You are on page 1of 25

TUGAS KIMIA ANALITIK & INSTRUMENTASI

Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Disusun oleh :
VITA YULIANA PRASTIKA

2613141020

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK METALURGI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

BANDUNG

2015
Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia–Nya yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Atomic Absorption Spectrometry (AAS)” ini dengan baik
dan lancar sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik dan Instrumentasi.

Secara garis besar, makalah ini akan menginformasikan tentang konsep dasar AAS, jenis
– jenis AAS, komponen dalam AAS, logam – logam yang dapat ditentukan dengan AAS, dan lain-
lain.

Namun, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran selalu saya harapkan untuk memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua, Amiin.

Bandung, 11 Mei 2015

Penulis

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 2


Bab I

Pendahuluan

I.I Latar Belakang

Perkembangan teknologi dalam bidang analisis kimia semakin meningkat pesat. Analisa
ini bermanfaat untuk mengetahui kualitas maupun kuantitas dari produk yang dihasilkan
sehingga mutu dapat terjaga. Dalam proses analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan
metaloid dari suatu sampel, maka perlu ada teknologi khusus. Salah satunya adalah Atomic
absorption Spectrometry (AAS). Dimana pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh
panjang gelombang tertentu. Dahulu analisis unsur umumnya memakai cara kolorimetri atau
spektroskopis emisi. Sekarang absorpsi atom (AAS) merupakan pilihan utama dalam analisis
unsur, terutama yang berkadar rendah.

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis –
garis hitam pada spektrum matahari. Selanjutnya Alan Walsh pada tahun 1955 dari Australia
yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis kimia. Sebelumnya ahli kimia
banyak bergantung pada cara spektrofotometrik (metode analisis spektrografik). Cara
tersebut sulit dilakukan, sehingga digantikan dengan atomic absorption Spectrometry (AAS)
atau spektrofotometri serapan atom. Merupakan metode yang popular untuk analisa logam
karena disamping relatif sederhana, juga selektif dan sangat sensitif.

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis menemukan beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

I.II Rumusan masalah

Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai beikut :

 Bagaimana konsep dasar mengenai Atomic Absorption Spectrometry (AAS)?


 Apa saja jenis – jenis atomisasi dalam Atomic Absorption Spectrometry (AAS)?
 Bagaimana prinsip kerja dari Atomic Absorption Spectrometry (AAS)?

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 3


 Logam – logam apa saja yang dapat ditentukan dengan Atomic Absorption Spectrometry
(AAS)?

I.III Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

 Mengetahui konsep dasar dari Atomic Absorption Spectrometry (AAS).


 Mengetahui jenis – jenis atomisasi Atomic Absorption Spectrometry (AAS).
 Mengetahui prinsip kerja dari Atomic Absorption Spectrometry (AAS).
 Mengetahui logam – logam yang dapat ditentukan dengan Atomic Absorption
Spectrometry (AAS).

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 4


Bab II

Pembahasan

AAS sering juga disebut dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), Absorbsi atom
adalah spektroskopi atom yang pertama kali dapat diandalkan untuk menganalisa adanya logam
dalam sampel yang berasal dari lingkungan.
AAS itu sendiri adalah salah satu instrument untuk mengukur konsentrasi usur pada suatu
element yang menggunakan prinsip eksitasi pada atom. Penggunaan AAS ini sekarang cukup
popular, ada yang digunakan untuk cek darah dan urin misalnya pada analisis klinis, untuk industri
pertambangan, industri kimia, dll. Sesuai dengan namanya ini adalah sebuah instrumen yang
menggunakan spektrum cahaya sebagai kompenen utama pengukuran. Prinsipnya adalah serapan
spektra cahaya yang dilakukan oleh Atom – atom, ini yang spesialnya. Jadi kalau dibalik
bahasanya menjadi : instrumen dengan prinsip serapan cahaya oleh atom-atom.
AAS (Atomic Absorption Spectrometry) merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
untuk mengetahui keberadaan dan menentukan kadar logam terhadap sampel dengan
memanfaatkan absorpsi radiasi atom bebas, yakni berdasarkan pada penguraian molekul menjadi
atom (atomisasi) dengan energi dari api atau arus listrik.
Bila suatu sinar yang berasal dari sumber cahaya dikenakan pada atom, maka atom akan
menyerap energi cahaya tersebut. Akibatnya elektron pada atom itu akan berpindah dari keadaan
awal (sebelum mengabsorpsi cahaya) ke keadaan eksitasi, yang tereksitasi akan memancarkan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu, lalu elektron pada atom kembali ke keadaan awal
(ground state) disebut emisi

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 5


Sampel AAS adalah larutan (harus larutan) dan instrumen ini sangat spesial untuk
pengukuran Logam. jadi sampel adalah logam yang terlarut dalam air.
Jadi akan menyerap cahaya adalah Logam dalam bentuk Atom. Cara mendapatkannya jadi
gampang karena air sebagai pelarut sangat mudah diuapkan, komponen lain. Kalau ada biasanya
senyawa organik atau anion itupun mudah dihilangkan yaitu dengan cara dibakar bila kita
membakar suatu campuran (larutan) pada suhu diatas 500 derajat cescius, maka senyawa non
logam akan hancur, dan logam akan berubah menjadi atom-atomnya,. Maka dalam AAS tidak ada
tempat sampel tapi “ruang bakar”
Hal menarik lain dalam instrumen ini adalah sumber cahaya yang dipakai. Kalau dalam
spektrofotometer UV-Vis sumber lampu cukup satu untuk semua sampel, yaitu lampu wolfram
untuk wilayah Visible dan Deuterium untuk wilayah UV, sementara dalam AAS lampu yang
dipakai namanya “Lampu katoda Berongga” dimana untuk tiap Logam punya lampu sendiri jadi
kalau mau mengukur Hg maka harus digunakan lampu katoda berongga Hg. Terpaksa dilakukan
seperti ini supaya spektrum yang terpancar memiliki panjang gelombang yang tepat untuk tiap
atom yang diukur, sehingga hasil analisis bisa sangat akurat.
Keistimewaan yang lain dari AAS adalah penempatan monokromator setelah sampel,
padahal fungsi monokromator adalah untuk memilih panjang gelombang, berbeda dengan UV-Vis
Lampu yang dipakai adalah khusus atau spesifik artinya lampu hanya memancarkan satu
panjang gelombang, tidak perlu lagi dipilih pilih, justru setelah melewati sampel yang berada di
ruang bakar panjang gelombang jadi tidak pasti karena namanya ruang bakar pakai api, pasti ada
sinar dari api, sinar inilah yang harus disaring, sehingga yang sampai di detektor tetap panjang
gelombang yang diinginkan. penentuan kadar sama seperti pada instrumen lain, lebih baik gunakan
kurva standar.
Prinsip dasar AAS

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 6


AAS bekerja dengan cara mengukur panjang gelombang yang dipancarkan oleh atom.
Agar dapat memancarkan energi, maka atom harus dalam keadaan tereksitasi. Pengubahan tingkat
atom dari tingkat standar menjadi tingkat eksitasi dilakukan dengan cara memberikan energi pada
atom. Energi yang di serap atom membuat electron yang berada pada kulit bagian dalam terlepas,
lepasnya electron pada kulit bagian dalam menyebakan electron yang berada di luar menempati
posisi kosong di kulit bagian dalam, sehingga atom akan memancarkan energi dengan panjang
gelombang sesuai dengan karakteristikny. Setiap atom dari setiap unsur memiliki panjang
gelombang yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya.

Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-
unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik,
biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat
matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS pada
umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem
single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer
nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsur
golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana
penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.
Dalam AAS kita mengukur serapan (absorbsi) yang dialami oleh seberkas sinar yang
melalui kumpulan atom-atom. Serapan akan bertambah dengan bertambahnya jumlah atom yang
menyerap sinar tersebut.
Sinar tersebut bersifat monokromatis dan mempunyai panjang gelombang (λ) tertentu.
Suatu atom unsur X hanya bisa menyerap sinar yang panjang gelombangnya sesuai dengan unsur
X tersebut. Artinya, sifat menyerap sinar ini merupakan sifat yang khas (spesifik) bagi unsur X
tersebut. Misal : atom Cu menyerap sinar dengan λ = 589,0 nm sedangkan atom Pb menyerap sinar

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 7


dengan λ = 217,0 nm. Dengan menyerap sinar yang khas, atom tersebut tereksitasi (elektron terluar
dari atomnya tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi).
Hubungan antara serapan yang dialami oleh sinar dengan konsentrasi analit dalam larutan
standar bisa dipergunakan untuk menganalisa larutan sampel yang tidak diketahui, yaitu dengan
mengukur serapan yang diakibatkan oleh larutan sampel tersebut terhadap sinar yang sama.
Biasanya terdapat hubungan yang linier antara serapan (A) dengan konsentrasi (c) dalam larutan
yang diukur dan koefisien absorbansi (a).
A=a.b.c

Dari hukum Lambert-Beer / Bouguer-Beer


”Bila cahaya monokromatis dilewatkan pada media transparan maka berkurangnya intensitas
cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan ketebalan (b) dan konsentrasi larutan.”

Cara sederhana untuk menemukan konsentrasi unsur logam dalam cuplikan adalah dengan dengan
membandingkan nilai absorbans (Ax) dari cuplikan dengan absorbansi zat standar yang dikerahui
konsentrasinya.
Ax = Cx
As = Cs
Dimana
Ax = absorban sampel
As = absorban standar
Cx = konsentrasi sampel
Cs = konsentrasi standar

Prinsip kerja Atomic Absorption Spectrometry (AAS)

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 8


Dari gambar diatas, dapat dijelaskan prinsip kerja dari AAS yaitu : Cahaya dengan panjang
gelombang yang sesuai dengan panjang gelombang unsur yang akan dianalisis dilewatkan pada
sampel yang telah teratomisasi. Sebagian cahaya akan diserap dan sebagian lagi akan diteruskan
ke monokromator akan dideteksi oleh detektor. Hasil perhitungan gelombang cahaya yang diserap
tersebut dibandingkan dengan gelombang kalibrasi untuk mengetahui material dalam sampel.
Detektor akan mengirimkan sinyal listrik dan diperkuat oleh amplifier lalu diterjemahkan dalam
bentuk angka oleh integrator. Konsentrasi sampel diukur berdasarkan intensitas cahaya pada waktu
ada dan tidak adanya unsur yang dianalisis.

Cara Menggunakan AAS


Terdapat tiga proses dalam menganalisis logam menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom, yaitu: Pra Analitik, Analitik, dan Pasca Analitik.
a. Pra Analitik
Pada tahap ini, dilakukan preparasi sampel dan deret larutan. Standar dan sampel harus
dipersiapkan dalam bentuk larutan yang cukup stabil. Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman
yang rendah untuk mencegah korosi. Berikut cara kerjanya:
- Pembuatan standar: unsur yang akan dianalisa dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Lalu
dibuat dalam deret konsentrasi tertentu untuk pembuatan kurva standar.
- Preparasi sampel: digunakan pelarut yang sesuai dengan unsur yang akan dianalisa. Jika
sampel berbentuk padatan maka harus dilarutkan terlebih dahulu. Apabila sampel berbentuk
cair bisa langsung diencerkan.
- Lalu standard dan sampel disaring dengan syringe filter dan dimasukan kedalam tabung reaksi.
- Selanjutnya AAS dioperasikan dengan cara:
1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan
komputer secara berurutan.
2. Di buka program saa (spectrum analyse specialist), kemudian muncul perintah “apakah ingin
mengganti lampu katoda”, jika ingin mengganti klik yes dan jika tidak no.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda yang
dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan
berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau
ditambahkan dengan mudah.

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 9


4. Dipilih no jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program sas 3.0, dipilih menu select element and working mode.dipilih unsur yang akan
dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan. Jika telah selesai
klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings.
6. Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow:1,2 ; measurement;
concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ;
standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap
digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.

b. Analitik
Diukur blanko, standar, dan sampel dengan cara berikut:
1. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke
standar 1 ppm hingga data keluar.
2. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk standar
3 ppm dan 9 ppm. Maka akan didapatkan kurva standar.
3. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
4. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
5. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris
menu dengan mengklik file lalu print.
6. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama 10
menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit aas,
kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
Metode yang digunakan adalah metode Kurva kalibrasi. Dalam metode ini dibuat suatu seri
larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan
AAS. Sehingga didapatkan kurva kalibrasi dengan persamaan garis lurus : Y = a + bx dimana:
a = intersep
b = slope
x = konsentrasi

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 10


Y = absorbansi
Penentuan kadar sampel dapat dilakukan dengan memplotkan data absorbansi terhadap
konsentrasi atau dengan cara mensubstitusikan absorbansi ke dalam persamaan garis lurus.
c. Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, PMI, PME, pencantuman nilai rujukan/ batas baku
mutu, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.

Komponen – komponen Atomic Absorption Spectrophotometer

1. Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp)


Lampu katoda berongga terdiri atas tabung gelas yang diisi dengan gas argon (Ar) atau neon (Ne)
bertekanan rendah (4-10 torr) dan di dalamnya dipasang sebuah katoda berongga dan anoda.
Rongga katoda berlapis logam murni dari unsur obyek analisis. Misalnya : untuk pengukuran Fe
diperlukan lapisan logam Fe. Batang anoda terbuat dari logam wolfram / tungsten (W). Lampu
katoda berongga untuk membantu menentukan konsentrasi logam yang sesuai, karena akan
memancar pada panjang gelombang tertentu sesuai logam.

2. Ruang pengkabutan (Spray Chamber)


Merupakan bagian di bawah burner dimana larutan contoh diubah menjadi aerosol. Dinding dalam
dari spray chamber ini dibuat dari plastik / teflon. Dalam ruangan ini dipasang peralatan yang
terdiri atas :

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 11


1. Nebulizer glass bead atau impact bead (untuk memecahkan larutan menjadi partikel butir
yang halus)
2. Flow spoiler (berupa baling-baling berputar, untuk mengemburkan butir / partikel larutan
yang kasar)
3. Inlet dari fuel gas dan drain port (lubang pembuangan)

3 Pembakar (Burner)
Merupakan alat dimana campuran gas (bahan bakar dan oksida) dinyalakan. Dalam nyala yang
bersuhu tinggi itulah terjadi pembentukan atom-atom analit yang akan diukur. Alat ini terbuat dari
logam yang tahan panas dan tahan korosi. Desain burner harus dapat mencegah masuknya nyala
ke dalam spray chamber. Hal ini disebut ”blow back” dan amat berbahaya. Burner untuk nyala
udara asetilen (suhu 2000 – 22000 C) berlainan dengan untuk nyala nitrous oksida-asetilen (suhu
2900 – 30000 C). Burner harus selalu bersih untuk menjamin kepekaan yang tinggi dan
kedapatulangan (repeatability) yang baik.

4. Monokromator & Slit (Peralatan optik)


Fungsi : untuk mengisolir sebuah resonansi dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan oleh
lampu katoda berongga.

5. Detektor
Detektor merupakan suatu sistem yang fungsinya untuk mengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan oleh atom – atom sampel. Detektor berfungsi mengubah sinyal cahaya menjadi
sinyal listrik.
Detektor yang biasa digunakan dalam AAS ialah jenisphotomultiplier tube, yang jauh lebih peka
daripada phototube biasa dan responnya juga sangat cepat (10-9 det).
Ada dua macam detektor sebagai berikut:
1.Detektor cahaya atau foton
Detektor foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam hal ini setiap foton akan membebaskan
elektron (satu foton satu elektron) dari bahan yang sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat
berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
2.Detektor infra merah dan detektor panas.

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 12


Detektor infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul jika dua logam
yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.
Recorder (read out) berfungsi untuk mencatat hasil berupa kurva atau angka yang menggambarkan
absorbansi atau intensitas emisi dengan sistem digital atau analog. Umumnya AAS sekarang yang
banyak digunakan dilengkapi dengan integrator yaitu alat penghitung dan juga printer yaitu alat
perekam hasil.

6. Peralatan tambahan pada AAS yaitu :


1. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan
lampu indikator. Bila lampu indikator menyala, menandakan sedang berlangsungnya
proses pengatomisasian nyala api. Bila buangan sudah penuh, buang isinya tetapi
disisakan sedikit, agar tidak kering.
2. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran
pada AAS, yang langsung dihubungkan dengan cerobong asap bagian luar pada atap
bangunan. Penggunaannya yaitu menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, bila
lurus horizontal menandakan ducting tertutup.
3. Kompresor
Kompresor terpisah dengan main unit, karena untuk mensuplai kebutuhan udara yang
akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Bagian belakang kompresor
digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS. Alat ini
berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.

Metode Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)


1. Teknik Nyala
 Hydride Generation ( analisis logam volatile : As, Sb, Se, Sb, Sn )
 Flame ( hampir semua logam, dalam ppm )
2.Teknik Tanpa Nyala
 Grafit Furnace ( hampir semua logam, dalam ppb )

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 13


 Cold Vapor ( khusus logam Hg )

1. Metode Nyala ( Flame )


Sampel diaspirasikan ke spray chamber lewat kapiler darinebulizer. Penyedotan ini akibat
efek tekanan gas oksidan yang masuk ke nebulizer. Aliran larutan ini keluar kapiler dengan
kecepatan tinggi dan segera menumbuk silica glass bead di depannya sehingga terpecahlah larutan
membentuk butir-butir kabut. Kabut ini bercampur dengan gas membentuk aerosol. Setelah proses
pengkabutan, campuran gas naik menuju burnermaka terjadi proses pemanasan dan pengatoman.
Setelah itu terjadi penyerapan sinar oleh atom, banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus
dengan kadar zat.

2. Metode Tanpa Nyala ( Flameless )


Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan energi listrik pada batang karbon yang biasanya
berbentuk tabung grafit. Contoh diletakkan dalam tabung grafit dan listrik dialirkan melalui
tabung tersebut sehingga tabung dipanaskan dan contoh akan teratomisasikan. Temperatur tabung
grafit dapat diatur dengan merubah arus listrik yang dialirkan, sehingga kondisi temperatur
optimum untuk setiap macam contoh / unsur yang dianalisa dapat dicapai dengan mudah

3. Metode Cold Vapor


Pada metode ini senyawa raksa ( Hg ) dalam contoh uji dioksidasikan dengan penambahan
KmnO4 menjadi Hg2+ pada proses destruksi ( dengan waterbath ) pada suhu 950 C, proses
destruksi dilakukan dalam suasana asam Hg2+ yang terbentuk direduksi oleh SnCl2 menjadi Hg0 (
uap Hg ). Kemudian atom netral tersebut akan menguap sebagai atom-atom bebas dan didorong
oleh udara ke sel. Jika cahaya dengan panjang gelombang lampu katoda Hg melalui sel, maka sinar
yang diabsorbsi oleh Hg berbanding lurus dengan kadar Hg.

Preparasi Sampel dari Sampel Padatan


Pada pelaksanaannya, standar dan sampel analit harus merupakan larutan encer dan jernih
melalui pipa kapiler dinebulasi ke dalam burner, mengalami desolvatasi, vaporisasi, dan atomisasi
dalam nyala api. Dalam nyala api, atom dan molekul naik sampai tingkat tereksitasi melalui
tumbukan termal dengan gas yang menyala. Pada waktu kembali ke tingkat dasar, radiasi yang

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 14


diemisikan dilewatkan monokromator untuk mengisolasi panjang gelombang khas untuk analisis
unsur tertentu.
Apabila sampel yang akan dianalisis berasal dari sampel padatan maka sampel tersebut harus
di ubah dalam bentuk cair. Sampel diperlakukan dengan cara dekomposisi (peleburan, pengabuan,
ekstraksi), lalu dilarutkan dengan aquades untuk diubah menjadi larutan. Didalam melarutkan,
pelarut yang digunakan dapat berupa pelarut air (larutan aquatik) dan pelarut bukan air (larutan
non aquatik) yaitu berupa pelarut organik.
1. Sampel yang berupa padatan dilarutkan sampai melarut sempurna
a. Logam alkali dilarutkan dalam asam membentuk larutan yang aquatik, larutan ini diperiksa
dengan AAS selama kandungan total dissolved solid <2 %.
b. Bila logam dalam sampel mempunyai konsentrasi tinggi, maka harus diencerkan.
Pengenceran diperbolehkan sampai 20x.
Ada 2 cara pelarutan :
a) Proses destruksi
Proses destruksi selesai apabila larutan yang di destruksi terlihat jernih, menandakan
partikel larut tanpa ada partikel padat yang tersisa. Prinsipnya mirip dengan distilasi yaitu
dengan memanaskan sampel padat yang sudah dicampur dengan katalis untuk melarutkan
partikel padat yang berada di dalam sampel. Katalisator mempercepat reaksi dengan
menaikkan titik didih H2SO4 saat ditambahkan H2SO4 pekat serta mempercepat kenaikan
suhu H2SO4.
b) TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure)
Digunakan untuk menentukan total kandungan logam dalam sampel padatan. Prinsip
TCLP adalah melarutkan kandungan logam dalam tanah/padatan dengan cara memutarnya
selama 18-20 jam menggunakan rotary agitator. Sehingga diharapkan partikel dalam
sampel dapat larut dan bercampur secara homogen.
1. Unsur-unsur As, Se dan Hg yang mempunyai sifat mudah menguap pada pengabuan
(ashing), maka sampel tidak boleh diabukan.
Misalnya pada penentuan logam Cu dalam mineral batuan yang mengandung banyak
logam Fe, maka dapat diekstraksi dengan pengompleks asetilaseton dalam pelarut
kloroform. Ekstraksi akan memisahkan unsur logam yang menyebabkan gangguan dengan
unsur analit. Zat analit yang sudah dipisahkan akan dapat ditentukan serapannya tanpa

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 15


gangguan unsur logam lain. Berikut beberapa proses ekstraksi : Besi dan Baja dengan cara
penguraian menggunakan HCl-HNO3 atau dengan campuran asam (asam posfat dan asam
sulfat).

Jenis – Jenis Atomisasi dalam Atomic Absorption Spectrometry (AAS)


Ada dua komponen utama dalam AAS, yaitu introduksi sampel dan sumber atomisasi.
Ada 4 jenis AAS dalam pembentukan atom (pengatomisasian), yaitu :
1. Atomisasi dengan nyala (Flame-ASS)
Larutan sampel dalam bentuk kabut (aerosol yang dihasilkan oleh
Nebulizer/pengabut) disemprotkan ke dalam nyala (sebagai sel tempat sampel)
bercampur dengan campuran gas bahan bakar (gas hidrogen yang diencerkan oleh gas
inert (N2 atau Ar)) dan gas pengoksidasi. Senyawa logam dipanaskan membentuk atom
logam pada suhu ± 1700°C atau lebih.
Pada flame-AAS keberhasilan proses pengatoman bergantung pada suhu nyala:
1) Udara-asetilen (fuel asetilen & oxidant udara) dengan suhu nyala : 2100 – 2400 °C.
Suhu 2300 °C sering digunakan. Flame ini sedikit lebih panas dibanding udara-
propana. Secara teori pembakaran asetilen menghasilkan CO2 dan H2O, tetapi
normalnya menghasilkan CO dan CO2 yang sebanding.
C2H2 + 2O2 + N2 → CO + H2O + N2 + CO2
5
2C2H2 + 2O2 + N2 → 4CO + H2O + N2 + H2

2) Nitrousoksida-asetilen (fuel asetilen & oxidant nitrousoksida) dengan suhu nyala :


2600 – 2800 °C dengan suhu yang tinggi dan fuel rich. Dalam reaksi produk yang
dihasilkan berupa CO dan H2 daripada CO2 dan H2O.
C2H2 + 5N2O → 2CO + 2H2 + 2N2
Dalam flame ini dihasilkan radikal H2 bebas 0,05 fraksi mol. Dibandingkan dengan
udara-asetilen, maka nitrousoksida-asetilen mempunyai intensitas OH dan emisi
kontinyu 10x lipat.
3) Udara-propana (fuel propana & oxidant udara) dengan suhu nyala : 1700 – 1900 °C.
Kecepatan pembakaran cukup rendah, 30 – 60 cm/s.

Syarat – syarat dari 3 gas diatas yang digunakan dalam atomisasi nyala :

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 16


a. Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisa
b. Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan
c. Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
d. Gas cukup murni dan bersih (UHP)

Dalam nyala sampel mengalami beberapa proses :


a. Penguapan pelarut meninggalkan butiran-butiran padatan
b. Terurai menjadi atom-atomnya atau berubah terlebih dahulu menjadi uap
c. Lalu terurai, dan atom-atom energi cahaya dari sumber cahaya dan tereksitasi ke
tingkat energi lebih tinggi
Hal – hal yang harus diperhatikan pada flame-AAS :
1. Standar dan sampel dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil. Dianjurkan
larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah korosi
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur yang
dianalisa
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
a. Tidak mudah meledak bila kena panas
b. Mempunyai berat jenis > 0,7 g/ml
c. Mempunyai titik didih > 100 ºC
d. Mempunyai titik nyala yang tinggi

Keuntungan Flame-AAS :
1) Lebih mudah dalam pengoperasian alat
2) Ketelitian dan kepekaan yang cukup tinggi

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 17


3) Flame homogen
4) Long path length

Kelemahan Flame-AAS :
1) Hanya untuk logam (tidak untuk non-logam)
2) Hanya 5 – 15% sampel hasil nebulisasi yang menjangkau flame (dengan tipe burner
yaitu premix) lalu dilarutkan dengan fuel dan oxidant gas.
3) Volume sampel minimum 0,5 – 1,0 mL agar pembacaannya bagus
4) Sampel yang digunakan tidak bisa dalam fasa gas atau padat (harus dilarutkan
terlebih dahulu)
5) Sampel yang kental, seperti minyak dan darah, perlu dilarutkan dengan pelarut atau
harus wet ashed sebelum sampel dinebulisasi.
6) Efesiensi pengatoman rendah
7) Penggunaan gas mempertinggi biaya operasional

2. Generasi Hidrida (Hydride Generation Methode)


Dengan proses penguapan dilakukan pada suhu rendah atau suhu kamar. Prosedurnya
hampir mirip dengan Hg (cold vapor generation method). Ikatan hidrida sangat lemah,
sehingga pemanasan dengan flame udara-asetilen sudah dapat mengatomisasi 100%
sampel. Prosesnya yaitu:
a. Hidrida dibentuk dengan cara mereaksikan sampel dengan natrium borohidrida
(NaBH4) atau dilakukan dengan memberikan reduktor dari KI dan SnCl2, ditambah
Zn dan asam kuat.
b. Lalu hidrida logam dialirkan ke sel gas panas menggunakan aliran Ar/N2 dan
dialirkan ke dalam sel gas di atas nyala Ar-H2 atau udara-asitilena.
c. Kemudian akan teratomisasi menjadi atom-atom bebas.
Unsur As biasanya terdapat dalam tingkat oksidasi +3 dan +5. Kepekaan As3+ lebih
tinggi daripada As5+ jika menggunakan metode hidrida. Sehingga sebelum analisis,
As5+ harus direduksi terlebih dahulu menjadi As3+ menggunakan reduktor (KI,
SnCl2 atau NaBH4). Berikut reaksi penentuan Arsen:
As5+ + BH4- -> As3+

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 18


As3+ + BH4- -> AsH3 As
Batas deteksi berikut didasarkan sampel larutan 50 ml.

Unsur LOD (ppb)


Antimony, Sb 0,1
Arsenic (As), Bismuth (Bi), Mercury
0,2
(Hg), Selenium (Se), Tellurium (Te)
Tin, Sn 0,5

3. Graphite Furnace or Electrothermal AAS (GFAAS or ETA-AAS)


Dari kelemahan yang dimiliki flame-AAS maka dikembangkan teknik tanpa nyala
menggunakan tungku grafit sebagai pengganti nyala yang mempunyai efesiensi
atomisasi 90% dibanding nyala efesiensi atomisasi 10%.

Prosesnya : larutan sampel (1 – 200 𝜇𝑙) diinjeksikan ke dalam tabung grafit, yaitu
dengan memasukkan ujung mikropipet melalui port di outlet water jacket, lalu ke gas
inlet orifice di bagian tengah tube grafit, yang dipasang diantara 2 buah elektroda. Lalu
arus listrik dialirkan sehingga tabung grafit naik suhunya yaitu sampai suhu yang dapat
mengevaporasi pelarut dalam larutan. Arus listrik diatur, digunakan untuk mengatur suhu
dapat mencapai 3000K. Arus listrik akan meningkat ketika pertama kali sampel menjadi
abu, lalu terjadi vaporisasi sehingga dihasilkan atom logam. Sehingga unsur logam dan
metaloid yang dapat diatomkan dalam flame-AAS dapat diatomkan disini dengan
mengatur suhu grafit.

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 19


Tungku grafit yang digunakan berupa tabung silinder (hollow graphite cylinder)
tersebut dari grafit terkompresi dengan atau tanpa pelapisan grafit pirolitik. Alat ini
mengandung 50 mm panjang dan 9 mm diameter dalam, sehingga sinar radiasi melewati
sepanjang sumbu dari tube. Tungku dipanaskan dengan listrik yang dapat diatur suhunya.
Tungku dihubungkan dengan platform untuk memasukkan gas inert ke dalam tabung
untuk mencegah oksidasi tabung grafit selama proses pemanasan. Tahapan proses yang
terjadi dalam tungku adalah :
1) Tahap pengeringan (drying) dengan cara penguapan pelarut (100 0C – 200 0C)
2) Pengabuan (ashing) bahan organik (6000C – 1000 0C)
3) Pengatoman (atomization), gas inert dialirkan dan kemudian logam diuapkan (1500
0
C – 3000 0C) dan absorbansinya diukur. Suatu modifier dapat ditambahkan untuk
mencegah hilangnya analit.

Hal yang perlu diperhatikan :


1. Jangan menggunakan media klorida, lebih baik nitrat.
2. Sulfat dan fosfat bagus untuk pelarut sampel, biasanya setelah sampel ditempatkan
dalam tungku.
3. Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interfensi dapat terjadi pada sampel dan
standar.
4. Unuk mengubah unsur logam menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi
panas. Suhu harus diatur agar proses atomisasi sempurna. Ionisasi harus dihindarkan,
terjadi apabila suhu terlampau tinggi. Fuel & oksidator dimasukkan dalam mixing
chamber lalu melalui baffle menuju ke burner. Burner dengan lubang sempit dan
aliran gas pembakar serta oksidator dikendalikan dengan seksama.
5. Dengan gas asetilen & oksidator udara bertekanan, suhu maksimum adalah 1200°C,
untuk suhu tinggi biasanya digunakan N : O = 2 : 1. Karena itu banyaknya interfensi

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 20


dan efek nyala yang tersedot balik, nyala mulai kurang digunakan, sebagai gantinya
digunakan proses atomisasi tanpa nyala, misalnya suatu perangkat pemanas listrik.
Sampel sebanyak 1-2 ml diletakkan pada batang grafit yang porosnya horizontal Pada
tungku grafit suhu dapat dikendalikan secara elektrik. Biasanya suhu dinaikkan
secara bertahap, untuk menguapkan dan sekalgius mendisosiasi senyawa yang
dianalisis.

Keuntungan GFAAS :
1. Sampel yang dibutuhkan sangat kecil (0,5 𝜇𝑙)
2. Tidak perlu preparasi sampel, beberapa sampel padat tidak perlu membutuhkan
pelarutan terlebih dahulu
3. Sensitivitas tinggi, 100-1000x batas deteksi dibandingkan dengan flame AAS.
Kekurangan GFAAS :
1) Terjadi loss analit pada tahap ashing, yaitu senyawa volatil (As, Se, Tl, dan Hg)
2) Tidak semua sampel teratomisasi, tetapi akan menghasilkan “memory effect” dengan
furnace.
3) Presisinya lebih jelek dibandingkan dengan flame-AAS.

4. Atomisasi dengan Metode Penguapan (Vapour Generation methode)


Metode atomisasi ini memberikan sensitivitas yang paling tinggi, metode meliputi :
 Cold Mercury Vapor Cells (Mercury Generation Methode)
Atau dinamakan CVAAS (Cold vapor atomic absorption spectroscopy). Merkuri
mempunyai tekanan uap atom yang signifikan pada suhu kamar dan hanya unsur ini
(selain unsur gas) yang mempunyai sifat seperti itu. Sehingga dalam sinyal AAS
diukur pada suhu kamar (cold). Batas deteksi 0,02 ppb dapat diperoleh dengan
menggunakan 50 ml larutan sampel.
Khusus untuk atomisasi merkuri (Hg), atom – atom Hg yang ada di dalam sampel
sebagai ion positif, direduksi menjadi netral dan akan menguap sebagai atom-atom
bebas pada suhu normal. Sebagai reduktor dapat digunakan SnCl2 20% atau NaHB4
dalam HCl 10%. Kemudian uap (gas) atom – atom Hg bersama – sama gas inert
(N2 atau Ar) dialirkan melalui sel gas. Ada 4 metode dalam menguapkan Hg yaitu :

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 21


1) Reduksi – Aerasi : Hg dalam larutan air direduksi dan kemudian dikeluarkan dari
larutan dengan cara mengalirkan gelembung gas.
2) Pemanasan : Sampel dipirolisis atau dibakar.
3) Amalgamasi Elektrolitik : Hg dilapiskan pada katode Cu selama elektrolisis.
Katoda kemudian dipanaskan untuk membebaskan Hg.
4) Amalgasi Langsung : Hg dikumpulkan pada kawat Ag atau Cu lalu dibebaskan
dengan pemanasan. Metode ini dapat digabung dengan 1 dan 2 sebagai metode
konsentrasi.

Logam – logam dalam Atomic Absorption Spectrometry (AAS)


Berikut merupakan jenis – jenis logam yang dapat dianalisis dengan AAS berdasarkan dari
4 jenis AAS :
1. Flame-ASS
1) Udara-asetilen = hampir semua unsur logam (Li, Na, K, Rb, Cs, Mg, Sr, Ba, Cr, Mn,
Fe, Ru, Co, Ni, Cu, Zn, Ga, Rh, Rb, Pd, Ag, Cd, In, Sn, As, Se, Te, Ir, Pt, Au, Hg, Tl,
Pb, Sb, Bi, dll ). Serta oksida – oksida stabil seperti Ca dan Mo.
Cu Ag Au Zn Cd Hg

Panjang gelombang 324,7 328,1 242, 213,9 228,8 253,7


[nm] 8
Lebar slit [nm] 0,7

Sumber cahaya hollow cathode lamp

Nyala udara – asetilen, pengoksidasi (lean, biru)

Sensitivitas [mg/l] 0,03 – 2,5 0,3 0,01 2,5 – 4,2


0,07
Batas deteksi [mg/l] 0,002 0,01 0,02 0,002 0,28

Rentang optimum 5 0,05 - 4 2-20 1 2 200

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 22


2) Nitrousoksida-asetilen = untuk logam “refractory” merupakan logam yang tahan api
(seperti Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Sc, Ti, V, B, Al, Si, Ge, Y, Zr, Nb, Mo, Sn, La, Hf, Ta,
W, Re, Os, Pr, Nd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, Lu, dan Mo)
B Si Ge P Ba Y

Panjang 249,7 251,6 265,1 213,6 553,5 410,2


gelombang [nm]
Lebar slit [nm] 0,7 0,2 0,2 0,2 0,4 0,2

Sumber cahaya hollow cathode lamp

Nyala nitrousoksida– asetilen, fuel rich, reddish white cone

Sensitivitas 13 0,8 – 0,8 – 250 – 0,02 1,6 –


[mg/l] 2,0 2,2 290 1,8

Batas deteksi 0,7 0,06 0,15 20 0,008 0,5


[mg/l]
Rentang 400 150 100 1000 20 200
optimum [mg/l] 0

3) Udara-propana = pembentukan atom alkali atau lebih baik untuk logam yang mudah
dikonversi menjadi keadaan uap atom seperti Li, Na, K, Rb, dan Cs.
Unsur Panjang gelombang (nm) LOD – AAS (ppb)

Sb 217,581 & 231,147 100 & 100

Bi 223,061 50

Ca 422,673 2

Zn 213,856 2

Cs 455,5276 & 852,1122 600 & 50

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 23


Cr 357,869 5

Co 240,725 5

Sn 224,605 30

Keterangan:
LOD = Limit of Detection – Batas Deteksi merupakan konsentrasi terkecil yang
berbeda dari blank yang secara statistik dapat dideteksi. LOD ini dihitung
berdasarkan 2x standar deviasi dari pengukuran sedikitnya 10x larutan blank.
2. Hydride Generation Methode
Logam As, Sb, Se, Sn, Te, Bi dan Ge, yang membentuk senyawa volatil.
3. Graphite Furnace AAS
Unsur-unsur yang dapat dianalsis dengan menggunakan GFAAS adalah sama dengan
unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan flame-AAS. Unsur-unsur yang sama sekali
tidak dapat dianalisis, yaitu tungsten, Hf, Nd, Ho, La, Lu, Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y,
dan Zr. Karena unsur tersebut dapat bereaksi dengan graphit.
4. Vapour Generation methode
a. Metode Penguapan Merkuri (Mercury Generation Methode) = logam Hg

Penentuan Kadar Cu dengan metode AAS


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar Cu dengan metode Spektrofotometri
Serapan Atom. Prinsip kerja alat ini adalah absorpsi cahaya oleh atom. Di sini atom-atom
menyerap cahaya pada panjang gelombang yang sesuai dengan karakteristik atom tersebut. Sinar
– sinar yang diserap berupa sinar ultraviolet dan sinar tampak.

Metode yang dipakai dalam analisa dengan AAS ini menggunakan metode adisi standar.
Metode ini dipilih karena dapat meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan
matriks sampel dengan standar yang digunakan. Metode ini dilakukan dengan menambahkan
larutan standar ke dalam sampel dan melakukan pengukuran absorbansi terhadap campuran
sampel dan larutan standar tersebut. Larutan standar yang digunakan dalam percobaan adalah
larutan CuSO4 1 M. Larutan ini dipilih karena merupakan standar bagi logam Cu. Metode ini
menggunakan volume larutan smpel yang tetap yakni 10 ml, sementara larutan standar yang

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 24


ditambahkan bervariasi dari 0,5 ml, 1 ml dan 1,5 ml. Masing – masing campuran sampel dengan
ketiga volume larutan standar tersebut selanjutnya dianalisa dengan AAS.

Hasil analisa AAS terhadap larutan – larutan di atas akan memberikan nilai absorbansi
dan transmitan. Dari data absorbansi yang diperoleh tersebut, dapat dihitung konsentrasi Cu
dalam larutan sampel. Perhitungan ini dilakukan melalui perbandingan nilai absorbansi pada
berbagai larutan sampel sesuai persamaan 5,6 dan 7. Kecenderungan yang tampak dari
perhitungan tersebut adalah konsentrasi Cu semakin besar seiring dengan penambahan volume
larutan standar. Padahal seharusnya nilai konsentrasi tersebut harusnya sama. Perbedaan ini
disebabkan oleh konsentrasi sampel yang tinggi sehingga mempengaruhi hasil konsentrasi Cu
sehingga konsentrasi yang didapat berbeda-beda, hal ini dikarenakan seharusnya AAS digunakan
untuk larutan dengan konsentrasi rendah (menggunakan ppm). Perhitungan tersebut dapat
digunakan untuk mencari kadar rata – rata Cu dalam sampel, yakni sebesar 0,62 M.

Nilai transmitan menunjukkan besarnya besarnya sinar yang ditransmisikan oleh sampel.
Makin kecil nilai transmitan maka makin banyak sinar yang diabsorpsi oleh larutan. Pada tabel
menunjukkan bahwa nilai transmitan terendah terjadi pada absorbansi A3 yakni sebesar 0,4659
% dengan nilai transmitan rata-rata 0,5016%.

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa AAS (Atomic Absorption


Spectrophotometry) merupakan metode analisa unsur logam yang dilakukan terhadap suatu
sampel dengan memanfaatkan absorpsi radiasi atom bebas. Ada 4 jenis atomisasi pada AAS
yaitu Flame-AAS, Hydride Generation Method, Graphite Furnace-AAS, dan atomisasi dengan
metode penguapan. Prinsip dari AAS yaitu terjadi penyerapan energi dari sumbernya oleh
atom-atom yang di bebaskan oleh nyala dengan panjang gelombang tertentu oleh atom
sehingga atom mengalami transisi elektronik dari keadaan dasar ke keadaaan tereksitasi.
Logam – logam ditentukan dengan Atomic Absorption Spectrometry (AAS) harus disesuaikan
dengan jenis atomisasi AAS-nya. Proses ekstraksi logam dari suatu padatan dengan dilakukan
penambahan suatu zat. Ada beberapa kelebihan dari AAS seperti mudah digunakan sedangkan
kekurangannya yaitu seperti pengaruh dari gangguan spektrum,dll.

Kimia Analitik&Instrumentasi (Atomic absorption Spectrometry) 25

You might also like