Professional Documents
Culture Documents
OBSTRUKSI KRONIS
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
dan emfisema, karena dalam fase lanjut kedua penyakit ini sering
2. Klasifikasi PPOK
784 )
dua proses yang berbeda, tetapi kedua penyakit ini sering ditemukan
jumlah dan ukuran sel – sel goblet, dengan infiltrasi sel – sel radang
786 ).
lebih jarang ditemukan. Alveolus yang terletak pada bagian distal dari
oyopsi, paru akan tampak sangat membesar, paru – paru tetap terisi
subpleura yang terisi udara, serta bula, yaitu rongga parenkim paru
yang terisi udara dengan diameter lebih dari 1 cm. Selain itu rongga
ruftur alveoli. Bleb ini dapat pecah kedalam rongga pleura sehingga
yang dikenal dengan istilah pink puffers sampai blue bloaters. Tanda
klinis pink puffers adalah timbulnya dispnea tanpa disertai batuk dan
tidak bisa makan karena sesak sehingga tubuhnya semakin kurus dan
tanda klinis yang muncul berupa dada pasien tampak seperti tong,
fungsi. Akan tetapi, akhirnya timbul gejala dispnea pada waktu pasien
istilah blue bloaters. Pasien – pasien ini tidak mengalami dispnea saat
gambar berikut
Hipertrofi kelenjar
mukosa dan
peningkatan jumlah Penurunan kemampuan Duktus alveolaris
serta ukuran sel goblet untuk bekerja berlubang dan
beritegrasi
Keletihan Oksihaemoglobine
menurun
b. Rontgen dada
5. Pengobatan
merokok dan menghindari bentuk polusi udara atau allergen yang dapat
yang konstan. Tetapi tindakan ini perlu kehati – hatian terutama pada
pada pasien yang bernafas pada stimuli hipoksia ( Smeltzer C.S, 2002 ;
605 )
Data Subyektif :
a. Pasien mengeluh sesak nafas tanpa disertai batuk dan produksi
sputum yang berarti ( pada tahap awal perjalanan penyakit )
b. Kesulitan pernafasan terutama dirasakan saat mengeluarkan nafas
c. Pasien mengatakan sesak timbul pada usia 30 sampai 40 tahun dan
semakin lama semakin berat.
d. Pasien mengatakan kehabisan nafas sehingga pasien sampai tidak
bisa makan karena sesak
e. Pasien biasanya menderita batuk produktif dan berulang
mengalami infeksi saluran pernafasan ( pada tahap lanjut
perkembangan penyakit )
f. Timbul gejala sesak pada waktu pasien melakukan kegiatan fisik
g. Keadaan ini berlangsung selama bertahun – tahun
Data Obyektif
a. Pasien – pasien ini memperlihatkan gejala berkurangnya dorongan
untuk bernafas.
b. Rasio ventilasi / perfusi juga tampak sangat berkurang.
c. Tubuhnya semakin kurus dan tidak berotot.
d. Dada pasien tampak seperti tong
e. Diafrgma terletak rendah dan tidak dapat bergerak lancar
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungann dengan
bronkokontriksi, peningkatan pembentukan mucus, batuk yang
tidak efektif, dan infeksi brokopulmonal
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru, bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nausea, vomiting
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder
akibat peningkatan upaya pernafasan dan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, hipoksemia
g. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang
sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas yang rendah dan
ketidakmampuan untuk bekerja.
3. Intervensi Perawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
Tujuan perawatan : terjadi perbaikan dalam pertukaran gas,
dengan criteria : melaporkan penurunan
dispea, melaporkan perbaikan dalam laju
Intervensi Perawatan :
1) Berikan bronkodilator sesuai yang diindikasikan yang
diberikan secara intra vena, rectal atau inhalasi
Rasional : mendilatasikan jalan nafas dan membantu
menghilangkan udema dan spasme saluran pernafasan
2) Evaluasi efektifitas tindakan nebulizer dengan mengkaji
suaran nafas, dan tanda – tanda vital
Rasional : memudahkan dalam penentuan tindakan
perawatan selanjutnya
3) Instruksikan dan ajarkan pada pasien untuk melakukan
pernafasan diafragma dan batuk efektif
Rasional : memperbaiki ventilasi dengan membuka jalan
nafas dan membersihkan jalan nafas dari sputum sehingga
pertukaran gas diperbaiki.
4) Berikan oksigen dengan aliran rendah ( 1 – 2 liter / menit/24-
28 %)
Rasional : memperbaiki keadaan hipoksemia.
Intervensi Perawatan :
1) Adopsikan sikap penuh semangat kepada pasien dan berikan
dukungan moral
Rasional : dorongan semangat akan membangkitkan
kemauan pasien untuk melakukan sesuatu
2) Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi pasien
Rasional : meningkatkan rasa percaya diri pasien untuk
melakukan sesuatu
3) Ajarkan tekhnik relaksasi
Rasional : mengurangi tingkat stres pasien, sehingga pasien
optimis terhadap masa depannya
4. Pelaksanaan Perawatan
Pelaksanann tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
5. Evaluasi Perawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
Evaluasi perawatan : terjadi perbaikan dalam pertukaran gas
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungann dengan
bronkokontriksi, peningkatan pembentukan mucus, batuk yang
tidak efektif, dan infeksi brokopulmonal
Evaluasi perawatan : jalan nafas klirens/bersih
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru, bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas.
Evaluasi perawatan : terjadi perbaikan dala pola pernafasan
Suwondo Aryanto, 1991, Metode Inhalasi Sebagai Cara Terapi Masa Kini
Penyakit Paru Obstruktif, ditelusuri dari http//www.nebulizer-terapi masa
kini.com, ditelusuri pada tanggal 22 Juni 2010
Suyono Slamet dkk, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi
Ketiga Jakarta, Balai Penerbit FKUI