You are on page 1of 56

BUKU PENDIDIKAN KESEHATAN

PENGGUNAAN OBAT HIGH ALERT


RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PATIENT AND FAMILY EDUCATION


STANDAR AKREDITASI JOINT COMMISSION INTERNATIONAL
(JCI)

 Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (UPKRS)


 Tim Standar PFE, MMU, IPSG, COP, FMS

1
I. KATA PENGANTAR

Standart Internasional JCI adalah suatu standart yang


mendukung terselenggaranya rumah sakit bermutu dengan
kualitas internasional dengan mengedepankan patient safety.
Untuk keperluan mencapai dan mempertahankan
tingkat pelayanan yang menjamin keselamatan pasien dan
kualitas mutu yang handal diperlukan seluruh Sumber Daya
Manusia(SDM) profesional yang memberikan pelayanan dan
asuhan dari professional yang mampu memberikan
pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga sesuai
dengan kompetensinya.
Untuk membantu proses SDM dalam pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga dalam hal penggunaan
obat high alert Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (UPKRS)
bekerja sama dengan tim standarPatient and Family
Education (PFE), International Patient Safety Goal (IPSG),
Medication Management and Use (MMU), Care Of Patients
(COP) membuat buku tentang pendidikan kesehatan
penggunaan obat high alert di RSUP Dr Sardjito untuk
pelaksanaannya.
Tujuan buku ini adalah untuk memudahkan SDM
dalam mengkomunikasikan pada pasien dan keluarga tentang
penggunaan obat high alert.
Dengan membaca, memahami Buku Pendidikan
Kesehatan Penggunaan Obat High Alert, para SDM
profesional di RSUP Dr. Sardjito mampu laksana dan
konsisten saat memberikan pendidikan.
Akhir kata, selamat bertugas dan bekerja.Wujudkan
keselamatan pasien dan pelayanan yang berkualitas menuju
RSUP Dr Sardjito yang bermutu berdasarkan patient safety.

“Sardjito Luar Biasa”


2
II. DAFTAR ISI

I. Kata Pengantar ………………………………………… 2


II. Daftar Isi ………………………………………… 3

III. Nama-Nama Obat Yang Termasuk Golongan High Alert


1. AMIODARONE HYDROCHLORIDE ……… 4
2. CHOLAR HYDRAT SYRUP ……………… 6
3. DIGOXSIN ……………………………………….. 8
4. EPINEPHRINE ………………………………. 10
5. HEPARIN ……………………………………….. 13
6. INSULIN ……………………………………….. 15
7. KCL 7.46% ……………………………………….. 18
8. KETAMIN INTRAVENA ……………………… 20
9. LIDOCAIN ……………………………………….. 22
10. MgSO4 INJEKSI (40%) ……………………… 23
11. MIDAZOLAM……………………………………….. 24
12. NaCL 3% INFUSE ………………………………. 27
13. NaCl 3% INJEKSI HIPERTONIK ……………... 29
14. OBAT ORAL ANTI DIABETIKUM ……………… 31
15. OBAT SITOSTATIKA ………………………. 34
16. PROFOLOL INJEKSI ………………………. 37
17. ROKURONIUM INTRAVENA …………….... 40
18. ANTI TROMBOTIK ……………………………….. 42
19. HEPARIN IV …………………………………………44
20. WARFARIN …………………………………………46
21. MORFINA INJEKSI ……………………………….. 48
22. PETHIDIN HCL ……………………………….. 50

3
III. NAMA-NAMA OBAT YANG TERMASUK GOLONGAN
HIGH ALERT

1. AMIODARONE HYDROCHLORIDE

a. AMIODARONE HYDROCHLORIDE
Amiodarone HCl injeksi digunakan untuk mengobati
pasien dengan gangguan irama jantung atau biasa
disebut “aritmia”.

b. BENTUK SEDIAAN.
Ampul dilarutkan kedalam 250 ml Glucose 5% w/v,
yang konsentrasinya0,6 mg/ml amiodarone
Hydrochloride.

c. CARA PENGGUNAAN AMIODARONE YANG


AMAN DAN EFEKTIF.
1) Dosis Amiodarone HCl tidak boleh diberikan lebih
dari 5 mg/kg BB.
2) Saat menginjeksi harus diberikan secara perlahan-
lahan dalam waktu ± 3 menit.
3) Dokter harus menunggu ± 15 menit sebelum
memberikan injeksi obat yang lain.
4) Pada pemberian berulang atau pemberian
dilanjutkan menyebabkan inflamasi pada vena dan
kerusakan pada kulit (panas, kemerahan) serta
beberapa situasi sentral vena cateter di
recomendasikan untuk digunakan oleh dokter.

d. EFEK SAMPING YANG SERING TERJADI.


1) Bradikardi (denyut jantung lambat).
2) Penurunan tekanan darah (Hipotensi) dan
Takikardi (denyut jantung cepat). Efek Samping ini
terjadi lebih serius jika diberikan terlalu banyak dan
terlalu cepat.

4
3) Di lokasi pemberian injeksi dapat terjadi :
a) Rasa nyeri.
b) Kulit memerah.
c) Kerusakan jaringan sekitar lokasi.
d) Pembengkakan.
e) inflamasi dipembuluh darah.
f) Infeksi.

e. EFEK SAMPING YANG JARANG TERJADI


1) Sakit kepala.
2) Bradikardi yang parah.
3) Gangguan konduksi jantung.
4) Rasa terbakar.
5) Kesulitan bernafas.
6) Kerusakan paru.
7) Fungsi liver akut.
8) Berkeringat.
9) Anaphylaksis.
NB :
Jika terjadi dan ada efek samping yang lain (tidak
tertera diatas) segera konsultasikan ke dokter atau
petugas kesehatan lainnya.

f. INTERAKSI.
Makanan dan Minuman
Buah Jeruk atau Jus Jeruk.
Obat lainnya.
1 Azithromycin 8 Phenytoin
2 B– bloker 9 Rifampicin
3 CCB 10 Salmeterol
4 Cimetidin 11 Tramadol
5 Cyprofloxacin 12 Vit-K
6 Codein 13 Tamoxifen
7 Lidocaine 14 Ranolazin

5
2. CHLORAL HIDRATE SYRUP

a. CHLOLAR HYDRAT SYRUP


Chloral hydrate(Kloral hidrat) adalah hipnosis dan obat
penenang yang memperlambat aktivitas sistem saraf
pusat. Chloral hidrat untuk penggunaan jangka pendek
sebagai obat penenang atau obat tidur. Hal ini juga
sering diberikan sebelum operasi untuk membantu
pasien untuk tenang. Chloral hidrate adalah hipnosis
dan obat penenang yang memperlambat aktivitas
sistem saraf pusat.Chloral hidrate rektal digunakan
untuk mengobati masalah tidur (insomnia).

b. BAGAIMANA CARA PEMAKAIANNYA


Chloral hydrate diberikan secara oral dengan dosis
antara lain:
1) Dosis Dewasa, biasa untuk Insomnia 500 mg
sampai 1 g 15 sampai 30 menit sebelum tidur.
Dosis Dewasa biasa untuk Sedasi 250 mg 3 kali
sehari setelah makan, atau 500 mg sampai 1 g
30 menit sebelum operasi.
2) Dosis untuk anak anak, Oral , rektal. Hypnotic :
50 mg/ kg /dosis pada waktu tidur. Dosis
maksimum : 1 g/ dosis. Jumlah maksimum : 1 g/
hari.

c. EFEK SAMPING
Penggunaan jangka panjang dari chloral hydrate syrup
efek kecanduan efek samping termasuk ruam,
ketidaknyamanan lambung dan ginjal yang parah,
jantung dan gagal hati.Overdosis akut sering ditandai
dengan mual, muntah, kebingungan, kejang.

6
d. PENYIMPANAN.
1) Simpan pada tempat kedap udara.
2) Jauhkan dari kelembapan.
3) Hindari dari paparan sinar matahari langsung.
4) Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

7
3. DIGOXIN

a. DIGOXSIN
Digoxin adalah obat yang diperoleh dari tumbuhan
Digitalis lanata.Bunga dari tumbuhan ini berbentuk
seperti lonceng kecil dan warnanya berbeda menurut
species dari ungu, merah muda, putih atau
kuning.Tumbuhan ini berasal dari Eropa, Asia bagian
barat dan tengah.

b. CARA PEMAKAIAN
Cara pemberian Digoxin ada berbagai macam cara
diantaranya:
1) Secara Peroral.
2) Secara Intravena.
Pemberian secara intravena maksudnya adalah
pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit
(suntikan).

c. EFEK SAMPING
Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih,
termasuk:
1) Mual, muntah.
2) Diare.
3) Nyeri abdomen (perut).
4) Gangguan penglihatan.
5) Sakit kepala.
6) Rasa capek.
7) Mengantuk.

d. INTERAKSI OBAT
1) Interaksi dengan makanan :Makanan yang
mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya
akan pektin menurunkan absorpsi oral digoxin.

8
2) Interaksi dengan obat: kaolin-pektin (obat diare)
dapat menurunkan penyerapan digoxin. Pisahkan
pemakaian digoxin 1,5-2 jam sebelum obat
lain.Loperamida (obat diare) dengan digoxin. Bila
kedua obat ini digunakan secara bersamaan maka
efek digoxin dapat meningkat. Dengan
memperlambat gerakan usus halus loperamida
menaikkan penyerapan digoxin oleh tubuh.

e. PENYIMPANAN.
Simpan obat ini dalam wadah aslinya, tertutup rapat,
dan jauh dari jangkauan anak-anak.Menyimpannya
pada suhu kamar dan terhindar dari panas dan
kelembaban (bukan di kamar mandi).Membuang
semua obat yang sudah rusak atau tidak diperlukan
lagi.Bicaralah dengan apoteker Anda tentang
pembuangan obat Anda.

9
4. EPINEPHRINE

a. EPINEPHRINE
Epinephrine adalah obat yang digunakan untuk
penyuntikan pembuluh darah dalam pengobatan
hipersensitivitas akut.

b. EPINEPHRINE INJEKSI DIGUNAKAN :


1) Untuk mengatasi anafilaksis akut pada keadaan
darurat.
2) Pada penghambatan saluran pernafasan yang
reversibel.
3) Asma bronkhial, edema angioneurotik,
biduran/kaligata, glaukoma, serum sickness (sakit
karena alergi serum) dan syok alergik.
4) Menghentikan perdarahan bila digunakan pada
permukaan kulit dan membran mukosa yang
berdarah.
5) Menangani terhentinya detak jantung pada kasus
syok, anestesi/pembiusan, elektrokusi, injeksi
intrakardial memungkinkan untuk diberikan.

c. CARA PENGGUNAAN
Diinjeksikan secara intramuscular ke dalam jaringan
otot pantat atau paha.Merupakan cara pemberian obat
yang paling efektif untuk penanganan pasien yang
mengalami syok anaphilaktik. Mula kerja obat cepat,
karena absorbsi terjadi melalui celah antar sel endothel
kapiler tanpa mengalami vasokonstriksi jaringan
sekitar.

10
d. INJEKSI EPINEPHRINE MELALUI RUTE :
1) Intra vena (i.v) : Larutan yang disuntikkan
langsung ke dalam pembuluh darah vena.
2) Intra muscular (i.m): Larutan, suspense atau emulsi
yang disuntikkan diantara lapisan jaringan atau
otot.
3) Intra cutan (i.c) : Larutan atau suspense air yang
disuntikkan langsung ke dalam kulit dan biasanya
digunakan untuk diagnose.
4) Sub cutan (s.c) : Larutan yang disuntikkan
langsung ke dalam jaringan bawah kulit biasanya di
lengan atas atau paha.

e. EFEK SAMPING
1) Kardiovaskuler: Angina, aritmia jantung, nyeri dada,
flushing, hipertensi, peningkatan kebutuhan
oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak,
takikardi (parenteral), vasokonstriksi, ektopi
ventrikuler.
2) SSP : Ansietas, pusing, sakit kepala, insomnia.
3) Gastrointestinal : tenggorokan kering, mual,
muntah, xerostomia.
4) Genitourinari: Retensi urin akut pada pasien
dengan gangguan aliran kandung kemih.

f. EPINEPHRINE INJEKSI DAPAT BERINTERAKSI


DENGAN MAKANAN
Jawabnya YA, karena akan lebih banyak melepaskan
epinefrin sehingga dapat menyebabkan terjadinya
krisis hipertensi, contohnya makanan yang
mengandung tiramin seperti keju, jeroan, minuman
anggur, bir, yogurt, krim asam/pisang.

11
g. EPINEPHRINE INJEKSI DAPAT BERINTERAKSI
DENGAN OBAT LAIN
Jawabnya YA, Karena epinefrin merupakan obat
simpatomimetik dengan aksi agonis pada reseptor alfa
maupun beta, harus digunakan hati-hati bersama obat
simpatomimetik lain karena kemungkinan efek
farmakodinamik yang aditif, yang kemungkinan tidak
diinginkan. Juga hati-hati digunakan pada pasien yang
menerima obat-obat seperti: albuterol, dobutamin,
dopamin, isoproterenol, metaproterenol, norepinefrin,
fenilefrin, pseudoefedrin, ritodrin, salmeterol dan
terbutalin.

h. CARA MENYIMPANEPINEPHRINE INJEKSI


Epinephrine peka terhadap udara dan cahaya.
Oksidasi akan mengubah warna larutan menjadi merah
jambu kemudian coklat. Jangan digunakan bila terjadi
perubahan warna atau terdapat endapan.Simpan
dalam ruangan ber-AC (suhu dibawah 25 oC), dalam
wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya dan
kelembaban.

12
5. HEPARIN

A. HEPARIN
Heparin adalah suatu anticoagulant
(obatpengencerdarah) yang digunakan untuk
mencegah pembentukan gumpalan darah, juga
digunakan sebelum dilakukannya operasi
untukmengurangi resiko terjadinya gumpalan darah.
Heparin bekerja dengan cara menutup reaksi dalam
tubuh yang mengarah pada terbentuknya gumpalan
darah.

B. PENGGUNAAN YANG EFEKTIF & AMAN:


Cara penyuntikan:
1) Tentukan lokasi penyuntikkan 1/3 atas lengan atas,
1/3 atas paha atas.
2) Lakukan tindakan aseptic/antiseptik.
3) Angkat kulit sedikit dengan cubitan, ringan oleh
tangan kiri
4) Tusukkan jarum pada lokasi jarum mengarah
keatas sudut suntikkan 45°.
5) Suntikkan obat perlahan-lahan
6) Tindihkan kapas alkohol pada lokasi
suntikkan,cabut jarum lalu pijat lokasi suntikkan
dengan kapas alkohol.
7) Direkomendasikan untuk melakukan pengawasan
jumlah platelet secara berkala selama pengobatan
dilakukan.

C. INTERAKSI
1) DenganObat:
Risiko pendarahan berhubungan dengan heparin
dapat ditingkatkan dengan antikoagulan oral
(warfarin), trombolitik, dekstran dan obat yang
mempengaruhi fungsi platelet (misalnya aspirin,
obat anti inflamasi non steroid, dipiridamo,

13
tiklopidin, klopidogrel.Nitrogliserin iv mungkin
menurunkan efek anti koagulan heparin.
2) Dengan Makanan:
The hijau, bawang putih,ginkgo karena akan
menambah aktivitas anti platelet.

D. PENANGANAN
Bila sedang menggunakan anti coagulan dan memang
perlu menggunakanobat-obat yang menyebabkan
interaksi, sebaiknya dilakukan pengawasan terhadap
kadaranti coagulan di dalam darahnya, hingga
dosisnya dapat disesuaikan seperlunya.Dan apabila
terjadi reaksi yang tidak diinginkan,hentikan obat dan
segera hubungi dokter.

E. EFEK SAMPING OBAT


Perdarahan, Trombositopenia, Nekrosiskulit,
Reaksihipersensitivitas (urtikari, anafilaksis),
osteoforosis dan alopecia (kebotakan) untuk
penggunaan jangka waktu lama.

F. PERINGATAN
1) Harus hati-hati pada penderita dengan riwayat
alergi, harus dilakukan tes pendahuluan dengan
dosis tidak melebihi 100 IU.
2) Jangan suntik intramuskulus, berisiko iritasi,
pendarahan lokal dan hematoma, sedang absorpsi
tidak dapat diandalkan. Harus dilakukan
pemeriksaan masa pembekuan darah dan jumlah
trombosit.
3) Ada resiko perdarahan spontan selama
pengobatan pada usia lanjut, penderita insufisiensi
ginjal, jantung.
4) Hentikan heparin bila pada minggu kedua jumlah
trombosit menurun diakibatkan peningkatan
fibrinogenesis intravaskular.
5) Penyimpanan: Jauhkan dari jangkauan anak dan
pada suhu tidak lebih dari 25ºC.
14
6. INSULIN

a. PENGGUNAAN INSULIN SECARA SUB KUTAN


DAN INTRAVENA SECARA TEPAT.
1) Subkutan : menyuntikkan di area yang memiliki
lapisan lemak antara kulit dan otot. Pasien bisa
menyuntikkan sendiri insulin tanpa bantuan tenaga
medis.
2) Intravena : menyuntikkan langsung ke pembuluh
darah vena. Insulin yang diinjeksikan intra vena
biasanya diberikan di klinik atau rumah sakit
dengan bantuan tenaga medis.
Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam
aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Disini
insulin akan bekerja menormalkan kadar gula
darah (blood glucose) dan merubah glukosa
menjadi energi.

b. CARA PEMBERIAN INSULIN:


1) Insulin kerja cepat;
a) Bisa diberikan secara IV, IM dan SC.
b) Infus (AA/Glukosa/elektrolit)
c) Jangan bersama darah (bisa merusak insulin)
2) Insulin kerja menengah / panjang:
a) Jangan melalui IV (bahaya emboli)
b) Secara sliding scale dimaksudkan agar
pemberiannya lebih efisien dan tepat karena
didasarkan pada kadar gula darah pasien saat
itu.

c. DAERAH MANA SAJA YANG DAPAT DIJADIKAN


TEMPAT MENYUNTIKKANINSULIN
1) Bila kadarglukosa darah tinggi, sebaiknya
disuntikkan di daerah perut dimana penyerapan
akan lebih cepat.
15
2) Bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah,
hindarilah penyuntikkan pada daerah perut.
3) Secara urutan, area proses penyerapan paling
cepat adalah dari perut, lengan atas dan paha.
Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah
suntikkan digerak-gerakkan.
4) Penyuntikkan insulin pada satu daerah yang sama
dapat mengurangi variasi penyerapan.
5) Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang sama
dapat merangsang terjadinya perlemakan dan
menyebabkan gangguan penyerapan insulin.
Daerah suntikkan sebaiknya berjarak 1inchi (+
2,5cm) dari daerah sebelumnya.
6) Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selama
satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang lain.

d. EFEK SAMPING TERAPI INSULIN


Efek samping penggunaan insulin, diantaranya
adalah:
1) Hipoglikemia yaitu komplikasi yang paling
berbahaya dan dapat terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan
jumlah insulin.
2) Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit
tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini
diduga disebabkan oleh reaksi imun.
3) Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak
subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik
insulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang
memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin
tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut.
4) Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering
daripada reaksi sistemik terutama pada
penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi
lokal berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan
yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan
berlangsung.
5) Infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang
16
baik, penggunaan antiseptiK yang menimbulkan
sensitisasi reaksi ini akan hilang secara spontan.
e. INSULIN BERINTERAKSI DENGAN OBATLAIN
Beberapa hormon melawan efek hipoglikemia insulin
misalnya hormon pertumbuhan, kortikosteroid,
glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin, dan
glukagon.Adrenalin menghambat sekresi insulin dan
merangsang glikogenolisis.Peningkatan hormon-
hormon ini perlu diperhitungkan dalam pengobatan
insulin.Guanetidin menurunkan gula darah dan dosis
insulin perlu disesuaikan bila obat ini ditambahkan /
dihilangkan dalam pengobatan. Beberapa antibiotik
(misalnya kloramfenikol, tetrasiklin), salisilat dan
fenilbutason meningkatkan kadar insulin dalam plasma
dan mungkin memperlihatkan efek hipoglikemik.
Hipoglikemia cenderung terjadi pada penderita yang
mendapat penghambat adrenoseptor ß, obat ini juga
mengaburkan takikardi akibat hipoglikemia.

17
7. KCL 7.46%

a. CARA KERJA OBAT


1) Mengkoreksi kadar ion Potassium dan Chloride
dalam darah.
2) Potassium adalah salah satu ion essensial tubuh
dan merupakan kation utama dari cairan
intraseluler, berpengaruh dalam fungisi sel dan
metabolisme.
3) Essensial untuk metabolisme karbohidrat,
penyimpanan glycogen dan untuk sintesa protein.
4) Berpengaruh pada transmembran potensial pada
otot-otot termasuk otot jantung.

b. INDIKASI
Mengkoreksi hipokalemia.

c. DOSIS
Larutan injeksi harus diencerkan lebih dahulu sampai
kira-kira 0.3% dan diberikan parenteral menurut
kebutuhan.Dosis lazim parenteral adalah sejumlah
ekivalen dengan 1 sampai 3 g potassium chloride.

d. PERINGATAN DAN PERHATIAN


1) Larutan injesi 7.46% KCL ini tidak boleh digunakan
tanpa pengenceran terlebih dahulu.
2) Penyuntikan harus diberikan secara berhati-hati,
oleh karena takaran ideal perhari tidak diketahui
secar pasti.
3) Dosis berlebihan dapat menyebabkan intoksiksi
potassium.
4) Kadar potassium plasma yang tinggi dapat
mengakibatkan kematian oleh karena depresi
jantung aritmia atau payah jantung.
5) Larutan injeksi ini jangan digunakan bila: tidak
18
jernih, wadah adan tutup rusak.

e. KONTRA INDIKASI
1) Kerusakan ginjal dan oliguira, anuria atau
azotemia.
2) Untreated Addison’n disease.
3) Dehidrasi akut.
4) Heat cramps.
5) Hipercalemia.
6) Adynamia episodica hereditaria.

19
8. KETAMIN INTRAVENA

a. KETAMINE
Memiliki efek pembiusan pada pembedahan dan
induksi anastesi sebelum pemberian anastesi lain dan
menjaga jalan napas.Onset/ Efek obat muncul: 30
detik(intravena)Durasi/lama nya efek obat: 5-10 menit.
Puncak konsentrasi plasma : 0,75 pg/Ml. Metabolisme
pada hati. Ekskresi : urin (91%).

1) DOSISDEWASA.
Induksi anastesi
1-4,5 mg/kg BB (IV bolus pelan)
1-2 mg/kg BB dengan kecepatan infus
0,5ml/kg/menit
Pemeliharaan : 0,1-0,5 mg/menit

2) DOSIS ANAK.
Induksi anastesi: 0,25-0,5 mg.kg BB
Efek Sedasi: 5-20 mcg/kg/menit
dititrasi hingga level sedasi

b. ATURAN PAKAI :
Disuntikkan ke intravena atauintramuscular.

c. EFEK SAMPING OBAT


Depresi pernafasan, aritmia,hypotensi,bradicardi,
gangguan saluran cerna, gangguan syaraf.

d. KONTRA INDIKASI:
Hypersensitifitas ketamin, hypertensi eklamsia atau
pre-eklamsia, penyakit jantung koroner dan kelainan
pembuluh darah otak.Pemberian tidak dicampur
dengan diazepam/barbiturate, monitoring jantung.

20
e. PENYIMPANAN:
Suhu kamar 15-30ºC, wadah kedap udara disimpan
ditempat terlindung dari cahaya.

21
9. LIDOCAIN

a. LIDOCAIN
Lidocain (xilokain) adalah anestesi lokal kuat yang
digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan
suntikan.Lidocain mudah diserap dari tempat suntikan,
dan dapat melewati sawar darah otak.

b. INDIKASI LIDOKAIN
Larutan lidocain 0,5% digunakan untuk anestesia
infiltrasi, sedangkan larutan 1-2% untuk anestesia blok
dan topikal.

c. KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap lidocain atau hipersensitif
anestesi lokal golongan amida; (kecuali pasien dengan
pacu jantung artifisial yang berfungsi); injeksi
campuran yang mengandung dextrose dari jagung.

d. INTERAKSI OBAT
Peningkatan efek/toksisitas: efek/level lidokain dapat
meningkat oleh amfetamin, amiodaron, antijamur azol,
betabloker, klorpromazin, klaritromisin, delavirdin,
diklofenak, doksisiklin, eritromisin, fluoksetin, imatinib,
isoniazid, mikonazol.

e. EFEK SAMPING
Efek samping lidocain biasanya berkaitan dengan
efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing,
parestesia, gangguan mental, koma.

f. CARA PENYIMPANAN
Injeksi lidocain stabil pada suhu ruang.Stabilitas
campuran parenteral pada suhu ruang (25ºC) adalah
masa kadaluwarsa yang tertera pada wadah sebelum
22
dicampur.Bila telah dibuka kestabilan hilang setelah 30
hari.

10. MgSO4 INJEKSI (40%)

a. INDIKASI MgSO4 INJEKSI.


MgSO4injeksi adalah injeksi untuk mencegah kontraksi
prematur dalam kehamilan dan mengobati serangan
jantung dan asma.

b. PENGGUNAAN YANG EFEKTIF DAN AMAN


1) Berikan dosis 4-6 g MgSO4 40% (10-15 ml) yang
diencerkan dalam 100 ml cairan IV dan diberikan
dalam 15-20 menit.
2) Mulai dengan dosis 2 g/ jam dalam 100 ml cairan
IV.
3) Ukur kadar MgSO4 4-6 jam setelahnya dan
disesuaikan kecepatan infus untuk
mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEq/ L.
4) MgSO4 diberikan setelah bayi lahir.

c. EFEK SAMPING.
Mual, muntah, terasa haus, darah rendah (hipotensi)
dan mengantuk.

d. KONTRA INDIKASI.
Hipermagnesemia(kelebihan magnesium), hipokalemia
(kekurangan kalium), anuria (susah buang air kecil).

e. INTERAKSI.
MgSO4 injeksi bila diberikan bersama dengan
golongan barbiturat, opiat dan anestesi umum
menambah efek depresan syaraf pusat.

f. PENYIMPANAN.
Injeksi MgSO4 harus disimpan pada temperatur
kurang dari 40°C, sebaiknya pada temperatur diantara

23
15°-30°, dan hindari pembekuan.MgSO4 injeksi akan
berubah menjadi monohidrat bila dipanaskan pada
temperatur antara 150°-160°C.

11. MIDAZOLAM

a. MIDAZOLAM
Midazolam adalah obat golongan Benzodiazepine
yang memiliki efek diantaranya ansiolisis, sedasi, anti
konvulsi.Golongan ini banyak digunakan dalam praktik
klinik.Memiliki keunggulan yaitu rendahnya tingkat
toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah,
margin dosis aman yang lebar, rendahnya toleransi
obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom di
hati.Penggunaannya semakin meningkat pramedikasi
dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam
monitoring anestesi.

b. DOSIS DAN PENGGUNAAN.


1) Intra Muskular
0,1-0,15 mg/kg 30-60 menit sebelum prosedur
atau pembedahan; dosis ditingkatkan 0,5 mg/kg
pada pasien yang lebih sadar/cemas, maksimum
dosis total 10 mg. IV: Bayi<6 bulan mempunyai
resiko obtruksi pernafasan dan hipoventilasi;
informasi terbatas dan dosis yang
direkomendasikan tidak jelas; titrasi dosis dengan
peningkatan minimal sampai efek yang diinginkan,
monitor dengan ketat. Bayi>6 bulan- anak 5 tahun:
awal: 0,05-0,1 mg/kg, titrasi hati-hati; dosis total
0,6 mg/kg; dosis total maksimum: 6 mg. anak 6-12
tahun: dosis seperti dewasa, maksimum total
dosis, 10 mg. Sedasi dengan kesadaran selama
ventilasi mekanik: anak: loading dose: 0,05-0,1
mg/kg, diikuti dengan infus awal:0,06-0,12
mg/kg/jam (1-2mcg/kg/menit); titrasi sampai efek
yang diinginkan; kisaran umum: 0,4-6
24
mcg/kg/menit. Dewasa: sedasi preoperasi: im.:
0,07-0,08 mg/kg 30-60 menit sebelum
operasi/prosedur; dosis lazim 5mg. Turunkan dosis
pada pasien dengan risiko tinggi, COPD,umur ≥60
tahun dan yang menerima narkotik atau obat
penekan SSP lainnya.

2) Intra Vena
0,02-0,4 mg/kg; ulangi setiap 5 menit sesuai
kebutuhan atau naikkan sampai 0,1-0,2 mg/kg.
Sedasi sadar: IV: awal: 0,5-2 mg secara lambat
selama paling tidak 2 menit; titrasi perlahan
sampai efek yang diinginkan dengan mengulangi
dosis setiap 2-3 menit. Dosis total lazim: 2,5-5 mg,
gunakan dosis lebih kecil pada orang tua. Dewasa
sehat <60 tahun: beberapa pasien memberikan
respons terhadap dosis 1 mg; berikan tidak lebih
dari 2,5mg selama 2 menit. Dosis tambahan dapat
diberikan setelah 2 menit setiap peningkatan dosis
.total dosis >5 mg umumnya tidak dibutuhkan
.Anestesia: IV: Induksi: pasien tanpa premedikasi:
0,3-0,35 mg/kg , sampai 0,6 m/kg pada pasien
yang resisten. Premedikasi pasien: 0,15-0,35
mg/kg Pemeliharaan: 0,05-0,3 mg/kg atau infuse
0,25-1,5 mcg/kg/menit.
Sedasi pada pasien dengan ventilasi mekanik: IV:
infus: 100 mg dalam 250 ml NCl fisiologis/5%
dekstrosa, bila pasien harus membatasi asupan air
dapat dipekatkan maksimum sampai 0,5 mg/ml.
Dosis awal 0,02-0,08 mg/kg (sampai 1 mg-5 mg
pada pasien 70 kg), ulangi dengan interval 5-15
menit sampai sedasi yang yang diharapkan dicapai
atau infus dengan kecepatan 0,04-0,2 mg/kg/jam
dan titrasi untuk mencapai efek yang diinginkan.

25
c. KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap midazolam atau komponen lain
dalam formula, termasuk benzilalkohol (sensitivitas
silang dengan benzodiazepin lain); bentuk sediaan
parenteral tidak boleh digunakan untuk intratekal atau
epiderual; glaukoma sudut sempit, penggunaan
bersamaan dengan inhibitor kuat CYP3A4
(amprenavir, atazanavir, ritonavir); kehamilan.

d. INTERAKSI OBAT
Hindari penggunaan bersama antijamur azol,
klaritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin,
imatinib, isoniazid, nefazodon, nikardipin, propofol,
protease inhibitor, kunidin, telitromisin, dan verapamil,
aminoglutetimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin,
fenobarbital, fenitoin, dan rifamisin.
Interaksi makanan
1) Hindari Alkohol
2) Jeruk Bali.
3) Herbal (St.Johns wort, valerian, kava-kava, gotu
kola)

26
12. NaCL 3% INFUSE

a. NaCl 3 %
NaCl 3 % (nama lain : Natrium Kloridaatau Sodium
Klorida 3 %) Infus 500 ml
yaitu:
1) Cairan yang steril dan bebasmikroba/zat-zat asing
(nonpyrogenic).
2) Dalam 500 ml mengandung NaCl30g/L dengan
komposisi:
a) Natrium : 513 mEq/L
b) Klorida : 513 mEq/L
c) Osmolaritas : 1027 mOsmol/L
d) pH 5 (4,5-7)
3) Cara Kerja: meningkatkan kadarnatrium dalam
darah.

b. MANFAAT
1) Sebagai salah satu terapicairan elektrolit
yangberguna untuk mengaturkeseimbangan
elektrolitdalam tubuh.
2) Khususnya untuk terapicairan pasien
yangmengalami Hiponatremia.Hiponatremia
yaitukekurangan kadarNatrium dalam darah(Kadar
Natrium<120mmol/L).

c. PENGGUNAAN
Melalui pembuluh darah vena.

d. DOSIS
Dosis 30 – 100 ml per jam selama12– 24 jam
(tergantung kebutuhanpasien).

27
e. EFEK SAMPING.
1) Demam.
2) Infeksi.
3) Tekanan darah menjadirendah (Hipotensi)
4) Kelebihan Natrium(Hipernatremia)
5) Kelebihan Klorida(Hiperkloremia)
6) Kelebihan Osmolaritas(Hiperosmolaritas)

Biasanya efek samping di atasterjadi dengan gejala :


1) Pusing.
2) Lemas.
3) Letih.

f. INTERAKSI DENGAN OBAT LAINNYA


Ada, yaitu:
1) Obat-obat
Kortikosteroid(Dexamethason,MethylPrednisolon,
Prednison, Prednisolon).
2) Vitamin B Kompleks.

28
13. NaCl 3% INJEKSI HIPERTONIK

a. MACAM-MACAM NACL INJEKSI HIPERTONIK


1) Injeksi Nacl 3%
a) Konsentrasi elektrolit =513 mEq/L.
b) Osmolaritas larutan = 1030 mOsmol/L
c) Konsentrasi elektrolit.
d) Natrium 513 =Klorida 513.
2) Injeksi Nacl 5%
1) Konsentrasi elektrolit = 83,3 mEq/L.
2) Osmolaritas larutan = 1170 mOsmol/L.
3) Konsentrasi elektrolit.
4) Natrium 856 Klorida 856
Sediaan untuk injeksi diharuskan steril, bebas
pirogen, dan tidak mengandung bahan yang
bersifat bakteriostatik dan antimikroba.

b. INDIKASI PEMAKAIAN
1) HYPONATREMIA (Pasien kekurangan natrium)
2) TERAPI RESUSITASI (Terapi penggantian cairan
yang hilang dalam kondisi emergency)
3) BRAIN INJURY (Pasien yang mengalami
kerusakan otak)
4) HYPOCHLOREMIA (Pasien kekurangan klorida)

c. KONTRA INDIKASI :
1) Pasien gagal ginjal.
2) Pasien jantung.
3) Pasien dehidrasi.
4) Pasien yang mengalami pembengkakan.

d. CARA PEMBERIAN: Injeksi intravena


29
e. DOSIS PEMBERIAN
1). Dihitung berdasarkan usia, berat badan, kondisi
klinis dan data laboratorium pasien
2). Pemberian nacl injeksi hipertonik tidak boleh
melebihi 100ml/jam atau 400ml/24jam dari larutan
yang sudah di encerkan.

f. EFEK SAMPING PEMBERIAN


1). Demam.
2). Infeksi ditempat penyuntikan.
3). Terjadi pendarahan ditempat penyuntikan.
4). Timbul bengkak akibat kelebihan cairan.
5). Terasa nyeri, bengkak dan kemerahan ditempat
suntikan.

g. PENGATASAN EFEK SAMPING


1). Atur tetesan infuse,jangan terlalu cepat.
2). Pilihlah pembuluh darah vena yang besar sebagai
tempat penyuntikan.
3). Pilih jarum yang kecil.
4). Kompres tempat penyuntikan dengan air dingin
(bila perlu)

h. INTERAKSI OBAT
Hati-Hati penggunaan bersama obat kortikosteroid
seperti dexamethasone, methylprednisolon.

i. PENYIMPANAN
Simpan ditempat yang sejuk dan kering terhindar dari
sinar matahari langsung.

30
14. OBAT ORAL ANTIDIABETIKUM

a. DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin.

b. OBAT HYPOGLIKEMI ORAL


1) Golongan meglitinida
a) Repaglinide, diberikan 15-30 menit sebelum
makan.
b) Nateglinide, diberikan 30 menit sebelum
makan.
c) Efek samping yang mungkin terjadi adalah
hypoglikemia, gejala flu, pusing.
2) Golongan sulfonylurea
a) Glimeripid, diberikan sebelum makan utama
pertama.
b) Gliclazide, diberikan segera sebelum makan.
c) Gliquedone,diberikan sebelum makan.
d) Efek samping yang mungkin terjadi adalah
hypoglikemia, mual muntah, gangguan GI,
reaksi ruam pada kulit.
3) Golongan biguanide
a) Metformin, diberikan bersama makan.
b) Penghambat alfa glucosidase.
c) Acarbose, diberikan bersama suapan pertama
makanan utama.
d) Efek samping yang mungkin terjadi adalah
perut kembung, diare.
31
4) Golongan tiazolidindion
a) Rosiglitazon, diberikan bersama makan
pertama.
b) Pioglitazon, diberikan bersama makan
pertama.
c) Efek samping yang mungkin terjadi adalah
edema ringan, anemia ringan

c. PENTING !
1) Jika anda merasakan gejala-gejala hipoglikemia
(pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-
kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar
keringat dingin, detak jantung meningkat) segera
hubungi dokter.
2) Jika anda sudah pernah mengalami hipoglikemia,
selalu bawa sekantung kecil gula atau permen
manis saat anda bepergian. Segera makan gula
atau permen tersebut begitu anda mendapat
serangan hipoglikemia.
3) Jangan konsumsi obat lain tanpa seijin dokter atau
apoteker.
4) Obat ini hanya berperan sebagai pengendali
diabetes, bukan penyembuh.
5) Obat ini hanya faktor pendukung dalam
pengelolaan diabetes, faktor utamanya adalah
pengendalian diet (pola makan) dan olah raga.
6) Rutin memonitor kadar glukosa darah.

d. HIPOGLIKEMIK
1) Hipoglikemik
Hipoglikemik adalah suatu keadaan dimana kadar
gula darah (glukosa) secara abnormal rendah.

32
2) Hipoglikemik Bisa Terjadi
Insulin maupun obat hipoglikemik per-oralterlalu
banyak bisa menurunkan kadar gula darah secara
ekstrim.Hipoglikemikjuga bisa terjadi jika penderita
kurang makan atau tidak makan pada waktunya
atau melakukan olah raga yang terlalu berat tanpa
makan.

3) Gejala Hipogllikemik
1) Perubahan mood
2) Gemetar.
3) Pucat.
4) Berkeringat.
5) Pusing.
6) Penglihatan kabur.
7) Sakit kepala.

e. PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIK
Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia
(terutama penderita diabetes), hendaknya selalu
membawa tablet glukosa karena efeknya cepat
timbul.Baik penderita diabetes maupun bukan,
sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan
makanan yang mengandung karbohidrat yang
bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).

f. CARA MENGATASI HIPOGLIKEMIK


1) Mengkonsumsi gula dalam bentuk permen atau
tablet.
2) Minum jus.
3) Minum air gula atau segelas susu.

33
15. OBAT SITOSTATIKA

a. SITOSTATIKA
Obat sitostatika yaitu zat-zat yang dapat menghentikan
pertumbuhan pesat sel-sel maligne.

b. PENGGUNAAN SITOSTATIKA
1). Sebagai neoadjuvan.
Pemberian kemoterapi mendahului pembedahan
dan radiasi.
2). Sebagai terapi kombinasi.
Kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi
pada kasus karsinoma stadium lanjut.
3). Sebagai terapi adjuvant.
Sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan
atau radiasi.
4). Sebagai terapi utama.
Digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama
pada kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker
jenis hematologi (leukemia dan limfoma).

c. INTERAKSI
1). Asam folat dapat menurunkan respon terapi MTX.
2). MTX diberikan bersama trimetropin
/sulfametoksasol terjadi peningkatan ES supresi
sumsum tulang.
3). Propanolol dapat meningkatkan cardiotoxicity dari
doksorubisin.
4). Doksorubisin dapat meningkatkan konsentrasi
penyesuaian dosis asam urat darah dan agen
antigout (allopurinol, kolkisin).

34
5). Vinkristin dengan Alopurinol meningkatkan efek
sitotoksis.

d. EFEK SAMPING
1). Rambut rontok/ menipis.
Kejadian ini bersifat sementara, rambut akan
tumbuh kembali jika obat dihentikan.
2). Mual/ muntah.
Tetap diberikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
3). Sembelit.
Berikan makanan berserat tinggi, misal sayuran dan
buah buahan.minum banyak.
4). Diare.
Hindari makanan pedas/asam.beri minum banyak
dan makanan yang lunak.
5). Stomatitis / sariawan / gomen
Pelihara kebersihan mulut.gunakan sikat gigi yang
lembut.
6). Penurunan daya tahan tubuh
Hindari sumber-sumber infeksi dengan menjauhkan
anak dari serangan flu, sakit tenggorokan, cacar air,
sakit kulit dll.pelihara kebersihan badan.
7). Perubahan kulit seperti kering, gatal.
Jaga kebersihan kulit.gunakan pelembab yang tidak
mengandung alcohol.pakai baju yang longgar.

e. INFORMASI YANG DIBERIKAN KE PASIEN


1). Pasien diharuskan kemoterapi secara rutin.
2). Pasien diberikan informasi tentang efek samping
obat yang mungkin terjadi setelah mengikuti proses
kemoterapi (misal: mual, muntah, diare, rambut
rontok, dll)
3). Faktor kepatuhan pasien dalam menjalani proses
pengobatan juga sangat menentukan kesembuhan.

35
4). Tempat penyiapan obat sitostatika oral letaknya
harus terpisah dengan obat-obatan oral lainnya,
untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
5). Sendok obat yang digunakan untuk mengambil obat
sitostatika tidak boleh digunakan untuk mengambil
obat lainnya.

6). Sebelum dan sesudah menyiapkan obat sitostatika


oral, wajib mencuci tangan dibawah air mengalir.
Sebaiknya tangan tidak menyentuh langsung obat
sitostatika, dikarenakan sebagian besar obat
sitostatika bersifat korosif yang berbahaya jika
tangan menyentuh langsung.

36
16. PROFOLOL INJEKSI

a. PROPOFOL INJEKSI
Propofol adalah Obat anestesi intravena yang sering
digunakan saat ini.

b. KEGUNAAN PROPOFOL INJEKSI


Untuk Induksi dan pemeliharaan anestesi umum,
sedasi untuk pasien yang menerima perawatan
intensif.
Nama dagang : Diprivan, Fressofol MCT/LCT 1%,
Proanes, Recofol, Safol, Trivam

c. PENGGUNAAN SECARA AMAN DAN EFEKTIF


Propofol injeksi diberikan secara iv dan per infuse.
Dosis dewasa induksi pasien dengan/tanpa
premedikasi titrasi 40 mg/10 dtk s/d gejala klinis
memperlihatkan mulai bekerjanya anatesi. Dewasa <
55 tahun 1,5-2,5mg/kgBB. Pemeliharaan anestesi 4-12
mg/kgBB/jam dengan infus. Sedatif dalam perawatan
intensif 0.3-4mg/kg/BB/jam.

d. EFEK SAMPING YANG TERJADI DALAM


PENGGUNAAN PROPOFOL INJEKSI

37
1. Depresi system kardiovaskular (hipotensi,
bradikardi)
2. Tromboplebhitis (Peradangan dan pembekuaan
darah didalam suatu vena).
3. Nyeri saat injeksi.
4. Myklonus.
5. Sesak nafas (apnea)
6. Mual Muntah.
7. Nyeri kepala.

e. KONTRA INDIKASI :
 Wanita yang sedang hamil/merencanakan
kehamilan.
 Ibu menyusui.
 Hipersensitifitas pada makanan atau obat tertentu.
 Anak kurang dari 3 tahun.

f. INTERAKSI YANG TERJADI JIKA DIPAKAI


DENGAN OBAT LAIN SECARABERSAMA
Dengan obat anestesi lain meningkatkan efek anestesi
dan dengan obat yang menekan system syaraf pusat.

g. PERINGATAN !
Gangguan fungsi jantung, pernafasan, hati,
ginjal.Hepovolemia atau pasien lemah.Gangguan
metabolisme lemak harus menjadi perhatian. Monitor
lemak darah pada pasien yang beresiko. Hindari pada
kehamilan, karena bisa mengakibatkan terminasi pada
trisemester I. Kemampuan mengemudi dan
mengoperasikan mesin berkurang.Jangan untuk
anestesi obstetric.Resiko kejang bila diberikan pada
pasien epilepsy.Monitor tanda hipotensi, obstruksi
saluran nafas, desaturasi oksigen.

h. PENGGUNAAN PROPOFOL INJEKSI


1) Injeksi atau penggunaan propofol harus dibawah
pengawasan professional. Jadi suntikan propofol
38
hanya bisa dilakukan di rumah sakit, klinik atau
praktek dokter.
2) Jangan gunakan propofol jika didalam botolnya
terdapat partikel, keruh, cairan berubahwarna atau
segelnya rusak.
3) Jika anda telah diinjeksi propofol dalam waktu yang
sudah cukup lama, biasanya dokter akan
memberikan suplemen.
4) Jangan pernah menambah dosis propofol dari yang
telah dianjurkan atau disarankan dokter.

i. CARA MENYIMPAN SEDIAAN PROPOFOL INJEKSI


DENGAN BENAR
Injeksi propofol sebaiknya disimpan pada suhu 40 –
220C, jangan simpan di frizer, dan hindarkan dari
cahaya. Jika dipindahkan ke syringe sebelum
diberikan, gunakan selama 6 jam. Tetapi jika
digunakan langsung dari vial/ prefilled syringe gunakan
selama 12 jam. Kocok dulu sebelum digunakan.

39
17. ROKURONIUM INTRAVENA

a. ROKURONIUM BROMIDA
ROKURONIUM BROMIDAmerupakan obat pelumpuh
otot golongan non depolarisasi turunan aminosteroidal,
dengan efek utama pada post junctional dan
selektivitas yang tinggi pada reseptor neuromuscular
junction.Untuk operasi, digunakan 3 kombinasi, yaitu
Narkosis (kehilangan kesadaran), analgesia
(mengurangi rasa sakit) dan relaksasi otot yang dikenal
dengan “The triad of anesthesia” obat pelumpuh otot
bukan merupakan obat anastesi, tetapi membantu
pelaksanaan anestesi umum, antara lain memudahkan
tindakan laringoskopi dan intubasi trakea serta
memberikan relaksasi otot yang dibutuhkan dalam
pembedahan.

b. EFEK SAMPING
Sebagian besar pasien yang disuntikkan rokuronium
secara intravena, mengeluh rasa sakit atau nyeri
terbakar di lengan sehingga terjadi penarikan tangan
atau fleksi.

c. PENGATASAN ESO
Tramadol 50 mg secara intravena terbukti dapat
mengurangi nyeri yang terjadi karena penyuntikkan
40
rocuronium.

d. INTERAKSI OBAT
Interaksi Obat
Amikasin, clindamicin, gentamicin, lincomycin,
netilmicin, piperacilin, tobramycin: meningkatkan efek
muscle relaxant. Colistimethate: Colistimethate dapat
mengikat neuromuscular.

e. DOSIS ROCURONIUM
Tracheal intubation: 0,6 mg/kg; Rapid sequence
intubation: 0,6-1,2 mg/kg; Continous infusion: 10-12
mcg/kg/min.

41
18. ANTI TROMBOTIK

a. ANTI TROMBOTIK
Penggunaan obat anti trombotik bertujuan
mempengaruhi proses trombosis atau mempengaruhi
pembentukan bekuan darah (clot) intravaskular, yang
melibatkan platelet dan fibrin. Obat anti platelet bekerja
mencegah perlekatan (adesi) platelet dengan dinding
pembuluh darah yang cedera atau dengan platelet
lainnya, yang merupakan langkah awal terbentuknya
trombus. Obat anti koagulan mencegah pembentukan
fibrin yang merupakan bahan esensial untuk
pembentukan trombus. Obat trombolitik mempercepat
degradasi fibrin dan fibrinogen oleh plasmin sehingga
membantu larutnya bekuan darah.

b. CARA MENGGUNAKAN ANTI TROMBOTIK


SECARA AMAN DAN EFISIEN.
1) Melibatkan pasien dalam pemilihan terapi.
2) Mengkaji manfaat terapi.
3) Mengkaji obat benar-benar diperlukan.
4) Meninjau efektifitas terapi.
5) Menentukan kapan terapi dihentikan.
6) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurang terapi.
7) Melakukan terapi sesuai dengan guideline dan
formularium.
42
8) Monitoring efek samping obat.
9) Melakukan komunikasi yang baik antara dokter,
farmasis, dan pasien,
10) Memberikan informasi obat pada pasien.

c. EFEK SAMPING
1) Pendarahan organ dan jaringan.
2) Mual dan muntah.
3) Syok Anafilaksis.
4) Sakit Kepala.
5) Urtikaria.
d. PENANGANAN INTERAKSI OBAT.
1) Mengubah waktu pemberian (obat tidak diberikan
bersamaan)
2) Mengubah dosis.
3) Melakukan pemantauan terapetik obat, mengukur
kadar obat dalam tubuh saat terjadi interaksi.
4) Melakukan pemantauan efek samping.
5) Menghentikan sementara salah satu obat.
6) Mengubah obat dengan obat yang berbeda di kelas
yang sama yang tidak berinteraksi atau
interaksinya tidak signifikan.

43
19. Heparin IV

a. HEPARIN
Heparin merupakan bahan alami yang diisolasi dari
mukosa intestinum porcine atau dari paru-paru sapi.
Obat bekerja sebagai anti koagulan dengan
mempotensiasi kerja anti trombin III (AT-III)
membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar dari
AT-III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan
darah, termasuk trombin, faktor IIa, IXa, Xa, XIa,dan
XIla. Oleh karena itu heparin mempercepat inaktifasi
faktor pembekuan darah.

b. FARMAKOKINETIK :
1) Mula kerja : segera pada pemberian IV, 20-60
menit setelah pemberian SK
2) Kadar puncak dalam plasma: 2 – 4 jam setelah
pemberian SK
3) Waktu paruh : 30-180 menit.
4) Bioavailabilitas : karena tidak diabsorbsi di saluran
cerna, harus diberikan secara parenteral.
5) Metabolisme : terutama di hati dan sistem
retikuloendotelial (SRE) ; bisa juga di ginjal.
6) Ekskresi : secara primer diekskresi oleh hati.

c. FARMAKODINAMIK : terikat pada protein plasma


44
secara ekstensif

d. INDIKASI :
Dosis rendah untuk pencegahan stroke atau
komplikasi tromboembolik. Profilaksis trombosis
serebral pada evolving stroke (masih diteliti).

e. KONTRAINDIKASI :
Hipersensitif terhadap heparin, trombositopeni berat,
perdarahan yang tidak terkontrol.

f. INTERAKSI OBAT :
Antikoagulan oral, aspirin, dextran, fenilbutazon,
ibuprofen, indometasin, dipiridamol,
hidroksiklorokuin, digitalis, tetrasiklin, nikotin, anti
histamin, nitrogliserin.

g. EFEK SAMPING :
Perdarahan, iritasi lokal, eritema, nyeri ringan,
hematom, ulserasi, menggigil, demam, urtikaria,
asma, rhinitis, lakrimasi, sakit kepala, mual,
muntah,reaksi anafilaksis, trombositopeni, infark
miokard, emboli paru, stroke, priapismus, gatal dan
rasa terbakar, nekrosis kulit, gangren pada tungkai.
Penggunaan 15.000 U atau lebih setiap hari selama
lebih dari 6 bulan dapat menyebabkan osteoporosis
dan fraktur spontan.

h. DOSIS :
Dosis rendah dianjurkan untuk pencegahan stroke
dan profilaksis evolving stroke. Pada pemberian
secara SK dimulai dengan 5000 U lalu 5000 U tiap 8-
12 jam sampai 7 hari atau sampai penderita sudah
dapat dimobilisasi (mana yang lebih lama). Bila diberi
IV, sebaiknya didrips dalam larutan Dekstrose 5%
atau NaCI fisiologis dengan dosis inisial 800 U/jam.
Hindari pemberian dengan bolus. Sesuaikan dosis
berdasarkan basil aPTT (sekitar 1,5 kali nilai normal).
45
Pada anak dimulai dengan 50 U/kgBB IV bolus
dengan dosis pemeliharaan sebesar 100
U/kgBB/4jam perdrips atau 20.000 U/m2/24 jam
dengan infus.

i. MONITORING:
Nilai APTT dimonitor ketat agar berkisar 1,5 kali nilai
kontrol.

20. WARFARIN

a. WARFARIN
Warfarin merupakan obat yang memiliki efek
antikoagulan atau disebut juga sebagai pengencer
darah.

b. KEGUNAAN
Warfarin biasa digunakan untuk mencegah serangan
jantung, stroke, dan gumpalan darah dalam pembuluh
darah.

c. ATURAN PAKAI
Anak:0,05-0,34 mg/kg/hari
Dewasa:Awali dengan dosis 5-10 mg/hari, dosis
pemeliharaan biasanya 2-10 mg setiap hari. Dosis
awal yang lebih rendah diperlukan pasien dengan
gangguan fungsi hati, gizi buruk, gagal jantung dan
pasien lanjut usia, 2-5 mg diminum 1 kali sehari.

d. EFEK SAMPING:
1) Pendarahan
2) Demam
3) Nyeri.
4) Sakit kepala.
5) Pusing.
46
6) Mual.
7) Muntah.
8) Kram perut.
9) Diare

e. INTERAKSI
1) Obat yang meningkatkan efek/toksisitas
warfarin:asetaminofen, allopurinol, amiodaron,
antifungi, sefalosporin, simetidin.
2) Obat yang menurunkan efek warfarin:agen anti
tiroid, barbiturat, karbamazepin, griseofulvin,
hormon kontrasepsi dan sulfasalazin.]

f. PERINGATAN:
1) Hindari penggunaan alkohol dan makanan yang
mengandung vitamin K seperti sayuran hijau,
brokoli, bayam, buncis dan teh hijau karena dapat
menurunkan efektifitas warfarin.
2) Hindari pada kehamilan, karena dapat
menyebabkan kecacatan semasa lahir.
3) Waspadai efek samping warfarin karena dapat
menimbulkan pendarahan serius.
4) Ceklah darah secara teratur.
5) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap.

g. PENYIMPANAN
1) Simpan pada tempat kedap udara
2) Jauhkan dari kelembapan
3) Hindari paparan sinar matahari langsung
4) Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

47
21. MORFINA INJEKSI

a. MORFINA
Morfina adalah alkaloida derivate fenatren yang
bekerja sebagai analgetik, narkotik, digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.Pemberian
obat secara subkutan mempermudah masuknya obat
ke dalam jaringan-jaringan tubuh.Obat sebagian
diekskresikan melalui ginjal.

b. ATURAN PAKAI :
Hanya untuk orang dewasa, umumnya ;
1) Subkutan 1-2 kali sehari : 1 ampul.
2) Dosis maksimum sekali : 1 ampul.
3) Dosis maksimum sehari : 2 ampul.

c. EFEK SAMPING
1) Dapat menyebabkan ketergantungan, depresi,
penurunan tekanan darah, mual, muntah, mulut
kering, gangguan akomodasi/fotopobia,
konstipasi,paralysis pernafasan.
2) Mengantuk, kebingungan, berkeringat,muka
kemerahan, vertigo, bradikardi,palpitasi, hypotensi
orthostetik, hypotermi, kegelisahan, perubahan
mood dan miosis, kadang dapat timbul urtikaria,
pruritus, kontak dermatis.
3) Pada penyuntikan dapat timbul rasa sakit dan
iritasi.
48
4) Pada dosis tinggi morfin dapat menyebabkan
gangguan pernafasan dan hipotensi dengan
gangguan peredaran darah dan memperdalam
koma. Kematian dapat disebabkan karena
kegagalan pernafasan.

d. KONTRA INDIKASI
1) Depresi pernafasan, terutama dalam hal sianosis
dan sekresi bronkus yang berlebihan dan pada
masa pemulihan setelah operasi saluran empedu.
2) Alkoholisme akut, kejang-kejang, delirium tremens.
3) Penderita asma bronchiale dan payah jantung
sebagai akibat dari penyakit paru-paru kronis.
4) Hati-hati dalam hal miksedema karena toleransi
sangat buruk.

e. PERINGATAN DAN PERHATIAN


1) Hati-hati penggunaan morfin pada pasien dengan
hipotensi, asma, hipertiroid, penurunan cadangan
pernafasan, gangguan hati dan ginjal, insufisiensi
adrenokortikal, hipertropik protat, syok, inflamasi
atau penyakit gangguan usus, atau myasthenia
grafis dan pada pasien dengan riwayat
penyalahgunaan obat, hamil dan menyusui.
2) Wanita hamil : morfin dengan cepat melalui barrier
plasenta, oleh sebab itu tidak disarankan
penggunaan morfin karana resiko gangguan
pernafasan pada bayi yang baru dilahirkan. Karena
itu tidak disarankan penggunaan morfin selama
kehamilan.
3) Ibu menyusui : dosis terapi mau tidak mau
mempengaruhi bayi selama menyusui.
4) Penggunaan morfin dapat menyebabkan
mengantuk, oleh sebab itu tidak disarankan
menjalankan mesin atau mengendarai kendaraan.
49
f. OVER DOSIS
Gejala yang sering pada over dosis termasuk depresi
pernafasan dan hypotensi termasuk gangguan
sirkulasi, memperdalam coma dan
hipotermi.Penanganan spesifik naxolone antidote
digunakan untuk mempercepat penetralan depresi
pernafasan dan koma yang disebabkan oleh dosis
morfin yang berlebih.
22. PETHIDIN HCL

a. CARA KERJA OBAT.


Pethidin merupakan narkotika sintetik derivate
fenilpiperidinan dan terutama berefek terhadap
susunan saraf pusat. Efeknya terhadap susunan saraf
pusat adalah seperti morfin, yaitu menimpulkan
analgesia, sedasi, euphoria, depresi pernafasan serta
efek sentral lain. Efek analgesic pethidin timbul agak
lebih cepat daripada efek analgetik morfin, yatu kira-
kira 10 menit, setelah suntikan subkutan atau
intramuscular, tetapi masa kerjanya lebih pendek, yaitu
2-4 jam.
Absorbsi pethidin, melalui pemberian oral maupun
secara suntikan berlangsung dengan baik.Obat ini
mengalami metabolisme di hati dan diekskresikan
melalui urine.

b. INDIKASI.
Untuk meringankan rasa nyeri sedang sampai berat
yang tidak responsive terhadap analgetik non-narkotik.

c. DOSIS.
1) Dewasa ; 25-100 mg setiap 3-4 jam.
2) Anak-anak ; 0,5-2 mg/kg berat badan intramuskuler
setiap 3-4 jam.
3) Dosis harus disesuaikan degan berat ringannya
rasa nyeri dan respon penderita. Bila prerlu dosis
50
dikurangi pada penderita usia lajut, penderita
kerusakan fungsi ginjal atau fungsi hati.

d. PERINGATAN DAN PERHATIAN.


1). Pethidine sebaiknya tidak diberikan secara
intravena kecuali peralatan resusitatif dan
antagonis opoid telah disiapkan.
2). Dosis yang tinggi atau pemberian pethidin dengan
cepat secara intravena dapat menyebabkan
terjadinya depresi pernafasan secara cepat, apnea,
hipotensi, kolaps sirkulasi peripherial, bradikardia
bahkan berhentinya denyut jaantung.
3). Pethidine injeksi sebaiknya diberikan secara
perlahan-lahan dan dalam larutan yang telah
diencerkan.
4). Penggunaan tidak dianjurkan pada penderita
dengan luka pada kepala dan kenaikan tekanan
intracranial. Efek depresi pernafasan dan
kemampuan untuk meningkatkan tekanan cairan
cerebrospinalis dapat menjadi parah,dan efek klinis
menjadi tidak jelas.
5). Pethidin dapat mengaburkan diagnosis dan efek
klinis pada pasien dengan kondisi abdominal akut.
6). Gunakan hanya jika benar-benar diperlukan, dan
secara hati-hati, pada kolik empedu, operasi traktus
empedu dan pancreatitis akut, karena adanya sifat
spasmodic pethidin pada traktus empedu dan
spincter oddi. Pethidin dapat menimbulkan
kesukaran pada saat eksploirasi oleh alat pada
duktus empedu.
7). Pemberian pethidin secara intra arterial yang
kurang hati-hati dapat menyebabkan terjadinya
nekrosis dan pembengkakkan.
8). Pethidin dapat mengurangi kecepatan
pengosongan lambung dan meningkatkan resiko
terjadinya aspirasi, hal ini disebabkan pethidin
dapat menginduksi dengan CNS/coma selama atau
setelah anestesi total.
51
9). Analgetik opioid mempunyai kecenderungan
penyalahgunaan. Ketergantungan fisik danfisiologi
dapat timbul pada pengulangan dosis. Kecuali
pada penderita terminal pethidin harus dibatasi
penggunaannya pada pengobatan untuk nyeri
berat yang tidak memberikan respon terhadap
analgetik non opioid.
10). Penghentian penggunaan pethidin secara tiba-tiba
pada penderita yang ketergantungan secara fisik
dapat menimbulkan sindroma putus obat,termasuk
konvulsi.
11). Neurotoksisitas yang berhubungan dengan pethidin
bervariasi tremor, halusinasi, serangan dan
perubahan mood yang disebabkan oleh metabolit
norpethidin.
12). Norpethidin umumnya dikeluarkan melalui ginjal,
maka pethidin harus digunakan dengan hati-hati
pada pasien gagal ginjal, manula, penderita yang
masih sangat muda atau penderita yang menerima
terapi seperti fenobarpital dan fenitoin.
13). Pemberian pethidin dapat menyebabkan hipotensi
pada penderita yang kemampuan untuk menjaga
tekanan darahnya tergantung dari volume
pengosongan darah atau pemberian bersama-
sama dengan anestetik tertentu atau fenotiazin.
Pethidin dapat menyebabkan hipertensi orthistetik
pada penderita rawat jalan.
14). Penderita dengan reisko khusus: hati-hati dan jika
diperlukan pengurangan dosis diperlukan pada
penderita manula atau kurang tenaga dan pada
penderita dengan kerusakan paru-paru, hati, ginjal,
dan penderita hipotiroid, insufisiensi adrenocortical,
hipertrofi prostat atau penyempitan urethra.
15). Serangan konvulsi dapat disebabkan oleh dosis
tinggi. Penderita dengan kelainan serangan
konvulsi harus hati-hati diobservasi, karena
pethidin dapat memperburuk konvulsi yang muncul.
16). Pethidin harus digunakan secara hati-hati pada
52
penderita yang menggunakan abat deprezan CNS
lain seperti hipnotik dan sedative.
17). Penderita nyeri berat dapat mentoleransi dosis
tinggi tetapi dapt menyebabkan depresi pernafasan
ketika sakitnya tiba-tiba hilang.
18). Pengurangan output cardiac dapat menyebabkan
pengurangan perfusi hepar dan mengurangi
metabolisme pethidin yang menyebabkan
terjadinya akumulasi pethidin dengan pethidin
dengan kemungkinan timbulnya efek toksik.
19). Kenaikan tekanan darah dan hambatan sistemik
vaskuler sebanding dengan peningkatan kecepatan
denyut jantung dapat disebabkan oleh pethidin,
oleh karena itu tidak disarankan untuk digunakan
pada penderita infark cardiac.
20). Pemberian pethidin pada penderita
paechromocytoma dapat menyebabkan krisis
hipertensi.
21). Hiperglikemia terjadi pada agonis opoid. Oleh
karena itu penderita diabet yang memerlukan
pengobatan senyawa ini perlu diperhatikan.
22). Walaupun pethidin biasa digunakan dalam obstetric
diketahui bahwa pethidin dapat melewati barrier
plasenta dan dapat menyebabkan depresi system
pernafasan pada bayi yang baru lahir. Antagonis
opiod mungkin dibutuhkan untuk mengatasi depresi
ini.
23). Metabolisme dan ekskresi dari pethidin pada bayi
yang baru lahir lebih kecil jika dibanding
denganorang dewasa akumulasi dan tingkat
toksisitas dapat terjadi pada dosis yang rendah.
24). Jika depresi respirasi yang serius terjadi pada
penderita yang secara fisik tergantung pada opioid,
antagonis opioid harus diberikan secara hati-hati
apada dosis 10-20% dari dosis awal yang
disarankan. Pemberian dosis umum akan
menyebabkan timbulnya sindroma putus obat yang
akut, dan keparahannya tergantung dari
53
ketergantungan fisik dan dosis yang diberikan.
25). Ada beberapa laporan mengenai efek pethidin
pada mata. Beberapa laporan menyebutkan bahwa
pethidin menyebabkan miosis, dan beberapa
lainnya menyebutkan bahwa pethidin
menyebabkan midriasis atau tidak adanya
perubahan pupil. Hingga efek yang lebih jelas
diperoleh, tekanan intra okuler sebaiknya dimonitor
pada penderita glaucoma yang diberikan pethidin.
26). Kegagalan fungsi ginjal : pengurangan fungsi ginjal
akan menyebabkan akumulasi metabolit
toksiknorpethidin.
27). Penggunaan pada kehamilan : opiod analgetik
dapat menyebabkan depresi respirasi pada bayi
yang baru lahir. Pethidin hanya digunakan pada
saat melahirkan, setelah dipertimbangkan antara
kebutuhan ibu dan resikonya terhadap fetus. Bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang diberikan pethidin
dapat menunjukkan sindroma putus obat.
28). Pengguanaan pada saat menyusui : pethidin
terdapat didalam air susu ibu. Konsentrasi pethidin
dalam air susu ibu setelah pemberian dosis
terepitik pada ibu. Belum ditentukan dan
signifikansi secara klinis belum diketahui,
penggunaan pethidin pada ibu menyusui tidak
dianjurkan.
29). Efek terhadap kemampuan untuk mengendarai
kendaraan dan menjalankan mesin: pethidin dapt
menyebabkan kantuk dan gangguan koordinasi.
Penderita harus berhati-hati saat mengendarai
kendaraan atau menjalankan mesin.

e. EFEK SAMPING.
1) Seperti analgesic opoid lainnya,depresi respirasi
adalah resiko utama pada terapi pethidin dapat
menyebabkan pusing, mual,berkeringat dingin,
perasaan mulut kering.
2) Obat suntik kadang-kadang meyebabkan
54
penurunan tekanan darah.
3) Kepala terasa ringan,sedasi, disorientasi,
pandangan kabur, hakusinasi, psikosis, euphoria,
disphoria, lemah, delirium, insomnia, kegelisahan,
hiperaktifitas atau agitasi, konvulsi atau tremor,
mengantuk, vertigo, gerakan otot tidak
terkoordinasi, gangguan visual miosis, depresi,
midriasis.

4) Retensi air seni, efek antideuritik, pengurangan


libido atau potensi.
5) Muka merah, takikardia, bradikardia, palpitasi,
pusing, sinkope, orthostetik hipotensi,
pembengkaan yang disebabkan oleh pemberian
subkutan.
6) Hipersensitifitas menyebabkan pruritus, urticaria
dan gatal-gatal, udema, nyeri pada suntikan, iritasi
jaringan local dan indurasi yang disebabkan oleh
pemberian subkutan.
7) Peningkatan tekanan traktus empedu, spasmus
spincter choledochoduodinal.
8) Konstipasi, anorekasia, spasmus traktus empedu.

f. KONTRA INDIKASI.
1) Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
“Incipient hepatic encephalopathy”.
2) Depresi pernafasan, atau penderita yang
mempunyai gangguan kemampuan pengosongan
respirasi,misalnya emphysema parah, bronchitis
kronis parah, kyphoscloliosis, asma bronchial akut,
penyakit kronis saluran pernafasan.
3) Alkoholisme akut, kejang-kejang delirium tremens.
4) Penderita asma bronkhiale dan payah jantung
sebagai akibat dari penyakit paru-paru kronik.
5) Hati-hati dalam hal miksedema karena toleransi
sangat buruk.
6) Hipersensitifitas terhadap pethidin.
7) Penderita yang menggunakan MAOls (termasuk
55
selegiline) dalam jangka waktu 14 hari sebelumnya.
8) Kondisi kejang seperti pada status epilepticus,
tetanus dan keracunan strychnine, yang
disebabkan oleh efek stimulant pethidin pada spinal
cordata. Pethidin juga tidak dapat digunakan pada
pre-eclampsia atau eclampsia.
9) Arutmia cardiac, terutama takhikardia
supraventrikuler, cor pulmone. Pethidin mempunyai
efek vagolitik yang dapat menyebabkan kenaikan
kecepatan respon ventricular.
10) Asidosis diabetic, jika ada resiko terjadinya koma.
11) Cedera kepala: meningkatkan tekanan intracranial
(dapat menimbulkan masalah monitoring dan
diagnostic, juga hipercapnia yang berhubungan
dengan depresi respirasi yang dapat meningkatkan
tekanan intracranial.

g. CARA PENYIMPANAN.
Simpan pada suhu dibawah 30ºC, serta terlindung dari
matahari.

56

You might also like