Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan RahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Makalah ini dibuat sebagai tugas Praktik Klinik 2 KMB 1. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
untuk kedepannya.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman kami yang kurang. Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Tujuan.............................................................................................................................3
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Pengertian .......................................................................................................................4
B. Indikasi Kolostomi..........................................................................................................4
C. Jenis-jenis kolostomi.......................................................................................................6
D. Kategori Kolostomi.........................................................................................................7
E. Komplikasi......................................................................................................................8
Kesimpulan........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk
mengeluarkan feces (M. Bouwhuizen, 1991) Pembuatan lubang sementara atau permanan
dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feces (Randy, 1987) Lubang
yang dibuat melalui dinding abdomen ke kolon iliaka untuk mengeluarkan feces.
Kolostomi merupakan prosedur pembedahan yang membawa porsio dari usus besar
melewati dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Kolostomi adalah kolokutaneostomi yang disebut juga anus preternaturalis yang dibuat
untuk sementara atau menetap.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan luka kolostomi?
2. Bagaimana sandar operating procedure (SOP ) perawatan kolostomi?
C. Tujuan
1. Mendiskripsikan pengertian kolostomi
2. Mendeskripsikan perawatan luka kolostomi
3. Mendeskripsikan sandar operating procedure (SOP ) perawatan kolostomi
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk
mengeluarkan feces (M. Bouwhuizen, 1991)
2. Pembuatan lubang sementara atau permanan dari usus besar melalui dinding perut
untuk mengeluarkan feces (Randy, 1987)
Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke kolon iliaka untuk mengeluarkan feces.
Kolostomi di lakukan ketika usus besar, rectum & anus tidak mampu berfungsi secera
normal atau membutuhkan istirahat dari fungsi normalnya.Kolostomi dibuat dengan
membuka didinding abdomen (stoma) untuk pengeluaran feses dari usus besar (colon).
Colostomi biasanya di buat setelah kolon yang mengalami obstruksi direseksi.
Kolostomi dapat temporer atau permanen. Bagian akhir proksimal pada kolon yang sehat
di keluarkan dari kulit dinding abdomen, kemudian di tempatkan kantong kolostomi
untuk menampung feses.
A. Indikasi Kolostomi
1. Atresia Ani
Penyakit atresia ani adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian entoderm mengakibatkan pembuatan lubang anus yang tidak berhubungan
langsung dengan rektum (Purwanto, 2001). Atresia ani adalah kelainan kongenital
yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz,
2002). Menurut Suriadi (2006), Atresi ani atau imperforata anus adalah tidak komplit
perkembangan embrionik pada distal usus (anus) tertutupnya anus secara abnormal.
2. Hirschprung
Penyakit Hirschprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan
inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke proksimal, melibatkan
panjang usus yang bervariasi (Nelson, 2000). Penyakit Hischprung disebut juga
kongenital aganglinosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rectum
dan sebagian tidak ada dalam colon (Suriadi, 2006)
4
3. Malforasi Anorektum
Istilah Malforasi Anorektum merujuk pada suatu spektrum cacat. Perhatian utama
ditujukan pada pengendalian usus selanjutnya, fungsi seksual dan saluran kencing.
Beberapa kelainan yang memerlukan pembedahan kolostomi adalah;
(1) Fistula Rektovesika
Pada penderita Fistula Rektovesika, rektum berhubungan dengan saluran kencing
pada setinggi leher vesika urinaria. Mekanisme sfingter sering berkembang sangat
jelek. Sakrum sering tidak terbentuk atau sering kali tidak ada. Perineum tampak
datar. Cacat ini mewakili 10% dari seluruh penderita laki-laki dengan cacat ini.
Prognosis fungsi ususnya biasanya jelek. Kolostomi diharuskan selama masa
neonatus yang disertai dengan operasi perbaikan korektif (Nelson, 2000).
(2) Fistula Rektouretra
Pada kasus Fistula Rektouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah uretra
atau bagian atas uretra. Mereka yang mempunyai Fistula Rektoprostatik
mengalami perkembangan sakrum yang jelek dan sering perineumnya datar.
Penderita ini mengalami kolostomi protektif selama masa neonatus. Fistula
Rektouretra merupakan cacat anorektum yang paling sering pada penderita laki-
laki ( Nelson, 2000).
(3) Atresia Rektum
Atresia Rektum adalah cacat yang jarang terjadi, hanya 1% dari anomali
anorektum. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa penderita mempunyai
kanal anus dan anus yang normal ( Nelson, 2000).
(4) Fistula Vestibular
Fistula Vestibular adalah cacat yang paling sering ditemukan pada perempuan.
Kolostomi proteksi diperlukan sebelum dilakukan operasi koreksi, walaupun
kolostomi ini tidak perlu dilakukan sebagai suatu tindakan darurat karena
fistulanya sering cukup kompeten untuk dekompresi saluran cerna ( Nelson,
2000).
(5) Kloaka Persisten
Pada kasus Kloaka Persisten, rektum, vagina, dan saluran kencing bertemu dan
menyatu dalam satu saluran bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang
terletak sedikit di belakang klitoris. Kolostomi pengalihan terindikasi pada saat
lahir, lagipula penderita yang menderita kloaka mengalami keadaan darurat
urologi, karena sekitar 90% diserai dengan cacat urologi. Sebelum kolostomi,
diagnosis urologi harus ditegakkan untuk mengosongkan saluran kencing, jika
perlu pada saat yang bersamaan dilakukan kolostomi ( Nelson, 2000).
B. Jenis-jenis Kolostomi
5
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada
beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara
permanen maupun sementara.
1. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan,
atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses
melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan
satu ujung lubang).
2. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula
dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang
yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel. Lubang
kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang
disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi
pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan
kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding
abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya
bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses
yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi
luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi
feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat
juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting
untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien. Kulit
sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi
pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien
yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi
agar kulit pasien tidak teriritasi.
C. Kategori Kolostomi
1. End Stoma :
6
End stoma/ terminal stoma dapat dibuat secara permanen maupun temporer. Stoma
dengan bentuk tunggal, dilakukan dengan bagian akhir proksimal colon dibuka,
dikeluarkan dan di jahit ke dinding abdomen.
2. Loop Stoma :
Pembentukan stoma dengan menggunakan penyangga/jembatan dari plastic, karet atau
kaca yang diletakkan di bawah colon, untuk membuat usus tetap terbuka didinding
abdomen
E. Komplikasi Kolostomi
1. Obstruksi/penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feces yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari teiadinya sumbatan, klien
perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada klien dengan kolostomi
permanent tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar klien dapat melakukannya secara
mandiri dikamar mandi.
2. Infeksi
Kontaminasi feces merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya
infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus
sangat diperlukan dan tindakkan segera mengganti balutan luka dan mengganti
kantong kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
3. Retraksi stoma/mengkerut
Stoma mengalami peningkatan karena kantong kolostomi yang lerlalu sempit dan juga
karena adanya jaringan scar yang terbentuk di sekitar stoma yang mengalamI
pengerutan
4. Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma
yang kurang adequat pada saat pembedahan.
5. Stenosis
8
Penyernpitan dari kuman stoma yang terjadi karena adanya jaringan parut / scar pada
pertemuan mukosa stoma dan kulit.
6. Pendarahan stoma
9
Masker
Set ganti balutan
Zink Salep
Perlak dan alasnya
Plaster dan gunting
Bila perlu desinfektan
2. Fase Orientasi
Memberi Salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan Tujuan dan Prosedur
Menjelaskan waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan
3. Fase Kerja
Cuci Tangan
Menyiapkan lingkungan dan menjaga privasi pasien
Gunakan Celemek, masker, dan sarung tangan
Letakkan perlak dan alas dibagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
Letakkan bengkok diatas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
Mengobservasi produk stoma (konsistensi, warna, dll)
Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset
dan tangan kiri menekan kulit pasien
Meletakkan kolostomi bag kotor ke bengkok
Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
Membersihkan kolostomi dan kulit sekitar kolostomi dengan kasa dibasahi
air hangat atau NaCl
Mengeringkan Kulit disekitar Kolostomi dengan hati-hati menggunkan
kasa steril
Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar
stoma
Menyesuaikan ukuran lubang kolostomi bag dengan stoma
Memasukan stoma kelubang kantong kolostomi
Menembelkan kolostomi bag sesuai kebutuhan pasien
Merekatkan kolostomi bag dengan tempat tanpa udara didalamnya
10
Merapikan klien dan lingkungan
Rapikan alat dan buang kotoran
Melepas APD
Mencuci tangan
4. Fase Terminasi
Evaluasi hasil tindakan dan respon pasien
Dokumentasi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kolostomi merupakan salah satu pilhan tindakan pembedahan yang dapat menimbulkan
komplikasi dan perubahan konsep diri. Kolostomi dibagi menjadi dua yaitu permanen dan
sementara.Yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasien dengan kolostomi yaitu cara
dan waktu mengganti kantong kolostomi, membersihkan luka atau stoma, memantau
kondisi stoma dan produksi stoma.
11
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. (Penerjemah:
Waluyo, A.). Jakarta: EGC
respiratory.usu.ac.id. diakses tanggal 27 Juli 2018
https://es.scribd.com diakses tanggal 27 Juli 2018
12