Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
setingkat dengan SMA, akan tetapi SMK memiliki perbedaan sistem belajar
mengajar dengan SMA. Perbedaan dari SMK adalah siswa diajar dengan tujuan
target siap kerja. Selain itu porsi pembelajaran di SMK memiliki porsi
Beberapa tahun ini pemerintah semakin giat mendirikan SMK diberbagai tempat
untuk mendukung lahirnya lulusan SMK yang siap kerja dan kompetitif. Salah
satu SMK yang telah berdiri di Bandar Lampung sejak 1968 adalah SMK-SMTI
Bandar Lampung yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman No. 43, Enggal, Bandar
Lampung. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan favorit
bidang teknik kimia yang terdapat di Kota Bandar Lampung. Dengan memiliki 2
jurusan teknik kimia yaitu kimia analis dan kimia industri untuk dijadikan tenaga
Peserta didik jurusan kimia industri wajib memiliki pengetahuan dan kompetensi
dibidang kejuruan baik itu dalam hal praktek maupun teori sebagai modal untuk
memasuki dunia kerja. Dunia industri dalam era globalisasi sudah menaikkan
standar kompetensi untuk para pekerja, sehingga sebagai pendidik guru pun
pembelajaran yang diterapkan untuk peserta didik supaya peserta didik selalu
Mata diklat Elektrolisis adalah salah satu mata pelajaran kejuruan yang penting
untuk peserta didik jurusan kimia industri. Peserta didik akan belajar mengenai
dan pemurnian logam. Peserta didik juga diwajibkan mampu mengerti reaksi sel
yang diperoleh melalui wawancara dengan Bapak M. Nasyarudin Iqbal, S.T dan
Dwiga Agus N., S.TP selaku guru mata pelajaran Elektrolisis menunjukkan
Kompetensi ketrampilan dan pengetahuan siswa rata – rata hasil belajar siswa
juga salah satu permasalahan yang dihadapi. Hal ini ditunjukkan pada rata-rata
nilai pada materi pelajaran sebelumnya yaitu dasar – dasar elektrolisis dan
elektrolisis larutan Na2SO4 hanya sebesar 45 dan 65,19 yang memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) hanya sekitar 9,52% dan 52,38%. Nilai ini masih
rendah jika dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 100%
3
siswa mendapat nila ≥ 70. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai pada kelas
Dalam proses pembelajaran pada mata diklat Elektrolisis selama ini, aktivitas
yang dominan dilakukan siswa hanya mendengar penjelasan guru dan mencatat
apa yang ditulis di papan tulis. Siswa lebih banyak mengobrol sendiri dan
melamun saat guru menjelaskan pelajaran. Pemberian motivasi dari guru masih
kurang, sedangkan interaksi antara siswa dan guru juga belum terbentuk dengan
baik. Proses belajar mengajar seperti ini jelas kurang mendorong siswa untuk
berfikir dan beraktivitas. Variasi model pembelajaran yang sedikit juga menjadi
faktor penghambat lain yang membuat peserta didik menjadi kurang tertarik
Hal ini tentu tidak sesuai dengan aspek proses belajar menurut Kurikulum 2013
dapat diterima oleh siswa dengan mudah, serta dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari, oleh karena itu perlu diupayakan penanaman konsep pada siswa.
elektrolisis jika peran guru adalah sebagai fasilitator, kemudian siswa dilatih
Nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran : terdiri atas lima
mengkomunikasikan.
yang dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep belajar siswa kelas XI
Jurusan Kimia Industri Rombel A SMK-SMTI Bandar Lampung. Oleh karena itu,
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata diklat Elektrolisis dari siklus
ke siklus?”
B. Tujuan Penelitian
pada mata diklat Elektrolisis melalui pendekatan saintifik dari siklus ke siklus.
5
C. Manfaat Penelitian
perkembangan ilmu kimia pada mata diklat Elektrolisis. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberikan sumbangan antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi guru
2. Bagi siswa
Diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan menguasi konsep
3. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan rujukan bagi sekolah
dan mengomunikasikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Saintifik
Ilmu pengetahuan bersifat obyektif dan universal berdasarkan fakta. Fakta dapat
dinamis dan berubah jika ada fakta baru (Hohenberg, 2010). Hal ini diperjelas
berdasarkan bukti. Metode ilmiah adalah cara yang dipergunakan oleh ilmuwan
akibat dan memprediksi hasil melalui suatu langkah berurutan, yaitu melakukan
Semua penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah dapat diulang oleh
peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui
didik merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik
motivasi belajar peserta didik dan motivasi guru untuk mengajar, memberi
adanya proses validasi konsep; hukum; dan prinsip yang telah dikonstruk oleh
dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang digunakan dalam proses
penjelasannya:
a. Mengamati (Observing)
menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Kegiatan mengamati diharapkan dapat
b. Menanya (Questioning)
tidak dipahami dari apa yang sedang diamati atau untuk menambah
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Kegiatan menanya merupakan
peserta didik. Pertanyaan yang muncul menjadi dasar untuk mencari informasi
lebih lanjut.
c. Mengumpulkan Informasi
Kompetensi yang diharapkan dapat mengembang melalui kegiatan ini yaitu sikap
d. Mengasosiasi/Mengolah Informasi/Menalar
11
maupun ide-ide yang telah diperoleh dari kegiatan mengamati, menanya, maupun
solusi dari berbagai sumber. Sedangkan dalam kegiatan menalar, peserta didik
menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam
ini yaitu sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menyimpulkan.
e. Mengomunikasikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa yang telah dipelajari
baik dengan cara ditulis maupun diceritakan. Melalui kegiatan ini, maka guru
Kompetensi yang diharapkan dapat berkembang dari kegiatan ini adalah sikap
dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengamati (proses pengumpulan data
mengasosiasi (mengkaji lebih luas dan lebih dalam informasi yang telah diperoleh
mengenai materi yang sedang dipelajari untuk mengetahui kebenaran dari hasil
B. Aktivitas Belajar
13
sikap, dan ketrampilan. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar keduanya saling
Aktivitas belajar dapat terwujud apabila siswa terlibat belajar secara aktif.
terjadi akan menjadi pengalaman dan keinginan untuk mengetahui sesuatu yang
baru.
akan lebih bermakna apabila siswa ikut aktif. Interaksi yang terjadi tidak hanya
satu arah antara guru dengan siswa, tetapi juga dapat lebih dari satu arah. Belajar
merupakan bagian dari aktivitas. Aktivitas siswa tidak hanya ditandai dengan
dan didasari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perubahan pengetahuan dan
keterampilan yang ada pada diri siswa yang melakukan kegiatan belajar. Kegiatan
belajar yang dilakukan adalah kegiatan yang dapat mendukung kegiatan yang
“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu
disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama
penelitian ini yaitu visual activities, oral activities, motor activities, dan writing
esai mengenai analisis proksimat dalam tubuh dan kehidupan sehari – hari.
Aktivitas – aktivitas dalam belajar tesebut dapat dibedakan lagi menjadi aktivitas
yang relevan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan
dengan pembelajaran (off task). Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on
mencatat. Aktivitas yang tidak relevan dengan pelajaran (off task), contohnya
adalah tidak memperhatikan penjelasan guru dan mengobrol dengan teman. Siswa
aktif dalam pembelajaran apabila siswa melakukan banyak aktivitas yang relevan
dengan kegiatan pembelajaran (on task), maka siswa memahami, mengingat dan
menerapkan konsep yang telah dipelajari. Siswa tidak aktif dalam pembelajaran
apabila siswa melakukan banyak aktivitas yang tidak relevan dengan kegiatan
pembelajaran (off task), maka siswa tidak dapat memahami, mengingat dan
Tentunya, dalam hal ini guru menjadi pendorong bagi siswa dalam belajar. Guru
Adanya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar membawa nilai yang besar bagi
berkualitas.
antara orang tua dengan sekolah. Hal-hal konkrit yang menjadi bahan kajian juga
Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental yang dinyatakan
dalam suatu kata atau simbol. Konsep adalah representasi mental yang dapat
diungkapkan dengan satu kata atau satu set ide-ide yang dijelaskan oleh beberapa
kata, dengan bahasa konsep dapat dihubungkan untuk membangun konsep yang
lebih kompleks (Zirbel, 2003). Definisi konsep menurut Dahar (2011) adalah
suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus – stimulus. Woolfolk
(2008) menyatakan bahwa konsep merupakan kategori umum tentang ide, obyek,
orang, atau peristiwa yang anggotanya memiliki sifat-sifat tertentu. Jadi, konsep
merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang bersifat khusus yang melekat pada
Konsep dapat berupa representasi mental dalam bentuk yang paling sederhana
dan dinyatakan dengan satu kata. Konsep juga dapat mewakili satu set ide-ide
yang dapat dijelaskan oleh beberapa kata-kata dan dapat dihubungkan antara
dengan konsep lain sehingga terbentuklah konsep yang lebih kompleks. Sebagai
“pernapasan”. Hewan yang hidup perlu bernapas untuk mengambil oksigen dari
udara, hewan yang tidak bernapas akan mati. Konsep pernapasan ini akan
membutuhkan konsep- konsep lain untuk menjelaskan konsep tentang
pernapasan pada hewan ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Mora (2000) yang
Konsep baru yang terbentuk berdasarkan konsepsi yang telah ada dalam pikiran
mahasiswa sehingga akan lebih mudah untuk memahami suatu konsep baru
mahasiswa.
dengan menggunakan skor hasil belajar kognitif. Bell (1978) menyatakan bahwa
belajar adalah suatu proses yang melibatkan empat fase yaitu fase pemahaman, di
mana mahasiswa menyadari akan adanya stimulus dari luar yang selanjutnya
dikodekan dalam otak, fase penguasaan adalah fase di mana mahasiswa sedang
menyimpan menjadi suatu pengetahuan baru sebagai hasil dari belajar, dan fase
pada suatu konsep akan meningkat 90% manakala mahasiswa mendiskusikan dan
mengingat suatu konsep 10% bila siswa tersebut memperoleh konsep dengan
membaca, 20% ketika mendengar, 30% saat melihat. Mahasiswa akan mengingat
50% konsep ketika konsep tersebut diperoleh dengan melihat dan mendengar.
tahu dan ingin mengetahui lebih jauh. Peran dosen sangat penting untuk
Cara/metode yang digunakan dalam penelitian ini pada saat pengamatan adalah
21
kompatibel dengan cara berpikir dan pengetahuan yang telah dimiliki pebelajar
(Zirbel, 2003). Dosen perlu untuk mengenali konsep yang telah dimiliki oleh
pebelajar dengan mengadakan pretes atau kuis di awal pembelajaran. Dosen perlu
membantu mahasiswa dalam membangun suatu konsep baru. Hal ini sesuai
METODE PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Kimia Industri Rombel A
semester genap SMK – SMTI Bandar Lampung Tahun Diklat 2017/2018 dengan
jumlah siswa 21 orang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.
Penelitian ini bertempat di SMK SMTI Bandar Lampung dengan alamat di jalan
B. Data Penelitian
1. Data kualitatif
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dalam
Aktivitas yang dimaksud yaitu aktivitas yang relevan (on task) seperti
mengerjakan LKPD dengan temen sekelompok, bertanya kepada guru atau siswa
kelompok lain, menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain.
Sedangkan aktivitas tidak relevan (off task) seperti, mengobrol dengan teman atau
mengganggu teman, melamun atau tidur, keluar masuk kelas dan bermain Hp.
2. Data kuantitatif
23
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data penguasaan konsep siswa.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada proses penelitian ini yaitu:
1. Teknik observasi
berlangsung.
2. Teknik tes
Data nilai tes yang diperoleh dengan mengerjakan post test pada setiap akhir
siklus untuk mengetahui dan mengukur tingkat penguasaan konsep siswa terhadap
D. Indikator Kinerja
persentase setiap jenis aktivitas belajar siswa (on task) pada mata diklat
penguasaan konsep materi siswa pada mata diklat elektrolisis dari siklus ke
siklus.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan satu
dan Mc.Taggart dalam Sunyono (2010) digambarkan sebagai suatu proses yang
dinamis meliputi empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan,
suatu siklus atau daur, sehingga setiap tahap akan berulang kembali. Hasil refleksi
dari siklus sebelumnya yang telah dilakukan akan digunakan untuk merevisi
1. Tahap Perencanaan
pembelajaran
2. Pelaksanaan
adalah :
Siklus I
mengamati apa yang di tampilkan guru, bertanya tentang hal yang kurang
atau tidak dipahami, membimbing siswa untuk memhami dasar – dasar reaksi
siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan dan guru mitra
pembelajaran berikutnya
Siklus II
Materi yang diajarkan pada siklus II yaitu percobaan pemurnian logam Cu dengan
3. Pengamatan
aktifitas belajar siswa. Aktivitas belajar yang diamati yaitu aktivitas yang relevan
guru atau siswa kelompok lain, menjawab pertanyaan dari guru atau siswa
kelompok lain. Sedangkan aktivitas tidak relevan (off task) seperti, mengobrol
dengan teman atau mengganggu teman, melamun atau tidur, keluar masuk kelas
27
dan bermain Hp. Data observasi aktivitas siswa diambil oleh guru mitra dan
seorang observer, sedangkan observasi kinerja guru diambil oleh guru mitra.
Observasi dilakukan dengan cara memberi kode – kode kategori pada aktivitas
yang dilakukan oleh siswa dan kinerja guru yang sesuai dengan penilaian.
4. Refleksi
Setelah satu siklus berakhir maka dilakukan refleksi bersama guru mitra mengenai
proses pembelajran yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi diketahui apakah
indikator kinerja telah tercapai. Pada tahap ini peneliti melihat, mengkaji dan
lembar pengamatan aktivitas siswa yang diisi oleh pengamat dan hasil tes
penguasaan konsep siswa. Dari data refleksi akan diketahui apakah proses
kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung dicari solusi untuk
pembelajaran yang telah berlangsung sesuai dengan yang diharapkan, maka akan
dipertahankan dan ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya. Hasil refleksi siklus I
sebagai berikut :
Observasi II
Pelaksanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Observasi I Tindakan II
Gambar 2. Bagan Penelitian Tindakan Kelas
aktivitas, yaitu aktivitas yang relevan (on task) seperti mendengarkan dan
dengan temen sekelompok, bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain,
menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain. Sedangkan aktivitas
tidak relevan (off task) seperti, mengobrol dengan teman atau mengganggu teman,
melamun atau tidur, keluar masuk kelas dan bermain Hp. Guru mitra dan observer
hanya memberi kode – kode kategori pada aktivitas yang dilakukan oleh siswa
A
%A x 100%
S
Keterangan :
3. Bermain Hp
Ai
%A i x 100%
n
Keterangan :
%Ai = Persentase tiap jenis aktivitas on task atau off task dalam satu
siklus
Ai = Jumlah siswa yang melakukan tiap jenis aktivitas on task atau off
task
n = Jumlah siswa
%A = %Asi 2 %Asi 1
Keterangan:
%Asi 1 = Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on task atau off task
pada siklus I
31
Kn
K n
(Sudjana, 1996 : 67)
N
Keterangan:
Kn K
%Kn x 100%
K
Keterangan:
% Rn
Rn x 100%
N
Keterangan:
Siklus
Range Nilai
Jumlah Siswa %
≥ 70
50-69
< 50
33
A. Hasil Penelitian
Rombel A dengan jumlah siswa 21 orang mulai tanggal 26 Maret 2018 sampai 17
April 2018. Data hasil penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif yaitu data hasil observasi aktivitas siswa dan data kinerja guru selama
pembelajaran. Data kuantitatif yaitu hasil tes formatif siswa berupa rata-rata
1. Data kualitatif
Data kualitatif berupa aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran (on task)
dan aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajarn (off task). Data ini
belajar siswa yang diamati setiap 15 menit dalam pertemuan dan dilakukan oleh
dua orang observer. selama pembelajaran. Data persentase aktivitas siswa dapat
3 berikut ini.
120%
Rata - rata Persentase aktivitas
100%
80% SIKLUS I
SIKLUS II
siswa
60%
40%
20%
0%
ON TASK OFF TASK
Jenis Aktivitas
Gambar 3. Grafik Peningktan Rata – rata Aktivitas Siswa untuk Siklus I dan
Siklus II
Data rata-rata persentase tiap jenis aktivitas belajar siswa pada tiap siklus dan
peningkatan rata-rata persentase dari siklus ke siklus dapat dilihat pada Tabel 5
berikut ini.
Tabel 5. Data Rata – rata Persentase Tiap Jenis Aktivitas Siswa pada silkus I dan
II dan Peningkatan Rata – rata Persentase Aktivitas Siswa dari
Siklus ke Siklus
Data peningkatan persentase aktivitas siswa per jenis aktivitas untuk siklus I dan
120%
Rata - rata persentase akativitas siswa
100% 100%
100%
SIKLUS I
60% 52.38%
42.85% 42.85%
40%
28.57%
Gambar 4. Grafik peningkatan aktivit siswa tiap jenis pada siklus I dan II.
Keterangan A: mendengarkan atau memperhatikan penjelasan
guru/teman, B: berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan teman
sekelompok, C: bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain, D:
menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain, E:
mengobrol dengan teman atau menggau teman, F: melamun atau
tidur, G: bermain Hp, H: keluar masuk kelas.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa nilai penguasaan konsep diperoleh
dari hasil tes formatif siswa pada setiap akhir siklus I dan II. Berdasarkan hasil
tes formatif pada tiap siklus diperoleh rata- rata nilai penguasaan konsep oleh
siswa dan peningkatannya yang disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 5 berikut :
88
85.04
85
82
79
76 75.04
73
70
siklus I siklus II
Data persentase siswa yang telah mencapai kriteria ketentuntasan hasil belajar
Jumlah % Jumlah %
≥ 70 15 71,42% 18 85,72%
50-69 3 14,28% 3 14,28%
< 50 3 14,28% 0 0,00%
Persentase siswa yang tuntas belajar (memperoleh nilai ≥ 70) pada siklus I dan II
100%
90%
80% 85.72%
70%
71.42%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SIKLUS I SIKLUS II
B. Pembahasan
Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua
siklus, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada guru mata diklat
untuk mengetahui kemampuan belajar siswa dan aktivitas belajar siswa di kelas.
Hasil observasi berupa data nilai tes formatif pdaa pembelajaran sebelumnya dan
pendekatan saintifik.
1. Siklus I
Siklus I terdiri dari 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 5 x 40 menit. Siklus I
dilaksanakan pada hari senin 9 April 2018. Materi pokok yang disampaikan
adalah elektrolisis larutan elektrolit kalium iodida (KI) yang meliputi penjelasan
proses elektrolisis secara umum, massa garam elektrolit yang digunakan dan
pendekatan saintifik.
saintifik. Hal ini dilakukan agar siswa tidak asing dengan pembelajaran yang akan
pembelajaran.
saintifik adalah menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Pada langkah ini
guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu siswa
39
guru memotivasi dan memberikan pengantar materi kepada siswa, dalam hal ini
contohnya:
1. Apa yang terjadi ketika isi pensil atau grafit dicelupkan ke dalam larutan
Pada saat guru menanyakan pertanyaan diatas, siswa terlihat berfikir dan mencoba
tetapi hanya 3 orang siswa yang berani menjawab pertanyaan yang guru berikan
dan didominasi siswa berkemampuan cukup tinggi. Siswa lain cenderung diam
dan enggan untuk menjawab, hal ini dikarenakan siswa masih merasa malu dan
Setelah guru memberikan pengantar materi, lalu guru membagikan LKPD kepada
siswa. Selanjutnya pada kegiatan inti, guru memberi arahan dan bimbingan, siswa
dilakukan observasi kinerja guru oleh guru mitra. Guru meminta salah satu
penguatan dari apa yang telah didiskusikan oleh siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Selain itu pada tahap ini juga guru meminta siswa
untuk mengerjakan latihan soal yang ada pada LKPD untuk memantapkan konsep
a. Aktivitas siswa
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan dengan cara mengisi
lembar observasi aktivitas siswa dengan memberikan kode pada setiap penyapuan,
dilakukan oleh 2 orang observer. Pada siklus I, hasil observasi aktivitas belajar
siswa diperoleh rata – rata persentase aktivitas on task siswa yaitu 89,61% dan
aktivitas off task yaitu 10,39%. Berdasarkan data yang terdapat pada Gambar 4
yaitu rata – rata pesentase aktivitas siswa tiap jenis aktivitas, diketahui bahwa
100% siswa aktif dalam mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau
teman dan berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan teman sekelompok. Hal ini
elektroda iner dan non-inert dan juga dalam proses pembelajaran semua siswa
aktif berdiskusi dan mengerjakan LKPD yang diberikan oleh guru. Pada proses
41
pembelajaran terlihat bahwa antar siswa dalam kelompok aktif bertukar pendapat
dan berdiskusi dalam mengerjakan LKPD dan juga mereka bertanya kepada
kelompok lain jika merasa kesulitan. Bila siswa aktif dalam berdiskusi kelompok,
maka siswa akan lebih mudah memahami materi. Karena dengan berdiskusi siswa
akan saling bertukar pendapat dan pengetahuan dalam satu kelompok maupun
Berdasarkan data hasil pengamatan (Tabel 4 dan 5), siswa kurang aktif melakukan
aktivitas bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain dan menjawab
pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain. Persentase kedua jenis aktivitas on
task ini lebih rendah jika dibandingkan dengan jenis aktivitas on task lainnya. Hal
ini disebabkan karena sebagian siswa sulit untuk memberikan pendapatnya dan
menjawab pertanyaan guru karena merasa takut salah dan belum mempunyai
keberanian, hal ini berkaitan dengan kebiasaan belajar siswa selama ini yaitu
dengan pola pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana siswa cenderung
hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Selain itu, guru
kurang memotivasi siswa agar lebih aktif belajar sehingga interaksi antar anggota
kelompok masih kurang dalam berdiskusi dan pada saat siswa dilibatkan aktif
konstruktivisme.
Aktivitas off task yang banyak dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yaitu
mengobrol dengan teman atau mengganggu teman (14,28%), melamun atau tidur
(28,57%) dan bermain Hp (9,52%). Hal tersebut terjadi karena guru yang kurang
b. Penguasaan konsep
Pada akhir siklus I, diadakan tes formatif untuk mengetahui penguasaan konsep
elektrolisis larutan elektrolit KI diikuti oleh 21 siswa. Jenis tes berupa tes esai
sebanyak 4 soal dengan poin yang berbeda setiap soalnya dan alokasi waktu 1x30
menit. Dari hasil tes formatif yang dilakukan, didapat data rata-rata skor
penguasaan konsep siswa sebesar 75,04 dengan jumlah siswa yang sudah tuntas
belajar atau yang mendapat nilai ≥ 70 sebanyak 15 orang yang artinya, persentase
ketuntasan belajar siswa pada siklus I baru mencapai 71,42%. Rata-rata skor
yang diajarkan pada materi elektrolisis larutan elektrolit KI, sedangkan siswa yang
beleum tuntas belajar atau yang mendapatkan nilai < 70 sebanyak 6 orang yang
artinya, persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I baru mencapai 28,58%.
Rombel A belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah, yaitu 100 %
Sebagian besar dari jumlah siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar minimal
yang ditetapkan oleh sekolah pada siklus I, didominasi oleh siswa yang tidak aktif
Sardiman (2008) yaitu ”dalam belajar diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas
aktif siswa tersebut dalam belajar maka akan semakin ingat anak itu akan materi
c. Refleksi
Berdasarkan dari data hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua
orang observer, observasi kinerja guru yang dilakukan oleh guru mitra, dan hasil
dari tes siklus I. Maka peneliti dan guru mitra melakukan refleksi. Refleksi ini
melakukan perbaikan pada siklus II, sehingga akan didapatkan suatu hasil
1. Siswa masih beradaptasi dengan situasi belajar yang baru, aktivitas on task
siswa rendah, sehingga masih perlu ditingkatkan terutama untuk jenis aktivitas
bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain dan menjawab pertanyaan dari
pada siklus I yang akan digunakan untuk membuat rencana proses pembelajaran
pertanyaan atau memberikan pendapat, dan siswa menjadi lebih aktif saat
aktivitas on task siswa dan konsentrasi siswa terhadap materi yang diberikan
2. Guru lebih sering keliling untuk mengontrol siswa dalam diskusi, apabila
dipelajari diakhir pembelajaran, agar siswa lebih paham dan tidak bingung
2. Siklus II
Siklus II terdiri dari satu kali pertemuan, setiap pertemuan dilakukan dengan
dalam hal ini guru memberikan pengantar materi kepada siswa melalui beberapa
belum terlibat aktif dalam pembelajaran sedikit demi sedikit siswa tersebut mulai
berani menunjukkan bahwa dirinya mampu ikut aktif dalam proses pembelajaran,
ini terlihat semakin banyak siswa yang mampu maenanggapi pertanyaan apersepsi
dari guru. Hal ini terjadi dikarenakan siswa mulai tertarik dengan pembelajaran
siswa mulai semangat dalam menjawab pertanyaan dari guru. Setelah guru
Pada kegiatan inti, meminta siswa untuk duduk berdasarkan team kelompoknya
masing-masing (kelompok asal), dengan arahan dan bimbingan dari guru siswa
mendiskusikan soal-soal yang ada pada LKPD tersebut. Pada saat proses diskusi
kelompok, guru memeriksa pada tiap – tiap kelompok apakah mengalami kendala
pada saat siswa sedang melakukan pembelajaran yang dibantu oleh observer dan
pada saat yang bersamaan dilakukan observasi kinerja guru oleh guru mitra.
Setelah siswa selasai berdiskusi dan mengerjakan LKPD, meminta salah satu
siswa dalam team untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya yang telah
tetapi, hal ini bukanlah suatu masalah untuk siswa memahami konsep karena pada
dasarnya siswa lebih dituntut aktif dalam pembelajaran dan memahami teori yang
ada. Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa mengambil kesimpulan dan
guru memberi penguatan dari apa yang telah didiskusikan oleh siswa selama
a. Aktivitas siswa
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan dengan cara mengisi
lembar observasi aktivitas siswa dengan memberikan kode pada setiap penyapuan,
dilakukan oleh 2 orang observer. Pada siklus II, hasil observasi aktivitas belajar
siswa diperoleh rata – rata persentase aktivitas on task siswa yaitu 96,97% dan
aktivitas off task yaitu 3,03%. Berdasarkan data yang terdapat pada Gambar 3
diketahui bahawa terjadi peningkatan aktivitas on task sebesar 7,36% yaitu dari
adanya penurunan aktivitas off task siswa. Hal ini menunjukkan antusiasme siswa
mulai meningkat sehingga siswa lebih fokus terhadap pembelajaran dan siswa
Berdasarkan rata – rata pesentase aktivitas siswa tiap jenis aktivitas, diketahui
guru atau teman dan berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan teman
kelompok lain sebesar 52,38% dan telah terjadi peningkatan sebesar 9, 53%,
47
menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain sebesar 71,42% dan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan hal ini karenakan guru
mulai memberikan bimbingan kepada team (kelompok) siswa yang belum mampu
bekerjasama dengan teman satu team atau kelompokknya, sehingga cara ini
dengan cara bertanya baik dengan teman satu team maupun bertanya kepada guru.
Siswa yang tidak melakukan aktivitas ini, mereka masih ada yang terlihat pasif
sebelumnya. Hal ini dikerenakan pada hasil refleksi siklus I guru mengupayakan
untuk lebih bersikap tegas kepada siswa yang terlihat mengobrol dan tidak
memperhatikan pembelajaran.
b. Penguasaan konsep
Pada akhir siklus II, diadakan tes formatif untuk mengetahui penguasaan konsep
elektrolisis pemurnian logam Cu. Jenis tes berupa tes esai sebanyak 4 soal dengan
poin yang berbeda setiap soalnya dan alokasi waktu 1 x 30 menit. Dari hasil tes
formatif yang dilakukan, didapat data rata-rata skor penguasaan konsep siswa
sebesar 85,04 dengan jumlah siswa yang sudah tuntas belajar atau yang mendapat
nilai ≥ 70 sebanayak 18 orang dari 21 siswa yang hadir yang artinya, persentase
ketuntasan belajar siswa pada siklus II baru mencapai 85,72%. Sedankan siswa
yang belum tuntas belajar atau yang mendapatkan nilai < 70 sebanyak 3 orang
yang artinta mencapai 14,28%. Dibadningkan dengan siklus I dengan II ini masih
ada 3 siswa yang belum mencapai KKM. Faktor yang mempengaruhinya adalah
ketiga siswa tersebut yang kurang aktif dalam proses pembelajaran dan pada
menguasai konsep.
Melihat adanya peningkatan yang telah tercapai dari siklus I ke siklus II dapat
siswa untuk menemukan konsep sesuai dengan bimbingan dan arahan guru,
c. Refleksi
penguasaan konsep dari siklus ke siklus dan telah tercapai peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Meski demikian masih ada beberapa kekurangan pada siklus
II ini, yaitu terdapat 3 orang yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan, dapat
dilihat dari aktivitas pembelajaran yaitu bertanya kepada guru atau siswa
kelompok lain dan menjawab pertanya dari guru atau siswa kelompok lain masih
kepada 3 orang siswa yang belum tuntas itu, seperti guru lebih banyak bertanya
sehingga siswa akan memperoleh niali hasil belajar yang lebih baik dan
A. Kesimpulan
persentase rata - rata aktivitas belajar on task siswa pada mata diklat
elektrolisis meningkat dari siklus ke siklus, yaitu dari 89,61% pada siklus I
menjadi 96,972% pada siklus II, yang berarti aktivitas off task siswa menurun.
siklus, yaitu dari 75,04 pada siklus I menjadi 85,04% pada siklus II.
siklus I menjadi 85,72% pada siklus II. Hal ini dapat dikatakan bahwa
B. Saran
2. Kepada guru supaya lebih dapat memotivasi siswa dalam proses pembelaja-
perhatian yang lebih pada siswa tertentu, sehingga tidak terdapat lagi siswa
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl
Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Dahar, Ratna Willis. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta.
Fadel, C. 2008. Multimodal Learning Through Media: What the Research Says.
Metiri group. Global Lead, Education; Cisco Systems, Inc
Martinis, Yamin, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta. Gaung Persada Press
dan Center for Learning Innovation (CLI).
Penyusun, Tim. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan Kedua. Jakarta.
Balai Pustaka.
Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Slavin, R. 2006. Cooperative Learning Teori, Riset and Praktik. Nusa Media.
Bandung
A. Standar Kompetensi
Melaksanakan Proses Elektrolisis
B. Kompetensi dasar
Melaksanakan Proses Elektrolisis Larutan Elektrolit Kalium Iodida (KI)
13. Mengambil hasil elektrolisis pada kedua elektroda ke dalam tabung reaksi
sesuai prosedur proses elektrolisis larutan elektrolit KI
14. Meneteskan indikator fenolftalein (PP) ke dalam tabung reaksi sesuai
prosedur proses elektrolisis larutan elektrolit KI
15. Mengambil hasil elektrolisis pada kedua elektroda ke dalam tabung reaksi
sesuai prosedur proses elektrolisis larutan elektrolit KI
16. Meneteskan indikator amilum (kanji) ke dalam tabung reaksi sesuai
prosedur proses elektrolisis larutan elektrolit KI
17. Mengamati hasil elektrolisis pada kedua elektroda proses elektrolisis
larutan elektrolit KI
18. Mencatat hasil pengamatan percobaan proses elektrolisis larutan elektrolit
KI
19. Menuliskan laporan hasil percobaan proses elektrolisis larutan elektrolit
KI
D. Tujuan pembelajaran
Setelah siswa melakukan percobaan dan berdiskusi:
1. Siswa dapat melakukan proses elektrolisis larutan elektrolit KI dengan
benar
2. Siswa dapat menjelaskan rekasi elektrolisis larutan elektrolit KI dengan
benar.
E. Materi Ajar
Pengertian Elektrolisis
Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik.
Pada sel elektrolisis, reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan
melalui larutan elektrolit elektrolit, yaitu energi listrik (arus listrik) diubah
menjadi energi kimia (reaksi redoks). Sel elektrolisis memiliki 3 ciri
utama,yaitu :
1) Ada larutan elektrolit elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion – ion ini
dapat memberikan atau menerima elektron sehingga elektron dapat
mengalir melalui larutan elektrolit.
2) Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis.
3) Ada sumber arus listrik dari luar,seperti baterai yang mengalirkan
arus listrik searah.
Macam elektrolisis :
a) Elektrolisis leburan elektrolit : Dapat digunakan untuk menghantar ion-
ion pada sel elektrolisis. Leburan elektrolit tanpa menggunakan air.
Contohnya adalah NaCl.
b) Elektrolisis air : Jika arus listrik dilewatkan melalui 2 elektroda dalam air
murni, tidak terjadi elektrolisis. Tetapi, jika larutan elektrolit CuSO4 /
KNO3 ditambahkan air murni dengan konsentrasi rendah, akan terjadi
elektrolisis dan dapat menghantarkan arus listrik.
c) Elektrolisis larutan elektrolit elektrolit : Reaksi yang terjadi tidak
hanya melibatkan ion – ion dalam larutan elektrolit saja, tetapi juga air.
Contohnya adalah KI.
G. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pelajaran dengan salam 15 menit
dan berdoa bersama yang dipimpin oleh
ketua rombel sebelum memulai pelajaran
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru melakukan kegiatan apersepsi
dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan untuk mengingat materi
pelajaran yang telah diterima sebelumnya
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Kegiatan Inti Siswa duduk berdasarkan kelompoknya 170
masing-masing untuk mengerjakan LKPD menit
yang telah disediakan guru secara diskusi.
Guru membimbing dan memfasilitasi
jalannya diskusi.
Mengamati
Guru menampilkan video dan wacana terkait
elektrolisis larutan elektrolit KI
Menanya
Berdasarkan video dan wacana yang
ditampilkan diharapkan siswa dapat menanya
berbagai pertanyaan yang berhubungan
dengan wacana dan video.
Misalnya:
1. “Bagaimana cara elektrolisis larutan
57
elektrolit KI?”
2. “Bagaimana hasil elektrolisis yang
dihasilkan?”
Mengasosiasi (Menalar)
Setelah mengumpulkan data, siswa diminta
untuk :
Mengomunikasikan
Siswa diminta untuk mempersentasikan
hasil diskusi kelompok terkait percobaan
proses elektrolisis larutan elektrolit KI
Siswa menuliskan laporan hasil percobaa
proses elektrolisis larutan elektrolit KI.
Penutup Guru memberikan pengarahan terhadap 15 menit
proses dan hasil pembelajaran
“Apakah kalian sudah jelas cara
elektrolisis menggunakan larutan
elektrolit KI?”
Guru melakukan kegiatan tindak lanjut
dengan pemberian tugas individu berupa
laporan hasil praktikum
Guru menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk kegiatan berikutnya
Guru menutup pertemuan dengan salam
J. Standar Kompetensi
Melaksanakan proses elektrolisis
K. Kompetensi Dasar
Melaksanakan proses elektrolisis pemurnian logam tembaga (Cu)
Keterampilan
1. Membuat diagram alir pemurnian logam Cu
2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai panduan
praktikum
3. Menyusun rangkaian alat sesuai dengan gambar
4. Membersihkan logam Cu tidak murni dan logam Cu murni sesuai prosedur
5. Menimbang logam Cu tidak murni dan logam Cu murni sesuai prosedur
6. Mencatat hasil penimbangan logam tidak murni dan logam murni
7. Menghubungkan logam Cu tidak murni dan logam Cu murni dengan
penjepit yang telah dihubungkan dengan sumber arus sesuai dengan
prosedur
8. Memasukkan larutan CuSO4.5H2O ke dalam gelas kimia sesuai prosedur
9. Mencelupkan kedua logam yang telah dijepit kedalam larutan CuSO4.5H2O
sesuai dengan prosedur
10. Menghidupkan power supply sesuai dengan prosedur
11. Mendiamkan logam yang telah dicelupkan kedalam larutan CuSO4.5H2O
sesuai dengan prosedur
12. Mengamati perubahan yang terjadi pada katoda dan anoda
13. Mematikan power supply
14. Mengambil kedua logam dan mengeringkannya
15. Menimbang dan mencatat berat kedua logam setelah proses elektrorefining
atau pemurnian sesuai prosedur
16. Menghitung selisih berat logam tembaga tidak murni dan tembaga murni
sebelum dan setelah pemurnian
17. Menghitung berat endapan Cu pada katoda menggunakan rumus hukum
Faraday
18. Menuliskan hasil pengamatan saat percobaan pemurnian logam Cu
19. Membandingkan berat endapan Cu hasil percobaan dengan hasil
perhitungan menggunakan rumus hukum faraday
20. Mengidentifikasi faktor – faktor kesalahan yang terjadi pada percobaan
21. Menyimpulkan hasil percobaan pemurnian logam tembaga yang telah
dilakukan
22. Membuat laporan percobaan sesuai dengan format yang telah ditentukan
M. Tujuan pembelajaran
Setelah melakukan percobaan dan berdiskusi :
1. Siswa dapat menerapkan proses pemurnian logam tembaga secara
elektrolisis dengan benar.
2. Siswa dapat mencatat dan melaporkan data hasil pemurnian logam tembaga
dengan benar.
N. Materi Ajar
Pemurnian (refining) adalah suatu proses untuk merubah logam tidak murni
menjadi logam dengan kemurnian tinggi. Prinsip pemurnian logam dengan cara
elektrolisis (electrorefining) adalah dengan menggunakan dua elektroda dalam
suatu larutan elektrolit. Elektrodanya adalah katoda dan anoda. Anoda adalah
logam yang masih tidak murni yang akan dimurnikan yang akan mengalami
oksidasi. Sedangkan katoda adalah logam murni yang akan mengalami reduksi.
Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan yang mengandung kation
logam yang akan dimurnikan, dalam hal ini adalah larutan yang mengandung
kation logam.
61
Dalam proses pemurnian tembaga, tembaga yang belum murni (tidak murni)
digunakan sebagai anoda dalam sel elektrolisis yang mengandung larutan
tembaga (II) sulfat (CuSO4) sebagai elktrolit. Katoda terdiri dari tembaga yang
sangat murni.
P. Kegiatan pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Pendahuluan Guru membuka pelajaran dengan salam dan 15
berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua menit
rombel sebelum memulai pelajaran
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan untuk
mengingat materi pelajaran yang telah diterima
sebelumnya
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Inti Siswa duduk berdasarkan kelompoknya masing- 170
masing untuk mengerjakan LKPD yang telah menit
disediakan guru secara diskusi. Guru membimbing
dan memfasilitasi jalannya diskusi.
Mengamati
Siswa mengamati gambar kabel listrik yang
terbuat dari Cu dan membaca wacana tentang
pentingnya pemurnian Cu
Menanya
Mengasosiasi
Membentuk Jejaring
Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
yang terdapat dalam LKPD di depan kelas
Siswa menuliskan laporan hasil percobaan
pemurnian logam Cu
Penutup Guru memberikan umpan balik terhadap proses 15
dan hasil pembelajaran menit
“Apakah kalian sudah jelas mengenai pemurnian
logam tembaga secara elektrolisis?”
Guru melakukan kegiatan tindak lanjut dengan
pemberian tugas individu berupa laporan hasil
praktikum
Guru menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk kegiatan berikutnya
Guru menutup pertemuan dengan salam.
Nama :
Kelompok :
Standar Kompetensi
Melaksanakan Proses Elektrolisis
Kompetensi dasar
Melaksanakan Proses Elektrolisis Larutan KI
PETUNJUK BELAJAR
MENANYA
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Yuk Lakukanlah praktikum percobaan elektrolisis larutan KI sesuai
prosedur
Elektroda
negative
(Katoda)
MENGASOSIASI
Berdasarkan hasil percobaan, diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut :
3. Zat apakah yang terjadi di ruang anoda sebagai hasil elektrolisis ? Jelaskan !
69
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
4. Ion – ion apakah yang terdapat di ruang katoda setelah elektrolisis? Jelaskan!
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
MENGOMUNIKASIKAN
~Selamat mengerjakan~
Nama kelompok:
1.
2.
3.
4.
S. Kompetensi dasar
Melaksanakan proses elektrolisis pemurnian logam tembaga (Cu)
Petunjuk:
1. Bacalah Lembar Kerja Peserta Didik secara seksama.
2. Kerjakan pertanyaan-pertanyaan terkait sesuai dengan instruksi guru.
3. Apabila ada yang kurang jelas tanyakan pada guru.
4. Kerjakan LKPD dengan baik dan benar bersama kelompokmu.
71
MENGAMATI
Amatilah gambar di bawah ini!
Tembaga murni
Kabel listrik
Logam tembaga banyak digunakan dalam kehidupan sehari – hari, salah satunya
digunakan dalam pembuatan kabel listrik. Untuk membuat kabel listrik diperlukan
tembaga murni, karena jika terdapat pengotor dapat mengurangi konduktivitas
tembaga, yang dapat mengakibatkan timbulnya banyak panas dan akan
membahayakan penggunaannya. Ketika mula-mula dipisahkan dari bijih tembaga,
kemurnian kandungan logam tembaga kira-kira 99%, sisanya merupakan
pengotor. Oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian tembaga.
MENANYA
Berdasarkan gambar di atas, tuliskan hal yang ingin kalian tanyakan!
....................................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
MENGUMPULKAN DATA
Jawablah dan carilah informasi terkait pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!
Tuliskan hasil pengamatan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada tabel
berikut:
MENALAR (MENGASOSIASI)
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini berdasarkan data yang
diperoleh pada tahap mengumpulkan data!
3. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi di anoda dan katoda pada percobaan!
Jawab:....................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Mengomunikasi
1. Apa yang terjadi di anoda dan katoda setelah dilakukan proses elektrolisis
127)!
3. Tentukan zat yang terbentuk di anoda dan ion-ion apa saja di katoda setelah
atas!
~ SELAMAT MENGERJAKAN ~
POST TEST SIKLUS II
2. Kevin memiliki logam Perak murni dan perak kotor. Dia ingin memurnikan
berikan keterangannya!
4. Cansana akan memurnikan logam nikel (Ar Ni =58). Arus listrik yang
menit dan didapatkan endapan perak sebesar 1,2 gram. Bandingkan hasil
Faraday!
~ SELAMAT MENGERJAKAN ~
77
Nomor
skor Kriteria Kunci ja
soal
1. Perubahan selama
Jika menjawab dengan tepat dan Elektroda
elektrolisis d
30
lengkap Katode (-) Terdapat La
gelembung- w
gelembung gas pi
Jika hanya menjawan secara
25 pada larutan KI.
umum Warna larutan tetap
bening.
Jika hanya menjawab perubahan Anode (+) Terdapat La
15 gelembung- be
selama elektrolisis gelembung gas ku
pada larutan KI. ke
Warna larutan
Jika tidak menjawab sama sekali berubah menjadi
0 kuning kecoklatan.
(kosong)
2
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟)
Jika menjawab benar serta, M= ×
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 (𝑀𝑚) 𝑣𝑜
20 menjelaskan sampai pengujian
menggunakan PP dan amilum 1 M = gr/166 x 1000/100 mL
gr = 16,66
Jika menjawab tidak sampai
10
hasil pengujian
Jika hanya penjawab rekasi yang
10
terjadi saja
4
Jika menjawab benar dan
KI → K+ +
lengkap rekasi ionisasi, yang
25 Katoda (-) : 2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2
terjadi anoda dan katoda serta
Anoda (+) : 2I-(aq) → I2(s) + 2e
hasil keseluruhan rekasi
Hasil : 2I- + 2H2O → I2(g) + H2
Nomor
Skor Kriteria Jawaban Kunci J
soal
1 10 Jawaban benar dan lengkap Pemurnian (refining) adalah suatu pros
5 Jawaban kurang tepat dan kurang menjadi logam dengan kemurnian tingg
lengkap
keuntungan bila dibandingkan dengan
0 Tidak menjawab
diantaranya :
a. Lebih kuat dan mahal
b. Memiliki kemurnian yang Tinggi
c. Tampak permukaan lebih baik
0 Tidak menjawab
Nomor
Skor Kriteria Jawaban Kunci J
soal
Logam Ag
tidak murni
Nomor
Skor Kriteria Jawaban Kunci J
soal
𝑒𝑖𝑡 29 𝑥 10 𝑥 900
Jawab : W = 96500 = = 5,4
96500
Jadi, endapan nikel saat percobaan
endapan perak secara teoritis deng
ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP SISWA
A. PETUNJUK PENGGUNAAN
Amatilah aktivitas siswa dalam kelompok selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, kemudian isilah lembar pengamatan dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Pemangat dalam melakukan pengamatan duduk ditempat yang
memungkinkan dalapt melihat aktivitas siswa yang di amati
b. Setiap 15 menit, pengamat melakukan pengamatan aktivitas siswa yang
dominan, selanjutnya pengamat menuliskan kode kategori pengamatan
c. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian
pada baris dan kolom yang tersedia
d. Pengamatan dilakukan pasa subjek penelitian yang telah ditentukan
sebelumnya
e. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pembelajaran dan dilakukan
serentak.
B. KATEGORI PENGAMATAN
Aktivitas Siswa yang Diamatan:
5. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman
6. Berdiskusi atau mengerjakan LKPD dengan teman sekelompok
7. Bertanya kepada guru atau siswa kelompok lain
8. Menjawab pertanyaan dari guru atau siswa kelompok lain
9. Mengobrol dengan teman atau mengganggu teman
10. Melamun atau tidur
11. Bermain Hp
12. Jelan-jalan di dalam kelas atau keluar masuk kelas
C. PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
85
Kelompok V
Mengetahui,
Observer I
Observer II
A. TUJUAN:
Untuk mengukur tingkat keterlaksanaan pendekatan saintifik dalam praktek
pembelajaran elektrolisis materi pokok elektrolisis larutan KI dan Pemurnian logam
Cu pada siswa kelas XI KI Rombel A
B. PETUNJUK:
1. Sasaran penilaian adalah keterlaksanaan pembelajaran (komponen-komponen
model pembelajaran)
2. Berilah tanda (checklist) pada kolom skala penilaian, sesuai penilaian menurut
Anda.
3. Makna angka validasi pada lajur berarti (1) rendah sekali; (2) rendah; (3) tinggi;
dan (4) tinggi sekali.
C. TABEL PENILAIAN
Skala
No Komponen Model dan Aspek Pengamatan Penilaian
1 2 3 4
I Sintak
1. Penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa
2. Pelaksanaan kegiatan mengamati
3. Pemberian kesempatan bagi siswa untuk bertanya
4. Pelaksanaan kegiatan mengumpulkan data
5. Penyampaian materi pembelajaran
6. Pemberian topangan (bantuan) pada siswa yang
memerlukan
7. Pelaksanaan kegiatan mengasosiasi
8. Pelaksanaan kegiatan mengomunikasikan atau
presentasi
9. Pemberian umpan balik dari pelajaran yang telah
dilakukan
10. Pemberian latihan individual
membutuhkan
3. Pemberian arahan kepada siswa untuk membangun
pendekatan scientific melalui kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan
4. Penunjukan siswa atau kelompok siswa secara
random untuk mempresentasikan hasil kinerjanya
5. Pemberian respon terhadap pertanyaan siswa
Jumlah skor
Kelayakan