentum longitudinal posterior tergeser dan menekan akar saraf yang keluar sehingga
menimbulkan gejala skiatika. Herniasi dapat juga terjadi kea rah posterior yang hanya
menyebabkan gejala nyeri punggung bawah. Kelainan ini jarang menyebabkan kompresi.
Herniasi dapat pula terjadi ke atas ke bawah melalui lempeng tulang rawan korpus vertebra
untuk membentuk nodus Schmorl.
2.3 Patofisiologi
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi diskus invertebralis,
kandungan air diskus berkursang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut
menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan
herniasi diskus invertebralis melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada
umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke
yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari Hernia diskus invertebralis terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5,
atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf
pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,
maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein
yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,
menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak
langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi
nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui
robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.
Biasanya keluhan dan gejala herniasi discus intervertebralis tergantung kepada materi discus
yang menonjol keluar atau mengalami herniasi. Herniasi vertebra lumbalis biasanya
menyebabkan nyeri punggung bawah dengan atau tanpa disertai skiatika atau mungkin hanya
berupa nyeri punggung bawah yang bersifat kronis dengan skiatika dimana nyeri menjalar
mulai dari punggung bawah ke bokong sampai ke tungkai bawah. Gejala klinis yang dapat
ditemukan :
1. Nyeri punggung bawah yang hebat, mendadak, menetap beberapa jam sampai
beberapa minggu secara perlahan-lahan.
2. Skiatika berupa rasa nyeri hebat pada satu atau dua tungkai sesuai dengan
distribusiakar saraf dan menjadi hebat bila batuk, bersin atau membungkuk.
3. Parestesia yang hebat dapat disertai dengan skiatika sesuai dengan distribusi saraf dan
mungkin terjadi sesudah gejala nyeri saraf menurun.
4. Deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis oleh karena spasme otot
lumbal yang hebat.
5. Mobilitas gerakan tulang berkurang. Pada stadium akut gerakan pada bagian lumbal
sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang belakang.
6. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pada daerah paravertebral atau bokong.
7. Uji menurut Lasque-leg Raising (SLR). Tes ini akan menunjukkan derajat terbatasnya
dan besarnya tekanan pada akar saraf.
8. Tes tegangan saraf femoral. Pada herniasi diskus vertebra L-3/4, fleksi pada sendi
lutut secara pasif dalam posisi telungkup akan menyebabkan nyeri pada paha bagian
depan.
9. Gejala neurologis pada tungkai, berupa kelemahan otot, perubahan refleks dan
perubahan sensoris yang mengenai akar saraf.
1. Pemeriksaan klinik pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal dan
vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada pelvis.
2. Pemeriksaan radiologis
Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi sakroiliaka). Foto
polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan
bawaan dan vertebra yang tdak stabil.(spondililistesis) Pemakaian kontras Foto rontgen
dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan miolegrafi radikuografi, diskografi
serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
1. MRI
1. Scanning
2.6 Pengobatan
Tindakan pengobatan yang dapat diberikan tergantung dari keadaan, yaitu :
Istirahat sempurna ditempat tidur, 1-2 minggu dengan pemberian analgesik yang cukup.
Kadang-kadang diperlukan obat-obatan untukl mencegah spasme, pemanasan lokal atau
anastesia lokal paravertebra. Penderita tidur pada alas yang keras. Pada saat ini idak
diperbolehkan latihan sama sejali, bila pendeita dirawat dapat dianjurka untuk mrnggunakan
traksi. Pada fase akut dapat diberikan jaket plaster dari politen selama 2-3 minggu. Injeksi
epidural dengan 0,5 % prokain dalam 50 cc NaCl fisiologis. Dapat dimulai latihan lumbal
secara hati-hati apabila fase akut berakhir setelah 2-3 minggu.
Fisioterapi Latihan fleksi dan ekstensi tlang belakang yang mungkin didahului dengan
disterni gelombang pendek. Mobilisasi penderita dapat dilakukan dengan manipulasi
yanghati-hati tanpa anstesia, Instruksi untuk mempergunakan posisi yang benar dan disiplin
terhadap gerakan punggung yaitu membungkuk dan mengangkat barang. Pemakaian alat
bantu lumbosakral Berupa korset dan penyangga. Traksi lumbal yang bersifat intermiten.
1. Tindakan operatif
Tindakan dilakukan pada keadaan-keadaan seperti kelainan pada kauda ekuina disertai
dengan kelemahan hebat, bersifat bilateral, gangguan dan kelemahan pada sfingter usus dan
kandung kemih. Adanya analgesia pelana pada bokong dan daerahj perineal. Kelemahan otot
yang progresif oleh karena tekanan pada saraf atau adanya tanda-tanda atrofi pada otot yag
dipersarafi. Adanya skiatika yang menetap dengan gejala neurologis, tidak menghilang
dengan terapi konservatif dan waktu patokan biaanya 6 minggu. Adanya lesi yang hebat
disertai kelainan bawaan atau spondilitis yang hebat. Cara operasi dapat dilakukan secara
terbuka tapi akhir-akhir ini operasi pada herniasi diskus dilakukan secara tertutup dengan
mempergunakan alat dan teropong.
Diagnosa keperawatan
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
- Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Rasional
Berikan lingkungan yang nyaman Menurunkan stimulasi yang
berlebihan dapat mengurangi
kecemasan
individual
Beri motivasi kepada klien untuk tetap
menerus
Hindari melakukan sesuatu untuk klien
kontinyu
- Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
- Konsistensifses lunak
Berikan penjelasan pada klien dan Klien dan keluarga akan mengerti
keluarga
aktivitas peristaltik
Intervensi Rasional