You are on page 1of 6

RSUD BPH

SAWERIGADING No. Dokumen No. Revisi Halaman


KOTA PALOPO 002 1/6

Tanggal Terbit Ditetapkan,


Direktur RSUD
Sawerigading
STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
dr. Nasaruddin, Sp.OG
Nip.197111252000121002
1. Pengertian BPH merupakan pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian
periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan
menekan kelenjar normal yang tersisa, prostat tersebut mengelilingi
uretra dan, dan pembesaran bagian periuretral menyebabkan obstruksi
leher kandung kemih dan uretra parsprostatika yang menyebabkan
aliran kemih dari kandung kemih (Price dan Wilson, 2006).
2. Etiologi Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab
terjadinya BPH, namun beberapa hipotesisi menyebutkan bahwa BPH
erat kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan
proses menua. Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat telah
terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini
berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada
pria usia 50 tahun, dan angka kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80
tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia 90 tahun sekiatr 100%
(Purnomo, 2011).
3. Tanda dan Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
Gejala maupun keluhan diluar saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) dan
tanda dan gejala dari BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian
bawah, gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar
saluran kemih.
3.1 Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
3.1.1 Gejala obstruksi meliputi: Retensi urin (urin tertahan
dikandung kemih sehingga urin tidak bisa keluar),
hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi lemah,
Intermiten (kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas
(menetes setelah miksi).
3.1.2 Gejala iritasi meliputi: frekuensi, nokturia urgensi
(perasaan ingin miksi yang sangat mendesak) dan disuria
(nyeri pada saat miksi).

23
RSUD BPH
SAWERIGADING No. Dokumen No. Revisi Halaman
KOTA PALOPO 002 2/6

3.2 Gejala pada saluran kemih bagian atas


Keluhan akibat hiperplasi prostat pada sluran kemih bagian
atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang,
benjolan dipinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau
demam yang merupakan tanda infeksi atau urosepsis.
3.3 Gejala diluar saluran kemih
Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia
inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan
sering mengejan pada saan miksi sehingga mengakibatkan
tekanan intraabdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang
tampak pada pasien BPH, pada pemeriksaan prostat didapati
membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia,
mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal
ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan volume residual
yang besar.
4. Patofisiologi Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian
periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan
menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama
terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang
jumlahnya berbeda-beda. Proses pembesaran prostad terjadi secara
perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi
secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostad, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostad meningkat,
serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi
atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase kompensasi,
keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi/terjadi dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien
tidak bisa mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna, maka akan
terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi alkalin dan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri (Baradero, dkk 2007).
5. Pemeriksaan 5.1 Laboratorium: Ureum (BUN), kreatinin, elektrolit, tes sensivitas
Penunjang dan biakan urin.
5.2 Radiologi: intravena pylografi, BNO, sistogram, Retrograd, USG,
Ct Scanning, Cytoscopy, foto polos abdomen.
5.3 Prostatktomi retro pubis: pembuatan insisi pada abdomen bawah,
tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan

24
RSUD BPH
SAWERIGADING No. Dokumen No. Revisi Halaman
KOTA PALOPO 002 3/6

adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula


prostat.
5.4 Prostatektomi parineal: pembedahan dengan kelenjar prostat
dibuang melalui perineum.
6. Ketetapan Setiap pasien baru / pindah ruangan maka penulisan askep dimulai dari
Penulisan pengkajian sampai catatan perkembangan.
Standar
7. Kebijakan Pelaksanaan askep dilaksanakan secara berkesinambungan selama 24
jam diberikan berdasarkan standard dan etika profesi dengan
mengutamakan keselamatan dan kebutuhan pasien dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan pasien / klien.
8. Diagnosa 8.1 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan sumbatan saluran
Keperawatan pengeluaran pada kandung kemih: Benigna Prostatic Hyperplasia
8.2 Nyeri akut berhubungan dengan agent injuri fisik (spasme
kandung kemih)
8.3 Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan sebagai
efek sekunder dari prosedur pembedahan
8.4 Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma efek samping
pembedahan
8.5 Ansietas berhubungan dengan perasaan takut terhadap tindakan
pembedahan
9. Tujuan 9.1 Gangguan eliminasi urin
NOC :
- Urinary elimination
- Urinary continuence
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...X24 jam
masalah gangguan eliminasi urin dapat teratasi dengan kriteria
hasil:
- Kandung kemih kosong secara penuh
- Ketidakada residu urin lebih dari 100-200 cc
- Intake cairan dalam rentang normal
- Tidak ada spasme bladder
- Balance cairan seimbang
9.2 Nyeri akut
NOC :
- Pain level
- Pain control
- Comfort level

25
RSUD BPH
SAWERIGADING No. Dokumen No. Revisi Halaman
KOTA PALOPO 002 4/6

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam


masalah nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
9.3 Resiko infeksi
NOC:
- Immune Status
- Knowledge : Infection control
- Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
masalah resiko infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
9.4 Resiko perdarahan
NOC:
- Blood lose severity
- Blood koagulation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
masalah resiko perdarahan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Tidak ada hematuria dan hematemesis
- Kehilangan darah yang terlihat
- Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastol
- Hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
9.5 Ansietas
NOC :
- Anxiety self-control
- Anxiety level coping
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
masalah ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala

26
RSUD BPH
SAWERIGADING No. Dokumen No. Revisi Halaman
KOTA PALOPO 002 5/6

cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik
untuk mengontrol cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahas tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan kurangnya kecemasan
10. Intervensi 10.1 Gangguan eliminasi urin
NIC:
a. Lakukan penilaian kemih yang konprehensif berfokus pada
inkontinensia
b. Memantau asupan dan keluaran
c. Membantu dengan toilet secara berkala
d. Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut, membelai tinggi batin atau air
e. Menerapkan kateterisasi intermitten
f. Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandunmg
kemih(10 menit)
10.2 Nyeri akut
NIC:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara kompherensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Tingkatkan istirahat
e. Ajarkan teknik non farmakologi
f. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
10.3 Resiko infeksi
NIC:
a. Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
b. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
c. Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
d. Ajarkan cara menghindari infeksi
e. Berikan terapi antibiotik bila perlu

27
RSUD BPH
SAWERIGADING No. Dokumen No. Revisi Halaman
KOTA PALOPO 002 6/6

10.4 Resiko perdarahan


NIC:
a. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
b. Monitor Tanda-tanda vital ortostatik
c. Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
d. Instruksikan pasien untuk membatasi aktivitas
e. Berikan cairan intravena
f. Catat nilai HB dan HT sebelum dan sesudah terjadinya
perdarahan
10.5 Ansietas
NIC :
a. Identifikasi tingkat kecemasan
b. Gunakan pendekatan yang menenangkan
c. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
e. Dorong keluarga untuk menemani anak
f. Instruksikan pasien menggunakan tekhnik relaksasi
Lakukan back / neck rub
Rumah Sakit No. RM
Umum Sawerigading Nama Pasien
Kota Palopo

CatatanPerkembangan
Hari / Tanggal / Jam NDX SOAP Paraf dan nama
S
O
A
P
12. Referensi 12.1 Smeltzer, Susanne C. Brenda G. Bare.2002. “Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8. Vol. 2. Jakarta: EGC
12.2 Nurarif, Amin Huda dan Hardi. 2015. “Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-
NOC. Jakarta: MediAction

28

You might also like