You are on page 1of 21

MATERI KEPERAWATAN JIWA 7 KONSEP

A. HARGA DIRI RENDA

1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Harga diri rendah disertai oleh evaluasi diri yang
negatif, membenci diri sendiri dan menolak diri. Harga diri rendah adalah kesadaran dimana
individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau
diri (Carpenito: 2000: 352).

2. Faktor Predisposisi dan Prespitasi


1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang memiliki harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan peran
kerja, harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan orang
tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial.

3. Faktor Presipitasi
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi
c. Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran dan kematian
4. Tanda dan Gejala
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Keliat (1992: 10). Tanda dan gejala yang
ditemukan pada individu harga diri rendah :

1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.


2. Merendahkan atau mengurangi martabat
3. Rasa bersalah dan khawatir
4. Manifestasi fisik
5. Menunda keputusan
6. Gangguan berhubungan
7. Menarik diri dari realitas
8. Merusak diri
9. Merusak atau melukai orang lain

5. Penatalaksanaan dan Tindakan Keperawatan


Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada klien dengan gangguan konsep
diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan yang terdiri dari :

1. Persepsi
2. Kesadaran klien akan emosi dan perasaan
3. Menyadari masalah dan perubahan sikap

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan adalah untuk mencari data fokus yang mengejek,
mengkritik diri sendiri, merendahkan martabat, menolak kemampuan yang dimiliki, rasa
bersalah khawatir menghukum diri sendiri, mengalami gejala fisik, gangguan
penggunaan zat, menunda keputusan/ dalam menmgambil keputusan, sulit bergaul,
menarik diri dari realita, cemas, panas, cemburu, kebenaran, dan penilaian diri sendiri.

Data Subjektif:

- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Objektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri atau ingin mengkhiri hidup.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak
tercapai.
C. Perencanaan (terlampir)

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan dan perencanaan keperawatan.

1. Meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya


2. Membantu klien untuk menerima pikiran dan perasaan.
3. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif dari klien
4. Membantu dalam bekerja sesuai dengan kemampuan
5. Menciptakan lingkungan yang nyata, aman.

E. Evaluasi
Riyadi & Teguh (2009) menyatakan bahwa dalam tahap evaluasi ini klien dan keluarga
agar dapat melihat perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara perilaku
yang adaptif. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi:

2. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah berkurang?
3. Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan persetujuan diri
yang lebih besar?

B. BUNUH DIRI
1. Pengertian
Bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk mengakhiri
kehidupan.

2. Etiologi
Penyebab terjadinya resiko bunuh diri salah satunya adalah karena gangguan konsep diri:
harga diri rendah. Menurut Schult & Videbeck (2003) gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung.Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Keliat, 2009).

3. Akibat
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Keras dan menuntut.
c. Mendekati orang lain dengan ancaman.
d. Memberi kata-kata ancaman.
e. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.
f. Rencana melukai diri sendiri dan orang lain

4. Tanda dan Gejala


a. Sedih
b. Marah
c. Putus asa
d. Tidak berdaya
e. Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal
ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI

1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Alasan masuk RSJ
c. Faktor Predisposisi
d. Fisik
e. Psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa/faktor presipitasi/koping/penyakit fisik/obat-
obatan
k. Aspek medik

C. PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, oranglain maupun lingkungan. Hal
tersebut merupakan perbuatan yang dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yangtidak konstruktif ( Stuart&Sundeen, 1995)

2. Proses terjadinya masalah


a. Faktor Predisposisi
1. Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif/ amuk.
2. Perilaku : reinforcement yang diterima ketika melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi
perilaku kekersan.
3. Sosial budaya : budaya tertutup,control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
4. Bioneorologis : kerusakan system limbic, lobus frontal/ temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter.
b. Faktor Presipitasi
1. Faktor klien
a) Sosial budaya
 Status emosi yang rendah
 Riwayat penganiayaan waktu anak-anak
 Penanganan konflik dengan kekerasan
b) Gangguan mental
 Skizorrenia
 Bagian kepribadian
c) Akibat menderita penyakit fisik yang berat
d) Usia dan jenis kelamin
e) Seseorang yang putus asa dan tidak berdaya
2. Faktor lingkungan ( lingkungan yang tidak terapeutik)
a. Ruangan rebut, padat
b. Terlalu banyak waktu luang
c. Pola hubungan etnis yang bermusuhan
3. Faktor interaksi
a. Pronokasi : perawat dan tim yang terlalu mengawasi, curiga, dan tidak toleran
b. Antisipasi : memberkirakan akan terjadinya amuk dengan memperhatikan
pengubahan penampilan dan persepsi klien

3. Rentang respon

a. maladaptif

b. adaptif

4. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan/ amuk

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Perilaku kekerasan/ amuk

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


5. Masalah keperawatan yang perlu dikaji
1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
a) Data subjektif
1. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusik jika sedang
kesal/ marah.
3. Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya.
b) Data objektif
1. Mata merah, wajah agak merah.
2. Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai : berteriak, menjepit,
memukul diri sendiri/ orang lain.
3. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4. Merusak dan memlempar barang-barang.

D. DEFISIT KEPERAWATAN DIRI


1. Pengertian
Kurang perawatan diri : higiene adalah keadaan dimana individu mengalami kegagalan
kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan diri (Carpenito,
2006).

2. Proses terjadinya masalah


Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perawatan diri kurang:

a. Perkembangan:
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
dan keterampilan.

b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya.
3. Pohon Masalah

Perawatan diri kurang

Menurunnya motivasi perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Perawatan diri kurang


b. Menurunnya motivasi perawatan diri
 Data Subyektif:
Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak
mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi /
kebersihan diri.

 Data Obyektif:
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

5. Diagnosa keperawatan
a. Perawatan diri kurang: higiene berhubungan dengan menurunnya motivasi
perawatan diri
b. Menurunnya motivasi perawatan diri berhubungan dengan menarik diri
c. Isolasi social : menarik diri

E. HALUSINASI
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap sesuatu hal tanpa stimulus dari luar.
Haluasinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara setan dan suara
manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien skizoprenia. (Stuart and
Sundeen, 1995).
2. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
b. Psikologis
c. Social budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan
(Stuart and Sundeen, 1995).
d. Organik
Gangguan orientasi realitas muncul karena kelainan organic yang mana bisa
disebabkan infeksi, racun, trauma atau zat-zat substansi yang abnormal sera
gangguan metabolic masuk didalamnya (Stuart and Sundeen, 1995).
3. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengtur proses informasi.
1) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang terhadap toleransi stress yang berinteraksi
dengan steressor lingkungan untuk menentukkan terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptive
berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu.

4. Tanda Dan Gejala


Karakteristik perilaku yang dpat ditunjukkan klien dengan kondisi halusinasi berupa :
berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal,
tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata, menarik diri dn menghindar dari orang
lain, disorientasi, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi wajah tegang dan mudah
tersinggung, tidak mampu melakukan aktivitas mandiri dan kurang bisa mengontrol diri,
menunjukkan perilaku merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan).

5. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya. Fase
halusinasi terbagi empat:
a. Fase pertama: Comforting
npsikotik, ansietas sedang, halusinasi menyenangkan, klien mengalami stres,
cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang memuncak dan tidak disesuaikan. Klien
mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan.
b. Fase kedua: Condemning
Psikotik ringan, ansietas berat, halusinasi repulsive ,kecemasan meningkat,
melamun dan berpikir sendiri menjadi koping yang dominan, mulai merasakan ada
bisikan yang tidak jelas.
c. Fase ketiga: Controlling
Psikotik, ansietas berat, halusinasi omnipoten Bisikan, suara-suara, bayangan-
bayangan, perubahan sensorik lain jika ada semakin menonjol. Halusinasi
menguasai dan mengendalikan klien.
d. Fase keempat: Conquering
Psikotik berat, ansietas panik, berbaur dengan waham, isi halusinasi berubah
menjadi memerintah dan memarahi klien, klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
kendali dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan
lingkungannya

6. Jenis –Jenis Halusinasi


a. Halusinasi Pendengaran (70 %)
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi.
b. Halusinasi Penglihatan (20%)
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
c. Halusinasi Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor,
kejang, atau dimensia.
d. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Halusinasi Sinesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan
atau pembentukan urine.

7. Pohon Masalah

Kerusakan komunikasi Resiko tinggi PK : mencederai diri sendiri, orang lain


verbal dan lingkungan

Gangguan
Gangguan gangguan
Persepsi Sensori :
Proses pikir pola tidur
Halusinasi

perilaku mencari Isolasi sosial : MD Defisit perawatan diribantuan


kesehatan

Ketidakefektifan Managemen Gangguan konsep diri : HDR


Regimen terapeutik

8. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Mu : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Data subyektif :
Klien mengatakan melihat / mendengar sesuatu, klien tidak mampu mengenal tempat,
waktu, ruangan.
Data obyektif :
Tampak bicara dan termenung sendiri, mulut seperti bicara tapi tidak suara, berhenti
bicara seolah mendengar / melihat sesuatu, gerakan mata yang cepat.

9. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Resti PK : Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
4. Defisit perawatan diri
5. Gangguan konsep diri : HDR

F. MENARIK DIRI
1. Pengertian
Kerusakan interaksi sosial adalah keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam kuantitas
yang berlebihan atau tidak cukup atau ketidakefektifan kualitas pertukaran sosial (Townsend,1998).
2. Rentangan Responden Sosial

R. Adaptif R. Maladaptif

a. Menyendiri a. Manipulasi
b. Otonomi b. Curiga
c. Bekerjasama c. Ketergantungan
(mutualisme) (dependent)
d. Saling tergantung d. Menarik diri
(interdependent) e. Narcissisme
3. Karakteristik Perilaku Menarik Diri
Karakteristik perilaku menarik adalah gangguan pola makan. Individu akan mengalami
penurunan nafsu makan dan minum secara berlebihan. Individu akan mengalami penurunan
atau peningkatan berat badan secara drastis, yang diikuti dengan kemunduran kesehatan
fisikKurang spontan.

1. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan).


2. Ekspresi wajah kurang berseri.
3. Afek tumpul.
4. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
5. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan
klien atau perawat.
6. Mengisolasi diri (menyendiri). Klien terlihat memisahkan diri dari orang lain,
misalnya pada saat makan.
7. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.
8. Pemasukan makanan dan minuman terganggu.
9. Retensi urin dan feses.
10. Aktivitas menurun
11. Kurag energi
12. Harga diri rendah
13. Menolak berhubungan dengan orang lain. klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
4. Etiologi
a. Kelainan pada konsep diri
b. Perkembangan ego yang terlambat
c. Perlambatan mental yang ringan sampai sedang
d. Abnormalitas SSP tertentu, seperti adanya neurotoksin, epilepsi, serebral palsi, atau
kelainan neurologist lainnya
e. Kelainan fungsi dari sistem keluarga
f. Lingkungan yang tidak terorganisir dan semrawut
g. Penganiayaan dan pengabaian anak
h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i. Model-model peran yang negatif
j. Fiksasi dalam fase perkembangan penyesuaian
k. Ketakutan yang sangat terhadap penolakan dan terlalu terjerumus
l. Kurang identitas pribadi

5. Faktor – Faktor Predisposisi Dan Presipitasi Gangguan Hubungan Sosial


1. Fraktor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang individu mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi, setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi tersendiri.

b. Faktor biologis
c. Faktor sosial budaya
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
2. Faktor presipitasi
a. Struktur sosial budaya
Stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya antara lain keluarga yang labil,
berpisah dengan orang yang terdekat/berarti, perceraian dan lain-lain.

b. Faktor hormonal
Gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (gland pituitary ) menyebabkan turunya
hormon FSH dan LH. Kondisi ini terdapat pada pasien skizofrenia.

c. Hipotesa virus
Virus HIV dapat menyebabkan prilaku spikotik.

d. Model biological lingkungan sosisal


Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress pada
saat terjadinya interaksi dengan interaksi sosial.

e. Stressor psikologik
Adanya kecemasan berat dengan terbatasnya kemampuan menyelasaikan
kecemasan tersebut.

6. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

7. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas

b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.

c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni keturunan,
endokrin, metabolisme ,ssp ,dan kelemahan ego.
d. Aspek Fisik/ biologi
e. Aspek Psikososial
1) Genogram
Orang tua menderita skizofrenia,salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia,bila keduanya menderita 40-68%,saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8
%,saudara kembar 2-15 %,dan saudara kandung 7-15 %.
2) Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terja.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,dan
berdiam diri.
4) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran keinginan beraktivitas.
5) Status mental
a) Penampilan diri
Pasien terlihat lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tak terkunci,baju tak dikancing,baju terbalik sebagai
manifestasi kemunduran kemauan pasien .
b) Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
c) Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan
pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
d) Emosi
Emosi dangkal
6) Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaaan, penderita kurang memperhatikan dir idan
keluarganya,makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan.
8. Masalah keperawatan
a) Kerusakan interaksi sosial: menarik diri.
b) Harga diri rendah
c) Perubahan persepsi sensori: halusinasi
d) Resiko perilaku kekerasan
e) Defisit perawatan diri
9. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan interaksi social : menarik diri ( core problem )
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah ( etiologi )
c. Perubahan sensori persepsi : halusinasi ( akibat )
d. Deficit perawatan diri

G. WAHAM

1. Pengertian
Gangguan proses pikir adalah suatu keadaan dimana individu mengalami kerusakan dalam
pengoprasian kognitif dan aktivitas (Townsend, 1998).

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita social (Stuart & Sudden, 1990).
2. Penyebab
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal
mencapai keinginan.

3. Tanda dan Gejala


i. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
ii. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
iii. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
iv. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya. ( Budi Anna Keliat,
1999)

4. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
1. Teori Biologis
- Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlihat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang
sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).

2. Teori Psikososial
b. Teori system keluarga Bawen dalam Iowsend (1998) menggambarkan perkembangan
skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak.
c. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptive termasuk
gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengantuk perubahan isi informasi
dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

2. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptive
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap, dan perilaku individu, seperti : gizi
buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan, atau lingungan yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan
dan sebaginya.

d. Mekanisme Koping
1. Klien : Identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki klien.
2. Sumber daya dan duungan sosial :
Pengetahuan keluarga, finansial keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia,
kemampuan keluarga memberikan asuhan.

5. Klasifikasi, Jenis dan Sifat Masalah


Proses berpikir meliputi 3 aspek yaitu bentuk pikiran, isi pikiran dan arus pikiran.

1. Gangguan Bentuk Pikir


Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logic dan
terarah pada tujuan.

a) Dereisme/ pikiran dereistik


Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu
dan pengalamannya yang sedang berjalan.
b) Pikiran otistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam pasien itu
sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham, atau halusinasi.
c) Bentuk pikiran non realistic
Bentu pikiran yang sama sekali tidak berdasaran pada kenyataan, mengambil
sesuatu kesimpulan yang aneh dan tidak masuk akal.

2. Gangguan Arus Pikir


Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul dalam
berbagai jenis :

a) Perseverasi :
Berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran atau tema secara berlebihan.

b) Asosiasi longgar :
Mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, misalnya “saya
mau makan semua orang dapat berjalan-jalan”.

c) Inkoherensi :
Gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah sulit ditangap
atau diikuti maksudnya.
3. Gangguan Isi Pikir
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun pada isi pikiran yang
diceritakan misalnya :

a) Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy) :


Dapat timbul secara mengambang pada orang yang normal selama fase permulaan
narkosa (anastesi umum).

b) Fantasi :
Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan/ diinginkan,tetapi
dikenal sebagai tidak nyata.

c) Fobia :
Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahui bahwa hal itu irasional
adanya.
d) Obsesi :
Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun tidak dikendalikannya dan
diketahui bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
6. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan proses pikir (isi pikir) : waham
b. Kerusakan interaksi sosial
c. Harga diri rendah
d. Risiko perilaku kekerasan

You might also like