You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pinggang bawah merupakan permasalahan yang sering dijumpai dan


mengenai 60-80 % populasi dalam suatu waktu selama hidupnya. Dari semua
kasus, hampir 20-30 % kasus yang dapat ditemukan kelainan anatominya salah
satu akibat spondilosis, sisanya sebanyak 70-80 % tidak diketahui penyebabnya.
Namun demikian, etiologi dari kelompok yang semula idiopatik dapat ditujukan
dengan jelas penyebab dari nyeri punggung bawah tersebut seiring dengan adanya
pengetahuan mengenai biomekanik tulang belakang dan struktur yang erat
hubungannya dengan vertebra tersebut.

Nyeri pinggang sebenarnya hanyalah merupakan simptome atau gejala. Dan,


sebagai penyebabnya bisa bermacam-macam. Paling tidak ada lima kelompok
penyebab nyeri pinggang yang perlu diketahui yaitu: nyeri pinggang akibat sikap
yang salah, akibat kelainan tulang belakang karena penyakit pada organ dalam
tubuh, karena penyakit rematik dan karena ketegangan (psikis).Nyeri pinggang
pada kelainan tulang belakang bisa akibat adanya cedera (trauma), infeksi, tumor
dan osteoporosis (keropos tulang).

Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah salah satu contoh nyeri pinggang yang
biasanya didahului oleh adanya trauma seperti jatuh sewaktu terpeleset,
membedol rumput, mengangkat peti berat, jatuh terduduk. Trauma-trauma
tersebut dapat menyebabkan penonjolan (hernia) nukleus pulposus (bagian lunak
dari tulang belakang) yang akhirnya menekan syarat yang keluar dari tulang
belakang. Hal ini menimbulkan gejala yang khas, yaitu nyeri pinggang yang
menjalar ke bokong, paha, belakang tumit sampai telapak kaki. Nyeri HNP ini
pada umumnya timbul spontan atau setelah diprovokasi dengan pemeriksaan
tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Vertebra Lumbal


Vertebra lumbal atau tulang pinggang merupakan bagian dari kolumna vertebralis
yang terdiri dari lima ruas tulang dengan ukuran ruasnya lebih besar dibandingkan
dengan ruas tulang leher maupun tulang punggung. Dibagian atas tulang lumbal
terdapat tulang punggung, yang pesendiannya disebut thoraco lumbal joint atau
articulatio thoraco lumbalis. Dibagian bawah tulang lumbal terdapat tulang sacrum
dan persendiannya disebut lumbo sacral joint atau articulatio lumbo sacralis ( Pearce
C. Evelyn, 2000:58).
Vertebra lumbal adalah satu dari lima rangkaian kolumna vertebralis yang terletak
pada pertengahan tubuh bagian posterior. Pada umumnya vertebra lumbalis
mempunyai bentuk melengkung ke arah depan atau disebut juga lordosis. Dilihat dari
lengkungannya vertebra lumbal termasuk kedalam vertebra sekunder, karena
lengkungan dari vertebra lumbal tumbuh setelah lahir, yaitu pada saat seorang anak
belajar berjalan pada usia satu sampai satu setengah tahun (Ballinger W. Philip,
1995).
Vertebra lumbalis terdiri atas lima ruas tulang yang tersusun memanjang ke arah
bawah. Ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut lebih besar dari ruas vertebrae torakalis
dan dapat dibedakan oleh karena tidak adanya bidang untuk persendian dengan iga.
Diantara ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut terdapat penengah ruas tulang yang
terdiri atau tersusun dari tulang muda yang tebal dan erat, berbentuk seperti cincin
yang memungkinkan terjadinya pergerakan antara ruas-ruas tulang yang letaknya
sangat berdekatan. Bagian atas dari vertebra lumbalis berbatasan dengan vertebra
torakalis 12 dan pada bagian bawahnya berbatasan dengan vertebra sakralis.
Bagian-bagian dari vertebra lumbal :
1. Korpus
Vertebra lumbal mempunyai korpus yang tebal, besar dan berbentuk lonjong
(oval) dengan garis poros yang terletak transversal. Ukurannya lebih besar dari
korpus pada servikal atau daerah torakal dan pada bagian anterior sedikit lebih tinggi
dibanding dengan bagian posterior. Korpus vertebra lumbalis mempunyai bentuk
silinder, sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga dan pelindung dari bagian
foramen intervertebralis.
2. Arkus
Arkus terletak pada bagian posterior dan dibentuk oleh dua pedikel dan dua
lamina. Pada bagian ini pedikelnya pendek tetapi lebih tebal dan laminanya lebih
besar yang mengarah ke belakang dan ke tengah. Antara korpus vertebra dengan
arkus vertebra lumbalis berfungsi untuk menyokong prosessus spinosus yang
arahnya ke belakang, prosessus transversus yang arahnya ke samping dan prosessus
artikularis superior dan inferior.
3. Pedikel
Pedikel mempunyai dua buah tulang yang pendek dan kuat. Timbul dari bagian
atas korpus, sehingga cekungan insisura vertebralis inferior yang terletak pada bagian
bawah lebih dalam dari cekungan insisura vertebralis superior yang letaknya pada
bagian atas dan keduanya akan membentuk foramen intervertebralis yang merupakan
bagian dari tempat keluarnya sumsum saraf.
4. Lamina Arkus Vertebra
Lamina arkus vertebra merupakan susunan dari dua buah tulang yang bentuknya
berasal dari ujung pedikel.
5. Prosessus Spinosus
Vertebra lumbalis mempunyai bentuk prosessus spinosus yang lebar dan besar,
tumpul serta mendatar ke arah belakang dan berbentuk persegi atau seperti kapak
kecil dan lebih kecil pada bagian vertebra lumbalis ke lima.
6. Prosessus Transversus
Prosessus transversus tipis dan mengarah ke belakang dan ke samping. Prosessus
transversus lumbal ketiga adalah yang terpanjang, sedangkan prosessus transversus
vertebra kelima lebih pendek dan lebih tipis dari ruas yang lainnya. Pada bagian
belakang dari batas bawah pada setiap prosessus transversus dan dekat korpusnya
terdapat tonjolan tulang yang disebut prosessus asesoris.
7. Prosessus Artikularis
Prosessus artikularis terletak pada bagian sisi dari persambungan antara pedikel
dengan lamina. Permukaan atasnya cekung dan mengarah ke depan dan ke tengah.
Fasies artikularis inferior bentuknya cembung dan mengarah ke depan serta ke sisi
samping. Ketika vertebra saling bersambungan, maka fasies artikularis inferior berada
di atas fasies artikularis superior dari bagian bawah vertebra. Prosessus artikularis ini
berperan dalam pembentukan diskus artikularis yang membagi prosessus artikularis
menjadi prosessus artikularis inferior dan superior. Pada bagian dari prosessus
artikularis superior terdapat tonjolan tulang pada permukaan belakangnya yang
disebut prosessus mammilaris.
Gambar 2 : bagian-bagian vertebra lumbal

Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigelatin,


nukleus ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan penyambung
dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus
vertebra yang berdekatan. Selain itu. juga memainkan peranan penting dalam
pertukaran cairan antara diskus dan pembuluh-pembuluh darah kapiler.
Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang mengelilingi
nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk memungkinkan gerakan antara
korpus vertebra (disebabkan oleh struktur spiral dari serabut-serabut); untuk
menopang nukleus pulposus; dan meredam benturan. Jadi anulus berfungsi mirip
dengan simpail di sekeliling tong air atau seperti gulungan pegas, yang menarik
korpus vertebra bersatu melawan resistensi elastis nukleus pulposus, sedangkan
nukleus pulposus bertindak sebagai bola penunjang antara korpus vertebra.
Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang kolumna
vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal sedangkan yang paling
tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan bertambahnya usia, kandungan air
diskus berkurang dan menjadi lebih tipis.
Ligamen-ligamen yang memperkuat persendian di kolumna vertebralis regio
lumbal adalah :
a. Ligamen flavum
Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua
arkus vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio servikal,
lebih tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini mencegah
terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya cidera di diskus
intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu mempertahankan
kurvatura kolumna vertebralis dan membantu menegakkan kembali kolumna
veretbralis setelah posisi fleksi (Yanuar, 2002).
b. Ligamen interspinosus
Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan prossesus
spinosus mulai dari basis hingga apex, merupakan ligamen yang lemah hampir
menyerupai membran (Yanuar, 2002)
c. Ligamen intertranversus
Ligamen intertranversus adalah ligamen yang menghubungkan prossesus
tranversus yang berdekatan. Ligamen ini di daerah lumbal tipis dan bersifat
membranosa (Yanuar, 2002).
d. Ligamen supraspinosus
Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex
vertebra servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial
bergabung dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai tali
(Yanuar, 2002).
Otot-otot Penggerak Vertebrae Lumbalis, yaitu :
1. Fleksi
- Psoas major
- Rectus abdominis
- External abdominal oblique
- Internal abdominal oblique
- Transversus abdominis
2. Ekstensi
- Latissimus dorsi
- Erector spine iliocostalis lumborum
- Erector spine longissimus thoracis
- Transversospinalis
- Interspinalis
- Quadratus lumborum
- Multifidus
- Rotatores
- Gluteus maximus
3. Lateral fleksi
- Latissimus dorsi
- Erector spine iliocostalis lumborum
- Erector spine longissimus thoracis
- Transversalis
- Quadratus lumborum
- Psoas major
- External abdominal oblique
4. Rotasi
- Transversalia
- Rotatores
- Multifidus

Fisiologi Vertebra Lumbalis


Vertebra lumbalis merupakan bagian dari kolumna vertebralis, sehingga
fungsi dari vertebra lumbalis tidak terlepas dari fungsi kolumna vertebralis secara
keseluruhan. Sesuai dengan anatomi vertebra lumbalis yang mempunyai bentuk yang
besar dan kuat, maka fungsi vertebra lumbalis adalah :
1. Menyangga tubuh bagian atas dengan perantaraan tulang rawan yaitu diskus
intervertebralis yag lengkungannya dapat memberikan fleksibilitas yang dapat
memugkinkan membungkuk ke arah depan (fleksi) dan kearah belakang
(ekstensi), miring ke kiri dan ke kanan pada vertebra lumbalis.
2. Diskus intervertebralisnya dapat menyerap setiap goncangan yang terjadi bila
sedang menggerakkan berat badan seperti berlari dan melompat.
3. Melindungi saraf tulang belakang dari tekanan-tekanan akibat melesetnya
nukleus pulposus pada diskus intervertebralis. Namun apabila annulus fibrosus
mengalami kerusakan, maka nukleus pulposusnya dapat meleset dan dapat
meyebabkan penekanan pada akar saraf disekitarnya yang menimbulkan rasa
sakit dan ada kalanya kehilangan kekuatan pada daerah distribusi dari saraf yang
terkena.

B. Hernia Nukleus Pulposus


1. Definisi
Hernia Nukleus pulposus (HNP) adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses
patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono,
1996) Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam
kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian
tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture discus).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus
dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus
dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element
saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1.
Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan
menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar
yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup
otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk, 2008).
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,
dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:
a. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan annulus fibrosus.
b. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
c. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada
di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
d. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior
Gambar 3 : grade HNP

2. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya
usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya
nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus
menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul
atau pecah (Moore dan Agur, 2013)

Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya
suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma
bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat
selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi
diskus kapsulnyamendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf
spinal saat muncul dari kolumna spinal(Helmi, 2012).

3. Tanda dan Gejala


Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang terkena.
Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika nucleus pulposus
menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah iskialgia (nyeri radikuler).
Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai bawah
lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan gejala kesemutan atau rasa baal
sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau cauda ekuina dapat terjadi gangguan
miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri yang timbul sesuai dengan distribusi
dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan otot sesuai dengan miotom yang terkena.

4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi akibat Hernia Nukleus


Pulposus
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkumferensial. Karena
adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar dan
timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya
menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan
sebagai gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset,
mengangkat benda berat dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang
belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis
vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat
dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum
ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut
dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back
pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang
dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama
dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika
penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis
mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan
(Muttaqin, 2008).
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas Umum Pasien

Diagnosa Medis : Monoparese Extremitas Inferior Sinestra Proevaluasi


dd/ Low Back Pain Ec HNP Lumbalis + Spondylosis Lumbal

Nama : Ny. Ir
Usia : 56 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Andiminstrasi kampus
Alamat : BTN Bogar Blok C.100 Palopo

B. Anamnesis Khusus
 Keluhan utama : nyeri punggung bawah menjalar ke tungkai.
 Lokasi keluhan : tungkai sebelah kiri.
 Lama keluhan : 2 bulan yang lalu
 Sifat keluhan : tertusuk-tusuk dan menjalar
 Penyebab : HNP
 RPP : dialami sejak 2 bulan yang lalu dirasakan perlahan-
lahan dan memberat 1 minggu terakhir, pasien kadang- kadang pincang
pada saat berjaln, terutama saat pasien melakukan aktifitas berat, nyeri
pinggang bawah ada, menjalar hingga ke paha kiri yang diikuti kelemahan
pada kaki kiri, pasien memiliki kebiasaan duduk lama saat bekerja, nyeri
kepala tidak ada, muntah tidak ada, demam tidak ada. Riwayat trauma di
sangkal, riwayat hipertensi d sangkal, riwayat diabetes mellitus tidak ada,
riwayat stroke tidak ada.
 Posisi yang memperberat : fleksi lumbal
 Posisi yang memperingan : tidur
 Riwayat penyakit penyerta : tidak ada

C. Pemeriksaan Vital Sign


 Tekanan Darah : 120/90 mmHg
 Denyut Nadi : 78 kali/menit
 Pernapasan : 25 kali/menit
 Temperature : 36,5 C
D. Inspeksi/Observasi
a. Statis
- Mimik wajah pasien terlihat kurang semangat dan cemas.
- Pasien dalam keadaan terbaring dan dalam keadaan di infus.
b. Dinamis
- Pasien merasakan nyeri saat berdiri dan berjalan.
- Saat berjalan pasien cenderung menyeret kaki sebelah kiri

E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi


1. Palpasi otot erector spine : fisioterapis meraba dan menekan otot pasien.
Hasil : - Terjadi spasme pada otot erector spine.
- Nyeri tekan dan menjalar pada otot piriformis
2. Tes Sensorik : Tajam dan tumpul
Hasil : pasien merasakan sensasi pada tungkai kiri.

3. Straight Leg Raising (SLR) : fisioterapis mengangkat lurus tungkai kiri pasien

30 -70 . Positif bila timbul nyeri menjalar pada pasien.


Hasil : tidak ada nyeri

4. Tes patrick : tungkai kiri pasien dalam posisi fleksi pada sendi lutut sementara
tumit diletakkan pada lutut sebelah kanan. Kemudian lutut pada tungkai kiri
ditekan kebawah
Hasil : pasien merasakan nyeri.
5. Anti patrick : posisi fleksi pada salah satu sendi lutut dan sendi panggul,
kemudian lutut di dorong ke arah medial.
Hasil : pasien tidak meraskan nyeri.
6. Tes JPM : fisioterapis mengkompresi setiap segmen pada lumbal pasien untuk
mengetahui letak HNP
Hasil : terjadi nyeri di L5
7. Pengukuran nyeri (VAS) : fisioterapis menanyakan intensitas nyeri yang
dirasakan oleh pasien
Hasil : 4 (nyeri sedang)

8. Tes refleks patologis dan fisiologis :


- Refleks Knee : normal
- Refleks Ankle : normal
- Refleks babynski : normal
- Chaddock : normal
- Gordon : normal

9. MMT ( Manual Muscle Testing)


Kriteria penilaian kekuatan otot
Nilai 0 : otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi visual
( tidak ada kontraksi )

Nilai 1 : Otot ada kontraksi , baik dilihhat secara visual atau dengan
palpasi , ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot

Nilai 2 : Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya gravitasi.


Posisi ini sering digambarkan sebagai bidang horizontal gerak tidak
Full ROM

Nilai 3 : Gerakan melawan grafitasi dan full ROM

Nilai 4 : Resistance minimal ( tahanan minimal )

Nilai 5 : Resistance Maksimal ( tahanan Maksismal )

Hasil Dari pemeriksaan MMT:

Gerakan Nilai

Fleksi lumbal 0

Ekstensi lumbal 0

Lateral fleksi 0

Lateral rotasi 0

10. Gangguan ADL (Index barthel modifikasi) Tes Pemeriksaan Fungsional


Menggunakan Index Barthel

Aktivitas Score

Makan dan Minum 10

Bathing (Mandi ) 10
Grooming ( Perawatan diri) 0

Dressing ( Berpakaian ) 5

Fecal ( Buang air besar ) 10

Urinary (Buang air kecil ) 10

Toileting 5

Transfering 0

Walking 5

Menaiki Tangga 0

Total : 55

Penilaian
0-20 = Ketergantungan Penuh
21-61 = Ketergantungan Berat
62-90 = Ketergantungan Moderat
91-99 = Ketergantungan ringan
100 = Mandiri
 Hasil yang diperoleh pasien masih ketergantungan penuh

11. Pemeriksaan Penunjang : menunggu hasil MRI


12. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi

Diagnosa ICF : Gangguan motor function monoparese extremitas inferior sinistra


et causa Hernia Nucleus Pulposus

Problematik :

1. Impairment (body structure and function)


- Nyeri punggung menjalar ke tungkai kiri
- Spasme otot erector spine
- Keterbatasan ROM
- Gangguan ADL
2. Functional Limitation
- Kesulitan untuk aktivitas berdiri dan berjalan.
- Kesulitan untuk aktivitas membungkuk seperti sholat.
- Pasien belum bisa duduk
- Belum mampu berpakaian secara mandiri
3. Pasrticipation Restriction
- Terganggunya aktivitas sosial.
- Penurunan produktivitas kerja

13. Rencana Intervensi Fisioterapi


1) Tujuan jangka pendek
- Menurunkan nyeri
- Mengurangi spasme otot erector spine.
- Meningkatkan ROM lumbal
- Memperbaiki ADL berdiri dan berjalan

2) Tujuan jangka panjang


Meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien yang sudah
ada

14. Program Intervensi Fisioterapi


1. Komunikasi Terapeutik
- Tujuan : untuk menghilangkan rasa khawatir dan kecemasan mengenai
penyakit yang dialami pasien.
- Teknik : memberikan motivasi dan penjelasan mengenai pengobatan
yang bisa diberikan untuk penyembuhan pasien.
- Dosis : setiap hari selama 3 menit.
2. Neuromucular Techniq
- Tujuan : untuk menstimulasi otot dan menurunkan rasa nyeri.
- Teknik : kedua ibu jari fisoterapis melakukan penekanan secara
memutar pada otot yang mengalami nyeri.
- Dosis : setiap hari selama 3 menit.
3. Strengthening Exercise
- Tujuan : untuk meningkatkan kekuatan otot hip.
- Teknik : dalam posisi tidur telentang. Hip fleksi 90 . Kemudian

fisioterapis menggerakkan hip pasien kearah ekstensi dan perintahkan


pasien untuk memberikan tahanan.
- Dosis : dilakukan setiap hari (6 kali repetisi)
4. Briging Exercise
- Tujuan : untuk melatih otot pinggul
- Teknik : posisi pasien terlantang. Pasien di suruh fleksi knee dan
pertahankan selama beberapa detik
- Dosis : setiap hari (3 kali 8 detik)
5. Massage eufflurrage
- Tujuan : untuk mengurangi spasme otot erector spine
- Teknik : kedua telapak tangan fisioterapis mengusap bagian otot yang
mengalami spasme kearah jantung sacara lembut.
- Dosis : setiap hari selama 3 menit.
6. Passive ROM exercise
- Tujuan : untuk menjaga mobilitas sendi.
- Teknik : fisioterapis menggerakkan hip pasien kearah fleksi, ekstensi,
abduksi, dan adduksi.
- Dosis : setiap hari (6 kali repetisi)
15. Evaluasi Hasil Terapi
- Intensitas nyeri sedikit berkurang dari 5 menjadi 4.
- Spasme otot belum berkurang.
- Kekuatan otot tidak meningkat.
- Pasien mampu untuk berjalan ke toilet sendiri tanpa bantuan orang lain.
16. Edukasi
- Mengajarkan posisi bangun dari tidur ke duduk dengan benar.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah salah satu contoh nyeri pinggang yang
biasanya didahului oleh adanya trauma seperti jatuh sewaktu terpeleset, membedol
rumput, mengangkat peti berat, jatuh terduduk. Trauma-trauma tersebut dapat
menyebabkan penonjolan (hernia) nukleus pulposus (bagian lunak dari tulang
belakang) yang akhirnya menekan syaraf yang keluar dari tulang belakang. Hal ini
menimbulkan gejala yang khas, yaitu nyeri pinggang yang menjalar ke bokong, paha,
belakang tumit sampai telapak kaki. Nyeri HNP ini pada umumnya timbul spontan
atau setelah diprovokasi dengan pemeriksaan tertentu.
Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung adalah Hernia
Ncleus Pulposus (HNP). Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan
annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture
annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi
pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan
L5-S1.

Modalitas fisioterapi yang bisa diberikan untuk kondisi LBP et causa Hernia
Nukleus Pulposus adalah berupa Neuromuskular teknik, massage, passif rom
exercise.
B. Edukasi
1. Bagi fisioterapis : sebelum melakukan tindakan terapi hendaknya melakukan
pemeriksaan yang teliti, sistematis dan terarah sehingga diperoleh informasi yang
lengkap mengenai permasalahan yang dihadapi pasien.
2. Bagi keluarga pasien : perlunya keterlibatan dan dukungan dari pasien serta
keluarganya selama proses terapi / penyembuhan.
3. Bagi pasien : pasien dianjurkan untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah
kondisi sakit yang diderita seperti gerakan membungkuk, mengangkat beban
yang terlalu berat, serta supaya tetap melanjutkan terapi apabila masih sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Lionel Ginsberg. 2007.Lecture Notes Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga

Chaitow. L.1980. Neuromuscular Techniques, a Proctitioner Guide to Soft Tissue


Manipulation

Richo.2016.Anatomi Vertebra Lumbal.


https://id.scribd.com/doc/309762905/Anatomi-Vertebra-Lumbal Diakses pada
tanggal 14 Maret 2018

Universitas Hasanuddin. 2015.Bahan Ajar IV Hernia Nukleus Pulposus.


https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-
4_Hernia-Nucleus-Pulposus.pdf Diakses pada tanggal 14 Maret 2018

Mithayani.2012.Massage dan tekniknya.


https://mithayani.wordpress.com/2012/05/31/massage-sebagai-perawatan-tubuh/.
Diakses pada tanggal 16 Mei 2018

Fisiopedia. 2017. Fisioterapi pada latihan penambahan ROM (Range Of Motion)


http://fisioterapipedia.blogspot.co.id/2017/11/fisioterapi-pada-latihan-rom-range-
of-motion.html. Diakses pada tanggal 15 Maret 2018

Prasetya, Faskal.2015.Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Hernia Nucleus


Pulposus Lumbal Di Rsud Saras Husada Purworejo.
http://eprints.ums.ac.id/36770/ Diakses pada tanggal 14 Maret 2018
Anshari, Riyadi and , Totok Budi S, S.Fis., MPH.2016.Penatalaksanaan Fisioterapi
Pada Kasus Hernia Nucleus Pulposus Lumbal 3 - 5 Dan Sacrum 1 Di RSUD
Sukoharjo. http://eprints.ums.ac.id/45266/15/BAB%20IV.pdf. Diakses pada
tanggal 14 Maret 2018

You might also like