You are on page 1of 42

MINI PROJECT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN LAMA KERJA


DENGAN KEPATUHAN CUCI TANGAN PADA TENAGA MEDIS
DAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS JETIS 1 BANTUL

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh


Program Dokter Internship di Puskesmas Jetis 1 Bantul

Disusun Oleh
dr. Aida Yulia Amany

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA


KABUPATEN BANTUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

MINI PROJECT
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN LAMA KERJA
DENGAN KEPATUHAN CUCI TANGAN PADA TENAGA MEDIS
DAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS JETIS 1 BANTUL

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh


Program Dokter Internship di Puskesmas Jetis 1 Bantul

Disusun Oleh :
dr. Aida Yulia Amany

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal :


19 April 2018

Pendamping Dokter Intership

dr. Dian Kumalasari

Mengetahui
Kepala Puskesmas Jetis 1 Bantul

dr. Fauzan

ii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

petunjuk, kekuatan, dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Mini Project yang berjudul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Lama Kerja dengan Kepatuhan Cuci Tangan

Pada Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Jetis 1 Bantul” ini dapat

disusun dan diselesaikan dengan baik.

Laporan Mini Project ini disusun guna untuk memenuhi salah satu syarat

dalam program internship. Adapun tujuan lain dari penulisan Mini Project ini adalah

untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan lama kerja dengan kepatuhan

cuci tangan pada tenaga medis dan tenaga kesehatan di Puskesmas Jetis 1 Bantul.

Penulisan Mini Project ini dapat terwujud tentu saja tidak lepas dari bimbingan,

pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima

kasih kepada:

1. dr. Fauzan selaku Kepala Puskesmas Jetis 1 Bantul, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Mini Project

2. dr.Dian Kumalasari selaku pembimbing Program Internship yang telah

memberikan saran, waktu dan bimbingan dalam penyusunan Mini Project ini.

3. dr.Fitriana Y.U. yang telah memberikan waktu, saran dalam pelaksanaan dan

penyusunan Mini Project ini.

iii
4. Segenap tenaga medis dan tenaga kesehatan di Puskesmas Jetis 1 Bantul yang

telah bersedia mengikuti penelitian Mini Project ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam menyelesaikan Mini Project ini.

Penulis menyadari bahwa Mini Project ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk

mendukung penyempurnaan Mini Project ini. Akhir kata, penulis mengharapkan Mini

Project ini dapat diterima dan bermanfaat.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Bantul, April 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

MINI PROJECT .......................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5


A. TINJAUAN TEORI .................................................................................... 5
B. Kerangka Teori .......................................................................................... 14
C. Hipotesis ................................................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 16


A. Desain Penelitian ...................................................................................... 16
B. Populasi dan Sampel ................................................................................. 16
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................... 17
D. Instrumen Penelitian ................................................................................. 21
E. Pengumpulan Data .................................................................................... 21
F. Analisis Data.......................................................................................... 22
G. Etika Penelitian ......................................................................................... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 23


A. Karakteristik Responden ........................................................................... 23
B. Analisis Univariat ..................................................................................... 24
C. Analisis Bivariat ........................................................................................ 26
D. Pembahasan ............................................................................................... 28

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 34


A. Kesimpulan ............................................................................................... 34
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 34
C. Saran ......................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 36

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia kesehatan tidak bisa terlepas dari keselamatan pasien, yang

merupakan suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang aman untuk pasien. Pada tahun 2009, World Health

Organization (WHO) mencetuskan global patient safety challenge dengan

clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand

hygiene untuk tenaga kesehatan dengan metode my five moments for hand

hygiene. Tenaga kesehatan akan melakukan kontak langsung dari satu pasien

ke pasien lain. Selain itu tenaga kesehatan juga akan melakukan kontak pada

perlengkapan atau permukaan benda yang telah terkontaminasi. Tenaga

kesehatan dan tenaga medis sering berkontak dengan pasien yang juga sebagai

media transmisi mikroorganisme yang telah mengontaminasi tenaga kesehatan

dan tenaga medis.

Hand hygiene adalah proses pembersihan kotoran dan mikroorganisme

pada tangan yang di dapat melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan

lain dan permukaan lingkungan (flora transien) dengan menggunakan sabun

atau antiseptik dibawah air mengalir atau menggunakan hand rub berbasis

alkohol. Salah satu tindakan yang dapat atau memungkinkan masuknya

mikroorganisme kedalam tubuh melalui tindakan invasif di rumah sakit.

1
2

Tindakan invasif merupakan suatu tindakan memasukkan alat

kesehatan kedalam tubuh pasien, antara lain dengan membuat tusukan, incisi

pada kulit atau memasukkan insersi instrument (benda asing) kedalam tubuh.

Puskesmas sebagai penyedia fasilitas kesehatan seringkali melakukan

tindakan invasif pada pasien, sehingga harus diperhatikan pelaksanaan hand

hygiene oleh petugas kesehatan.

Di fasilitas pelayanan kesehatan kebiasaan cuci tangan petugas

merupakan perilaku yang mendasar sekali dalam upaya mencegah cross

infection (infeksi silang). Hal ini mengingat tempat pelayanan kesehatan

sebagai tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun

tidak menular (Musadad, Lubis, & Kasnodihardjo, 1993). Karena itu seluruh

petugas kesehatan yang bekerja di tempat pelayanan kesehatan seharusnya

mengetahui pentingnya pencegahan infeksi silang (nosokomial). Sebagian

besar infeksi dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia yaitu dengan

cuci tangan (Tietjen, Bossemeyer, & McIntosh, 2004).

Perilaku cuci tangan perawat merupakan salah satu faktor yang

mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan petugas kesehatan dalam

pencegahan terjadinya infeksi nosokomial. Petugas kesehatan memiliki andil

yang sangat besar terhadap terjadinya infeksi nosokomial karena mereka

berinteraksi secara langsung dengan pasien (RSPI Sulianti Saroso, 2005).

Indikasi untuk kebersihan dan kesehatan tangan sudah dipahami dengan baik,

akan tetapi pedoman untuk praktiknya sulit untuk dilakukan. Kegagalan untuk
3

melakukan kebersihan tangan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap

sebagai sebab utama terjadinya penyebaran multiresistensi di fasilitas

palayanan kesehatan dan telah di akui sebagai kontributor yang penting

terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002).

Banyak faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan di

kalangan petugas kesehatan. Menurut Tohamik (2003) dalam penelitiannya

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap tindakan

pencegahan adalah faktor karakteristik individu (jenis kelamin, umur, jenis

pekerjaan, masa kerja, tingkat pendidikan), faktor psikososial (sikap terhadap

penyakit, ketegangan kerja, rasa takut dan persepsi terhadap resiko), faktor

organisasi manajemen, faktor pengetahuan, faktor fasilitas, faktor motivasi

dan kesadaran, faktor tempat tugas, dan faktor bahan cuci tangan terhadap

kulit.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan antara Pengetahuan dan Lama Kerja dengan Kepatuhan

Cuci Tangan pada Tenaga Medis di Puskesmas Jetis 1 Bantul”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan

rumusan masalah yang akan diteliti yaitu apakah terdapat hubungan antara

pengetahuan dan lama kerja dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga medis

di Puskesmas Jetis 1 Bantul ?


4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan

lama kerja dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga medis di Puskesmas

Jetis 1 bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan sumbangan pengembangan

dan penyempurnaan ilmu pengetahuan yang sudah ada.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk peningkatan

keselamatan pasien sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen

Puskesmas Jetis 1 Bantul sakit untuk meningkatkan kepatuhan cuci tangan

pada tenaga medis dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil

pengetahuan seseorang terhadapp obyek melalui indera yang dimilikinya.

Pada waktu penginderaan akan menghasilkan pengetahuan. Dimana hal

ini sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

obyek. (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh

dari pengalaman sendiri atau dari berbagai macam sumber, misalnya

media massa, media elektronik, media elektronik, buku petunjuk, poster,

kerabat dekat dan sebagainya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour), karena perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (2002)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam

diri orang tersebut terjadi proses yaitu (Notoatmodjo, 2003) :

1) Awarness (Kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2) Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik terhadap

stimulus.

5
6

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial (mencoba), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Sunaryo (2002) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1) Know (tahu)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatukan dan sebagainya.

2) Comprehension (memahami)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

tentang objek yang diketahui orang yang telah faham terhadap objek

atau materi yang harus dijelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek.

3) Application (aplikasi)

Aplikasi artinya kemampuan menggunakan materi yang telah


7

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Misalkan dapat

menggunakan prinsip – prinsip siklus pemecahan masalah di dalam

pemilahan kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analysis (analisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masalah di dalam

suatu struktur organisasi masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Syntesis (sintesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat

menyusun, dapat memecahkan, dapat menjelaskan, dapat

menyesuaikan terhadap teori atau rumusan yang ada.

6) Evaluation (evaluasi)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau suatu objek atau memberi

penilaian berdasar suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria

yang ada.
8

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Pengalaman

Pengalaman merupakan hasil sentuhan alam dengan panca indera yang

dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi wawasan atau pengetahuan

seseorang. Dengan demikian seseorang dengan tingkat pendidikan

lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas.

3) Keyakinan

Keyakinan umumnya diperoleh secara turun temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini dapat

mempengaruhi pengetahuan sesorang, baik yang sifatnya positif

maupun negatif.

4) Fasilitas

Fasilitas merupakan sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, misalnya televisi, majalah, koran, buku, dan

sebagainya.

5) Penghasilan

Penghasilan mempengaruhi seseorang dalam penyediaan fasilitas –


9

fasilitas sumber informasi yang beragam memungkinkan seseorang

untuk memiliki pengetahuan yang lebih beragam juga.

6) Sosial Budaya

Kebudayaan dan kebiasaan yang dianut dalam keluarga akan

mempengaruhi sikap seseorang terhadap sesuatu.

2. Kepatuhan

a. Definisi

Menurut kamus Bahasa Indonesia, kepatuhan adalah suka menurut

perintah, taat kepada perintah aturan, berdisplin, sifat patuh, ketaatan.

Menurut Herb Kelman (1985), kepatuhan dimulai dari tahap individu

mematuhi anjuran tanpa kerelaan karena takut hukuman atau sangsi.

Tahap identifikasi adalah kepatuhan karena merasa diawasi. Tahap

internalisasi adalah tahap individu melakukan sesuatu karena

memahami makna, mengetahui pentingnya mencuci tangan.

Menurut Sarwono (1993), bahwa patuh menghasilkan perubahan

tingkah laku yang sementara, dan individu cenderung kembali

berpandangan semula.

b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Menurut Notoadmojo (2003) kepatuhan dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor sebagai berikut :


10

1) Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendorong yang terwujud dalam bentuk sikap petugas

kesehatan.

3) Faktor pendukung yang terwujud dalam ketersediaan fasilitas dan

sarana.

Menurut model teori perubahan terencana, faktor-faktor yang

memendukung kepatuhan seseorang untuk melakukan sesuatu

tindakan sebagaimana yang dikemukan oleh Godin dan Kok (1995),

meliputi:

a) Faktor sikap positif.

b) Adanya aturan yang subjektif.

c) Adanya persepsi positif.

Menurut model teori perubahan terencana, kepatuhan cuci tangan

dipengaruhi oleh sikap yang positif terhadap cuci tangan, adanya

aturan cuci tangan yang harus diikuti oleh tenaga medis, serta adanya

persepsi yang baik terhadap cuci tangan.

Menurut Katz bahwa faktor faktor yang berpengaruh terhadap

kepatuhan antara lain adalah :

a) Pengetahuan

Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar dalam bidang


11

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap profesional, yang

dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang terakreditasi oleh

lembaga yang berwenang. Pendidikan yang dimaksud adalah

pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan

non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan normal yang

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan

dan pelatihan adalah salah satu jenis pendidikan non formal yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan

ketrampilan seseorang dalam bidang tertentu.

b) Pengetahuan

Praktek suatu keprofesian memerlukan suatu dasar pengetahuan

dari praktek dan pengetahuan ilmiah. Pengembangan ilmu ini

penting bagi profesi tenaga medis, karena tenaga medis yang

melakukan tindakan atas dasar suatu pengetahuan dan informasi

secara ilmiah akan menjadi tenaga medis profesional dan

mempunyai tanggung jawab yang besar pada klien serta akan

membantu meningkatkan pencapaian identitas profesi (Nursalam,

2000).
12

c) Ketrampilan merupakan suatu pemahaman si subyek terhadap

suatu objek, dan pemahaman itu dipraktekkan secara berulang

sehingga menjadi suatu tindakan. Seseorang yang terampil berarti

dia menguasai dalam bidang tersebut. Ketrampilan terdiri dari

beberapa tahap : tahap preinteraksi, tahap orientasi, tahap kerja,

dan tahap evaluasi.

d) Fasilitas

Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam suatu tindakan atau

organisasi diperlukan fasilitas yang lengkap, dan sebelumnya

sudah harus dipersiapkan.

e) Prosedur

Proses yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.

Prosedur ini merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan

secara berurutan dalam melakukan tindakan.

3. Cuci Tangan

a. Definisi

Menurut CDC (2002), cuci tangan adalah cara-cara umum yang

diterapkan secara rutin dalam mencuci tangan dengan cairan

antiseptik, melumuri tangan dengan alcohol, atau mencuci tangan

dengan antiseptik bedah. Ada dua hal yang mendasar dari pengertian

tersebut yaitu:
13

a. Mencuci tangan secara rutin dengan menggunakan cairan antiseptik

atau dengan sabun anti bakteri dan menggunakan air yang mengalir;

b. Melumuri tangan dengan larutan yang berbasis alkohol dimana

seluruh permukaan tangan di lumuri dengan alcohol lalu di keringkan.

Penerapan kedua prosedur mencuci tangan tersebut diharapkan

oleh dapat dijadikan sebagai aturan yang harus diikuti oleh para tenaga

kesehatan dan tenaga medis yang bekerja di pelayanan kesehatan.

b. Waktu Cuci Tangan

Rekomendesi dari WHO (2009) dan kampanye cuci tangan dari

Canadian Patient Safety campaign 2012, cuci tangan di pelayanan

kesehatan harus dilakukan dengan lima waktu yaitu : (1) sebelum

menyentuh/memeriksa pasien: (2) Sebelum dan setelah melakukan

prosedur aseptik/pembersihan; (3) Setelah terpapar cairan tubuh

pasien; (4) menyentuh /memeriksa pasien; (5) Setelah menyentuh

sekeliling pasien.

WHO (2012) menekankan pentingnya cuci tangan untuk

kepentingan keselamatan pasien dengan moto “bersihkan tangan

terlebih dahulu (Clean your hand initiative)”, karena tangan petugas

kesehatan sebagai salah satu penyebab penyebaran penyakit infeksi,

keadaan ini merupakan masalah yang dihadapi oleh berbagai Negara.

Kejadian infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan


14

merupakan masalah besar dan mengancam keselamatan pasien, maka

sangat penting bagi komunitas pelayanan kesehatan untuk melakukan

upaya pencegahan infeksi dengan mencuci tangan dengan baik.

B. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat dikemukakan kerangka teori penelitian seperti tersaji dalam gambar

berikut ini :

Pengetahuan Kepatuhan

Faktor yang Faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi
pengetahuan : kepatuhan :
1. Pengalaman 1. Pendidikan
(lama kerja) 2. Pengetahuan
2. Pendidikan 3. Ketrampilan
3. Keyakinan 4. Fasilitas
4. Fasilitas 5. Prosedur
5. Penghasilan
6. Sosial budaya
15

C. Hipotesis

Hipotesis yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah :

a. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan cuci tangan pada

tenaga medis di puskesmas Jetis 1.

b. Ada hubungan lama kerja dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga

medis di puskesmas Jetis 1.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain studi atau rancangan penelitian yang digunakan adalah cross

sectional. Cross Sectional merupakan suatu desain penelitian yang dilakukan

dengan tujuan untuk mempelajari adanya suatu dinamika hubungan antara

faktor risiko dengan efek. Peneliti melakukan pengukuran variabel

independen dan variabel dependen pada subyek penelitian dalam waktu yang

bersamaan.

Dalam penelitian ini, pengetahuan dan lama kerja sebagai faktor

koinsiden yaitu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan

sehingga perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap kepatuhan cuci tangan.

Observasi atau pengukuran pada variabel independen (pengetahuan dan lama

kerja) dan variabel dependen (kepatuhan cuci tangan) dilakukan sekali dalam

waktu yang sama.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan dan tenaga

medis di Puskesmas Jetis 1 Bantul.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan dan tenaga medis

di Puskesmas Jetis 1 Bantul yang sesuai dengan kriteria pembatas berikut :

16
17

a. Kriteria Inklusi

1) Tenaga kesehatan dan tenaga medis di Puskesmas Jetis 1

Bantul

b. Kriteria Eksklusi

1) Tenaga kesehatan dan tenaga medis yang tidak berhubungan

langsung dengan pasien.

2) Data yang diperoleh kurang lengkap.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total

sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari

100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Puskesmas Jetis 1 Bantul pada bulan Februari

– April 2018.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel independen : Pengetahuan dan lama kerja

b. Variabel dependen : Kepatuhan cuci tangan


18

2. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala

Pengetahuan Tingkat pengetahuan (Know) tenaga kesehatan dan Dengan Kuesioner Tingkat Ordinal
tenaga medis tentang cuci tangan meliputi definisi, menggunak pengetahuan
tujuan, macam, indikasi untuk melakukan cuci an berdasarkan
tangan, dan prosedur cuci tangan. Waridjan (1999)
kuesioner
yaitu :
yang
a. Tingkat
bejumlah 7
pengetahuan
pernyataan
baik bila skor
yang benar antara 80-
berbentuk 100%
optional b. Tingkat
choice, bila pengetahuan
jawaban cukup bila skor
benar diberi benar antara
60-79%
19

skor 1 dan c. Tingkat


bila jawaban pengetahuan

salah diberi kurang bila skor


benar < 60%
skor 0.
Lama Kerja Lama kerja tenaga kesehatan dan tenaga medis yang Kuesioner 1. < 10 tahun Nominal
ditentukan dengan SK pegawai. 2. > 10 tahun
Kepatuhan Kepatuhan melakukan cuci tangan adalah tindakan Dengan Kuesioner Tingkat kepatuhan Ordinal
cuci tangan cuci tangan yang dilakukan oleh perawat sebelum menggunak mencuci tangan
dan sesudah melakukan tindakan terhadap pasien an dikategorikan
menjadi:
kuesioner
a. patuh bila total
yang
skornya 16 - 28
berjumlah 7
b. tidak patuh bila
pernyataan.
total skornya 7 - 15
Bila
memilih
jawaban
selalu diberi
nilai 4,
hampir
20

selalu
diberi nilai
3, jarang
diberi nilai
2 dan tidak
pernah
diberi nilai
1.
21

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang diisi oleh

tenaga kesehatan dan tenaga medis di Puskesmas Jetis 1 Bantul. Kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden. Bentuk kuesioner ini bersifat tertutup yaitu

responden tinggal memberi tanda terhadap alternatif jawaban yang

memperoleh data tentang pengetahuan lama kerja, dan kepatuhan cuci tangan.

Alasan penggunaan kuesioner tertutup adalah untuk memudahkan responden

menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

Pengambilan dan pencatatan data hasil kuesioner dalam penelitian ini

dilakukan oleh peneliti.

E. Pengumpulan Data

Langkah – langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini :

1. Penyusunan dan pengajuan judul penelitian.

2. Pencarian dan pengumpulan data.

Pencarian dan pengumpulan data dilakukan dengan menyebar

kuesioner pada tenaga kesehatan dan tenaga medis di Puskesmas Jetis 1

Bantul.

3. Pengolahan dan penyusunan data.

Data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan

paket program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis

data penelitian.
22

F. Analisis Data

Pengolahan data dikerjakan dengan komputer. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dari setiap variabel yang akan diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel dalam populasi dimana dalam hal ini hipotesis peneliti adalah

ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan lama kerja dengan

kepatuhan cuci tangan pada tenaga medis, maka untuk membuktikan

hipotesis ini peneliti menggunakan uji chi-square dengan alpha = 0,05.

Uji untuk mengetahui H0 ditolak atau diterima, dengan ketentuan

apabila p value ≤ a maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang

bermakna. Jika p value > a maka H0 diterima, artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antar variabel.

G. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti

merahasiakan data identitas subyek. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti

meminta perijinan dari pihak Puskesmas Jetis 1 Bantul dan subyek yang akan

diikutsertakan dalam penelitian ini terlebih dahulu.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Distribusi Umur Responden

Hasil pengkodingan data umur responden diketahui umur termuda

adalah 30 tahun dan tertua adalah 57 tahun. Selanjutnya distribusi

frekuensi responden menurut umur disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur

Umur Responden Jumlah Presentasi


20 - 30 2 9%
31 - 40 8 33%
41 - 50 8 33%
51 tahun ke atas 6 25%
Jumlah 24 100%

Berdasarkan tabel 4 nampak bahwa rata – rata umur responden

berkisar 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 2 responden (9%), selanjutnya

berusia 31 – 40 tahun dan 41 – 50 tahun masing – masing sebanyak 8

responden (33%), dan usia 51 tahun ke atas sebanyak 6 responden

(25%).

2. Distribusi Frekuensi Responden menurut Jenis Kelamin

Hasil tabulasi data responden menurut jenis kelamin disajikan pada

tabel berikut

23
24

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase


laki-laki 3 12,5%
perempuan 21 87,5%
Jumlah 24 100%

Berdasarkan tabel tentang vjenis kelamin menunjukkan mayoritas

responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 responden

(87,5%), dan laki – laki sebanyak 3 responden (12,5%).

B. Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan

Data tentang pengetahuan responden diperoleh dari jawaban

responden terhadap kuesioner pengetahuan. Hasil jawaban tentang

pengetahuan selanjutnya dibagi dalam tiga kategori, yaitu pengetahuan

baik, sedang, dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24

responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan dalam

kategori sedang, yaitu sebanyak 12 responden (50%), responden yang

memiliki pengetahuan dalam kategori baik yaitu sebanyak 8 responden

(33,3%), dan responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori

kurang yaitu sebanyak 4 responden (16,7%).

Distribusi responden menurut pengetahuan disajikan pada tabel

berikut.
25

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan

Pengetahuan Jumlah Presentase


Baik 8 33,3%
Sedang 12 50%
Kurang 4 16,7%
Jumlah 24 100%

2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Masa Kerja

Masa kerja responden dalam analisis ini dibagi dalam dua

kategori yaitu masa kerja kurang dari sama dengan 10 tahun dan di

atas 10 tahun.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 24 responden,

sebagian besar responden yaitu 17 responden (70,8%) memiliki masa

kerja lebih dari 10 tahun sedangkan sebanyak 7 responden (29,2%)

memiliki masa kerja kurang dari sama dengan 10 tahun.

Distribusi frekuensi responden menurut masa kerja disajikan

pada tabel berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Masa Kerja

Masa Kerja Responden Jumlah Presentase


≤ 10 tahun 7 29,2%
>10tahun 17 70,8%
Jumlah 24 100%

3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepatuhan

Data tentang kepatuhan diperoleh dari kuesioner yang diisi

oleh responden. Hasil observasi kepatuhan selanjutnya dibagi dalam


26

dua kategori, yaitu tidak patuh dan patuh.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 24 responden,

sebagian besar yaitu sebanyak 20 responden (83,3%) adalah patuh

dan sisanya sebanyak 4 responden (16,7%) tidak patuh.

Distribusi responden menurut kepatuhan disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden menurut Kepatuhan

Kepatuhan Jumlah Persentase


Tidak Patuh 4 16,7%
Patuh 20 88,3%
Jumlah 24 100%

C. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel untuk membuktikan hipotesis penelitian. Analisis bivariat

digunakan untuk antara variabel independen yaitu pengetahuan dan lama

kerja dengan variabel dependen yaitu kepatuhan cuci tangan. Untuk itu

dilakukan analisis bivariat dengan uji statistik alternatif chi – square

dengan tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05). Berikut ini adalah hasil analisis

bivariat antara pengetahuan dan lama kerja dengan kepatuhan cuci

tangan.
27

Tabel 7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan


Cuci Tangan
Tingkat Kepatuhan
Tingkat Jumlah
Patuh Tidak Patuh P value
Pengetahuan
n % n % n %
Kurang 2 8,3% 2 8,3% 4 16.7% 1

Sedang 11 45.8% 1 4.2% 12 50%

Baik 7 29.2% 1 4.2% 8 33.3%


Jumlah 20 83.3% 4 16.7% 24 100%

Berdasarkan data pada tabel di atas, pengetahuan tenaga kesehatan dan

tenaga medis di puskesmas jetis 1 bantul berdasarkan kategori

tingkatannya yaitu pengetahuan kurang, tenaga kesehatan dan tenaga

medis yang memiliki tingkat kepatuhan „patuh‟ dan tingkat kepatuhan

„tidak patuh‟ adalah sama yaitu masing – masing sebanyak 2 responden

(8.3%). Untuk kategori tingkat pengetahuan sedang, jumlah responden

yang patuh (45.8%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

tidak patuh (4.2%). Sedangkan pada kategori tingkat pengetahuan baik,

jumlah responden yang patuh (29.2%) juga lebih banyak dibandingkan

dengan responden yang tidak patuh (4.2%). Setelah diuji dengan uji

statistik alternatif chi – square didapatkan nilai p=1 (nilai p > 0,05)

sehingga menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik,

atau artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat

pengetahuan dengan kepatuhan cuci tangan.


28

Tabel 8. Hubungan Lama Kerja dengan Kepatuhan Cuci Tangan


Tingkat Kepatuhan
Jumlah
Lama Kerja Patuh Tidak Patuh P value
n % n % n %
≤ 10 tahun 6 25% 1 4,2% 7 29.2% 1
> 10 tahun 14 58.3% 3 12.5% 17 70.8%
Jumlah 20 4 24 100%

Berdasarkan data pada tabel di atas, tenaga kesehatan dan

tenaga medis di puskesmas jetis 1 bantul berdasarkan lama kerja < ≤

10 tahun, jumlah responden yang patuh lebih banyak yaitu 6

responden (25%) dibandingkan dengan responden yang tidak patuh

yaitu sebanyak 1 (4.2%) responden. Untuk lama kerja > 10 tahun,

jumlah responden yang tidak patuh lebih sedikit, yaitu 3 responden

(12,5%) dibandingkan dengan responden yang patuh yaitu sebanyak

14 responden (58,3%). Setelah diuji dengan uji statistik alternatif chi –

square didapatkan nilai p=1 (nilai p < 0,005) sehingga menunjukkan

perbedaan yang tidak bermakna secara statistik, atau artinya tidak

terdapat hubungan bermakna antara lama kerja pecah dini dengan

kepatuhan cuci tangan.

D. Pembahasan

1. Pembahasan Tingkat Pengetahuan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan

Tentang Cuci Tangan

Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan menunjukkan

bahwa sebagian besar memiliki pengetahuan dalam kategori sedang tentang


29

cuci tangan. Pengetahuan dari para tenaga medis dan tenaga kesehatan tentang

cuci tangan secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

tingkat pendidikan, pengalaman, informasi, dan lain – lain. Tingkat

pengetahuan yang sedang tersebut dapat terjadi karena latar belakang tingkat

pendidikan. Hoyt dan Miskel (Sugiyono 2009), mengemukakan bahwa

pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial aksiden

manusia, karena pengetahuan adalah buah dari “berpikir”.

Pengetahuan manusia diperoleh melalui persepsinya terhadap stimulus

dengan menggunakan alat indra, hasil persepsi berupa informasi akan

disimpan dalam sistem memori untuk diolah dan diberikan makna,

selanjutnya informasi tersebut digunakkan (retrieval) pada saat diperlukan.

Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan mengoptimalkan

kemampuan perseptual dan perhatiannya serta mengatur penyimpanan

informasi secara tertib.

Pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil upaya mencari tahu yang

terjadi setelah individu tersebut melakukan penginderaan. Penginderaan

melalui berbagai alat indra akan tetapi sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan atau kognitif merupakan

dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang atau

over behaviour. Pada kenyataannya, perilaku yang didasari pengetahuan akan

lebih langgeng daripada perilaku yang tanpa didasari dengan pengetahuan.


30

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tenaga medis dan tenaga kesehatan

sebagaimana pendapat Etjang (2009), bahwa untuk menambah pengetahuan

dan ketrampilan maka pelatihan yang berupa seminar, diskusi, dan workshop

sangat penting dilakukan untuk jenis pekerjaan yang menuntut ketrampilan

baru, sehingga dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan tanggung

jawab kerja.

2. Pembahasan Lama Kerja Responden

Distribusi masa kerja responden sebagaimana data berdasarkan tabel

nampak bahwa rerata masa kerja responden sebagian besar responden yaitu 17

responden (70,8%) memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun sedangkan

sebanyak 7 responden (29,2%) memiliki masa kerja kurang dari sama dengan

10 tahun.

Lama kerja menunjukkan waktu yang dilalui seseorang dalam bekerja

yang dihitung mulai bekerja dalam suatu organisasi dan menduduki jabatan

tertentu. Lama kerja seorang tenaga medis dan tenaga kesehatan akan

mempengaruhi tingkat kesiapan dalam menjalankan tugas yang akan

diembannya. Namun adanya faktor – faktor lain yang mempengaruhi

pelaksanaan cuci tangan seperti pengetahuan dan ketrampilan sehingga lama

kerja seorang tenaga medis atau tenaga kesehatan tidak selalu menyebabkan

mereka semakin baik dalam menjalankan tugas yang diembannya.


31

3. Hubungan Pengetahuan dan Kepatuhan Cuci Tangan

Tabulasi silang hubungan pengetahuan dan kepatuhan cuci tangan

menunjukkan hasil tidak adanya hubungan bermakna dengan nilai signifikan

P=1. Didapatkannya tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan

kepatuhan cuci tangan mungkin disebabkan karena beberapa hal yang

berpengaruh dalam pembentukan kepatuhan. Deviasi kepatuhan yang ditinjau

dari tingkat pengetahuan tersebut disebabkan adanya beberapa faktor lain

yang turut mempengaruhi tingkat kepatuhan tenaga medis dan tenaga

kesehatan dalam praktek cuci tangan. Faktor – faktor tersebut antara lain

lingkungan kerja, pelatihan ketrampilan, dan faktor psikososial, selain itu,

menurut Notoadmojo (2003) kepatuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Pengetahuan termasuk dalam faktor predisposisi, selain itu sikap,

keyakinan, dan nilai nilai juga termasuk dalam faktor ini. Selain itu juga ada

faktor pendorong yang terwujud dalam bentuk sikap petugas kesehatan, dan

faktor pendukung yang terwujud dalam ketersediaan fasilitas dan sarana yang

tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Elshafi dkk (1995) tentang The

relationship between the knowledge of nursing staff and their compliance to

universal precaution of hepatitis B viral infection dalam Journal Egypt Public

Health Association yang mana salah satu elemen dari kewaspadaan universal

adalah praktek cuci tangan, penelitian yang dilakukan di Rumah sakit Tanta

Fever dengan menggunakan interview melalui kuesioner ini memiliki hasil


32

yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan kinerja

tenga kesehatan, dan tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat, dengan

pengalaman kerja kurang dari 5 tahun menunjukkan kinerja yang lebih baik

dari yang memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun. Penelitian ini

menggambarkan perlunya peningkatan pengetahuan dan intervensi pelatihan

pada petugas kesehatan.

4. Hubungan Lama Kerja dan Kepatuhan Cuci Tangan

Tabulasi silang hubungan lama kerja dan kepatuhan cuci tangan

menunjukkan hasil tidak adanya hubungan bermakna dengan nilai signifikan

P=1. Didapatkannya tidak ada kecenderungan tenaga medis dan tenaga

kesehatan dengan masa kerja lebih lama memiliki kepatuhan yang lebih baik

dari pada tenaga medis dan tenaga kesehatan dengan masa kerja lebih singkat,

dan sebaliknya.

Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana

pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama

masa kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri

dengan pekerjaannya. Seseorang akan mencapai kepuasan tertentu bila sudah

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin lama karyawan

bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka. Para

karyawan yang relatif baru cenderung kurang terpuaskan karena berbagai

pengharapan yang lebih tinggi (Martini, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh S.E. Ho dkk yang dilakukan di Rumah

Sakit Klang Valley, Malaysia pada tahun 2013 dalam jurnal yang berjudul
33

Nurses compliance to hand hygiene Practice and Knowldege at Klang Valley

Hospital menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja mempengaruhi

peningkatan kepatuhan dalam hand hygiene. Namun pada jurnal tersebut,

sebagian besar perawat dengan masa kerja lebih lama telah menerima

pelatihan hand hygiene dibandingkan dengan perawat baru yang mana belum

terpapar pelatihan hand hygiene.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian

yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dan kepatuhan

cuci tangan pada tenaga medis dan tenaga kesehatan di Puskesmas Jetis 1

dengan P = 1.

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kepatuhan cuci tangan pada tenaga medis dan tenaga kesehatan di

Puskesmas Jetis 1 dengan P = 1.

B. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi penelitian

ini yaitu:

1. Peneliti hanya meneliti faktor pengetahuan dan masa kerja kaitannya

dengan kepatuhan tenaga medis dan tenaga kesehatan dalam hal cuci

tangan. Masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci

tangan yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti fasilitas,

ketrampilan, prosedur, dan sosial budaya.

2. Sulitnya mengetahui kesungguhan responden dalam pengisian kuesioner.

34
35

3. Pengumpulan data dalam penelitian ini hanya berdasarkan hasil isian

kuesioner sehingga unsur kurang objektif dalam proses pengisian

kuesioner tidak dapat dihindari.

4. Kuesioner menggunakan pertanyaan dan pernyataan tertutup, hasil yang

didapat akan lebih baik jika seandainya disertai dengan pengambilan data

dengan interview dengan pertanyaan terbuka maupun observasi perilaku.

C. Saran

1. Bagi Puskesmas Jetis 1, walaupun hasil penilitian tidak menunjukkan hasil

yang signifikan antara hubungan pengetahuan dan lam kerja terhadap

kepatuhan cuci tangan, namun faktor pengetahuan merupakan salah satu

elemen yang harus diperhatikan. Dalam rangka meningkatkan

pengetahuan, tenaga medis dan tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan

mengadakan program refresh peningkatan pengetahuan seperti pelatihan,

seminar, workshop, dan lain-lain.

2. Bagi penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

waktu yang lebih lama dan alat evaluasi yang lebih memadai untuk

mendapatkan karakteristik data yang lebih luas serta dapat meneliti

tentang faktor ˗ faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat kepatuhan

cuci tangan pada tenaga medis dan tenaga kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Purwanti, Eni, dkk. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Petugas Kesehatan
dengan Penerapan Teknik Mencuci Tangan Secara Benar”. Dikutip dari http://
www.lib.unri.ac.id (diakses 02 Maret 2018).

Rifaha, Dewi, 2010. Faktor-Faktor Apa Saja yang Berhubungan dengan Tingkat
Kepatuhan Cuci Tangan Perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Dikutip dari http:// www. digilib.unimus.ac.id (diakses 2 Maret 2018).

Supriyantoro. 2014. Tekan infeksi di Rumah Sakit Dokter dan Perawat diharuskan
Cuci Tangan. Dikutip dari http:// www. jelajahkesehatan.com (diakses 3 Maret 2018).

Wulan, Witta. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. Dikutip dari


http:// www. digilib.unimus.ac.id (diakses 3 Maret 2018).

World Health Organization.2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care:


First Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care (diakses 1 Maret
2018).

World Health Organization. 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health


Care: a Summary, First Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care
(diakses 3 Maret 2018).

Notoadmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Saifudddin Azwar. 2005. Sikap Manusia, Teori dan pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Wawan & Dewi M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen


Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 2013

36

You might also like