You are on page 1of 6

A.

LATAR BELAKANG

Dispepsia menjadi keluhan klinis yang paling sering dijumpai dalam

praktik klinik sehari-hari. Penyebab sindrom atau keluhan ini beragam, berbagai

penyakit termasuk juga didalamnya penyakit yang sering mengenai lambung,

atau yang lebih sering dikenal sebagai penyakit maag kerap dikaitkan dengan

sindrom atau keluhan ini. Dispepsia fungsional memiliki tingkat prevalensi yang

tinggi pada tahun 2010, yaitu 5% dari seluruh kunjungan layanan kesehatan

primer (Abdullah & Gunawan, 2012).

Di negara-negara barat, populasi orang dewasa yang dipengaruhi oleh

dispepsia sekitar 14-38%, dengan 13-18% diantaranya memiliki resolusi spontan

dalam satu tahun serta prevalensi yang stabil dari waktu ke waktu. Sebanyak

25% dari populasi Amerika Serikat dipengaruhi dispepsia setiap tahunya, dan

hanya sekitar 5% dari semua penderita mendatangi dokter pelayanan primer

(Andre et al., 2013).

Penelitian terhadap dispepsia fungsional di beberapa negara di Asia juga

menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi, yaitu di Cina sebanyak 69% dari

782 pasien dispepsia, di Hongkong 43% dari 1.353 pasien, di Korea 70% dari

476 pasien, dan Malaysia 62% dari 210 pasien (Muya et al., 2015).

Dispepsia berada pada urutan ke-10 dengan proporsi sebanyak 1,5% dalam

katagori 10 jenis penyakit terbesar untuk pasien rawat jalan di semua rumah

sakit di Indonesia. Dari 50 daftar penyakit, dispepsia berada pada urutan ke-15
katagori pasien rawat inap terbanyak di Indonesia pada tahun 2004 dengan

proporsi 1,3% serta menempati posisi ke-35 dari 50 daftar penyakit yang

mengakibatkan kematian dengan PMR 0,6% (Kusuma et al., 2011).

Pasien yang mengalami penyakit dispepsia sering disertai dengan rasa

nyeri atau rasa tidak nyaman di bagian perut. Nyeri merupakan kondisi berupa

perasaan tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Rasa nyeri dapat

menjadi peringatan terhadap adanya ancaman yang bersifat actual maupun

potensial (Betty, 2015). Namun, nyeri bersifat subjektif dan sangat individual.

Respons seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, usia,

budaya, dan lain sebagainya. Berbagai faktor tersebut harus menjadi bahan

pertimbangan bagi perawat dalam melakukan penatalaksanaan terhadap

perawatan nyeri (Andarmoyo, 2013 ).

Penatalaksanaan nyeri ada 2 yaitu farmakologis dan non farmakologis.

Penatalaksanaan farmakologis adalah cara paling efektif untuk menghilangkan

nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri terutama untuk nyeri yang

sangat hebat berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari (Smeltzer & Bare

(2011). Sedangkan terapi non farmakologi (mandiri) merupakan tindakan pereda

nyeri yang dapat dilakukan perawat secara mandiri tanpa tergantung pada

petugas medis lain, dimana dalam pelaksanaannya perawat dapat melakukan

dengan pertimbangan dan keputusan sendiri (Bangun & Nur’aeni, 2013).

Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat mengatasi nyeri adalah Massase,


Distraksi, Terapi music, Hidroterapi, Tekhnik relaksasi nafas dalam, Guide

Imagery, Aromaterapi, Kompres, Tekhnik Acupresurre dan terapi murottal

(Smeltzer & Bare, 2011).

Dalam mengatasi nyeri, perawat di dorong dapat melakukan

penatalaksanaan non farmakologis sebagai tindakan yang dapat dilakukan secara

mandiri oleh perawat. Selain itu, penatalaksanaan non farmakologis juga tidak

mempunyai efek samping seperti halnya penggunaan terapi farmakologis.

Karena penggunaan terapi farmakologis (obat-obatan) akan menimbulkan efek

samping pada organ tubuh ataupun efek samping lain. Dalam penelitian yang

akan dilakukan, peneliti akan menggunakan terapi relaksasi distraksi, karena

dalam pelaksanaan terapi tersebut tidak di perlukan pelatihan khusus dan hanya

memerlukan terapi komunikasi terapeutik oleh perawat.

Dari paparan di atas, peneliti bermaksut akan meneliti tentang Pengaruh

Terapi Relaksasi Distraksi terhadap Penurunan Nyeri Abdoment pada Pasien

Dispepsia di Ruang Flamboyan RSUD R.Soedjati Purwodadi.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan data – data yang telah di sampaikan di atas, di temukan

kesenjangan yang akan diteliti adalah “Adakah Pengaruh Terapi Relaksasi

Distraksi terhadap Penurunan Nyeri Abdomen pada Pasien Dispepsia di Ruang

Flamboyan RSUD R.Soedjati Purwodadi?”.


C. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

Adakah Pengaruh Terapi Relaksasi Distraksi terhadap Penurunan Nyeri

Abdomen pada Pasien Dispepsia di Ruang Flamboyan RSUD R.Soedjati

Purwodadi.

2. Tujuan Khusus :

a. Mengidentifikasi pasien nyeri abdomen dengan dyspepsia di ruang

Flamboyan RSUD R.Soedjati Purwodadi

b. Mengidentifikasi tingkat nyeri abdomen pada pasien dengan dyspepsia

di ruang Flamboyan RSUD R.Soedjati Purwodadi sebelum pemberian

terapi Relaksasi Distraksi

c. Mengidentifikasi tingkat nyeri abdomen pada pasien dengan dyspepsia

di ruang Flamboyan RSUD R.Soedjati Purwodadi setelah pemberian

terapi Relaksasi Distraksi

d. Menganalisa tentang Pengaruh Terapi Relaksasi Distraksi terhadap

Penurunan Nyeri Abdomen pada Pasien Dispepsia di Ruang Flamboyan

RSUD R.Soedjati Purwodadi

D. Manfaaat Penelitian

Setelah penelitian selesai peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat baik

secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis
a. Penelitian yang akan dilakukan diharapkan turut berkontribusi dalam

ilmu keperawatan medical bedah dalam upaya mengurangi tingkat nyeri

abdomen pada pasien dispepsia.

b. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk peneliti lain yang

ingin mengetahui lebih jauh tentang Pengaruh Terapi Relaksasi

Distraksi terhadap Penurunan Nyeri Abdomen pada Pasien Dispepsia di

Ruang Flamboyan RSUD R.Soedjati Purwodadi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai masukan bagi team perawat dan team kesehatan lainnya

dalam memberikan asuhan keperawatan tentang Pengaruh Terapi

Relaksasi Distraksi terhadap Penurunan Nyeri Abdomen pada Pasien

Dispepsia di Ruang Flamboyan RSUD R.Soedjati Purwodadi.

b. Bagi responden

Diharapkan responden dapat melakukan koping diri yang kuat dalam

upaya mengurangi tingkat stress yang dihadapi

c. Bagi mahasiswa

1) Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bagi mahasiswa

mengenai permasalahan pasien dengan Dispepsia

2) Supaya mahasiswa mau berfikir secara cerdas dalam permasalahan

yang dihadapi pasien Dispepsia


3) Memberikan acuan penanganan tingkat nyeri abdomen pada pasien

dispepsia

E. JURNAL TERKAIT

You might also like