Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
PUTU WAHYU SRI JUNIANTARI SANDY
B / KP/ VI
04. 08. 1964
Dalam banyak aspek, pengelolaan cidera kepala pada anak serupa dnegan dewasa. Namun
dalam beberapa hal sedikit berbeda atau sangat khusus. Anak-anak terutama yang berusia 2
tahun ke bawah rentan terhadap komplikasi dan sekuele berat setelah cidera kepala berat. Banyak
dari komplikasi tersbut berkaitan dengan cidera sekunder otak seperti edema, hiperemia,
hipoksia.
Mekanisme cidera kepala berat berupa dengan dewasa, namun anak yang tertabrak
kendaraan 3 kali lebih sering dari dewasa. Kecelakaan sepeda juga sering, namun akibat jatuh
tidak sesering dewasa. Walau begitu, derajat kerusakan yang diakibatkan oleh jatuh tidak sama
dengan dewasa.
B. Tanda
Cidera kepala berat mempunyai tanda yang variabel yaitu:
- Perubahan kesadaran - Depresi
- Latergi - Muntah (mungkin proyektif)
- Ataksia atau cara berjalan tidak - Gangguan menelan
Tetap - Perubahan kesadaran sampai
- Cidera orthopedic koma
- Kehilangan tonus otot - Perubahan status mental
- Cemas - Perubahan pupil
- Mudah tersinggung - Kehilangan penginderaan
- Delirium (suatu kondisi dimana - Kejang
kesadaran menjadi kabur dan - Kehilangan sensasi sebagian
disertai ilusi atau halusinasi) tubuh
- Agitasi - Wajah menyeringi
- Bingung - Respon menarik pada rangsang
- Perubahan pola nafas - Nyeri yang hebat
- Nafas bunyi rochi - Gelisah
- Fraktur atau dislokasi - Gangguan rentang gerak
- Gangguan penglihatan - Gangguan dalam regulasi suhu
- Gangguan kognitif tubuh
- Afasia motoris atau sensoris
- Bicara tanpa arti disartria
anomia
1.7. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Hal penting yang pertama kali dinilai adalah status fungsi vital dan status kesadaran
pasien. Ini harus dilakukan sesegera mungkin bahkan mendahului anamnesis yang teliti.
a. Status fungsi vital
Seperti halnya dengan kasus kedaruratan lainnya, hal terpenting yang dinilai adalah:
- Jalan nafas
- Pernafasan
- Nadi dan tekanan darah, sirkulasi jalan nafas harus segera dibersihkan dari benda asing, lendir
atau darah, bila perlu segera dipasang pipa naso/orofuring, diikuti dengan pemberian oksigen.
Manipulasi leher hams berhati-hati bila ada riwayat / dugaan trauma servikal (whiplash injury),
Jamb dengan kepala dibawa atau trauma tengkuk. Gangguan yang mungkin ditemukan dapat
berupa:
Pernafasan cheyne stokes
Pernafasan blot / hiperventilasi
Pernafasan taksik yang menggambarkan makin memburuknya tingkat kesadaran.
Pemantauan fungsi sirkulasi dilakukan untuk menduga adanya shock, terutama bila
terdapat juga trauma di tempat lain, misalnya trauma thorax, trauma abdomen, fraktur
ekstremitas. Selain itu peninggian tekanan darah yang disertai dengan melambatnya frekuensi
nadi dapat merupakan gejala awal peninggian tekanan intracranial, yang biasanya dalam fase
akut disebabkan oleh hematoma epidural.
2. Status kesadaran, dewasa ini penilaian status kesadaran secara kualitatif, terutama pada kasus
cidera kepala sudah mulai ditinggalkan karena subyektivitas pemeriksa; stulah apatik, samnolen,
spoor, coma. Sebaliknya dihindari atau disertai dengan penilaian / perbandingan secara ketat.
Cara penilaian kesadaran yang luas digunakan ialah dengan skala koma Galsgow. Cara ini
sederhana tanpa memerlukan alat diagnostik sehingga dapat digunakan baik oleh dokter maupun
perawat. Melalui cara ini, perkembangan / perubahan kesadaran dari waktu ke waktu dapat
diikuti secara akurat.
Skala koma Glasgow adalah berdasarkan penilaian / pemeriksaan atas tiga parameter,
yaitu:
a. Buka Mata (E)
4 : Spontan
3 : Dengan perintah
2 : Dengan rangsang nyeri
1 : Tidak ada reaksi
b. Respon Motorik Terbaik (M)
6 : Mengikuti perintah
5 : Melokalisir nyeri
4 : Menghindari nyeri
3 : Fleksi abnormal
2 : Ekstensi abnormal
1 : Tidak ada gerakan
c. Respon Verbal Terbaik (V)
5 : Orientasi baik dan sesuai
4 : Disorientasi tempat dan waktu
3 : Bicara kacau
2 : Mengerang
1 : Tidak ada suara
3. Status Neurologik lain
Selain status kesadaran di atas pemeriksaan neurologik pada kasus trauma kapitis trauma
ditujukan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda fokal yang dapat menunjukkan adanya kelainan
fokal, dalam hal ini perdarahan intracranial. Tanda fokal tersebut adalah:
- Anisokori (ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata)
- Paresis / Parahisis (Paralisis ringan atau tidak lengkap)
- Reties patologik sesisi
1.8. PENGOBATAN
1. Memperbaiki / mempertahankan fungsi vital agar jalan nafas selalu bebas, bersihkan lendir, dan
darah yang dapat menghalangi aliran udara pernafasan. Jika perlu dipasang pipa naso / orofaring
dari pemberian oksigen. Infuse dipasang terutama untuk membuka jalur intravena: gunakan
cairan NaCl 10,9 % atau Dextrose In Saline.
2. Mengurangi edema otak, yaitu:
- Hiperventilasi, bertujuan untuk menurunkan PeOH darah sehingga mencegah vasodilatasi
pembuluh darah, selain itu juga dapat membantu menekan metabolisme anaerob, sehingga dapat
mengurangi kemungkinan asidosis.
- Cairan hiperosmoler digunakan cairan Monitol 15 % atau infuse untuk menarik air dari ruang
intrase ke dalam ruang intravaskuler lalu dikeluarkan melalui Deuresis.
- Kortikosteroid untuk menstabilkan darah otak.
- Barbiturat untuk membius pasien sehingga metabolisme otak dapat ditekan serendah mungkin,
akibatnya kebutuhan oksigen juga akan menurun.
3. Obat-obatan Neotropik
- Piritinol merupakan senyawa mirip perioksin (Vit-B6) mengaktivasi metabolisme otak dan
memperbaiki struktur serta fungsi membran sel.
- Piracetam merupakan senyawa mirip GABA – suatu neurotransmitter penting di otak.
- Citicholine, merupakan koenzim pembentukan lecitin di otak untuk sintesis membra sel dan
neurotransmitter di dalam otak.
- Perawatan luka dan pencegahan dekubitus.
- Antibiotika diberikan bila terdapat luka terbuka yang luas, trauma tembus kepala, fraktur
tengkorak yang dapat menyebabkan liquarihoe.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan di ………………
1. BIODATA
a) Identitas Penderita
Nama : Ny. D
TTL : -
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Diagnosa : Cidera Kepala Berat (CKB)
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
TTL : -
Umur : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Hubungan dengan Klien : Suami Klien
2. RIWAYAT KESEHATAN
a) Keluhan Utama
Pasien CKB mengeluh nyeri dibagian kepala
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dirawat selama tiga minggu dipoli penyakit dalam setelah menderita sakit kepala yang
timbul akibat pasien terjatuh dengan kepala terbentur.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu :
Trauma saraf, hipertensi intracranial, hipoksia, hiperkapnea, hipotensi siskemik.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit CKB
e) Genogram
KETERANGAN :
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Hidup dalam satu rumah
: Menikah : Klien
KETERANGAN
0 = Mandiri
1 = Dengan menggunakan alat buntu
2 = Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 = Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 = Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
Pasien dalam melakukan aktivitas dibantu oleh perawat/keluarga
c) Pola Istirahat Tidur
Pada pasien CKB mengalami gangguan tidur akibat cemas, gelisah dan nyeri di kepalanya.
d) Pola Nutrisi Metabolik
Pada pasien CKB terjadi gangguan metabolik yaitu nafsu makan klien berkurang karena
tidak dapat menelan.
e) Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien tidak normal, dalam BAK dan BAB pasien dipasang kateter dan
pispot untuk membantu klien melakukan pola deminasi. Inkotenesia kandung kemih/usus
mengalami gangguan fungsi.
f) Pola Kognitif Perseptual
Hilangnya sebagian penglihatan, dan pendengaran, gangguan pengelapan, adanya vertigo,
dan pasien merasakan nyeri berat, pasien mengalami kehilangan kesadaran.
g) Pola Peran Hubungan
1. Status perkawinan : Sudah menikah
2. Pekerjaan : Pegawai Negri sipil
ekerja : Sebelum sakit klien bekerja disalah satu Kantor Pemerintahan Yogyakarta
4. Sistem dukungan : Suami dan keluarga
h) Pola Nilai Kepercayaan
Klien beragama Islam, sembahyang/ibadah dilakukan secara rutin
i) Pola Konsep Diri
: Terganggu karena tidak dapat melakukan aktivitas
: Terganggu
i : Terganggu, karena merasa malu akibat penyakit yang dideritanya
iri : Terganggu, karena tidak ada keyakinan bahwa dirinya akan sembuh
: Terganggu, karena tidak dapat melakukan perannya dilingkungan masyarakat dan peran dalam
keluarga.
j) Pola Seksual Reproduksi
Pasien sudah tidak mengalami ovulasi karena telah berada pada masa menopouse
k) Pola Koping
- Masalah utama selama masuk RS yaitu kurangnya perawatan diri
- Pasien kehilangan rasa percaya dirinya
- Klien takut terhadap kekerasan
- Pandangan terhadap masa depan klien mengalami pesimis untuk sembuh
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu : < 37° C
Nadi :< 60 x/menit
TD :Sistole < 105, diastole < 60
RR :< 16 x/menit
TB/BB :ideal/menurun
b. Keadaan Umum
Keadaan umum tergantung berat ringannya penyakit yang dialami oleh pasien yaitu dari
samnolen/kesadaran cenderung menurun kadang pasien mengalami koma.
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kulit dan Rambut
Inspeksi
Warna kulit : Sawo matang, tidak ada lesi
Jumlah rambut : Tipis, rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : kurang bersih, ada ketombe
Palpasi
Suhu < 37° C
Warna kulit sawo matang, turgor kurang baik, kulit kering, tidak ada adema
2. Kepala
Inspeksi
- Bentuk simetris antara kanan dan kiri
- Bentuk kepala lonjong
Palpasi
Ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi : Bentuk bola mata pasien bulat, kelopak mata cekung, konjungtiva pucat, lapang pandang pasien
berkurang karena adanya gangguan penglihatan yaitu penglihatannya kabur, pupil mengalami
perubahan
4. Telinga
Inspeksi : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, ada serumen
Palpasi : Tidak ada benjolan
5. Hidung
Inspeksi : Simetris, hidung pasien kotor
Palpasi : Tidak ada benjolan
6. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pasien kering, gigi, gusi dan lidah pasien kotor karena kurang perawatan diri
7. Leher
Inspeksi : Bentuk leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : Leher kasar, karena kurang perawatan
8. Paru
Inspeksi : Pada waktu bernafas gerakan dada kanan dan kiri tidak sama saat dipegang
Palpasi : Gerakan dada terlihat tidak teratur saat inspirasi dan ekspirasi
Auskultasi : Saat di dengar dengan stetoskop nafas pasien terdengar tidak teratur, adanya bunyi ronohi
Perkusi : Saat diketuk terdengar bunyi sonor
9. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris
Auskultasi : Adanya bising usus karena peristaltik tidak teratur (5 – 35x/menit)
Palpasi : Tidak ada benjolan
Perkusi : Saat diketuk terdengar bunyi sonor
10. Jantung
Inspeksi : Pasien terlihat sesak nafas
Palpasi : Denyut jantung tidak teratur
Auskultasi : Frekuensi denyut jantung
Perkusi : Denyut jantung sonor
11. Anus dan Rectum
Hemoroid internal akibat system saraf terganggu
12. Pemeriksaan Neurologi
- Kesadaran pasien samnolen/cenderung menurun
- Gerakan pasien terbatas bahkan tidak dapat bergerak karena badrest total
- Pola pemecahan masalah pasien mau mengikuti terapi yang dianjurkan dokter
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT-Scan (Computer Tomography Scan)
2. Foto tengkorak cranium
3. MRI (Magnetic Resonan Imaging)
4. Laboratorium
Kimia darah : mengetahui ketidakseimbangan elektrolit
6. OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN
Obat-obatan Neotropik :
- Piritinol
- Piracetam
- Citi Choline
- Perawatan luka dan pencegahan dekubitus
- Antibiotika
- Antikonvulsan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
- Klien merasa lemah
- Klien merasa lelah
- Klien tampak lesu
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak bingung
- Klien sering muntah
- Klien mudah tersinggung
- Klien mengalami kehilangan keseimbangan
- Klien mengalami perubahan tekanan darah atau normal perubahan frekuensi jantung
- Klien mengalami perubahan tingkah laku atau kepribadian
- Klien mengalami gangguan fungsi usus/inkontenensia kandung kemih
- Klien mengalami kehilangan kesadaran
- Klien amnesia, vertigo, syncope, tinnitus
- Klien mengalami perubahan penglihatan
- Klien mengalami gangguan pengecapan
- Klien mengalami sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda
- Klien mengalami perubahan pola pernafasan, nafas bunyi ronchi
- Klien mengalami trauma
- Klien tampak ketakutan
- Klien meringis kesakitan
- Penglihatan klien tampak kabur
- Klien terpasang infus
- Klien tidak nafsu makan
- Kulit klien kering
- Klien tidak melakukan aktivitas sehari-hari
- Mata klien tampak pucat
- Klien sering terbangun karena nyeri dikepala
- Penampilan klien tampak kumuh
- Mulut klien bau
- Gigi klien kotor
- Klien mengalami keterbatasan ROM
- Turgor kulit klien jelek
- Mukosa tampak kering
BAB III
ANALISA DATA
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. D
Umur : 51 tahun
INTERVENSI (PERENCANAAN)
NO.DX TUJUAN TINDAKAN
1. Setelah dilakukan tindakan asuhan- Kaji intensitas nyeri
keperawatan selama ….. x 24 jam- Kaji pengalaman klien
diharapkan nyeri klien dapat terhadap nyeri
teratasi/terkurang dengan KH : - Evaluasi tentang keefektifan
- Nyeri klien terkontrol dari tindakan mengontrol nyeri
- Wajah klien tidak meringis - Kontrol faktor lingkungann
- Klien tidak gelisah yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
- Ajarkan teknik relaksasi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik
- Cek riwayat alergi
- Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
2. Setelah dilakukan tindakan asuhan- Kaji TTV
keperawatan selama ….. x 24 jam- Monitor menekan
diharapkan volume cairan klien makanan/cairan
dapat terpenuhi dengan KH. - Dorong masukan oral
- Klien tidak lemas - Anjurkan untuk minum air
- ND : normal banyak
- Mukosa tidak kering - Kolaborasi pemberian
- Turgor kulit baik cairan/makanan
- Monitor hasil laboratorium
yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN, HMT,
Osmolalitas Urin)
- Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa cidera kepala adalah keadaan dimana
struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak, durameter, pembuluh darah serta
otaknya mengalami cidera baik yang trauma tertutup maupun trauma tembus.
Cidera kepala dibagi menjadi 3 yaitu :
Cidera kepala ringan
Cidera kepala sedang
Cidera kepala berat
Dari pembahasan cidera kepala berat, perawat dapat mengambil diagnosis yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan fisik
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu memasukkan, mencerna makanan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
5. Perubahan porfusi jaringan berhubungan dengan penghentian darah oleh cerebral
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/imobilisasi
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
8. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuro muscular
9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
10. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest
B. SARAN
Dari Asuhan Keperawatan yang telah disusun, penulis menyarankan bagi pembuat
Asuhan Keperawatan berikutnya agar lebih teliti dan akurat dalam pengkajian agar diagnosa
yang diangkat sesuai dengan keluhan pasien. Seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak”.
Dan penulis menyadari, makalah ini cukup jauh dari sempurna. Maka penulis sangat mengharap
dan sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Untuk itu
penulis ucapkan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
- Arief, M, Suprohaitta, Wahyu, J.K, Wiewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media
Aesculapius FKUI : Jakarta
- Mc. Closkey, Joanne C. PHD, RN, FAAN, Bu Lechec Gloria, M, PhD, FAAN 2007. Diagnosa
Keperawatan NOC-NIC INC : St. Louis
- Cedera Kepala. www.medilinux.glogspot.com 2007
- Saani, Syaiful. 2007. Cedera Kepala Pediatrik Berat Pertimbangan
Khusus. www.medilinux.glogspot.com
- Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika