You are on page 1of 89

I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang

setingkat dengan SMA, akan tetapi SMK memiliki perbedaan sistem belajar

mengajar dengan SMA. Perbedaan dari SMK adalah siswa diajar dengan tujuan

target siap kerja. Selain itu porsi pembelajaran di SMK memiliki porsi

pembelajaran 60% praktek dan 40% teori.

Beberapa tahun ini pemerintah semakin giat mendirikan SMK diberbagai tempat

untuk mendukung lahirnya lulusan SMK yang siap kerja dan kompetitif. Salah

satu SMK yang telah berdiri di Bandar Lampung sejak 1968 adalah SMK-SMTI

Bandar Lampung yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman No. 43, Enggal, Bandar

Lampung. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan favorit

bidang teknik kimia yang terdapat di Kota Bandar Lampung. Dengan memiliki 2

jurusan teknik kimia yaitu kimia analis dan kimia industri untuk dijadikan tenaga

kerja tingkat menengah yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap

sebagai teknisi industri.

Peserta didik jurusan kimia industri wajib memiliki pengetahuan dan kompetensi

dibidang kejuruan baik itu dalam hal praktek maupun teori sebagai modal untuk
memasuki dunia kerja. Dunia industri dalam era globalisasi sudah menaikkan

standar kompetensi untuk para pekerja, sehingga sebagai pendidik guru pun

diwajibkan mengembangkan kemampuan dan kreasinya dalam mengajar peserta

didik, baik dari teknik mengajar, pengelolaan pembelajaran dan model

pembelajaran yang diterapkan untuk peserta didik supaya peserta didik selalu

antusias dan aktif dalam pembelajaran.

Mata diklat Elektrolisis adalah salah satu mata pelajaran kejuruan yang penting

untuk peserta didik jurusan kimia industri. Peserta didik akan belajar mengenai

dasar – dasar elektrolisis, elektrolisis larutan elektrolit, metode analisis pelapisan

dan pemurnian logam. Peserta didik juga diwajibkan mampu mengerti reaksi sel

elektrolisis dan mengidentifikasi larutan elektrolit apa yang cocok untuk

menganalisis pelapisan dan pemurnian logam.

Hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Elektrolisis

yang diperoleh melalui wawancara dengan Bapak M. Nasyarudin Iqbal, S.T dan

Dwiga Agus N., S.TP selaku guru mata pelajaran Elektrolisis menunjukkan

beberapa permasalahan dalam pembelajaran di kelas XI Kimia Industri (KI).

Kompetensi ketrampilan dan pengetahuan siswa rata – rata hasil belajar siswa

juga salah satu permasalahan yang dihadapi. Hal ini ditunjukkan pada rata-rata

nilai pada materi pelajaran sebelumnya yaitu dasar – dasar elektrolisis dan

elektrolisis larutan Na2SO4 hanya sebesar 45 dan 65,19 yang memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) hanya sekitar 9,52% dan 52,38%. Nilai ini masih

rendah jika dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 100%
3

siswa mendapat nila ≥ 70. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai pada kelas

XI Kimia Industri rombel A masih rendah.

Dalam proses pembelajaran pada mata diklat Elektrolisis selama ini, aktivitas

yang dominan dilakukan siswa hanya mendengar penjelasan guru dan mencatat

apa yang ditulis di papan tulis. Siswa lebih banyak mengobrol sendiri dan

melamun saat guru menjelaskan pelajaran. Pemberian motivasi dari guru masih

kurang, sedangkan interaksi antara siswa dan guru juga belum terbentuk dengan

baik. Proses belajar mengajar seperti ini jelas kurang mendorong siswa untuk

berfikir dan beraktivitas. Variasi model pembelajaran yang sedikit juga menjadi

faktor penghambat lain yang membuat peserta didik menjadi kurang tertarik

belajar dan hanya mengobrol dengan temannya.

Hal ini tentu tidak sesuai dengan aspek proses belajar menurut Kurikulum 2013

yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut Permendikbud No. 65 tahun 2013

menyatakan bahwa Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dengan

belajar dalam proses pembelajaran dipandu dengan kaidah – kaidah pendekatan

saintifik/ilmiah. Pembelajaran sebaiknya diupayakan sedemikian rupa sehingga

dapat diterima oleh siswa dengan mudah, serta dikaitkan dengan kehidupan

sehari-hari, oleh karena itu perlu diupayakan penanaman konsep pada siswa.

Siswa lebih mudah menguasai konsep pembelajaran pada mata pelajaran

elektrolisis jika peran guru adalah sebagai fasilitator, kemudian siswa dilatih

untuk lebih aktif dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas

kegiatan mengamati, merumuskan pertanyaan, mencoba/mengumpulkan data


(informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/menganalisis/mengolah data

dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan untuk memperoleh

pengetahuan, keterampulan dan sikap (Sani, 2014). Sesuai pada Permendikbud

Nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran : terdiri atas lima

pengalaman belajar pokok yaitu 1) mengamati; 2) menanya; 3) mengumpulkan

informasi/eksperimen; 4) mengasosiasikan/mengolah informasi; dan 5)

mengkomunikasikan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu sutau pendekatan pembelajaran

yang dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep belajar siswa kelas XI

Jurusan Kimia Industri Rombel A SMK-SMTI Bandar Lampung. Oleh karena itu,

dilakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Pendekatan

Saintifik Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Siswa Pada

Mata Diklat Elektrolisis”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimanakah pendekatan saintifik untuk

meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata diklat Elektrolisis dari siklus

ke siklus?”

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan peguasaaan konsep siswa

pada mata diklat Elektrolisis melalui pendekatan saintifik dari siklus ke siklus.
5

C. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu kimia pada mata diklat Elektrolisis. Adapun manfaat yang

diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberikan sumbangan antara lain

sebagai berikut:

1. Bagi guru

Menjadi alternatif dalam memilih metode belajar sebagai upaya meningkatkan

aktivitas dan penguasaan konsep pada mata diklat elektrolisis.

2. Bagi siswa

Diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan menguasi konsep

pada mata diklat Elektrolisis.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan rujukan bagi sekolah

untuk memperbaiki sistem pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran

khususnya pada mata diklat Elektrolisis pada jurusan kimia Industri.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan,

maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:


1. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI KI Rombel A semester genap

SMK-SMTI Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018

2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan suatu

proses yang memberikan sejumlah bimbingan kepada siswa untuk

menguasai konsep dan memberi pengalaman langsung pada siswa melalui

kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi

dan mengomunikasikan.

3. Penilaian pada penelitian ini berfokus pada kompetensi pengetahuan,

namun didukung pula dengan penilaian aktivitas siswa. Kompetensi

pengetahuan adalah hasil penguasan konsep pada materi yang dinilai

dengan menggunakan tes formatif (tertulis).


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Ilmu pengetahuan bersifat obyektif dan universal berdasarkan fakta. Fakta dapat

berubah seiring dengan berjalannya waktu sehingga ilmu pengetahuan bersifat

dinamis dan berubah jika ada fakta baru (Hohenberg, 2010). Hal ini diperjelas

oleh Weinburgh (2003) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan diperoleh

berdasarkan bukti. Metode ilmiah adalah cara yang dipergunakan oleh ilmuwan

dalam menjelaskan dan menjawab fenomena alam, memahami hubungan sebab

akibat dan memprediksi hasil melalui suatu langkah berurutan, yaitu melakukan

pengamatan, merumuskan masalah, membuat hipotesis, melakukan percobaan dan

menyimpulkan hasil percobaan (Ryan, 2001).

Semua penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah dapat diulang oleh

siapapun dan di manapun termasuk dalam proses pembelajaran di dalam kelas

yang dikenal dengan pendekatan saintifik (Ryan, 2001). Komponen-komponen

penting dalam mengajar menggunakan pendekatan saintifik menurut

(McCollum, 2009) adalah 1) menyajikan pembelajaran yang dapat

meningkatkan rasa keingintahuan (foster a sense of wonder), 2) meningkatkan


keterampilan mengamati (encourage observation), 3) melakukan analisis (push

for analysis) dan 4) berkomunikasi (communication).

Pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang supaya

peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui

kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan, dan mengkomunikasikan (Hosnan, 2014). Pendekatan saintifik

dimaksukan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam

mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan

proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan,

dan menyimpulkan. Pendekatan saintifik memiliki karakteristik berpusat pada

peserta didik, melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruk konsep;

hukum; atau prinsip, melibatkan proses kognitif yang potensial merangsang

perkembangan intelek (keterampilan berpikir), serta dapat mengembangkan

karakter peserta didik.

Tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain untuk meningkatkan

kemampuan berpikir peserta didik, membentuk kemampuan dalam menyelesaikan

masalah secara sistematik, menciptakan kondisi pembelajaran supaya peserta

didik merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik

dalam mengemukakan ide-ide, meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan

mengembangkan karakter peserta didik. Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam

pembelajaran memiliki prinsip antara lain berpusat pada peserta didik,

membentuk students self concept, terhindar dari verbalisme (mengurangi


9

banyaknya guru dalam berbicara), memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep; prinsip; atau hukum,

mendorong peningkatan kemampuan berpikir peserta didik, meningkatkan

motivasi belajar peserta didik dan motivasi guru untuk mengajar, memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih kemampuan berkomunikasi, serta

adanya proses validasi konsep; hukum; dan prinsip yang telah dikonstruk oleh

peserta didik dalam struktur kognitifnya (Hosnan, 2014).

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka pendekatan saintifik yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang digunakan dalam proses

pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik secara aktif mengkonstruk

konsep, hukum, atau prinsip melalui pendekatan ilmiah.

2. Langkah – Langkah Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi

mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting),

mengolah data atau informasi dilanjutkan dengan menganalisis; menalar

(associating); dan menyimpulkan, menyajikan data atau informasi

(mengomunikasikan), dan menciptakan serta membentuk jaringan (networking).

Langkah-langkah tersebut dapat diringkas menjadi 5 langkah, yaitu mengamati,

menanya, mencoba, mengolah data, dan mengomunikasikan. Berikut adalah

penjelasannya:

a. Mengamati (Observing)

Mengamati adalah proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik yang

mengedepankan pengamatan langsung pada objek penelitian secara sistematik.


Tujuan pengamatan ini adalah untuk mendapatkan fakta berbentuk data yang

objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan peserta didik.

Selain itu, dengan kegiatan mengamati diharapkan proses pembelajaran dapat

menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Kegiatan mengamati diharapkan dapat

melatih kompetensi kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

b. Menanya (Questioning)

Menanya merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang

tidak dipahami dari apa yang sedang diamati atau untuk menambah

informasi tentang objek pengamatan (dari pertanyaan faktual hingga hipotetik).

Kegiatan menanya diharapkan dapat mengembangkan kompetensi kreativitas, rasa

ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis

untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Kegiatan menanya merupakan

kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir

peserta didik. Pertanyaan yang muncul menjadi dasar untuk mencari informasi

lebih lanjut.

c. Mengumpulkan Informasi

Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan lanjutan dari menanya. Informasi

dapat diperoleh melalui berbagai sumber, pengamatan, atau melakukan percobaan.

Kompetensi yang diharapkan dapat mengembang melalui kegiatan ini yaitu sikap

teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara, mengembangkan

kebiasaan belajar, dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasi/Mengolah Informasi/Menalar
11

Kegiatan mengasosiasi merupakan kegiatan mengumpulkan informasi, fakta

maupun ide-ide yang telah diperoleh dari kegiatan mengamati, menanya, maupun

mencoba untuk selanjutnya diolah. Pengolahan informasi merupakan kegiatan

untuk memperluas dan memperdalam informasi yang diperoleh sampai mencari

solusi dari berbagai sumber. Sedangkan dalam kegiatan menalar, peserta didik

menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam

kehidupan sehari- hari. Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui kegiatan

ini yaitu sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam

menyimpulkan.

e. Mengomunikasikan

Kegiatan mengomunikasikan merupakan kegiatan yang mana guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa yang telah dipelajari

baik dengan cara ditulis maupun diceritakan. Melalui kegiatan ini, maka guru

dapat memberikam konfirmasi jika ada kesalahan pemahaman peserta didik.

Kompetensi yang diharapkan dapat berkembang dari kegiatan ini adalah sikap

jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat

dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik

dan benar (Hosnan, 2014). Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik

menurut Hosnan dapat disajikan seperti Tabel 1.

Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Kegiatan Aktivitas Belajar


Mengamati Melihat, mengamati, membaca, mendengar,
(observing) menyimak (tanpa dan dengan alat)
Menanya Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai
(questioning) yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan
guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu
kebiasaan)

Mengumpulkan Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan


Data yang diajukan, menentukan sumber data (benda,
(experimenting) dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data

Mengasosiasi Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,


(associating) menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan
dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured-
uni structure-multistructure- complicated structure

Mengomuni- Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam


Kasikan bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau
media lainnya.
Sumber: Hosnan, 2014

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka langkah pendekatan saintifik

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengamati (proses pengumpulan data

dengan pengamatan langsung pada objek secara sistematis), menanya (pengajuan

pertanyaan mengenai objek pengamatan untuk hal-hal yang belum dipahami

maupun untuk menambah informasi dari objek pengamatan), mengumpulkan data

(pengumpulan data/informasi dari kegiatan mengamati dan menanya),

mengasosiasi (mengkaji lebih luas dan lebih dalam informasi yang telah diperoleh

serta mengidentifikasi hubungannya dengan apa yang ada dalam kehidupan

sehari-hari), dan mengomunikasikan (penyampaian hasil diskusi kelompo

mengenai materi yang sedang dipelajari untuk mengetahui kebenaran dari hasil

diskusi/mendapatkan konfirmasi dari guru).

B. Aktivitas Belajar
13

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan

belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Proses pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan,

sikap, dan ketrampilan. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat

penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2000).

Saat pembelajaran belangsung siswa mampu memberikan umpan balik terhadap

guru. Sardiman (2000) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan aktivitas

yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar keduanya saling

berkaitan. Oemar Hamalik (2009) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Aktivitas belajar dapat terwujud apabila siswa terlibat belajar secara aktif.

Belajar aktif sebagai usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam

dirinya. Pembelajaran akan menghasilkan suatu perubahan dan peningkatan

kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan pada diri siswa. Siswa mampu

menggali kemampuannya dengan rasa ingin tahunya sehingga interaksi yang

terjadi akan menjadi pengalaman dan keinginan untuk mengetahui sesuatu yang

baru.

Aktivitas siswa sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran

akan lebih bermakna apabila siswa ikut aktif. Interaksi yang terjadi tidak hanya

satu arah antara guru dengan siswa, tetapi juga dapat lebih dari satu arah. Belajar

merupakan bagian dari aktivitas. Aktivitas siswa tidak hanya ditandai dengan

memperhatikan penjelasan guru dan mencatat saja.

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang didahului dengan perencanaan

dan didasari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perubahan pengetahuan dan
keterampilan yang ada pada diri siswa yang melakukan kegiatan belajar. Kegiatan

belajar yang dilakukan adalah kegiatan yang dapat mendukung kegiatan yang

sangat penting dalam pembelajaran. Seperti yang diungkapkan sardiman (2000),

“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu

tidak mungkin berlangsung dengan baik”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama

proses mengajar berlangsung agar mendapat hasil yang optimal.

Menurut Diedrich, aktivitas belajar siswa diklasifikasikan menjadi delapan

golongan (Sardiman, 2000), yaitu:

1) Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,


percobaan pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan
sebagainya.
3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato, dan sebagainya.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin, dan sebagainya.
5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram,
pola, dan sebagainya.
6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
7) Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal,
meganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8) Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,
tenang, gugup, dan sebagainya.

Berdasarkan kedelapan aktivitas tersebut, aktivitas yang menjadi fokus dalam

penelitian ini yaitu visual activities, oral activities, motor activities, dan writing

activities. Visual activities dan motor activities dinilai berdasarkan kegiatan

praktikum di laboratorium. Oral activities dinilai berdasarkan aktivitas di kelas.


15

Sedangkan writing activities dinilai berdasarkan laporan hasil praktikum dan

esai mengenai analisis proksimat dalam tubuh dan kehidupan sehari – hari.

Aktivitas – aktivitas dalam belajar tesebut dapat dibedakan lagi menjadi aktivitas

yang relevan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan

dengan pembelajaran (off task). Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on

task) contohnya adalah memperhatikan penjelasan guru, melakukan diskusi dan

mencatat. Aktivitas yang tidak relevan dengan pelajaran (off task), contohnya

adalah tidak memperhatikan penjelasan guru dan mengobrol dengan teman. Siswa

aktif dalam pembelajaran apabila siswa melakukan banyak aktivitas yang relevan

dengan kegiatan pembelajaran (on task), maka siswa memahami, mengingat dan

menerapkan konsep yang telah dipelajari. Siswa tidak aktif dalam pembelajaran

apabila siswa melakukan banyak aktivitas yang tidak relevan dengan kegiatan

pembelajaran (off task), maka siswa tidak dapat memahami, mengingat dan

menerapkan konsep yang telah dipelajari (Nabsiah, 2007).

Terdapat 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran (Martinis, 2007) yaitu:

a. Memberikan motivasi pada siswa untuk aktif dalam kegiatan


pembelajaran.
b. Memberikan penjelasan pada siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
dalam pembelajaran.
c. Mengingatkan kompetensi prasyarat.
d. Memberikan topik atau permasalahan sebagai stimulus siswa untuk
berpikir terkait dengan materi yang akan dipelajari.
e. Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya
f. Memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
g. Memberikan umpan balik (feed back).
h. Memantau pengetahuan siswa dengan memberikan tes.
i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.
Beberapa cara di atas yang dilakukan untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa.

Tentunya, dalam hal ini guru menjadi pendorong bagi siswa dalam belajar. Guru

mampu melaksanakan perannya terhadap siswa dalam belajar, membimbing,

mengarahkan bahkan memberikan tes untuk mengukur seberapa besar

kemampuan siswa dalam pembelajaran.

Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal yang penting.

Adanya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar membawa nilai yang besar bagi

pembelajaran. Aktivitas belajar yang maksimal akan menunjukkan bahwa

pembelajaran berlangsung dengan baik dan optimal, sehingga pembelajaran lebih

berkualitas.

Menurut Oemar Hamalik (2011), penggunaan asas aktivitas memberikan nilai

yang besar bagi pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan oleh:

a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri dalam


belajar.
b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
c. Memupuk kerja sama antar siswa sehingga siswa mampu bekerjasama
dengan baik dan harmonis.
d. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
e. Memupuk terciptanya disiplin kelas dan suasana belajar menjadi demokratis.
f. Mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat, dan hubungan antara
orang tua dengan guru.
g. Pengajaran diselenggarakan untuk mengembangkan pemahaman dan berpikir
kritis siswa.
h. Pengajaran di sekolah menjadi hidup dengan aktivitas siswa.
Nilai-nilai aktivitas tersebut memberikan pengaruh positif. Bukan hanya dalam

kegiatan pembelajaran saja, tetapi juga memberikan pengaruh bagi hubungan

antara orang tua dengan sekolah. Hal-hal konkrit yang menjadi bahan kajian juga

untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.


17

C. Penguasaan Konsep dan Cara Mengajarkannya

Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental yang dinyatakan

dalam suatu kata atau simbol. Konsep adalah representasi mental yang dapat

diungkapkan dengan satu kata atau satu set ide-ide yang dijelaskan oleh beberapa

kata, dengan bahasa konsep dapat dihubungkan untuk membangun konsep yang

lebih kompleks (Zirbel, 2003). Definisi konsep menurut Dahar (2011) adalah

suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus – stimulus. Woolfolk

(2008) menyatakan bahwa konsep merupakan kategori umum tentang ide, obyek,

orang, atau peristiwa yang anggotanya memiliki sifat-sifat tertentu. Jadi, konsep

merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang bersifat khusus yang melekat pada

suatu obyek tertentu sehingga memudahkan manusia untuk berkomunikasi dan

memungkinkan manusia untuk berpikir dalam menghubungkan konsep satu

dengan yang lain.

Konsep dapat berupa representasi mental dalam bentuk yang paling sederhana

dan dinyatakan dengan satu kata. Konsep juga dapat mewakili satu set ide-ide

yang dapat dijelaskan oleh beberapa kata-kata dan dapat dihubungkan antara

konsep satu dengan yang lain untuk membangun struktur representasional

kompleks, seperti misalnya "bayi merangkak" atau "burung terbang".

Berdasarkan pendapat Carey ini maka konsep sederhana dapat digabungkan

dengan konsep lain sehingga terbentuklah konsep yang lebih kompleks. Sebagai

contoh hewan dan hidup dapat digabungkan sehingga muncul konsep

“pernapasan”. Hewan yang hidup perlu bernapas untuk mengambil oksigen dari

udara, hewan yang tidak bernapas akan mati. Konsep pernapasan ini akan
membutuhkan konsep- konsep lain untuk menjelaskan konsep tentang

pernapasan pada hewan ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Mora (2000) yang

menyatakan bahwa untuk memahami suatu konsep diperlukan tingkatan berpikir

terutama untuk mengasosiasikan gagasan atau fakta dengan kriteria tertentu.

Asosiasi suatu konsep sederhana menjadi konsep yang lebih kompleks

memerlukan tingkatan berpikir untuk membuat hubungan yang cocok.

Konsep baru yang terbentuk berdasarkan konsepsi yang telah ada dalam pikiran

mahasiswa sehingga akan lebih mudah untuk memahami suatu konsep baru

manakala konsep tersebut berhubungan dengan konsep yang telah dimiliki

mahasiswa sebelumnya. Smith et al (1994) menyatakan bahwa pembangunan

konsep-konsep baru hampir selalu berdasarkan konsep yang sudah diketahui

mahasiswa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) penguasaan berarti sebagai

pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan sesuatat Penguasaan konsep

berarti kemampuan mahasiswa untuk memahami atau menggunakan konsep

dengan menggunakan skor hasil belajar kognitif. Bell (1978) menyatakan bahwa

belajar adalah suatu proses yang melibatkan empat fase yaitu fase pemahaman, di

mana mahasiswa menyadari akan adanya stimulus dari luar yang selanjutnya

dikodekan dalam otak, fase penguasaan adalah fase di mana mahasiswa sedang

memperoleh atau memproses konsep atau keterampilan; fase ingatan, mahasiswa

menyimpan menjadi suatu pengetahuan baru sebagai hasil dari belajar, dan fase

pengungkapan kembali di mana mahasiswa dapat mengungkapkan kembali ketika

suatu pengetahuan yang ada di dalam otak dibutuhkan. Berdasarkan informasi di

atas penguasaan konsep berarti mahasiswa mampu menerima stimulus, mampu


19

mengkode stimulus, memproses stimulus, menyimpan dan mengungkapkan

kembali saat dibutuhkan.

Penguasaan konsep dapat diukur dengan menggunakan kata kerja menurut

taksonomi Bloom (Anderson & Krathwohl, 2001). Penguasaan konsep melibatkan

proses kognitif sehingga sering disebut dengan kompetensi kognitif termasuk di

dalamnya dalam proses mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta. Pembelajaran untuk mengkonstruk suatu konsep

yang dilakukan dengan baik dan menyenangkan akan menghasilkan retensi

pemahaman yang tinggi. Membangun/mengkonstruk suatu konsep dalam

rangka memahami atau menguasai suatu konsep sangat berkaitan dengan

bagaimana cara memperoleh konsep tersebut. Pemahaman dan ingatan mahasiswa

pada suatu konsep akan meningkat 90% manakala mahasiswa mendiskusikan dan

melakukan, misalnya dengan melakukan percobaan (Fadel, 2008). Penguasaan

konsep sangat dipengaruhi bagaimana suatu konsep diperoleh. Mahasiswa akan

mengingat suatu konsep 10% bila siswa tersebut memperoleh konsep dengan

membaca, 20% ketika mendengar, 30% saat melihat. Mahasiswa akan mengingat

50% konsep ketika konsep tersebut diperoleh dengan melihat dan mendengar.

Mahasiswa akan mengingat suatu konsep 70% bila mahasiswa tersebut

mengatakan atau membahas konsep tersebut misalnya dengan melakukan diskusi.

Holbert (2008) menambahkan bahwa 70% mahasiswa akan memahami konsep

bila mahasiswa berdiskusi dan menuliskan konsep tersebut. Retensi pemahaman

mahasiswa yang dilakukan dengan melakukan dan berdiskusi akan meningkat

daripada diajarkan dengan ceramah seperti ilustrasi Gambar 1.


Gambar 1. Hubungan Cara Mengajarkan Konsep dengan Tingkat Pemahaman

Pebelajar (diadaptasi dari Maine, 2013)

Mahasiswa yang belajar menemukan konsep dengan pendekatan saintifik

diharapkan lebih memahami/menguasai konsep yang sedang dipelajarinya.

Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengamati suatu fenomena, difasilitasi untuk

menanya dan mendiskusikannya. Mahasiswa dilatih untuk menemukan jawaban

dengan membaca dan mencari informasi melalui pengamatan dan percobaan

sehingga pemahaman mahasiswa pada suatu konsep meningkat.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran melatihkan mahasiswa belajar

menemukan konsep yang dipelajari berdasarkan fenomena yang diamati dan

diasosiasikan dengan pengalaman sebelumnya sehingga menimbulkan rasa ingin

tahu dan ingin mengetahui lebih jauh. Peran dosen sangat penting untuk

membantu mahasiswa dalam menghubungkan konsep atau pengalaman yang telah

dimiliki mahasiswa. Strategi inspiring yang dikembangkan dalam penelitian ini

digunakan untuk menginspirasi mahasiswa dalam mencari hubungan antara

konsep yang telah diketahui sebelumnya dengan yang akan dipelajarinya.

Cara/metode yang digunakan dalam penelitian ini pada saat pengamatan adalah
21

kontekstualisasi, yang berupaya menggali pengalaman mahasiswa dengan

mengkontekskan materi ke dalam dunia nyata mahasiswa dan membawa materi

ke dalam dunia dan cara berpikir mahasiswa.

Mengajarkan konsep pernapasan pada hewan akan lebih mudah manakala

mahasiswa/siswa mempunyai pengalaman atau konsep mengenai ciri-ciri

kehidupan dan organ pernasapan hewan. Mengajarkan materi/konsep baru harus

kompatibel dengan cara berpikir dan pengetahuan yang telah dimiliki pebelajar

(Zirbel, 2003). Dosen perlu untuk mengenali konsep yang telah dimiliki oleh

pebelajar dengan mengadakan pretes atau kuis di awal pembelajaran. Dosen perlu

memahami karakteristik, latarbelakang, dan cara berpikir pebelajar sehingga dapat

membantu mahasiswa dalam membangun suatu konsep baru. Hal ini sesuai

dengan pandangan para konstruktivis bahwa pebelajar perlu diberi kesempatan

untuk mengkonstruk pengetahuan yang dimiliki dengan materi yang

dipelajarinya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna (Slavin, 2006).


BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Subyek dan Tempat Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Kimia Industri Rombel A

semester genap SMK – SMTI Bandar Lampung Tahun Diklat 2017/2018 dengan

jumlah siswa 21 orang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.

Penelitian ini bertempat di SMK SMTI Bandar Lampung dengan alamat di jalan

Jenderal Sudirman No. 43 Rawa Laut Bandar Lampung.

B. Data Penelitian

1. Data kualitatif

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dalam

penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran setiap pertemuan.

Aktivitas yang dimaksud yaitu aktivitas yang relevan (on task) seperti

mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru/teman, berdiskusi atau

mengerjakan LKPD dengan temen sekelompok, bertanya kepada guru atau siswa

kelompok lain, menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain.

Sedangkan aktivitas tidak relevan (off task) seperti, mengobrol dengan teman atau

mengganggu teman, melamun atau tidur, keluar masuk kelas dan bermain Hp.

2. Data kuantitatif
23

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data penguasaan konsep siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada proses penelitian ini yaitu:

1. Teknik observasi

Teknik obesrvasi digunakan untuk mengumpulkan yaitu:

a. Data aktivitas siswa dalam pembelajaran dikelas diperoleh dengan observasi

langsung menggunakan lembar observasi yang diisi pada saat pembelajaran

berlangsung oleh peneliti dibantu dua observer selama proses pembelajaran

berlangsung.

b. Data kinerja guru mengelola pembelajaran diperoleh dengan observasi

langsung menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran berlangsung

yang diisi oleh guru mitra

2. Teknik tes

Data nilai tes yang diperoleh dengan mengerjakan post test pada setiap akhir

siklus untuk mengetahui dan mengukur tingkat penguasaan konsep siswa terhadap

materi atau sub pokok bahasan yang diajarkan dengan menggunakan

menggunakan pendektan saintifik.

D. Indikator Kinerja

Indikator kinerja penelitian ini adalah:


1. Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan

persentase setiap jenis aktivitas belajar siswa (on task) pada mata diklat

Elektrolisis dari siklus ke siklus.

2. Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan

penguasaan konsep materi siswa pada mata diklat elektrolisis dari siklus ke

siklus.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan satu

kali pertemuan. Proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis

dan Mc.Taggart dalam Sunyono (2010) digambarkan sebagai suatu proses yang

dinamis meliputi empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan,

yaitu (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan (action); (3) pengamatan

(observation); dan (4) refleksi (reflection). Keempat tahap tersebut merupakan

suatu siklus atau daur, sehingga setiap tahap akan berulang kembali. Hasil refleksi

dari siklus sebelumnya yang telah dilakukan akan digunakan untuk merevisi

rencana atau menyusun perencanaan berikutnya.

1. Tahap Perencanaan

Dalam perencanaan kegiatan ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan observasi dan wawancara ke sekolah tentang aktivitas siswa pada

mata diklat Elektrolisis

b. Menentukan subjek penelitian

c. Membuat rancangan pembelajaran yang akan diterapkan dikelas (RPP).


25

d. Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

e. Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran

f. Membuat soal post test untuk mengukur aspek kognitif siswa

2. Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus, pelaksanaan siklus I selama 5 x 40

menit dan siklus II selama 5 x 40 menit. Tahap-tahap pelaksanaan tiap siklus

adalah :

Siklus I

Pelaksanaan siklus I terdiri dari 1 kali pertemuan yaitu selama 5 x 40 menit

a. Meminta siswa untuk duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengaitkan pembelajaran atau

materi yang akan diajarkan dikelas dengan pengetahuan awal siswa

c. Melakukan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi percobaan

elektrolisis larutan elektrolit kalium iodida (KI), yaitu dengan membagikan

LKPD berbasis pendekatan saintifk kepada siswa. Guru meminta siswa

mengamati apa yang di tampilkan guru, bertanya tentang hal yang kurang

atau tidak dipahami, membimbing siswa untuk memhami dasar – dasar reaksi

larutan lektrolit, membimbing dalam mengerjakan LKPD, serta meminta

siswa mempersentasikan hasil praktikum dan diskusi kelompok serta

meminta siswa mempreentasikan hasil diskusi kelompoknya.


d. Guru mitra bersama dengan dua orang observer melakukan observasi aktvitas

siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan dan guru mitra

juga mingis lembar kinerja guru

e. Melakukan tes akhir siklus I

f. Bersama guru mitra melakukan refleksi, menemukan kekurangan yang

terdapat pada siklus I. Apabila terdapat kekurangan dalam proses

pembelajaran yang berlangsung, maka akan dicari solusi untuk mengatasinya

pada siklus yang berikutnya danapabila terdapat kelebihan dalam

pembelajaran yang telah berlangsung akan dipertahankan pada proses

pembelajaran berikutnya

Siklus II

Pelaksanaan siklus II sama dengan pelaksanaan pada siklus I yaitu 5 x 40 menit.

Hanya saja pembelajaran pada siklus II berdasarkan perbaikan pada siklus I.

Materi yang diajarkan pada siklus II yaitu percobaan pemurnian logam Cu dengan

Cu menggunakan larutan elektrolit CuSO4.5H2O.

3. Pengamatan

Dalam penerapan pendekatan saintifk dilakukan observasi terhadap delapan

aktifitas belajar siswa. Aktivitas belajar yang diamati yaitu aktivitas yang relevan

(on task) seperti mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru/teman,

berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan temen sekelompok, bertanya kepada

guru atau siswa kelompok lain, menjawab pertanyaan dari guru atau siswa

kelompok lain. Sedangkan aktivitas tidak relevan (off task) seperti, mengobrol

dengan teman atau mengganggu teman, melamun atau tidur, keluar masuk kelas
27

dan bermain Hp. Data observasi aktivitas siswa diambil oleh guru mitra dan

seorang observer, sedangkan observasi kinerja guru diambil oleh guru mitra.

Observasi dilakukan dengan cara memberi kode – kode kategori pada aktivitas

yang dilakukan oleh siswa dan kinerja guru yang sesuai dengan penilaian.

4. Refleksi

Setelah satu siklus berakhir maka dilakukan refleksi bersama guru mitra mengenai

proses pembelajran yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi diketahui apakah

indikator kinerja telah tercapai. Pada tahap ini peneliti melihat, mengkaji dan

mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan

lembar pengamatan aktivitas siswa yang diisi oleh pengamat dan hasil tes

penguasaan konsep siswa. Dari data refleksi akan diketahui apakah proses

pembelajaran sudah berlangsung dengan baik atau belum. Apabila terdapat

kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung dicari solusi untuk

mengatasinya dan diperbaiki pada siklus selanjutnya. Dan apabila proses

pembelajaran yang telah berlangsung sesuai dengan yang diharapkan, maka akan

dipertahankan dan ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya. Hasil refleksi siklus I

dijadikan acuan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Secara garis besar, langkah-langkah penelitian ditunjukkan dalam Gambar 2

sebagai berikut :

Orientasi Lapangan dan


Kajian Teori
Siklus II

Siklus I Analisis Refleksi II


Rencana

Observasi II
Pelaksanaan
Tindakan I

Pelaksanaan
Observasi I Tindakan II
Gambar 2. Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Dimodifikasi dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993:48)

F. Teknik Analisis Data

1. Data kualitatif aktivitas siswa

Untuk pengambilan data aktivitas digunakan lembar observasi yang berisi 8

aktivitas, yaitu aktivitas yang relevan (on task) seperti mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan guru/teman, berdiskusi atau mengerjakan LKPD

dengan temen sekelompok, bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain,

menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain. Sedangkan aktivitas

tidak relevan (off task) seperti, mengobrol dengan teman atau mengganggu teman,

melamun atau tidur, keluar masuk kelas dan bermain Hp. Guru mitra dan observer

hanya memberi kode – kode kategori pada aktivitas yang dilakukan oleh siswa

yang melakukan aktivitas tersebut.

1) Persentase aktivitas siswa dalam satu siklus

A
%A  x 100%
S

Keterangan :

%A = Persentase aktivitas on task atau off task tiap siswa


29

 A = Jumlah aktivitas on task atau off task tiap siswa

 S = Jumlah sapuan dalam setiap siklus

Persentase aktivitas siswa tersebut dapat dikriteriakan seperti yang dibuat

oleh Arikunto (1998) yaitu:

81% - 100% adalah aktifitas baik sekali

61% - 80% adalah aktivitas baik

41% - 60% adalah aktivitas cukup

21% - 40% adalah aktivitas kurang

0 % - 20% adalah aktivitas sangat kurang

Tabel 2. Data Aktivitas dalam Pembelajaran

Nama Penyapuan per 10 menit On Off


No Keterangan
Siswa 1 2 3 4 ... Task Task

Perilaku/ kegiatan siswa yang diamati:

Kegiatan yang relevan dengan pembelajaran (On Task):

1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman

2. Berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan teman sekelompok

3. Bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain

4. Menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain

Kegiatan yang tidak relevan dengan pembelajaran (Off Task):


1. Mengobrol dengan teman atau mengganggu teman

2. Melamun atau tidur

3. Bermain Hp

4. Keluar masuk kelas

2) Persentase setiap jenis aktivitas dalam satu siklus

 Ai
%A i  x 100%
n

Keterangan :

%Ai = Persentase tiap jenis aktivitas on task atau off task dalam satu

siklus

 Ai = Jumlah siswa yang melakukan tiap jenis aktivitas on task atau off

task

n = Jumlah siswa

3) Peningkatan persentase tiap jenis aktivitas dari siklus ke siklus

%A = %Asi 2  %Asi 1

Keterangan:

%A = Peningkatan persentase tiap jenis aktivitas on task atau off

task dari siklus I ke siklus II

%Asi 2 = Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on task atau off

task pada siklus II

%Asi 1 = Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on task atau off task

pada siklus I
31

2. Data kuantitatif penguasaan konsep siswa

1) Untuk menghitung rata-rata nilai penguasaan konsep pada mata diklat

elektrolisis sampel tiap siklus

Kn 
K n
(Sudjana, 1996 : 67)
N

Keterangan:

Kn = rata-rata nilai tes formatif setiap siklus ke-n

K n = jumlah nilai tes formatif setiap siklus ke-n

N = jumlah siswa keseluruhan

2) Untuk menghitung persentase peningkatan rata-rata penguasaan konsep

Kn  K
%Kn  x 100%
K

Keterangan:

% Kn = persentase peningkatan rata-rata penguasaan konsep

Kn = rata-rata penguasaan konsep siklus ke-n

K = rata-rata penguasaan konsep siklus sebelumnya

3) Untuk menghitung persentase tercapainya standar ketuntasan belajar

% Rn 
 Rn x 100%
N

Keterangan:

%Rn = Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-n

 Rn = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 siklus ke-n


N = Jumlah siswa keseluruhan

Tabel 3. Kriteria Standar Ketuntasan Belajar Siswa

Siklus
Range Nilai
Jumlah Siswa %
≥ 70
50-69
< 50
33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK SSMTI Bandar Lampung pada kelas XI KI

Rombel A dengan jumlah siswa 21 orang mulai tanggal 26 Maret 2018 sampai 17

April 2018. Data hasil penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data

kualitatif yaitu data hasil observasi aktivitas siswa dan data kinerja guru selama

pembelajaran. Data kuantitatif yaitu hasil tes formatif siswa berupa rata-rata

penguasaan konsep elektrolisis setiap siklusnya.

1. Data kualitatif

Data kualitatif berupa aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran (on task)

dan aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajarn (off task). Data ini

diperoleh melalui observasi langsung menggunakan lembar observasi aktivitas

belajar siswa yang diamati setiap 15 menit dalam pertemuan dan dilakukan oleh

dua orang observer. selama pembelajaran. Data persentase aktivitas siswa dapat

dilihat pada Tabel 4. berikut ini.

Tabel 4. Data Rata – rata Persentase Aktivitas Siswa Setiap Siklus

On Task Off Task


SIKLUS I 89, 61% 10,39%
SIKLUS II 96,97% 3,03%
Grafik rata – rata persentase aktivitas siswa tiap siklus dapt dilihat pada Gamabar

3 berikut ini.

120%
Rata - rata Persentase aktivitas

100%

80% SIKLUS I
SIKLUS II
siswa

60%

40%

20%

0%
ON TASK OFF TASK
Jenis Aktivitas

Gambar 3. Grafik Peningktan Rata – rata Aktivitas Siswa untuk Siklus I dan
Siklus II

Data rata-rata persentase tiap jenis aktivitas belajar siswa pada tiap siklus dan

peningkatan rata-rata persentase dari siklus ke siklus dapat dilihat pada Tabel 5

berikut ini.

Tabel 5. Data Rata – rata Persentase Tiap Jenis Aktivitas Siswa pada silkus I dan
II dan Peningkatan Rata – rata Persentase Aktivitas Siswa dari
Siklus ke Siklus

Rata-rata Persentase Peningkatan


aktivitas siswa rata-rata persentase
No Jenis Aktivitas siswa
Siklus Siklus aktivitas siswa dari
I (%) II (%) siklus I ke siklus II (%)
1 Mendengarkan atau
memperhatikan penjelasan 100 100 0
guru atau teman
2 Berdiskusi atau
mengerjakan LKPD dengan 100 100 0
teman sekelompok
35

3 Bertanya kepada guru atau


42,85 52,38 9,53
siswa kelompok lain
4 Menjawab pertanyaan dari
guru atau siswa kelompok 42,85 71,42 28,57
lain
5 Mengobrol dengan teman
14,28 14,28 0
atau mengganggu teman
6 Melamun atau tidur 28,57 9,53 -19,04
7 Bermain Hp 9,52 4,76 -4,76
8 Keluar masuk kelas 0 0 0

Data peningkatan persentase aktivitas siswa per jenis aktivitas untuk siklus I dan

II ditunjukkan pada Gambar 4 sebagai berikut

120%
Rata - rata persentase akativitas siswa

100% 100%
100%
SIKLUS I

80% 71.42% SIKLUS II


tiap jenis

60% 52.38%
42.85% 42.85%
40%
28.57%

20% 14.28% 9.53% 9.52%


4.76%
0%
0%
A B C D E F G H

Gambar 4. Grafik peningkatan aktivit siswa tiap jenis pada siklus I dan II.
Keterangan A: mendengarkan atau memperhatikan penjelasan
guru/teman, B: berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan teman
sekelompok, C: bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain, D:
menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain, E:
mengobrol dengan teman atau menggau teman, F: melamun atau
tidur, G: bermain Hp, H: keluar masuk kelas.
2. Data kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa nilai penguasaan konsep diperoleh

dari hasil tes formatif siswa pada setiap akhir siklus I dan II. Berdasarkan hasil

tes formatif pada tiap siklus diperoleh rata- rata nilai penguasaan konsep oleh

siswa dan peningkatannya yang disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 5 berikut :

Tabel 6. Rata-rata Nilai Penguasaan Konsep Siswa Serta Persentase


Peningkatannya Dari Siklus ke Siklus

No. Siklus Rata-rata nilai tes formatif Persentase peningkatan (%)


1. I 75,04
13.32%
2. II 85,04
RATA - RATA NILAI PERSIKLUS

88
85.04
85

82

79

76 75.04

73

70
siklus I siklus II

Gambar 5. Grafik Rata – rata Penguasaan Konsep Siswa Siklus I dan II

Data persentase siswa yang telah mencapai kriteria ketentuntasan hasil belajar

(kognitif) ditunjukkan pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Pencapaian Hasil Penguasaan Konsep Siswa (Nilai Kogniitf)

Range Nilai Siklus I Siklus II


37

Jumlah % Jumlah %
≥ 70 15 71,42% 18 85,72%
50-69 3 14,28% 3 14,28%
< 50 3 14,28% 0 0,00%

Persentase siswa yang tuntas belajar (memperoleh nilai ≥ 70) pada siklus I dan II

dapat dilihat pada Gamabr 6 berikut.

100%
90%
80% 85.72%
70%
71.42%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 6. Grafik Persentase Ketuntasan Siswa

B. Pembahasan

Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua

siklus, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada guru mata diklat

untuk mengetahui kemampuan belajar siswa dan aktivitas belajar siswa di kelas.

Hasil observasi berupa data nilai tes formatif pdaa pembelajaran sebelumnya dan

hasil wawancara pada guru pamong digunakan sebagai pedoman untuk

mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok, dimana setiap kelompknya terdiri

dari 4 – 5 orang. Pengelompokkan siswa ke dalam kelompok – kelompok kecil

yang heterogen selain berdasarkan kemampuan akademisnya, juga berdasarkan

pada jenis kelaminnya. Setelah pembagian kelompok, guru menjelaskan kepada


siswa mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan saintifik.

1. Siklus I

Siklus I terdiri dari 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 5 x 40 menit. Siklus I

dilaksanakan pada hari senin 9 April 2018. Materi pokok yang disampaikan

adalah elektrolisis larutan elektrolit kalium iodida (KI) yang meliputi penjelasan

proses elektrolisis secara umum, massa garam elektrolit yang digunakan dan

mengidentifikasi reaksi yang terjadi melalui percobaan elektrolisis larutan

elektrolit kalium iodida. Pemebelajaran dilakukan dengan menggunakan

pendekatan saintifik.

Pada siklus I, sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru memberikan

penjelasan kepada siswa mengenai pembelajaran menggunakan pendekatan

saintifik. Hal ini dilakukan agar siswa tidak asing dengan pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Selain itu guru juga menginformasikan mengenai pembagian

kelompok yang telah ditentukan, untuk memperlancar keberlangsungan kegiatan

pembelajaran nantinya. Setelah menjelaskan pembelajaran menggunakan

pendekatan saintifik, dan pembagian kelompok guru memulai kegiatan

pembelajaran.

Pada kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran menggunakan pendekatan

saintifik adalah menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Pada langkah ini

guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu siswa
39

dapat: 1) melakukan proses elektrolisis larutan elektrolit KI dengan benar, 2)

menjelaskan reaksi elektrolisis larutan elektrolit KI dengan benar. Kemudian

guru memotivasi dan memberikan pengantar materi kepada siswa, dalam hal ini

guru memberikan pengantar materi kepada siswa melalui beberapa pertanyaan

yang bersifat memancing rasa keingintahuan siswa serta mengaitkan pembelajaran

yang akan disampaikan dengan pembelajaran minggu lalu mengenai dasar –

dasar elektrolisis dan percobaan elektrolisis larutan elektrolit Natrium sulfat,

contohnya:

1. Apa yang terjadi ketika isi pensil atau grafit dicelupkan ke dalam larutan

elektrolit natrium sulfat?

2. Bagaimana reaksi apa yang terbentuk setelah dilakukan elektrolisis?

Pada saat guru menanyakan pertanyaan diatas, siswa terlihat berfikir dan mencoba

menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki,

tetapi hanya 3 orang siswa yang berani menjawab pertanyaan yang guru berikan

dan didominasi siswa berkemampuan cukup tinggi. Siswa lain cenderung diam

dan enggan untuk menjawab, hal ini dikarenakan siswa masih merasa malu dan

takut untuk mengenukakan pendapatnya.

Setelah guru memberikan pengantar materi, lalu guru membagikan LKPD kepada

siswa. Selanjutnya pada kegiatan inti, guru memberi arahan dan bimbingan, siswa

mendiskusikan pertanyaan – pertanyaan yang ada dalam LKPD untuk

membangun konsep mengenai identifikasi proses, reaksi hingga perubahan warna

yang terjadi. Kemudian 2 orang observer melakukan observasi aktivitas siswa


pada saat siswa sedang melakukan pembelajaran dan pada saat yang bersamaan

dilakukan observasi kinerja guru oleh guru mitra. Guru meminta salah satu

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Jika ada yang memiliki

hasil diskusi yang berbeda, dipersilakan untuk mempresentasikannya dan

kelompok lain mengemukakan pendapat, saran atau sanggahan. Pada kegiatan

penutup, guru membimbing siswa mengambil kesimpulan dan guru memberi

penguatan dari apa yang telah didiskusikan oleh siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Selain itu pada tahap ini juga guru meminta siswa

untuk mengerjakan latihan soal yang ada pada LKPD untuk memantapkan konsep

yang didapat dari proses pembelajaran.

a. Aktivitas siswa

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan dengan cara mengisi

lembar observasi aktivitas siswa dengan memberikan kode pada setiap penyapuan,

dilakukan oleh 2 orang observer. Pada siklus I, hasil observasi aktivitas belajar

siswa diperoleh rata – rata persentase aktivitas on task siswa yaitu 89,61% dan

aktivitas off task yaitu 10,39%. Berdasarkan data yang terdapat pada Gambar 4

yaitu rata – rata pesentase aktivitas siswa tiap jenis aktivitas, diketahui bahwa

100% siswa aktif dalam mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau

teman dan berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan teman sekelompok. Hal ini

dikarenakan pada saat proses pembelajaran guru banyak memberikan contoh –

contoh soal mengenai reaksi pada larutan elektrolit dengan menggunakan

elektroda iner dan non-inert dan juga dalam proses pembelajaran semua siswa

aktif berdiskusi dan mengerjakan LKPD yang diberikan oleh guru. Pada proses
41

pembelajaran terlihat bahwa antar siswa dalam kelompok aktif bertukar pendapat

dan berdiskusi dalam mengerjakan LKPD dan juga mereka bertanya kepada

kelompok lain jika merasa kesulitan. Bila siswa aktif dalam berdiskusi kelompok,

maka siswa akan lebih mudah memahami materi. Karena dengan berdiskusi siswa

akan saling bertukar pendapat dan pengetahuan dalam satu kelompok maupun

dengan kelompok lain. Dengan demikian diharapkan penguasaan konsep

elektrolisis siswa juga akan semakin baik.

Berdasarkan data hasil pengamatan (Tabel 4 dan 5), siswa kurang aktif melakukan

aktivitas bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain dan menjawab

pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain. Persentase kedua jenis aktivitas on

task ini lebih rendah jika dibandingkan dengan jenis aktivitas on task lainnya. Hal

ini disebabkan karena sebagian siswa sulit untuk memberikan pendapatnya dan

menjawab pertanyaan guru karena merasa takut salah dan belum mempunyai

keberanian, hal ini berkaitan dengan kebiasaan belajar siswa selama ini yaitu

dengan pola pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana siswa cenderung

hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Selain itu, guru

kurang memotivasi siswa agar lebih aktif belajar sehingga interaksi antar anggota

kelompok masih kurang dalam berdiskusi dan pada saat siswa dilibatkan aktif

dalam menemukan konsep dengan menggunakan LKPD konstruktivisme, banyak

siswa yang merasa kesusahan dan kebingungan dalam mengerjakan dan

menemukan konsep. Ini dikarenakan siswa belum terbiasa menggunakan LKPD

konstruktivisme.
Aktivitas off task yang banyak dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yaitu

mengobrol dengan teman atau mengganggu teman (14,28%), melamun atau tidur

(28,57%) dan bermain Hp (9,52%). Hal tersebut terjadi karena guru yang kurang

tegas dan masih banyaknya guru yang berbicara.

b. Penguasaan konsep

Pada akhir siklus I, diadakan tes formatif untuk mengetahui penguasaan konsep

elektrolisis larutan elektrolit KI diikuti oleh 21 siswa. Jenis tes berupa tes esai

sebanyak 4 soal dengan poin yang berbeda setiap soalnya dan alokasi waktu 1x30

menit. Dari hasil tes formatif yang dilakukan, didapat data rata-rata skor

penguasaan konsep siswa sebesar 75,04 dengan jumlah siswa yang sudah tuntas

belajar atau yang mendapat nilai ≥ 70 sebanyak 15 orang yang artinya, persentase

ketuntasan belajar siswa pada siklus I baru mencapai 71,42%. Rata-rata skor

tersebut menunjukkan bahwa beberapa siswa masih kurang memahami konsep

yang diajarkan pada materi elektrolisis larutan elektrolit KI, sedangkan siswa yang

beleum tuntas belajar atau yang mendapatkan nilai < 70 sebanyak 6 orang yang

artinya, persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I baru mencapai 28,58%.

Persentase ketuntasan belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa, kelas XI KI

Rombel A belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah, yaitu 100 %

siswa telah mencapai nilai ≥ 70.

Sebagian besar dari jumlah siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar minimal

yang ditetapkan oleh sekolah pada siklus I, didominasi oleh siswa yang tidak aktif

dalam proses pembelajaran selama siklus I. Ini sejalan dengan pernyataan


43

Sardiman (2008) yaitu ”dalam belajar diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas

belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik”. Keberhasilan belajar ditentukan

dari bagaimana siswa berinteraksi dalam proses pembelajaran tersebut, semakin

aktif siswa tersebut dalam belajar maka akan semakin ingat anak itu akan materi

yang dipelajari dalam proses pembelajaran.

c. Refleksi

Berdasarkan dari data hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua

orang observer, observasi kinerja guru yang dilakukan oleh guru mitra, dan hasil

dari tes siklus I. Maka peneliti dan guru mitra melakukan refleksi. Refleksi ini

bertujuan untuk mengetahui kekurangan yang terdapat pada siklus I dan

melakukan perbaikan pada siklus II, sehingga akan didapatkan suatu hasil

pembelajaran yang maksimal pada pembelajaran siklus II nantinya. Adapun

kekurangan yang terdapat pada siklus I adalah:

1. Siswa masih beradaptasi dengan situasi belajar yang baru, aktivitas on task

siswa rendah, sehingga masih perlu ditingkatkan terutama untuk jenis aktivitas

bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain dan menjawab pertanyaan dari

guru atau siswa kelompok lain.

2. Kurangnya motivasi siswa, dan guru kurang mengaitkan pembelajaran dengan

pengetahuan awal, membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran, dan

memberikan penguatan kepada siswa.

Sebelum melanjutkan penelitian, peneliti membuat beberapa perbaikan-perbaikan

pada siklus I yang akan digunakan untuk membuat rencana proses pembelajaran

pada siklus II. Perbaikan-perbaikan tersebut adalah:


1. Guru lebih banyak lagi memberikan motivasi kepada siswa agar siswa berani

dalam mengajukan pertanyaan dan tidak lagi ragu-ragu dalam menjawab

pertanyaan atau memberikan pendapat, dan siswa menjadi lebih aktif saat

proses pembelajaran berlangsung. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan

aktivitas on task siswa dan konsentrasi siswa terhadap materi yang diberikan

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Guru lebih sering keliling untuk mengontrol siswa dalam diskusi, apabila

siswa mengalami kesulitan guru menjelaskannya, misalnya memberikan

perhatian secara merata dalam mengarahkan kelompok belajar saat

mengerjakan LKPD untuk membantu siswa memahami konsep yang sedang

dipelajari sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Guru memberikan pemantapan konsep dan resume terhadap materi yang

dipelajari diakhir pembelajaran, agar siswa lebih paham dan tidak bingung

mengenai materi yang dijelaskan.

2. Siklus II

Siklus II terdiri dari satu kali pertemuan, setiap pertemuan dilakukan dengan

alokasi waktu 5 x 40 menit. Pertemuan siklus II dilaksanakan pada hari senin

tanggal 16 April 2018. Materi pokok yang disampaikan adalah elektrolisis

pemurnian logam tembaga (Cu) dengan menggunakan larutan CuSO4.5H2O

yang meliputi penjelasan pengertian pemurnian, proses pemurnian secara umum,

mengidentifikasi larutan yang cocok untuk pemurnian logam dan

mengidentifikasi reaksi yang terjadi melalui percobaan elektrolisis pemurnian

logam Cu. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik.


45

Penerapan pembelajaran siklus II sama dengan siklus I, pada pertemuan pertama

di awal pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi

siswa. Guru memotivasi dengan memberikan pengantar materi kepada siswa,

dalam hal ini guru memberikan pengantar materi kepada siswa melalui beberapa

pertanyaan yang bersifat memancing rasa keingintahuan siswa serta mengaitkan

pembelajaran yang akan disampaikan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa yang

belum terlibat aktif dalam pembelajaran sedikit demi sedikit siswa tersebut mulai

berani menunjukkan bahwa dirinya mampu ikut aktif dalam proses pembelajaran,

ini terlihat semakin banyak siswa yang mampu maenanggapi pertanyaan apersepsi

dari guru. Hal ini terjadi dikarenakan siswa mulai tertarik dengan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan pendekatan saintifik sehingga

siswa mulai semangat dalam menjawab pertanyaan dari guru. Setelah guru

memberikan pengantar materi, lalu guru membagikan LKPD kepada siswa.

Pada kegiatan inti, meminta siswa untuk duduk berdasarkan team kelompoknya

masing-masing (kelompok asal), dengan arahan dan bimbingan dari guru siswa

mendiskusikan soal-soal yang ada pada LKPD tersebut. Pada saat proses diskusi

kelompok, guru memeriksa pada tiap – tiap kelompok apakah mengalami kendala

dalam pemahaman LKPD. Kemudian guru melakukan observasi aktivitas siswa

pada saat siswa sedang melakukan pembelajaran yang dibantu oleh observer dan

pada saat yang bersamaan dilakukan observasi kinerja guru oleh guru mitra.

Setelah siswa selasai berdiskusi dan mengerjakan LKPD, meminta salah satu

siswa dalam team untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya yang telah

dilakukan. Dalam persentasi kelompok rata-rata setiap team menjawab dengan


benar meskipun masih ada team yang mempersentasikannya kurang tepat. Akan

tetapi, hal ini bukanlah suatu masalah untuk siswa memahami konsep karena pada

dasarnya siswa lebih dituntut aktif dalam pembelajaran dan memahami teori yang

ada. Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa mengambil kesimpulan dan

guru memberi penguatan dari apa yang telah didiskusikan oleh siswa selama

kegiatan pembelajaran berlangsung.

a. Aktivitas siswa

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan dengan cara mengisi

lembar observasi aktivitas siswa dengan memberikan kode pada setiap penyapuan,

dilakukan oleh 2 orang observer. Pada siklus II, hasil observasi aktivitas belajar

siswa diperoleh rata – rata persentase aktivitas on task siswa yaitu 96,97% dan

aktivitas off task yaitu 3,03%. Berdasarkan data yang terdapat pada Gambar 3

diketahui bahawa terjadi peningkatan aktivitas on task sebesar 7,36% yaitu dari

89,61% pada siklus I menjadi 96,97%. Adanya peningkatan on task menandakan

adanya penurunan aktivitas off task siswa. Hal ini menunjukkan antusiasme siswa

mulai meningkat sehingga siswa lebih fokus terhadap pembelajaran dan siswa

sudah lebih bisa memanfaatkan waktu pelajaran.

Berdasarkan rata – rata pesentase aktivitas siswa tiap jenis aktivitas, diketahui

bahwa 100% siswa aktif dalam mendengarkan atau memperhatikan penjelasan

guru atau teman dan berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan teman

sekelompok. Persentase aktivitas siswa bertanya kepada guru atau siswa

kelompok lain sebesar 52,38% dan telah terjadi peningkatan sebesar 9, 53%,
47

menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain sebesar 71,42% dan

telah terjadi peningkatan sebesar 28,57%.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan hal ini karenakan guru

mulai memberikan bimbingan kepada team (kelompok) siswa yang belum mampu

bekerjasama dengan teman satu team atau kelompokknya, sehingga cara ini

efektif membuat siswa termotivasi untuk memahami materi yang diajarkan

dengan cara bertanya baik dengan teman satu team maupun bertanya kepada guru.

Siswa yang tidak melakukan aktivitas ini, mereka masih ada yang terlihat pasif

(mendengarkan dan melihat teman lainnya mengajukan pertanyaan kepada guru)

namun demikian, intensitas siswa yang mengobrol berkurang dari siklus

sebelumnya. Hal ini dikerenakan pada hasil refleksi siklus I guru mengupayakan

untuk lebih bersikap tegas kepada siswa yang terlihat mengobrol dan tidak

memperhatikan pembelajaran.

b. Penguasaan konsep

Pada akhir siklus II, diadakan tes formatif untuk mengetahui penguasaan konsep

elektrolisis pemurnian logam Cu. Jenis tes berupa tes esai sebanyak 4 soal dengan

poin yang berbeda setiap soalnya dan alokasi waktu 1 x 30 menit. Dari hasil tes

formatif yang dilakukan, didapat data rata-rata skor penguasaan konsep siswa

sebesar 85,04 dengan jumlah siswa yang sudah tuntas belajar atau yang mendapat

nilai ≥ 70 sebanayak 18 orang dari 21 siswa yang hadir yang artinya, persentase

ketuntasan belajar siswa pada siklus II baru mencapai 85,72%. Sedankan siswa

yang belum tuntas belajar atau yang mendapatkan nilai < 70 sebanyak 3 orang
yang artinta mencapai 14,28%. Dibadningkan dengan siklus I dengan II ini masih

ada 3 siswa yang belum mencapai KKM. Faktor yang mempengaruhinya adalah

ketiga siswa tersebut yang kurang aktif dalam proses pembelajaran dan pada

pembelajaran dan pada proses pemebelajaran siswa tersebut mengandalkan siswa

lain dalam kelompoknya pada saat mengerjakan LKPD, sehingga kurang

menguasai konsep.

Melihat adanya peningkatan yang telah tercapai dari siklus I ke siklus II dapat

dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat

membantu siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan membantu

siswa untuk menemukan konsep sesuai dengan bimbingan dan arahan guru,

sehingga meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi elektrolisis.

c. Refleksi

indikator kinerja yang ditetapkan yaitu terjadinya peningkatan persentase

penguasaan konsep dari siklus ke siklus dan telah tercapai peningkatan dari

siklus I ke siklus II. Meski demikian masih ada beberapa kekurangan pada siklus

II ini, yaitu terdapat 3 orang yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan, dapat

dilihat dari aktivitas pembelajaran yaitu bertanya kepada guru atau siswa

kelompok lain dan menjawab pertanya dari guru atau siswa kelompok lain masih

rendah. Untuk memperbaikinya maka perlu dilakukan pendekatan secara khusus

kepada 3 orang siswa yang belum tuntas itu, seperti guru lebih banyak bertanya

kepada mereka, lebih membimbing mereka saat diskusi dan memberikan

kesempatan untuk menanggapi agar siswa termotivasi untuk melakukan aktivitas,


49

sehingga siswa akan memperoleh niali hasil belajar yang lebih baik dan

ketuntasan bisa tercapai.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Melalui penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik

persentase rata - rata aktivitas belajar on task siswa pada mata diklat

elektrolisis meningkat dari siklus ke siklus, yaitu dari 89,61% pada siklus I

menjadi 96,972% pada siklus II, yang berarti aktivitas off task siswa menurun.

2. Melalui penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik

rata – rata penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan dari siklus ke

siklus, yaitu dari 75,04 pada siklus I menjadi 85,04% pada siklus II.

3. Melalui penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik

meningkatkan persentase ketuntasan belajar siswa, yaitu dari 72,42% pada

siklus I menjadi 85,72% pada siklus II. Hal ini dapat dikatakan bahwa

pembelajaran menggunakan pendekatan sanitifik dalam proses pembelajaran

dapat membantu siswa untuk menemukan konsep sesuai dengan bimbingan

dan arahan guru, sehingga proses pembelajaran dapat lebih efektif.


51

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, bahwa penguasaan konsep

elektrolisis siswa mengalami peningkatan dengan menggunakan pembelajaran

berbasis pendekatan saintifik. Oleh karena itu, penulis menyarankan :

1. Kepada guru bidang studi elektrolisis dalam proses pembelajaran dapat

menerapkan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan

penguasaan konsep siswa.

2. Kepada guru supaya lebih dapat memotivasi siswa dalam proses pembelaja-

ran, sehingga siswa lebih tertarik dengan pembelajaran, dan memberikan

perhatian yang lebih pada siswa tertentu, sehingga tidak terdapat lagi siswa

yang melakukan aktivitas selain menyimak materi pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl
Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arikunto, S. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.

Bell, F. H. 1978. Teaching and Learning Mathematic in Secondary School. Iowa:


Win C. Brown Company.

Dahar, Ratna Willis. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta.

Fadel, C. 2008. Multimodal Learning Through Media: What the Research Says.
Metiri group. Global Lead, Education; Cisco Systems, Inc

Hohenberg, P. 2010. What is Science?. New York: New York University

Holbert, KE and George GK. 2008. Removing an Unsupported Statement in


Engineering Education LiteratureArizona: Arizona State University

Hopkins, D. 1993. A Teachers Guide to Classroom Reseach. Open University


Press. Philadephia.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kemendikbud, 2013. Pendekatan, Jenis Dan Metode Penelitian Pendidikan.


Jakarta

Maine, B. 2013. The Learning Pyramid. Stevenson: National Training Lab


Stevenson University

Martinis, Yamin, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta. Gaung Persada Press
dan Center for Learning Innovation (CLI).

Mc Collum 2009. A scientific approach to teaching.


http:/kamccollum.wordpress.com/2009/08/01/a-scientificapproach-to-
teaching/lastUpdate januari 2013.
53

Mora, JK. 2000.Teaching Conceptual and Vocabulary. San Diego University.


http://coe.sdsu.edu/people/jmora/concepts Tch.htm. diakses tanggal 10
April 2013.

Nabsiah, S. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan


Metode Demonstrasi untuk meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan
Konsep Larutan Asam Basa. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung

Oemar, Hamalik. (2009). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algessindo

Penyusun, Tim. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan Kedua. Jakarta.
Balai Pustaka.

Ryan, M. 2001. The Scientific Method. USA: University of Nevada

Sani, Abdullah Ridwan. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi


Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo
Persada. Jakarta

Slavin, R. 2006. Cooperative Learning Teori, Riset and Praktik. Nusa Media.
Bandung

Smith, B.P. 1994. Instructional strategies in family and consumer sciences:


implementing the contextual teaching and learning pedagogical model.
Journal of Family & Consumer Sciences Education, 28(1).

Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsito. Bandung.

Sunyono. 2010. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple Representasi dalam


Meningkatkan Penguasaan Konsep Kinetika Kimia dan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa. Tugas Mata Kuliah Inovasi dan Problematika
Pendidikan Sains. Surabaya: Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Tim Penyusun. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

Weinburgh, M. H. 2003. Changing elementary and college science teaching


through coteaching/co-generative dialogue. In D. Berlin & A. Whites
(Eds). Improving Science and Mathematics Education: Insights for a
Global Community. (pp. 73-74). Columbus, OH: ICRSME.

Zirbel, EL. (2003). Teaching To Promote Deep Understanding and Instigate


Conceptual Change for Pre-service Elementary Teachers based on
Inquiry
LAMPIRAN 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


SIKLUS I

Nama Sekolah : SMK – SMTI Bandar Lampung


Kompetensi Keahlian : Kimia Analisis
Mata Pelajaran : Melaksanakan Proses Elektrolisis
Materi Pokok : Elektrolisis Larutan Elektrolit Kalium Iodida (KI)
Kelas/ Semester : XI/2
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Alokasi Waktu : 5 JP x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Melaksanakan Proses Elektrolisis

B. Kompetensi dasar
Melaksanakan Proses Elektrolisis Larutan Elektrolit Kalium Iodida (KI)

C. Indikator pencapaian kompentensi


Indikator pengetahuan
1. Menjelaskan proses elektrolisis larutan elektrolit KI
2. Menghitung massa garam elektrolit pada sel elektrolisis KI
3. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis larutan
elektrolit KI
4. Menuliskan reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis larutan elektrolit
KI
Indikator keterampilan
5. Membuat diagram alir proses elektrolisis sesuai prosedur proses
elektrolisis larutan elektrolit KI
6. Menyiapkan alat dan bahan sesuai prosedur proses elektrolisis larutan
elektrolit KI
7. Mencuci peralatan yang akan digunakan dalam percobaan proses
elektrolisis larutan elektrolit KI
8. Membuat larutan elektrolit KI sesuai prosedur proses elektrolisis larutan
elektrolit KI
9. Memasukkan larutan elektrolit KI ke dalam pipa U sesuai prosedur proses
elektrolisis larutan elektrolit KI
10. Memasukkan setiap elektroda karbon ke dalam pipa U sesuai prosedur
proses elektrolisis larutan elektrolit KI
11. Menghubungkan elektroda dengan power supply sesuai prosedur proses
elektrolisis larutan elektrolit KI
12. Melakukan proses elektrolisis sesuai prosedur proses elektrolisis larutan
elektrolit KI
55

13. Mengambil hasil elektrolisis pada kedua elektroda ke dalam tabung reaksi
sesuai prosedur proses elektrolisis larutan elektrolit KI
14. Meneteskan indikator fenolftalein (PP) ke dalam tabung reaksi sesuai
prosedur proses elektrolisis larutan elektrolit KI
15. Mengambil hasil elektrolisis pada kedua elektroda ke dalam tabung reaksi
sesuai prosedur proses elektrolisis larutan elektrolit KI
16. Meneteskan indikator amilum (kanji) ke dalam tabung reaksi sesuai
prosedur proses elektrolisis larutan elektrolit KI
17. Mengamati hasil elektrolisis pada kedua elektroda proses elektrolisis
larutan elektrolit KI
18. Mencatat hasil pengamatan percobaan proses elektrolisis larutan elektrolit
KI
19. Menuliskan laporan hasil percobaan proses elektrolisis larutan elektrolit
KI

D. Tujuan pembelajaran
Setelah siswa melakukan percobaan dan berdiskusi:
1. Siswa dapat melakukan proses elektrolisis larutan elektrolit KI dengan
benar
2. Siswa dapat menjelaskan rekasi elektrolisis larutan elektrolit KI dengan
benar.

E. Materi Ajar
Pengertian Elektrolisis
Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik.
Pada sel elektrolisis, reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan
melalui larutan elektrolit elektrolit, yaitu energi listrik (arus listrik) diubah
menjadi energi kimia (reaksi redoks). Sel elektrolisis memiliki 3 ciri
utama,yaitu :
1) Ada larutan elektrolit elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion – ion ini
dapat memberikan atau menerima elektron sehingga elektron dapat
mengalir melalui larutan elektrolit.
2) Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis.
3) Ada sumber arus listrik dari luar,seperti baterai yang mengalirkan
arus listrik searah.

Macam elektrolisis :
a) Elektrolisis leburan elektrolit : Dapat digunakan untuk menghantar ion-
ion pada sel elektrolisis. Leburan elektrolit tanpa menggunakan air.
Contohnya adalah NaCl.
b) Elektrolisis air : Jika arus listrik dilewatkan melalui 2 elektroda dalam air
murni, tidak terjadi elektrolisis. Tetapi, jika larutan elektrolit CuSO4 /
KNO3 ditambahkan air murni dengan konsentrasi rendah, akan terjadi
elektrolisis dan dapat menghantarkan arus listrik.
c) Elektrolisis larutan elektrolit elektrolit : Reaksi yang terjadi tidak
hanya melibatkan ion – ion dalam larutan elektrolit saja, tetapi juga air.
Contohnya adalah KI.

F. Model dan Pendekatan Pembelajaran


Model : STAD
Pendekatan : Scientific
Metode : Diskusi dan praktikum

G. Kegiatan Pembelajaran

Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Pendahuluan  Guru membuka pelajaran dengan salam 15 menit
dan berdoa bersama yang dipimpin oleh
ketua rombel sebelum memulai pelajaran
 Guru mengecek kehadiran siswa
 Guru melakukan kegiatan apersepsi
dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan untuk mengingat materi
pelajaran yang telah diterima sebelumnya
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Kegiatan Inti Siswa duduk berdasarkan kelompoknya 170
masing-masing untuk mengerjakan LKPD menit
yang telah disediakan guru secara diskusi.
Guru membimbing dan memfasilitasi
jalannya diskusi.

Mengamati
Guru menampilkan video dan wacana terkait
elektrolisis larutan elektrolit KI

Menanya
Berdasarkan video dan wacana yang
ditampilkan diharapkan siswa dapat menanya
berbagai pertanyaan yang berhubungan
dengan wacana dan video.
Misalnya:
1. “Bagaimana cara elektrolisis larutan
57

elektrolit KI?”
2. “Bagaimana hasil elektrolisis yang
dihasilkan?”

Mengumpulkan Data (Mencoba)


Setelah timbul pertanyaan dari siswa,
kemudian siswa diminta untuk melakukan
kegiatan berikut :

 Siswa membuat diagram alir elektrolisis


larutan elektrolit KI
 Siswa menghitung massa garam KI yang
dibutuhkan pada percobaan proses
elektrolisis larutan elektrolit KI
 Siswa melakukan percobaan proses
elektrolisis larutan elektrolit KI
 Siswa mengamati perubahan – perubahan
yang terjadi pada percobaan proses
elektrolisis larutan elektrolit KI
 Siswa mencatat hasil pengamatan proses
elektrolisis larutan elektrolit KI

Mengasosiasi (Menalar)
Setelah mengumpulkan data, siswa diminta
untuk :

 Siswa menjelaskan terjadainya proses


elektrolisis larutan elektrolit KI
 Siswa menjelaskan gambar dan arah aliran
elektron elektrolisis larutan elektrolit KI
 Siswa menjelaskan zat yang ada di rung
anoda sebagai hasil elektrolisis larutan
elektrolit KI
 Siswa menjelaskan ion – ion yang ada di
ruang katoda sebagai hasil elektrolisis
larutan elektrolit KI
 Siswa menuliskan reaksi yang terjadi pada
percobaan proses elektrolisis larutan
elektrolit KI

Mengomunikasikan
 Siswa diminta untuk mempersentasikan
hasil diskusi kelompok terkait percobaan
proses elektrolisis larutan elektrolit KI
 Siswa menuliskan laporan hasil percobaa
proses elektrolisis larutan elektrolit KI.
Penutup  Guru memberikan pengarahan terhadap 15 menit
proses dan hasil pembelajaran
“Apakah kalian sudah jelas cara
elektrolisis menggunakan larutan
elektrolit KI?”
 Guru melakukan kegiatan tindak lanjut
dengan pemberian tugas individu berupa
laporan hasil praktikum
 Guru menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk kegiatan berikutnya
 Guru menutup pertemuan dengan salam

H. Media, Alat, dan Sumber belajar


1. Alat dan bahan : LCD projector, Laptop, Peralatan praktikum
2. Sumber belajar dan media : Powerpoint Presentation (PPT), Bahan Ajar,
Panduan Praktikum, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Internet

I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar


Aspek Teknik Instrumen
Pengetahuan Tugas dan tes Tugas : Pengerjaan Lembar Kerja Peserta
tertulis Didik
Tes Tertulis : Uraian
Keterampilan Produk (laporan) Format dan Rubrik penilaian Laporan Hasil
Praktikum

Bandarlampung, April 2018


Kepala SMK-SMTI Bandarlampung Mahasiswa PPG

Dra. Sulastri, MTA Fatma Maharani, S.Si.


NIP. 196408121991032003 NPM. 1713061004
59

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


SIKLUS II

Nama Sekolah : SMK – SMTI Bandar Lampung


Kompetensi Keahlian : Kimia Industri
Mata Pelajaran : Melaksanakan proses elektrolisis
Kelas/ Semester : XI/2
Materi Pokok : Elektrolisis Pemurnian Logam Tembaga (Cu)
Alokasi Waktu : 5 JP x 40 menit

J. Standar Kompetensi
Melaksanakan proses elektrolisis

K. Kompetensi Dasar
Melaksanakan proses elektrolisis pemurnian logam tembaga (Cu)

L. Indikator Pencapaian Kompentensi


Pengetahuan
1. Menuliskan definisi pemurnian logam
2. Menjelaskan prinsip kerja yang terjadi pada pemurnian logam
3. Menjelaskan manfaat dari pelapisan logam
4. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi di katoda pada pemurnian logam
5. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi di anoda pada pemurnian logam
6. Menjelaskan proses pemurnian logam Cu
7. Menghitung massa garam CuSO4.5H2O pada pemurnian logam Cu
8. Menuliskan reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda pada proses
pemurnian logam Cu
9. Menjelaskan fungsi larutan elektrolit CuSO4.5H2O yang digunakan pada
pemurnian logam Cu
10. Mengevaluasi berat endapan Cu hasil percobaan dengan hasil perhitungan
menggunakan rumus hukum faraday
11. Menjelaskan faktor – faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada proses
pemurnian logam

Keterampilan
1. Membuat diagram alir pemurnian logam Cu
2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai panduan
praktikum
3. Menyusun rangkaian alat sesuai dengan gambar
4. Membersihkan logam Cu tidak murni dan logam Cu murni sesuai prosedur
5. Menimbang logam Cu tidak murni dan logam Cu murni sesuai prosedur
6. Mencatat hasil penimbangan logam tidak murni dan logam murni
7. Menghubungkan logam Cu tidak murni dan logam Cu murni dengan
penjepit yang telah dihubungkan dengan sumber arus sesuai dengan
prosedur
8. Memasukkan larutan CuSO4.5H2O ke dalam gelas kimia sesuai prosedur
9. Mencelupkan kedua logam yang telah dijepit kedalam larutan CuSO4.5H2O
sesuai dengan prosedur
10. Menghidupkan power supply sesuai dengan prosedur
11. Mendiamkan logam yang telah dicelupkan kedalam larutan CuSO4.5H2O
sesuai dengan prosedur
12. Mengamati perubahan yang terjadi pada katoda dan anoda
13. Mematikan power supply
14. Mengambil kedua logam dan mengeringkannya
15. Menimbang dan mencatat berat kedua logam setelah proses elektrorefining
atau pemurnian sesuai prosedur
16. Menghitung selisih berat logam tembaga tidak murni dan tembaga murni
sebelum dan setelah pemurnian
17. Menghitung berat endapan Cu pada katoda menggunakan rumus hukum
Faraday
18. Menuliskan hasil pengamatan saat percobaan pemurnian logam Cu
19. Membandingkan berat endapan Cu hasil percobaan dengan hasil
perhitungan menggunakan rumus hukum faraday
20. Mengidentifikasi faktor – faktor kesalahan yang terjadi pada percobaan
21. Menyimpulkan hasil percobaan pemurnian logam tembaga yang telah
dilakukan
22. Membuat laporan percobaan sesuai dengan format yang telah ditentukan

M. Tujuan pembelajaran
Setelah melakukan percobaan dan berdiskusi :
1. Siswa dapat menerapkan proses pemurnian logam tembaga secara
elektrolisis dengan benar.
2. Siswa dapat mencatat dan melaporkan data hasil pemurnian logam tembaga
dengan benar.

N. Materi Ajar
Pemurnian (refining) adalah suatu proses untuk merubah logam tidak murni
menjadi logam dengan kemurnian tinggi. Prinsip pemurnian logam dengan cara
elektrolisis (electrorefining) adalah dengan menggunakan dua elektroda dalam
suatu larutan elektrolit. Elektrodanya adalah katoda dan anoda. Anoda adalah
logam yang masih tidak murni yang akan dimurnikan yang akan mengalami
oksidasi. Sedangkan katoda adalah logam murni yang akan mengalami reduksi.
Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan yang mengandung kation
logam yang akan dimurnikan, dalam hal ini adalah larutan yang mengandung
kation logam.
61

Dalam proses pemurnian tembaga, tembaga yang belum murni (tidak murni)
digunakan sebagai anoda dalam sel elektrolisis yang mengandung larutan
tembaga (II) sulfat (CuSO4) sebagai elktrolit. Katoda terdiri dari tembaga yang
sangat murni.

O. Metode dan Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan : Scientific
Metode : Percobaan dan diskusi

P. Kegiatan pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Pendahuluan  Guru membuka pelajaran dengan salam dan 15
berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua menit
rombel sebelum memulai pelajaran
 Guru mengecek kehadiran siswa
 Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan untuk
mengingat materi pelajaran yang telah diterima
sebelumnya
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Inti Siswa duduk berdasarkan kelompoknya masing- 170
masing untuk mengerjakan LKPD yang telah menit
disediakan guru secara diskusi. Guru membimbing
dan memfasilitasi jalannya diskusi.

Mengamati
 Siswa mengamati gambar kabel listrik yang
terbuat dari Cu dan membaca wacana tentang
pentingnya pemurnian Cu

Menanya

Setelah mengamati gambar, guru memberi


kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Kemungkinan siswa bertanya adalah :

 Bagaimana cara pemurnian logam Cu?


 Bagaimana hasil logam Cu yang dimurnikan?
Mengumpulkan Data

Setelah timbul pertanyaan dari siswa, kemudian


siswa diminta untuk melakukan kegiatan berikut :

 Siswa membuat diagram alir pemurnian logam


tembaga
 Siswa menuliskan pengertian pemurnian logam
 Siswa mengidentifikasi reaksi yang terjadi pada
pemurnian logam
 Siswa menghitung massa garam elektrolit pada
pemurnian logam Cu
 Siswa melakukan praktikum pemurnian logam
tembaga sesuai prosedur
 Siswa mengamati perubahan – perubahan yang
terjadi pada percobaan pemurnian logam Cu
 Siswa menuliskan hasil percobaan pemurnian
Cu pada tabel hasil pengamatan
 Siswa menghitung selisih berat logam tembaga
tidak murni dan tembaga murni sebelum dan
setelah pemurnian

Mengasosiasi

Setelah mengumpulkan data, siswa diminta untuk :

 Menjelaskan prinsip kerja elektrolisis pada


pemurnian logam Cu
 Menjelaskan fungsi larutan CuSO4.5H2O pada
pemurnian Cu
 Menjelaskan proses pemurnian logam Cu
berdasarkan percobaan
 Menjelaskan alasan Cu tidak murni dijadikan
anoda dan Cu murni dijadikan katoda
 Menjelaskan fungsi larutan elektrolit yang
digunakan adalah CuSO4.5H2O
 Menuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan
katoda pada percobaan
 Menghitung berat endapan tembaga yang
menempel di katoda menggunakan rumus
hukum Faraday
 Membandingkan berat endapan Cu hasil
percobaan dengan hasil perhitungan
menggunakan rumus hukum faraday
63

 Mengidentifikasi faktor – faktor kesalahan yang


terjadi pada percobaan

Membentuk Jejaring
 Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
yang terdapat dalam LKPD di depan kelas
 Siswa menuliskan laporan hasil percobaan
pemurnian logam Cu
Penutup  Guru memberikan umpan balik terhadap proses 15
dan hasil pembelajaran menit
“Apakah kalian sudah jelas mengenai pemurnian
logam tembaga secara elektrolisis?”
 Guru melakukan kegiatan tindak lanjut dengan
pemberian tugas individu berupa laporan hasil
praktikum
 Guru menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk kegiatan berikutnya
 Guru menutup pertemuan dengan salam.

Q. Media, Alat, dan Sumber belajar


1. Media : Powerpoint Presentation
2. Alat dan bahan : LCD projector dan Laptop
3. Sumber belajar : Panduan praktikum, Lembar Kerja Peserta Didik, Video,
Internet dan Bahan ajar pemurnian logam tembaga

R. Penilaian Proses dan Hasil Belajar


Aspek Teknik Instrumen
Pengetahuan Tugas dan tes Tugas : Pengerjaan Lembar Kerja Peserta
tertulis Didik
Tes Tertulis : Uraian
Keterampilan Produk (laporan) Format dan Rubrik penilaian Laporan Hasil
Praktikum

Bandarlampung, April 2018


Kepala SMK-SMTI Bandar Lampung Mahasiswa PPG

Dra. Sulastri, MTA Fatma Maharani, S.Si.


NIP. 196408121991032003 NPM. 1713061004
65

Nama :
Kelompok :

Mata Pelajaran : Melaksanakan Proses Elektrolisis


Materi Pokok : Melaksanakan Proses Elektrolisis
Sub Materi Pokok : Melaksanakan Proses Elektrolisis Larutan Elektrolit KI
Alokasi Waktu : 5 JP x 40 menit

Standar Kompetensi
Melaksanakan Proses Elektrolisis

Kompetensi dasar
Melaksanakan Proses Elektrolisis Larutan KI

Indikator pencapaian kompentensi

20. Menjelaskan proses elektrolisis larutan elektrolit KI


21. Menghitung massa larutan elektrolit pada sel elektrolisis KI
22. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis larutan
elektrolit KI
23. Menuliskan reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis larutan elektrolit
KI

PETUNJUK BELAJAR

1. Setiap siswa harus membaca LKPD ini dengan saksama


2. Diskusikan setiap pertanyaan dan permasalahan yang ada dalam LKPD ini
dengan teman satu kelompok
3. Jika ada pertanyaan atau hal yang tidak dimengerti mintalah bantuan guru untuk
menjelaskannya
MENGAMATI

Amatilah wacana berikut!

Elektrolisis merupakan peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik


searah. Elektrolit yang digunakan dapat berupa lelehan atau larutan.
Elektrolisis mempunyai banyak keguanaan di antaranya yaitu pemurnian
suatu logam, serta pelapisan logam. Untuk melakukan pemurnian dan
pelapisan logam dibutuhkan larutan elktrolit sebagai penghantar listrik.
Sebelum melakukan pengaplikasian elektrolisis, kita akan melakukan
elektrolisis dengan menggunkan larutan KI sebagai larutan elektrolit.

Gambar Rangkaian Alat Elektrolisis

MENANYA

Berdasarkan wacana diatas, adakah yang kalian tanyakan?

MENGUMPULKAN DATA (MENCOBA)


Jawablah dan carilah informasi terkait pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!
67

1. Buatlah digram alir percobaan elektrolisis larutan elektrolit!

2. Hitunglah massa garam elektrolit pada sel elektrolisis elektrolisis larutan KI


sebanyak 50 mL KI 0,5 M! (Ar K = 39; Ar I = 127)

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟) 1000


M= ×
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 (𝑀𝑚) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝐿)

...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Yuk Lakukanlah praktikum percobaan elektrolisis larutan KI sesuai
prosedur 

TABEL HASIL PENGAMATAN


Elektroda Perubahan selama Setelah ditambah Setelah ditambah
Elektrolisis Fenolftalein Amilum
Elektroda
positif
(Anoda)

Elektroda
negative
(Katoda)

MENGASOSIASI
Berdasarkan hasil percobaan, diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Jelaskan proses yang terjadi dalam percobaan elektrolisis larutan KI pada


anoda dan katoda!
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Gambarkan rangkaian elektrolisis larutan elektrolit KI serta arah aliran


elektronnya!
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

3. Zat apakah yang terjadi di ruang anoda sebagai hasil elektrolisis ? Jelaskan !
69

............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Ion – ion apakah yang terdapat di ruang katoda setelah elektrolisis? Jelaskan!
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

5. Tuliskan reaksi yang terjadi pada:


Anoda : .........................................................................................
Katoda : .........................................................................................
Rekasi Keseluruahn : .........................................................................................

MENGOMUNIKASIKAN

Berdasarkan data hasil


pengamatan proses
elektrolisis larutan KI,
buatlah laporan hasil
percobaannya!

~Selamat mengerjakan~
Nama kelompok:
1.
2.
3.
4.

Mata Pelajaran : Melaksanakan proses elektrolisis


Kelas/Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Materi Pokok : Pemurnian logam tembaga (Cu)

S. Kompetensi dasar
Melaksanakan proses elektrolisis pemurnian logam tembaga (Cu)

T. Indikator pencapaian kompentensi


1. Menuliskan definisi pemurnian logam
2. Menjelaskan prinsip kerja yang terjadi pada pemurnian logam
3. Menjelaskan manfaat dari pelapisan logam
4. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi di katoda pada pemurnian logam
5. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi di anoda pada pemurnian logam
6. Menjelaskan proses pemurnian logam Cu
7. Menghitung massa garam CuSO4.5H2O pada pemurnian logam Cu
8. Menuliskan reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda pada proses
pemurnian logam Cu
9. Menjelaskan fungsi larutan elektrolit CuSO4.5H2O yang digunakan pada
pemurnian logam Cu
10. Mengevaluasi berat endapan Cu hasil percobaan dengan hasil perhitungan
menggunakan rumus hukum faraday
11. Menjelaskan faktor – faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada proses
pemurnian logam

Petunjuk:
1. Bacalah Lembar Kerja Peserta Didik secara seksama.
2. Kerjakan pertanyaan-pertanyaan terkait sesuai dengan instruksi guru.
3. Apabila ada yang kurang jelas tanyakan pada guru.
4. Kerjakan LKPD dengan baik dan benar bersama kelompokmu.
71

MENGAMATI
Amatilah gambar di bawah ini!

Tembaga murni

Kabel listrik

Logam tembaga banyak digunakan dalam kehidupan sehari – hari, salah satunya
digunakan dalam pembuatan kabel listrik. Untuk membuat kabel listrik diperlukan
tembaga murni, karena jika terdapat pengotor dapat mengurangi konduktivitas
tembaga, yang dapat mengakibatkan timbulnya banyak panas dan akan
membahayakan penggunaannya. Ketika mula-mula dipisahkan dari bijih tembaga,
kemurnian kandungan logam tembaga kira-kira 99%, sisanya merupakan
pengotor. Oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian tembaga.

MENANYA
Berdasarkan gambar di atas, tuliskan hal yang ingin kalian tanyakan!
....................................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

MENGUMPULKAN DATA
Jawablah dan carilah informasi terkait pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!

3. Tuliskan pengertian pemurnian logam!


.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

4. Jelaskan manfaat dari pemurnian logam!


.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Identifikasilah reaksi yang terjadi pada pelapisan logam Fe dengan larutan
elektrolit FeSO4!
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

6. Hitunglah massa garam elektrolit pada pemurnian Cu sebanyak 50 mL


CuSO4.5H2O 0,5 M! (Ar Cu = 63,5; Ar S = 32;sAr O = 16)
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

Yuk lakukan percobaan


pemurnian logam tembaga

Tuliskan hasil pengamatan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada tabel
berikut:

No. Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Mengamplas logam Warna tembaga murni.....................................
tembaga murni yang
belum dimurnikan Tekstur tembaga murni....................................
2. Keadaan logam tembaga Warna tembaga kotor.....................................
kotor sebelum
dimurnikan Tekstur tembaga kotor....................................
3. Menimbang logam Berat tembaga kotor =..................gram
tembaga kotor dan logam
tembaga murni sebelum Berat tembaga murni =..................gram
pemurnian
4. Pemurnian logam
tembaga (peristiwa yang
terjadi di katoda dan
anoda)
5. Keadaan logam tembaga Warna ...........................................................
kotor setelah pemurnian
Tekstur.............................................................
6. Keadaan logam tembaga Warna ........................................................
murni setelah pemurnian
Tekstur.............................................................
73

7. Menimbang logam Berat tembaga kotor =..................gram


tembaga kotor dan logam
tembaga murni setelah Berat tembaga murni =..................gram
pemurnian

MENALAR (MENGASOSIASI)
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini berdasarkan data yang
diperoleh pada tahap mengumpulkan data!

1. Jelaskan prinsip kerja elektrolisis pada pemurnian loga Cu!


Jawab:....................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

2. Jelaskan proses pemurnian logam tembaga berdasarkan percobaan!


Jawab:....................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

3. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi di anoda dan katoda pada percobaan!
Jawab:....................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

4. Mengapa pada percobaan pemurnian logam digunakan larutan CuSO4?


Jawab:
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

5. Hitunglah berat endapan tembaga yang menempel di katoda menggunakan


rumus hukum Faraday! Serta bandingkan hasil percobaan dengan hasil teoritis
yang didapat!
Jawab:....................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
6. Tuliskan faktor – faktor kesalahan yang terjadi pada saat percobaan!
Jawab:....................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

Mengomunikasi

Presentasikan hasil diskusi kelompok kalian mengenai


jawaban pada pertanyaan dan kesimpulan dari LKPD yang
telah diselesaikan dan buatlah laporan pecobaan
pemurnian logam tembaga!
75

POST TEST SIKLUS I

Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar.

1. Apa yang terjadi di anoda dan katoda setelah dilakukan proses elektrolisis

larutan elektrolit KI? Jelaskan kenapa hal tersebut dapat terjadi!

2. Pada elektrolisi larutan dengan menggunakan elektroda grafit. Digunakan

larutan elektrolit KI 1 M sebanyak 100 mL. Hitunglah massa yang

dibutuhkan untuk membuat larutan elektrolit tersebut! (Ar K = 39; Ar I =

127)!

3. Tentukan zat yang terbentuk di anoda dan ion-ion apa saja di katoda setelah

proses elektrolisis larutan elektrolit KI!

4. Tuliskan reaksi keseluruhan yang terjadi pada proses elektrolisi larutan KI di

atas!

~ SELAMAT MENGERJAKAN ~
POST TEST SIKLUS II

Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar.

1. Tuliskan pengertian dan manfaat pemurnian logam! Jelaskan dengan singkat

prinsip pada pemurnian logam Cu!

2. Kevin memiliki logam Perak murni dan perak kotor. Dia ingin memurnikan

perak murni tersebut dengan perak kotor.

a. Gambarlah rangkain alat proses pemurnian logam perak murni serta

berikan keterangannya!

b. Tuliskan reaksi yang terjadi!

3. Berlian melakukan percobaan pemurnian logam tembaga dengan larutan

CuSO4 0,5 M, maka:

a. Jelaskan dengan singkat proses pemurnian logam tembaga!

b. Mangapa Berlian menggunakan larutan elektrolit CuSO4? Serta jelaskan

fungsi larutan tersebut!

c. Tuliskan rekasi yang terjadi!

4. Cansana akan memurnikan logam nikel (Ar Ni =58). Arus listrik yang

digunakan adalah sebesar 10 Ampere dengan waktu pelapisan selama 30

menit dan didapatkan endapan perak sebesar 1,2 gram. Bandingkan hasil

pemurnian logam yang dilakukan Cansana dengan menggunakan hukum

Faraday!

~ SELAMAT MENGERJAKAN ~
77

RUBRIK PENILAIAN SOLA POS TEST SIKLUS I

Nama Sekolah : SMK – SMTI Bandar Lampung


Kompetensi Keahlian : Kimia Industri
Mata Pelajaran : Elektrolisis
Kelas/ Semester : XI/Genap
TahunPelajaran : 2017/2018

Nomor
skor Kriteria Kunci ja
soal
1. Perubahan selama
Jika menjawab dengan tepat dan Elektroda
elektrolisis d
30
lengkap Katode (-) Terdapat La
gelembung- w
gelembung gas pi
Jika hanya menjawan secara
25 pada larutan KI.
umum Warna larutan tetap
bening.
Jika hanya menjawab perubahan Anode (+) Terdapat La
15 gelembung- be
selama elektrolisis gelembung gas ku
pada larutan KI. ke
Warna larutan
Jika tidak menjawab sama sekali berubah menjadi
0 kuning kecoklatan.
(kosong)

2
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟)
Jika menjawab benar serta, M= ×
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 (𝑀𝑚) 𝑣𝑜
20 menjelaskan sampai pengujian
menggunakan PP dan amilum 1 M = gr/166 x 1000/100 mL
gr = 16,66
Jika menjawab tidak sampai
10
hasil pengujian
Jika hanya penjawab rekasi yang
10
terjadi saja

Jika tidak menjawab sam sekali


0
(kosong)
3 Jika menjawab benar serta,  Katoda: Reaksi elektrolisis K
25 menjelaskan sampai pengujian reduksi/pelepasan elektron dari 2H
menggunakan PP dan amilum katoda menghasilkan gas H2 dan
setelah ditetesi indikator fenolftale
Jika menjawab tidak sampai
15 merah muda keungu-unguan.
hasil pengujian
 Anoda: Reaksi elektrolisis K
oksidasi/penambahan elektron da
Jika hanya penjawab rekasi yang menghasilkan I2 karena setelah d
10
terjadi saja perubahan warna menjadi coklat jer

Jika tidak menjawab sam sekali


0
(kosong)

4
Jika menjawab benar dan
KI → K+ +
lengkap rekasi ionisasi, yang
25 Katoda (-) : 2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2
terjadi anoda dan katoda serta
Anoda (+) : 2I-(aq) → I2(s) + 2e
hasil keseluruhan rekasi
Hasil : 2I- + 2H2O → I2(g) + H2

Jika hanya menjawab reaksi di


15
katoda dan anoda saja

Jika tidak menjawab sama sekali


0
(kosong)
79

RUBRI PENILAIAN SOAL POS TEST SIKLUS II

Nama Sekolah : SMK – SMTI Bandar Lampung


Kompetensi Keahlian : Kimia Indusrei
Mata Pelajaran : Elektrolisis
Kelas/ Semester : XI/Genap
TahunPelajaran : 2017/2018

Nomor
Skor Kriteria Jawaban Kunci J
soal
1 10 Jawaban benar dan lengkap Pemurnian (refining) adalah suatu pros
5 Jawaban kurang tepat dan kurang menjadi logam dengan kemurnian tingg
lengkap
keuntungan bila dibandingkan dengan
0 Tidak menjawab
diantaranya :
a. Lebih kuat dan mahal
b. Memiliki kemurnian yang Tinggi
c. Tampak permukaan lebih baik

10 Jawaban benar dan lengkap Prinsip pemurnian logam dengan cara e


5 Jawaban kurang tepat dan kurang dengan menggunakan dua elektroda da
lengkap Elektrodanya adalah katoda dan anoda.
0 Tidak menjawab tidak murni yang akan dimurnikan. Sed
2 10 Jawaban benar dan lengkap Reaksi yang terjadi yaitu:
5 Jawaban kurang tepat dan kurang AgNO3(aq) → Ag+(aq) +
lengkap
0 Tidak menjawab Katoda : Ag+(aq) + e- → Ag(s)
Anoda : Ag(s) → Ag+(aq) + e-
10 Jawaban benar dan lengkap
Ag(s) → Ag(s)
Anoda Katoda
5 Jawaban kurang tepat dan kurang
lengkap

0 Tidak menjawab
Nomor
Skor Kriteria Jawaban Kunci J
soal

Logam Ag
tidak murni

3 10 Jawaban benar dan lengkap a. Pada logam tebaga murni (katoda)


3 Jawaban kurang tepat dan kurang jepit dan dialiri listrik sebesar 6 vo
lengkap tembaga sulfat. Pada anoda akan m
0 Tidak menjawab elektron dan pada katoda akan me
elektron. Sehingga hasilnya pada
lebih murni dari sebelumnya.
10 Jawaban benar dan lengkap b. Karena logam yang akan dimurnik
3 Jawaban kurang tepat dan kurang sehingga pada larutan elektrolitny
lengkap mempercepat proses pelapisan
0 Tidak menjawab
10 Jawaban benar dan lengkap c. reaksi yang terjadi pada katoda da
3 Jawaban kurang tepat dan kurang dilakukan Indah:
lengkap CuSO4(aq) → Cu2+(aq) + S
0 Tidak menjawab Katoda : Cu2+(aq) + 2e- → Cu(
Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e
Cu(s) → Cu(s)
Anoda Katoda
4 25 Jawaban benar dan lengkap 1. Diketahui : e= Ar/muatan= 58/2=2
15 Jawaban kurang tepat dan kurang i= 10 A
lengkap t= 30 menit= 900 detik
0 Tidak menjawab W emas saat percobaan
Ditanya : evalusi W emas saat per
Faraday?
81

Nomor
Skor Kriteria Jawaban Kunci J
soal
𝑒𝑖𝑡 29 𝑥 10 𝑥 900
Jawab : W = 96500 = = 5,4
96500
Jadi, endapan nikel saat percobaan
endapan perak secara teoritis deng
ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP SISWA

No. Nama Siswa SIKLUS I SIKLUS II


1 Aan Dwinsyah Aprilian 75 50
2 Ade Lian Hajar Hapsari 85 95
3 Aditya Gumay 90 95
4 Adrian Ivan Risandi 80 100
5 Ahmad Aziz Romadhon 75 90
6 Alan Surya Syifullah 45 78
7 Achmad Rafi Novrandi 85 90
8 Aditya Wahyu Pratama 75 85
9 Agustina Zawitri 90 100
10 Ahmad Ferly Tabroni S 80 95
11 Aldefri Septaviando F 75 90
12 Ad - Bagos Prassatrio 48 75
13 Aero Ikhlasul Amal 60 60
14 Ahmad Kurniawan 80 85
15 Aliyyah Rahmawati 95 100
16 Alvin Aritonang 75 80
17 Ade Anugrah Pangestu 45 50
18 Afif Adnansyah 85 93
19 Ahmad Sauma Dhoni 100 100
20 Ana Marlina 63 80
21 Ara Annastasya Azizah 70 95
Rata - Rata 75,04 85,06
Total 1576 1786
Lulus Kkm 15 18
Tidak Lulus Kkm 6 3
83

LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA


PADA MATA PELAJARAN ELEKTROLISIS
MENERAPKAN MODEL STAD

Nama Sekolah : SMK SMTI Bandar Lampung


Nama Guru : Fatma Maharani, S.Si
Kompetensi Keahlian : Kimia Industri
Mata Pelajaran : Elektrolisis
Kelas/Semester : XI/II
Siklus ke : I dan II
Materi Pokok : Elektrolisis Larutan Elektrolit Larutan Kalium Iodida (KI)
Hari/Tanggal : Senin/9 April 2018
Waktu : 13.00 WIB

A. PETUNJUK PENGGUNAAN
Amatilah aktivitas siswa dalam kelompok selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, kemudian isilah lembar pengamatan dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Pemangat dalam melakukan pengamatan duduk ditempat yang
memungkinkan dalapt melihat aktivitas siswa yang di amati
b. Setiap 15 menit, pengamat melakukan pengamatan aktivitas siswa yang
dominan, selanjutnya pengamat menuliskan kode kategori pengamatan
c. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian
pada baris dan kolom yang tersedia
d. Pengamatan dilakukan pasa subjek penelitian yang telah ditentukan
sebelumnya
e. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pembelajaran dan dilakukan
serentak.

B. KATEGORI PENGAMATAN
Aktivitas Siswa yang Diamatan:
5. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman
6. Berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan teman sekelompok
7. Bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain
8. Menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain
9. Mengobrol dengan teman atau mengganggu teman
10. Melamun atau tidur
11. Bermain Hp
12. Jelan-jalan di dalam kelas atau keluar masuk kelas
C. PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA

Kelompok I

Penyapuan per 15 menit


No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Aan Dwinsyah Aprilian
2 Achmad Rafi Novrandi
3 Ad – Bagos Prassatrio
4 Ana Marlina

Kelompok II

Penyapuan per 15 menit


No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Aditya Gumay
2 Ahmad Ferly Tabroni S
3 Aero Ikhlasul Amal
4 Ara Annastasya Azizah

Kelompok III

Penyapuan per 15 menit


No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ade Lian Hajar Hapsari
2 Alan Surya Syaifullah
3 Aldefri Septaviando F
4 Alvin Aritonang

Kelompok IV
85

Penyapuan per 15 menit


No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ahmad Aziz Romadhon
2 Aditya Wahyu Pratama
3 Aliyyah Rahmawati
4 Afif Adnansyah

Kelompok V

Penyapuan per 15 menit


O
No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Adrian Ivan Risandi
2 Agustina Zawitri
3 Ahmad Kurniawan
4 Ade Anugrah Pangestu
5 Ahmad Sauma Dhoni

Bandar Lampung, April 2018

Mengetahui,
Observer I
Observer II

Melli Novitawindiani, S.Si


Lusia Tiara Arumsari, S.Pd
Hasil Pengaatan Terhadap Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Pendekatan Saintifik Siklus I

PERSAPUAN PER 15 MENIT %


No. Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 tas
1 Aan Dwinsyah Aprilian 1 1 3 1 2 2 2 2 2 1 1 10
2 Ade Lian Hajar Hapsari 1 3 2 1 2 2 2 2 2 1 4 10
3 Aditya Gumay 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 10
4 Adrian Ivan Risandi 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 10
5 Ahmad Aziz Romadhon 1 1 2 4 2 2 2 2 2 4 1 10
6 Alan Surya Syifullah 1 6 2 1 2 6 2 2 6 1 1 72,
7 Achmad Rafi Novrandi 1 1 2 1 2 3 7 2 7 4 1 81,
8 Aditya Wahyu Pratama 1 3 2 4 3 2 2 2 2 4 1 10
9 Agustina Zawitri 1 1 3 1 2 3 2 3 2 1 1 10
10 Ahmad Ferly Tabroni S 1 1 2 5 2 3 2 5 2 1 6 72,
11 Aldefri Septaviando F 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 10
12 Ad - Bagos Prassatrio 1 1 6 1 2 7 6 2 7 1 1 63,
13 Aero Ikhlasul Amal 1 1 6 6 2 2 2 2 2 4 1 10
14 Ahmad Kurniawan 1 5 2 1 5 2 2 5 2 5 1 63,
15 Aliyyah Rahmawati 1 1 3 1 2 3 2 2 2 1 1 10
16 Alvin Aritonang 1 1 2 1 3 2 2 2 2 4 1 10
17 Ade Anugrah Pangestu 1 5 6 1 6 6 2 5 2 6 1 45,
18 Afif Adnansyah 1 1 2 4 2 2 6 2 6 1 4 81,
19 Ahmad Sauma Dhoni 1 1 2 1 3 2 2 2 2 1 1 10
20 Ana Marlina 1 1 2 1 3 2 2 3 2 1 1 10
21 Ara Annastasya Azizah 1 1 2 4 3 2 2 2 2 1 4 10
Hasil Pengaatan Terhadap Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Pendekatan Saintifik Siklus II

PERSAPUAN PER 15 MENIT %


No. Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 ta
1 Aan Dwinsyah Aprilian 1 1 3 1 2 5 2 2 2 1 4 90
2 Ade Lian Hajar Hapsari 1 1 2 1 2 2 2 2 2 4 1 1
3 Aditya Gumay 1 1 3 1 2 2 2 2 2 1 4 1
4 Adrian Ivan Risandi 4 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1
5 Ahmad Aziz Romadhon 1 4 2 4 2 2 2 2 2 4 1 1
6 Alan Surya Syifullah 1 1 2 1 2 6 2 2 2 1 1 90
7 Achmad Rafi Novrandi 1 1 2 1 2 3 7 2 2 1 1 90
8 Aditya Wahyu Pratama 1 1 2 3 3 2 2 2 2 4 1 1
9 Agustina Zawitri 4 1 3 1 2 3 2 3 2 1 1 1
10 Ahmad Ferly Tabroni S 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1
11 Aldefri Septaviando F 1 3 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1
12 Ad - Bagos Prassatrio 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 4 1
87

13 Aero Ikhlasul Amal 1 4 6 1 2 2 2 2 2 4 1 1


14 Ahmad Kurniawan 1 1 2 4 2 2 2 5 2 1 1 90
15 Aliyyah Rahmawati 3 4 3 1 2 3 2 2 2 1 1 1
16 Alvin Aritonang 1 1 2 1 3 2 2 2 2 4 1 1
17 Ade Anugrah Pangestu 1 5 6 1 2 2 2 5 2 1 1 72
18 Afif Adnansyah 1 4 2 4 2 2 2 2 2 1 4 1
19 Ahmad Sauma Dhoni 1 3 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1
20 Ana Marlina 1 1 2 1 2 2 2 3 2 1 1 1
21 Ara Annastasya Azizah 1 1 3 4 2 2 2 2 2 1 4 1
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK

A. TUJUAN:
Untuk mengukur tingkat keterlaksanaan pendekatan saintifik dalam praktek
pembelajaran elektrolisis materi pokok elektrolisis larutan KI dan Pemurnian logam
Cu pada siswa kelas XI KI Rombel A

B. PETUNJUK:
1. Sasaran penilaian adalah keterlaksanaan pembelajaran (komponen-komponen
model pembelajaran)
2. Berilah tanda  (checklist) pada kolom skala penilaian, sesuai penilaian menurut
Anda.
3. Makna angka validasi pada lajur berarti (1) rendah sekali; (2) rendah; (3) tinggi;
dan (4) tinggi sekali.

C. TABEL PENILAIAN
Skala
No Komponen Model dan Aspek Pengamatan Penilaian
1 2 3 4
I Sintak
1. Penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa
2. Pelaksanaan kegiatan mengamati
3. Pemberian kesempatan bagi siswa untuk bertanya
4. Pelaksanaan kegiatan mengumpulkan data
5. Penyampaian materi pembelajaran
6. Pemberian topangan (bantuan) pada siswa yang
memerlukan
7. Pelaksanaan kegiatan mengasosiasi
8. Pelaksanaan kegiatan mengomunikasikan atau
presentasi
9. Pemberian umpan balik dari pelajaran yang telah
dilakukan
10. Pemberian latihan individual

II. Sistem Sosial


1. Aktivitas guru sebagai fasilitator
2. Aktivitas guru sebagai mediator/moderator
3. Antar siswa saling berinteraksi
4. Antar siswa saling menghargai pendapat dan
menyampaikan gagasannya secara santun
5. Interaksi siswa dan guru

III. Prilaku Guru (Prinsip Reaksi)


1. Perhatian guru terhadap interaksi siswa
2. Pemberian bimbingan belajar bagi siswa yang
89

membutuhkan
3. Pemberian arahan kepada siswa untuk membangun
pendekatan scientific melalui kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan
4. Penunjukan siswa atau kelompok siswa secara
random untuk mempresentasikan hasil kinerjanya
5. Pemberian respon terhadap pertanyaan siswa
Jumlah skor
Kelayakan

D. KOMENTAR PENGAMAT DAN


……………………………………………………………………………….................
..........…….……………………...........................……………………………………
…………………………. ……...........................……………………………..

Bandar Lampung, April 2018


Pengamat

Melli Novitawindiani, S.Si

You might also like