Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dari rumusan masalah dan batasan masalah yang telah diterangkan diatas
maka tujuan dari penelitian ini, adalah :
1. Dapat merancang dan membuat mekanisme alat yang lebih efisien dan
efektif untuk menggiling bulu ayam yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak unggas.
1. Tersedianya alat produksi pakan ternak dari bulu ayam yang sederhana
dengan harga yang relatif murah.
2. Meningkatkan daya kreatifitas dan keahlian mahasiswa.
3
3. Hasil penggilingan bulu ayam dapat dijadikan alternatif sebagai penganti
pakan ternak unggas.
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PERHITUNGAN
BAB V PENUTUP
Mengambil keputusan dari hasil data yang ada dan saran yang
menunjang demi kesempurnaan dari skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
(Adi Wibowo, 2017) “PERANCANGAN ALAT PENGHANCUR SAMPAH RUMAH TANGGA
a) Proses perancangan mesin penghancur sampah ini menggunakan pisau yang berputar, yaitu
dengan menggunakan pisau berbentuk persegi dengan mata pisau berbentuk melengkung.
b) Sistem transmisi yang digunakan adalah sistem transmisi tunggal yang terdiri dari sepasang
puli berdiameter 75 mm untuk puli motor dan 262,5 untuk puli yang digerakkan.
c) Mesin penghancur sampah ini menggunakan daya motor sebesar 1 HP.
d) Sesuai dengan perhitungan maka poros aman untuk digunakan, karena bahannya sudah
sabuk V type A no 52 yang digunakan untuk mentransmisikan putaran antara poros motor
dengan poros pisau potong. Sabuk V mempunyai beberapa kelebihan antara lain karena
adanya kontak antara sabuk dengan puli poros, sehingga memungkinkan terjadinya gesekan
seri 6208, pemilihan bantalan atas pertimbangan diameter poros yang besarnya 40 mm.
Untuk sistem pelumasan yang digunakan untuk bantalan ini adalah pelumasan jenis
Grease Lubrication atau lebih dikenal dengan istilah pelumasan menggunakan gemuk.
g) Dari hasil data diatas, maka dimensi dari alat ditentukan sebesar :
Panjang : 450 mm
Lebar : 700 mm
Tinggi : 850 mm
(Adriansyah dkk, 2014). “PENGEMBANGAN MESIN PENGGILING JAGUNG JENIS BUHR MILL
5
1. Pada tahun pertama mesin penggiling jagung jenis Buhr Mill system hantaran Screw telah dirancang
dan dibuat prototypenya. Bagian utama dari mesin ini adalah : (1) Unit penggerak, (2) unit penggiling
dan penghantar, (3) unit penyetel jarak kerenggangan pisau, (4) unit corong, (5) unit rangka.
2. Prototype berfungsi dengan baik dan telah dapat menggiling jagung pada putaran poros penggiling
1450 RPM didapatkan kapasitas dan hasil gilingan yaitu untuk jarak celah 0,5 mm kapasitas mesin 150
kg/jam, hasil gilingan halus (30 mess) 61,3%, sedang (50 mess) 30,3%, kasar (70 mess) 2,6%. Jarak
celah 1 mm kapasitas 190 kg/jam, hasil gilingan halus 52,3%, sedang 30,5%, kasar 10,1%. Jarak celah
1,5 mm kapasitas mesin 225 kg/jam, hasil gilingan halus 20,8%, sedang 38,9%, kasar 37,1%.
(Robiyansyah, 2015) “Perancangan Mesin Pencacah Pelepah Sawit Untuk Pakan Ternak Sapi” Dari
hasil perhitungan perancangan mesin pencacah pelepah sawit yang dilakukan didapatkan kesimpulan :
2. Bahan poros : S40C AISI 1040 dengan diameter 62 mm panjang 940 mm.
5. Puli : Diameter puli kecil : 76,2 mm diameter puli besar : 228,6 mm.
2.2 Limbah
Bulu ayam merupakan limbah dari rumah pemotongan ayam (RPA) dengan jumlah berlimpah dan terus
bertambah seiring meningkatnya populasi ayam dan tingkat pemotongan sebagai akibat meningkatnya
permintaan daging ayam di pasar. Bulu ayam sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan dan hanya
sebagian kecil saja yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kemoceng, pengisi jok, kerajinan
Jumlah ayam yang dipotong terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga bulu ayam yang
dihasilkan juga meningkat. Menurut Jendral Peternakan (1999), pada tahun 1999 dilaporkan
6
bahwa populasi ayam terutama ayam pedaging di Indonesia mencapai 418.941.514 ekor dan
diperkirakan jumlah bulu yang dihasilkan sejumlah 26.280 ton. Jumlah ayam yang dipotong setiap
tahun semakin meningkat, dan hal ini akan menghasilkan jumlah bulu yang melimpah (Purwanti et
al., 2010).
Hasil pemotongan ternak unggas ini dihasilkan rata-rata bobot bulu 4-9 % dari bobot hidup.
Kandungan protein bulu ayam cukup tinggi, yaitu antara 80-90 %, sehingga berpotensi sebagai
pakan altematif bagi industri ayam potong. Kendala utama penggunaan tepung bulu ayam sebagai
pakan adalah adanya ikatan keratin dengan kandungan 85-90% dari kandungan proteinnya dengan
sifat sukar larut dalam air dan sukar dicerna. Untuk memecahkan ikatan keratin tersebut guna
meningkatkan kecernaan tepung bulu ayam dilakukan dengan beberapa teknik pengolahannya
(Arifin, 2008).
Pengolahan tepung bulu ayam dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu perlakuan fisik dengan
temperatur dan tekanan ("autoclave"), perlakuan kimia dengan asam dan basa (NaOH, HCI), perlakuan
enzim (PAPADOPOULOS et al., 1985) dan fermentasi dengan mikroorganisme (WILLIAM et al.,
1991).
Teknik hidrolisis bulu ayam yang telah banyak dilakukan yaitu dengan asam alkali. Selain itu
penggunaan tekanan dan suhu tinggi juga telah digunakan, khususnya pada skala industri yaitu
menggunakan tekanan sebesar 3 Bar, suhu 105 °C selama 8 jam dengan kelembaban 8-10%, kadar air
40%, dan ini akan menghasilkan tepung bulu ayam dengan kadar protein f 76%, akan tetapi teknik ini
membutuhkan biaya mahal dan kualitas protein bulu ayam menurun karena terdenaturasi akibat suhu
tinggi tepung bulu ayam sebagai sumber protein juga sudah dilakukan pada anak sapi yang sedang
tumbuh (GRUMMER et al., 1996).
Menurut Leniger dan Baverloo (1975) ada dua jenis alat penepung bila dilihat dari keadaan bahan
selama penepungan yaitu:
1) Penepungan tipe batch dimana selama penepungan bahan akan tetap ada dalam bak dan baru
dikeluarkan bila penepungan telah selesai. 2) Penepungan tipe terusan (continue) yaitu dimana selama
penepungan akan melewati penepungan selama sekali lintasan, dengan tipe alat ini hasil gilingan akan
7
mempunyai ukuran yang tidak merata, karena itu alat harus diatur sedemikian rupa sehingga ukuran
bahan sesuai yang diijinkan. Ada beberapa tipe alat penepung menurut Leniger dan Baverloo (1975)
yaitu : 1) Penepung tipe palu (hammer mill) 2) Penepung tipe gigi vertikal 3) Penepung dengan pasak
berputar 4) Penepung tipe piring (disk mill) Perry dan Green (1984) dalam Sutanto (2006) membagi alat
pengecil ukuran bahan menjadi empat kelompok menurut gaya yang dikenakan terhadap bahan tersebut
yaitu : 1) Bila gaya yang bekerja diantara dua permukaan bahan yang disebut penggerusan 2) Bila gaya
yang bekerja pada satu permukaan bahan disebut proses pemukulan 3) Bila gaya yang bekerja tidak
pada permukaan bahan tetapi melalui aksi medium sekeliling 4) Bila gaya yang bekerja bukan dengan
energi mekanik tetapi dengan aksi lain seperti kejutan panas dan elektrohidraulik. Brennan, dkk (1990)
membagi alat penepung berdasarkan gaya yang bekerja terhadap bahan yaitu: 1) Penepung tipe palu
(hammer mill) Penepung tipe palu yaitu suatu alat penepung yang digunakan untuk memperkecil
dengan pukulan atau impak gigi penggiling. Hammer mill terdiri dari palu/pemukul yang berputar pada
porosnya. Bahan yang akan digiling akan masuk ruang pemukulan melalui corong pemasukan. Susunan
palu yang terdapat pada porosnya akan bergerak bolak–balik memberikan pukulan bahan. Menurut
Sutanto (2006), pengurangan ukuran bahan dapat diakibatkan karena 1) pukulan/impak dari pemukul,
2) pemotongan oleh sisi pemukul, 3) keausan (attrition) atau aksi gosokan (rubbing action). Penepung
palu digunakan untuk penepungan sedang dan halus. Pada Gambar 6 menunjukkan Penampang Mesin
Penepung Tipe Palu (Hammer Mill). Kecepatan putar penepung dan bentuk dari pemukul juga
mempengaruhi tepung yang dihasilkan (Kusmiarso, 1987). Kecepatan putar dari pemukul penepung
palu adalah antara 1500 sampai 4000 rpm (Brennan, dkk, 1990). Secara umum dibutuhkan tenaga
sebesar satu kilowatt (kW) untuk menggiling satu kilogram bahan permenit pada penepungan sedang
(Sutanto, 2006).
8
http://abinantodewabrata.blogspot.com/2014/06/tugas-besar-satuan-operasi-dan-proses.html
Menurut Brennan, dkk (1990), beberapa keuntungan dalam menggunakan alat penepung tipe palu
antara lain: 1) bentuk konstruksinya yang sederhana, 2) dapat digunakan untuk menghasilkan
hasil giling dengan bermacam–macam ukuran, 3) tidak mudah rusak dengan adanya benda asing
dalam ruang penepung, dan 4) biaya operasi dan pemeliharaan yang lebih murah bila
dibandingkan dengan penepung bergerigi. Beberapa kerugian dalam menggunakan penggiling
palu adalah: 1) kurang mampu untuk menghasilkan hasil giling yang seragam, 2) kebutuhan
tenaga yang lebih tinggi, dan 3) biaya investasi awal yang lebih tinggi dibandingkan penggilingan
bergerigi. 2) Penepung tipe bergerigi Menurut Brennan, dkk (1990) penggiling bergerigi biasanya
dikenal juga dengan nama attrition mill, plate mill atau disc mill. Penggiling tersebut bekerja
berdasarkan gaya tekanan gesekan antara dua piringan satu piringan bergerak sedang piringan lain
diam atau Palu Produk Hopper Balok Rotor Saringan bergerak berlawanan. Pada Gambar 7
menunjukkan gambar Attrition Mill
9
http://www.munsonmachinery.com/Attrition-Mills/
Menurut Brennan, dkk (1990), laju pemasukan yang berlebihan akan memperkecil keefektifan
dari alat dan akan menyebabkan panas yang berlebihan. Disc mill merupakan suatu alat penepung
yang berfungsi untuk menggiling bahan serelia menjadi tepung, namun lebih banyak digunakan
untuk menepungkan bahan yang sedikit mengandung serat dan juga suatu alat penepung yang
memperkecil bahan dengan tekanan dan gesekan antara dua piringan yang satu berputar dan yang
lainnya tetap. Disc mill dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu single disc mill, double disc mill,
dan buhr mill. Pada single disc mill, bahan yang akan dihancurkan dilewatkan diantara dua
cakram. Cakram yang pertama berputar dan yang lain tetap pada tempatnya. Efek penyobekan
didapatkan karena adanya pergerakan salah satu cakram, selain itu bahan juga mengalami
gesekan lekukan pada cakram dan dinding alat. Jarak cakram dapat diatur, disesuaikan dengan
ukuran bahan dan produk yang diinginkan. Pada double disc mill, kedua cakram berputar Hopper
Pisau Penepung berlawanan arah sehingga akan didapatkan efek penyobekan terhadap bahan
yang jauh lebih besar dibandingkan single disc mill. Gambar 8 menunjukkan Single Disc Mill dan
Double Disc Mill.
10
Bagian – bagian disc mill terdiri dari corong pemasukan, lubang pemasukan, screen filter, disc
penggiling dinamis, corong pengeluaran, motor, pengunci, dan disc penggiling statis. Prinsip
kerja disc mill adalah berdasarkan gaya sobek dan gaya pukul. Bahan yang akan dihancurkan
berada diantara dinding penutup dan cakram berputar. Bahan akan mengalami gaya gesek karena
adanya lekukan–lekukan pada cakram dan dinding alat. Gaya pukul terbentuk karena ada logam–
logam yang dipasang pada posisi yang bersesuaian. Buhr mill merupakan tipe lama dari
penggiling cakram. Penggiling ini terdiri dari dua buah batu berbentuk lingkaran yang disusun
bertumpuk. Silinder batu bagian bawah akan berputar dan menyobek bahan yang masuk dari atas.
Buhr mill ini banyak digunakan dalam penggilingan wadah seperti jagung dan kedelai
(pembuatan kedelai). Gambar 9 menunjukkan Buhr Mill. Biji Biji Produk Produk Piringan yang
diam Piringan yang berputar
Hasil gilingan dipengaruhi oleh kecepatan putar, kadar air biji, jenis biji yang digiling, laju
pemasukan bahan serta kondisi dan jenis piringan penggiling. Umumnya kecepatan putar
11
penepung bergerigi adalah di bawah 1200 rpm (Brennan,dkk, 1990). Laju pemasukan yang
berlebihan akan memperkecil keefektifan dari alat dan akan menyebabkan panas yang berlebihan.
Sedangkan menurut Sutanto (2006), tenaga yang diperlukan untuk menggiling akan berkurang
bila kecepatan penepungan bertambah. Beberapa keuntungan bila menggunakan penggiling tipe
buhr mill adalah: 1) biaya pemasangan awal yang rendah, 2) hasil gilingan yang relatif seragam,
3) tenaga yang dibutuhkan lebih rendah bila dibandingkan dengan penggiling palu, dan 4) lebih
dapat menyesuaikan diri dengan gerusan kasar daripada penggiling palu. Beberapa kerugian
dalam menggunakan penggiling bergerigi adalah: 1) adanya benda – benda asing didalam bahan
yang digiling dapat menyebabkan kerusakan pada alat, dan 2) bila piringan beroperasi tanpa
bahan yang digiling maka akan mempercepat kerusakan piringan.
3) Penepung tipe silinder Menurut Henderson dan Perry (1976), ukuran penepung silinder
didasarkan pada ukuran diameter dan panjang silinder. Sebelum Produk Produk Biji pemasukan
bahan yang akan digiling, silinder harus dalam keadaan berputar dengan kecepatan tertentu, bila
tidak maka akan terjadi slip pada belt atau motor menjadi ma penggilasan bahan diantara c
menunjukkan Gambar 10 Celah antara silinder dapat diatur jaraknya untuk memperoleh derajat
kehalusan yang diinginkan, bila jarak antara silinder terlalu dekat maka tenaga yang diperlukan
akan menjadi lebih besar, kapasitas penepungan berkurang serta debu banyak terjadi. Pada satu
silinder berputar lebih cepat dibandingkan dengan yang lain untuk mendapatkan aksi gilingan
yang lebih ringan ketika bahan melalui celah silinder bergerigi sejajar dengan as silinder.
Kebutuhan tenaga penggiling silinder tergantung kep digiling, derajat kehalusan yang diinginkan,
kadar air bahan, laju pengumpanan, kecepatan operasi, tenaga yang tersedia serta kondisi dari
silinder. Tipe dengan kecepatan putar silinder satu yang dua atau tiga kali dari s tepung. Tahap
akhir pembuatan tepung dipergunakan silinder halus dengan kecepatan silinder 25% lebih cepat
dari silinder (Henderson dan Perry, 1976 pemasukan bahan yang akan digiling, silinder harus
dalam keadaan berputar dengan kecepatan tertentu, bila tidak maka akan terjadi slip atau motor
menjadi mati. Prinsip kerja dari alat ini adalah penggilasan bahan diantara celah–celah silinder.
Gambar 10 menunjukkan Mesin Penepung Tipe Silinder (Roller Mill).
12
http://www.danagri-3s.com/mandm_rollermills.html
Celah antara silinder dapat diatur jaraknya untuk memperoleh derajat kehalusan yang diinginkan,
bila jarak antara silinder terlalu dekat maka tenaga yang diperlukan akan menjadi lebih besar,
kapasitas penepungan berkurang serta debu banyak terjadi. Pada beberapa jenis satu silinder
berputar lebih cepat dibandingkan dengan yang lain untuk mendapatkan aksi gilingan yang lebih
ringan ketika bahan melalui celah silinder bergerigi sejajar dengan as silinder. Kebutuhan tenaga
penggiling silinder tergantung kepada bentuk dan kuantitas biji yang digiling, derajat kehalusan
yang diinginkan, kadar air bahan, laju pengumpanan, kecepatan operasi, tenaga yang tersedia
serta kondisi dari silinder. Tipe dengan kecepatan putar silinder satu yang dua atau tiga kali dari
silinder lain sudah banyak digunakan untuk industri tepung. Tahap akhir pembuatan tepung
dipergunakan silinder halus dengan kecepatan silinder 25% lebih cepat dari silinder (Henderson
dan Perry, 1976
4) Penepung tipe pisau (cutter mill) Menurut Brennan, dkk (1990), penepung tipe pisau terutama
digunakan untuk bahan yang liat atau berserat, dimana aksi pengguntingan lebih efektif
dibandingkan dengan tekanan maupun pukulan/impak. Laju pemasukan bahan pada ruang
pemotong hendaknya tidak melebihi panjang dari pisau pemotong dengan ketebalan bahan
pengumpan tidak lebih dari satu inchi. Bentuk umum dari alat penggiling ini adalah rotor dengan
pisau pemotong berputar pada ruang pemotongan dan memotong bahan dengan bantuan pisau
tetap pada keliling luar bahan yang digiling akan keluar melalui saringan dengan ukuran
maksimum tergantung pada jenis saringan yang digunakan.
13
https://www.pharmapproach.com/cutter-mill/
14
2.6 Poros (Shaft)
Poros (Shaft) merupakan salah satu bagian yang terpenting dalm setiap
berikut.
a) Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban punter murn atau punter dan lentur.Daya
ditransmsikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, rantai dll.
b) Spindel
Poros transmisi yang relative penek, seperti poros utama mesin perkakas,
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
c) Gandar
Poros seperti yang dipasang diantaa roda-roda kereta barang, dimana tidak
gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin.Poros luwes untuk transmisi daya
15
Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan.
1) Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban punter atau lentur atau
penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut
2) Kekakuan Poros
menahan pembebanan tetapi adnya lenturan atau deflrksi yang terlalu besar
3) Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka akan menimbulkan getaran pada
mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah normal
dengan putaran mesin yang mnimbulakn getaran yang tinggi disebut getaran
kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik dll. Selain
itu, timbulnya getaran yang tinggi apat mengakibatkan kerusakan pada poros
16
putanran kerja ari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.
4) Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan pompa bila
korosi.
5) Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja yang ditarik dingin dan
difinis, baja karbon konstruksi mesin ( disebut bahan S-C) yang dihasilkan
dari ingot yang di- “kill” (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan
dicor, kadar karbon terjamin) (JIS G3123 Tabel 1.1). Meskipun demikian,
Harga- harga yang terdapat pada table diperoleh dari batang percobaan
dengan diameter 25 mm, dalam hal ini harus diingat bahwa untuk poros yang
diameternya jauh lebih besar dari 25 mm, harga-harga tersebut akan lebih
rendah daripada yang ada didalam table karena adanya pengaruh masa.
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat
umumnya dibuat dari baja paduan dengan mengeraskan kulit yang sangat
khrom nikel molbiden, baja khrom, baja khrom molbiden, dll. (G4102,
G4103, G4104, G4105 dalam table 2.1). sekalipun demikian pemakaian baja
17
paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran
penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan panas secara tepat untuk
Tabel 2.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang
18
Poros
Pada umumnya baja diklasifikasikan atas baja lunak, baja liat, baja agak
keras, dan baja keras.Diantaranya, baja liat dan baja agak keras banyak dipilih
untuk poros. Kandungan karbonnya adalah seperti yang tertera pada table 2.3.
Baja agak keras pada umumnya berupa baja yang di kil seperti yang
disebutkan diatas.Baja macam ini jika diberi perlakuan panas secara tepat
19
(Sularso, Kiyokatsu Suga 1978 : 4 )
20
T : torsi (Nm)
4
J=
r=
do : diameter luar
di : diameter dalam
21
M : momen lentur (Nm)
y=
4
I=
=
M= . σb . d3
d=
(Spotts, M.F. (1981) Design of machine elements. Fifth Edition. New Delhi
Pasak(key) adalah sebuah elemen mesin berbentuk silindris, balok kecil atau silindris
tirus yang berfungsi sebagai penahan elemen seperti puli, sprocket rodagigi atau
Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai pengunci yang
disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda gigi agar
pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak
22
2.7.1 Macam-macam pasak
Pasak Benam
Pasak jenis ini dipasang terbenam setengah pada bagian poros dan setengah
Bentuknya sama seperti Rectangular sunk key, tetepi lebar pasak sama dengan
tebalnya.
tirus).Bentuk seperti ini dimaksudkan agar hub atau sebaliknya poros dapat
Memiliki bentuk yang sama dengan PB Persegi Panjang tetapi dilengkapi kepala
bongkar pasang.
Pasak diikat pada poros, bebas pada hub atau sebaliknya agar bagian yang bebas
23
f. Pasak Benam Segmen
Pasak ini merupakan jenis pasak yang dapat disetel dengan mudah, karena
perkakas.
Kelebihan dari jenis pasak ini adalah dapat menyesuaikan sendiri dengan
kemiringan (ketirusan) bentuk celah yang terdapat pada hub dan sesuai
dalam pada poros akan melemahkan dan tidak dapat difungsikan sebagai PB
Ikat.
Pasak jenis ini digunakan untuk poros dengan puntir / daya tidak terlalu besar.
Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alur hub dan datar pada
lengkung poros, jadi mudah slip pada poros jika mengalami kelebihan beban
Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alurnya dihub dan bagian sudut
24
Pasak Bulat (Round key)
Merupakan pasak berpenampang bulat yang dipasang ngepas dalam lubang antara
poros dan hub. Kelebihannya adalah pembuatan alur dapat dilakukan dengan
Ada dua posisi pemasangannya atau kedudukannya pada poros dan hub, yakni :
Tangen Key
Pemakaiannya sama seperti pasak pelana, tetapi pasaknya dipasang dua buah
berimpit.
Pasak jenis ini memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dengan tipe-tipe
lainnya. Karena konstruksi pasaknya dibuat lansung pada bahan poros dan hub
mentrasmisikan tenaga putar besar, seperti pada mesin-mesin tenaga dan sistim
Spline pada poros biasanya relatif lebih panjang, terutama bagi hub yang dapat
Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat dimana terdapat bentuk
25
prismatis dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala untuk memudahkan
pengerjaannya harus hati-hati agar naf tidak menjadi eksentrik. Pada pasak yang
rata, sisi sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak menjadi
sengaja dipilih bahan yang lemah untuk pasak sehingga pasak akan lebih dahulu
rusak daripada poros atau nafnya. Ini disebabkan harga pasak yang murah serta
mudah menggantinya.
Sebagai contoh ambillah suatu poros yang dibebani dengan puntiran murni atau
gabungan antara puntiran dan lenturan, dimana diameter poros dan pasak serta
Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm) dan diameter poros adalah
ditimbulkan adalah :
Dari tegangan geser yang diizinkan τka (kg/mm2) panjang pasak l1 (mm)
26
Gambar 2.2 Gaya geser pada pasak
Harga τka adalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarikτBdengan
faktor keamanan Sfk1, Sfk2. Harga Sfk1 umumnya diambil 6, dan Sfk2dipilihantara 1
27
Gambar
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga putaran
atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan umur pakai
28
panjang. Agar elemen mesin dapat bekerja dengan baik maka bantalan harus
Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena
lapisan pelumas.
Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan
29
Gambar 2.5 Bantalan gelinding dengan bola
2. Berdasarkan arah beban terhadap poros
Bantalan Radial
Setiap arah beban yang ditumpu oleh bantalan ini tegak lurus terhadap sumbu
poros.
Bantalan Aksial
Setiap arah beban yang ditumpu oleh bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
Bantalan ini dapat menumpu beban yang sejajar dan tegak lurus terhadap
poros.
b
C 10 6
L10 h x
P 60.n (Sularso : 136)
Beban equivalen
P = Fs ( X.V.Fr.y.Fa )
(Sularso : 136)
dimana :
b = Konstanta
V = Faktor putaran
30
= 1 ( untuk ring dalam berputar )
C = Beban dinamis ( lb )
P = Beban ekuivalen ( lb )
Fr = Beban radial ( lb )
Fa = Beban aksial ( lb )
X = Konstanta radial
Y = Konstanta aksial
n = Putaran ( rpm )
Belt (sabuk) atau rope (tali) digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang
satu ke poros yang lain dengan memakai pulley yang berputar pada kecepatan yang
sama atau pada kecepatan yang berbeda. Besarnya daya yang ditransmisikan
1. Kecepatan belt
2. Tarikan belt
Pemilihan belt yang akan dipasang pada pulley tergantung pada faktor sebagai
berikut:
31
4. Jarak antara pusat poros
5. Layout poros
6. Ketersediaan tempat
7. Kondisi pelayanan
daya yang lebih kecil pada kecepatan belt sampai 10 m/s seperti pada
daya yang berukuran sedang pada kecepatan belt 10 m/s sampai 22 m/s
daya yang berukuran besar pada kecepatan belt di atas 22 m/s seperti
Ada tiga jenis belt ditinjau dari segi bentuknya adalah sebagai berikut:
1. Flat belt (belt datar). Seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (a), adalah banyak
berukuran sedang dari pulley satu ke pulley yang lain ketika jarak dua pulley
2. V-Belt (belt bentuk V). Seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (b), adalah
banyak digunakan dalam pabrik dan bengkel dimana besarnya daya yang
ditransmisikan berukuran besar dari pulley yang satu ke pulley yang lain
3. Circular belt atau rope (belt bulat atau tali). Seperti ditunjukkan pada
Gambar 1 (c), adalah banyak digunakan dalam pabrik dan bengkel dimana
32
besarnya daya yang ditransmisikan berukuran besar dari pulley yang satu ke
pulley yang lain ketika jarak dua pulley adalah lebih dari 8 meter.
Material yang digunakan untuk belt dan tali harus kuat, fleksibel, dan tahan
lama.Harus juga mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Belt, menurut material
yang digunakan dapat diklasifikasikan sesuai dengan yang terlihat pada tabel
berikut:
(www.engineersgallery.com/working-stresses-in-belts-density-of-belt-materials)
Koefisien gesek antara belt dan pulley tergantung pada material belt, material pulley,
slip dari belt, dan kecepatan belt. menurut C.G.Barth, koefisien gesek antara leather
dimana :
Tabel berikut menunjukkan nilai koefisien gesek untuk material belt dan pulley.
33
Tabel 2.6 Koefisien gesek antara belt dan pulley
(www.engineersgallery.com/coefficient-of-friction-between-belt-and-pulley/)
2.10 Pulley
Pulley dapat digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke poros yang
lain melalui sistem transmisi penggerak berupa flat belt, V-belt atau circular belt.
diameter pulley.
2. Steel pulley
3. wooden pulley
4. Paper pulley
standard tersebut adalah dimensi dari groove atau alur v belt, pitch diameter.
34
Gambar 2.7 Standar alur dari pulley
(http://siatyana.blogspot.co.id/)
berikut :
dimana :
listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya,
bahan, dan lain sebagainya. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor
listrik, fan atau kipas angin) dan di industri. Motor listrik dalam dunia industri
35
seringkali disebut dengan istilah “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan
Dalam memahami sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang dimaksud
dengan beban motor listrik. Beban mengacu kepada keluaran tenaga putar/ torque
Contoh beban dengan torque konstan adalah conveyors, rotary kilns, dan
Pada dasarnya motor listrik terbagi menjadi 2 jenis yaitu motor listrik
DC dan motor listrik AC. Kemudian dari jenis tersebut digolongkan menjadi
36
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
37
3.2 Observasi
A. Alat
38
Tabel 3.1 Tabel Alat Yang Digunakan Pada Sistem Crusher.
NO Alat Fungsi
1 Mesin Las Listrik Menyambungkan plat besi
2 Gerinda Tangan Memotong dan menghaluskan plat besi
3 Bor Tangan Melubangi plat besi
4 Jangka Sorong Mengukur komponen part
5 Penggaris Siku Mengukur sudut part
6 Elektroda Sebagai penghantar arus listrik mesin las listrik
7 Meteran Mengukur panjang besi
8 Kunci L Membuka atau melepaskan baut dengan kepala
lubang segi 6
9 Kunci Ring Membuka atau melepaskan mur dan baut
10 Kunci Pas Membuka atau melepaskan mur dan baut
11 Timbangan Menimbang berat bulu ayam
Digital
12 Pisau Cutter Menyayat bulu ayam
B. Bahan
Bahan yang digunakam dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bahan
yaitu bahan pembuatan alat yang tertera pada tabel 3.1.
No Bahan
1 Plat besi (tebal 5 mm)
2 Besi pipa (diameter 3 inci dan 6 inci)
3 Besi profil L (equal 40 X 40 X 3 mm)
4 Besi Pejal (diameter 2,5 inci)
5 Plat Strimin lubang (diameter lubang 3 mm)
6 Mur dan baut
7 Mata pisau mesin planner
8 Motor DC ¼ HP
9 Blower ½ HP
10 Saklar
11 Selang (diameter 2 inci)
39
Pada penelitian ini penggerak pada alat dengan sistem crusher (pencacah)
menggunakan motor DC ¼ HP dan blower ½ HP untuk mendorong hasil cacahan
bulu ayam keluar dari plat strimin (penyaring) dengan spesifikasi:
a. Motor DC
i. Buatan : China
v. Daya : ¼ HP
viii. Frekuensi : 50 HZ / 60 HZ
x. Berat : 10 kg
DAFTAR PUSTAKA
Adiati, U., W. Puastuti dan I-W. Mathius. 2004. Peluang pemanfaatan tepung bulu ayam
sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Wartazoa. 14(1): 39
– 44.
Atlas, R. M. 1997. Hand Book of Microbiological Media. Second Edition. Lawrence.
Parks.
Card, L.E. 1962. Poultry Production. Lea and Febiger. Philadelphia. London.
Clement. K.M., Somsak., dan Mary. L.B. 2006. Molecular Systematics of
Helicoma,
Helicomyces and Helicosporium and Their Teleomorphs Inferred From DNA
Sequences. Mycologia Society of America. 94-104.
Fadillah, R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler Daerah Tropis. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta.