You are on page 1of 59

URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI

DAN PROGRAM KERJA


E.1. UMUM
Tugas pokok Konsultan, sesuai ketentuan yang digariskan Kerangka Acuan
Kerja, adalah jasa Konsultan Pengawas PENGADAAN KONSULTAN PENGAWAS
PEMBANGUNAN GEDUNG RUANGAN NIFAS
Secara skematis, lingkup pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar E.1.
E.1.1. Fungsi Konsultan Pengawas
Fungsi konsultan pengawas pada dasarnya dibagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu :
1) Fungsi administratif
Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan ketentuan-
ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak, terutama
sehubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas Penyedia Jasa
Pemborongan.
Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas
pekerjaan konstruksi saluran saluran dan koker untuk jenis penanganan
(peningkatan pemeliharaan/perbaikan, pembangunan baru).
Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-
foto yang dibuat sebelum pekerjaan berlangsung (mulai), sedang berjalan dan
pekerjaan selesai, serta kejadian di lapangan lainnya.
Menyiapkan dokumendasi sehubungan dengan Contract Change Order dan
Addendum sehingga perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat
dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek yang ada.
Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.
2) Fungsi pengawasan (supervisi)
Membantu Pengguna Jasa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai desain, persyaratan dan ketentuan yang tercantum dalam
dokumen kontrak serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.
Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terperinci
untuk mendukung review design (bila ada), dan membantu Pengguna Jasa
agar perubahan desain tersebut dapat dilaksanakan.
Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan
perhitungan volume pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran,
sehingga semua pengukuran pekerjaan, perhitungan volume dan
pembayaran didasarkan kepada ketentuan yang tercantum dalam dokumen
kontrak.
Meninjau pengadaan personil dan peralatan Penyedia Jasa Pemborongan
sesuai dengan kebutuhan yang dipersyaratkan.
Memantau dan mengecheck pengendalian mutu dan volume pekerjaan untuk
sertifikasi “Monthly Certificate (MC)”.
Melakukan pengecheckan dan persetujuan gambar terlaksana ( as built
drawing).
Membantu Pengguna Jasa dalam menyiapkan pelaksanaan Provisional Hand
Over (PHO).
Membantu Pengguna Jasa dalam pengawasan pekerjaan pada periode
pemeliharaan
E.1.2. Tanggung Jawab Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pemimpin
Pekerjaan bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Jasa Pemborongan
benar-benar sesuai ketentuan kontrak pemborongan. Konsultan akan memberikan
jaminan segala ijin kerja, persetujuan dari setiap jenis/langkah pelaksanaan dan
persyaratan konstruksi yang telah dikeluarkan. Untuk memperjelas uraian tersebut,
pada Gambar E.1 dijelaskan mengenai Kegiatan Pengawasan Pekerjaan, dari
tahap awal sampai tahap akhir pekerjaan.
E.1.3. Tugas Konsultan Pengawas
Tugas konsultan pengawas secara garis besar akan meliputi :
v Pengendalian teknis;
v Pengendalian atas proses koordinasi terkait;
v Pengendalian administrasi kegiatan;
v Evaluasi rencana kegiatan;
v Value engineering; dan
v Pelaporan.
Gambar E.1
BAGAN ALIR
URUTAN KERJA KONSULTAN PENGAWAS

SITE ENGINEER
QUALITY ENGINEER
KONTRAKTOR QUALITY ENGINEER KONTRAKTOR QUALITY ENGINEER KONTRAKTOR
CHIEF INSPECTOR
CHIEF INSPECTOR

PEMBORONGAN &
PERBAIKAN

Tidak
PENGETESAN
HASIL BAIK
QUALITY

PELAKSANAAN
PEKERJAAN

Gambar E.1 : LINGKUP KEGIATAN PENGAWASAN


SETUJU DITERIMA
INFORMASI Ya Ya SERTIFIKAT
MENYETUJUI SITE ENGINEER
REQUEST KEADAAN LAP. PEMBAYARAN
REQUEST QUALITY ENGINEER
& MATERIAL BULANAN
CHIEF INSPECTOR

PENGAWASAN
SEHUBUNGAN
DENGAN SPEC.
DRAWING

Tidak PROSEDUR PENGUKURAN


PENGUKURAN
PEMBAYARAN
& QUANTITY SEHUBUNGAN DGN SPEC.

SITE INSPECTOR
PERSYARATAN SURVEYOR
LAB. TECHNICIAN SURVEYOR
YANG DIPENUHI CHIEF INSPECTOR
= Personil yang Terlibat CHIEF INSPECTOR

= Kegiatan
E.1.3.1 Pengendalian Teknis
Bertindak untuk dan atas nama Pengguna Jasa mengendalikan
pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan pada saat pre-audit, monitoring dan post-audit, meliputi :
V Aspek mutu hasil pekerjaan;
v Aspek volume pekerjaan;
v Aspek waktu penyelesaian pekerjaan;
v Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.
Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang
tercantum dalam kontrak pemborongan.
1) Rentang kendali pre-audit
Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “pre-
audit” adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan pengawasan,
yang terdiri dari :
— Pengumpulan dan analisa terhadap data;
— Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap
kondisi lapangan;
— Pemeriksaan terhadap kesiapan Penyedia Jasa Pemborongan, yang
meliputi material, peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.
Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan
akan menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan antara lain :
— Jenis pekerjaan;
— Kuantitas pekerjaan;
— Kualitas yang dipersyaratkan;
— Schedule pelaksanaan;
— Schedule pembayaran.
Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil
perencanaan ke lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut
telah sesuai dengan kondisi yang ada. Apabila ternyata dari hasil pengecekan
hasil design tidak sesuai dengan kondisi lapangan, konsultan team supervisi
akan membuat alternatif lain yang sesuai untuk diajukan kepada Pengguna
Jasa.
Material dan peralatan yang didatangkan Penyedia Jasa Pemborongan akan
diperiksa terlebih dahulu oleh konsultan, sehingga benar-benar memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Jadwal waktu yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan diteliti lebih
dahulu apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan
dilaksanakan dengan perkiraan tenaga kerja/tukang yang akan
mengerjakannya serta alat yang akan digunakan. Apabila menurut analisa tidak
seimbang antara volume dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu
yang tersedia maka konsultan akan menyarankan kepada Penyedia Jasa
Pemborongan untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan yang memadai
agar bisa selesai tepat pada waktunya.
Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan
tambahan sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume
pekerjaan. Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan
menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan
lainnya sehingga terjadi kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah
sepanjang hal tersebut memungkinkan dan mendapat peretujuan dari
Pemimpin Kegiatan. Dalam hal ini, konsultan berupaya menghindari pekerjaan
tambah, justru mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari evaluasi
teknis dan biaya memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan kurang.
2) Rentang kendali monitoring
Kegiatan pengendalian teknis rentang monitoring adalah kegiatan-kegiatan
yang dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan
pengawas telah melakukan pre-audit namun setiap langkah pelakanaan
pekerjaan akan terus dimonitor agar kalau terjadi penyimpangan segera
diketahui dan dapat diluruskan kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama
periode ini konsultan akan selalu melakukan evaluasi terhadap progres dan
kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan.
Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan kita jaga
sebaik-baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan
cepat, sehingga kerugian yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan
biaya keseluruhan hasil pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-
kecilnya, selain mengawasi pekerjaan fisik konsultan pengawas juga
memonitor aspek lingkungan sekitar kegiatan, agar jangan sampai
pelaksana lapangan berikut tukang-tukangnya mengganggu, mematikan
serta merusak flora dan fauna yang ada.
Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan
memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.
3) Rentang kendali post-audit
Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja
bagi Penyedia Jasa Pemborongan. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk
kemajuan pembayaran senilai hasil kerjanya. Namun Penyedia Jasa
Pemborongan tidak bisa menyajikan permintaan pembayaran sebelum
mendapat rekomendasi dari konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaannya
sudah memenuhi persyaratan teknis atau tidak.
E.1.3.2 Pengendalian Atas Koordinasi Terkait
Konsultan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian
teknis tersebut di atas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu
dilakukan oleh pihak lain (khususnya oleh Pengguna Jasa). Koordinasi dengan
instasi terkait, antara lain dilakukan dengan :
v Pemimpin kegiatan fisik;
v Konsultan lain yang terkait;
v Instansi terkait lainnya.
E.1.3.3 Pengendalian Administrasi Kegiatan
Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang,
memberlakukan serta mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem
administrasi kegiatan yang diawasinya, yaitu mencakup antara lain : surat,
memorandum, risalah, laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar,
sketsa, brosur, kontrak, addendum dan lain-lain yang dianggap perlu. Langkah-
langkah dan tindakan yang akan dilakukan konsultan pengawas untuk maksud
tersebut adalah :
v Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai
tuntas maksud dari surat masuk maupun keluar;
v Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam
pelaksanaan tugas konsultan;
v Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi
persyaratan yang ditetapkan baik kualitas dan kuantitas;
v Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan;
v Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar
sebelum maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi
penyimpangan;
v Membantu/menyiapkan addendum serta hal-hal lain yang dianggap
perlu dalam penyelesaian pekerjaan.
E.1.3.4 Evaluasi Rencana
Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan serta menyarankan perubahan/penyempurnaan/penyesuaian
rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud dan
tujuan kegiatan.
E.1.3.5 Verifikasi Hasil Pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan
Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban
menyatakan bahwa hasil pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan telah
memenuhi segala persyaratan untuk proses selanjutnya, yaitu persetujuan
Pengguna Jasa.

E.1.4. Kontrol Sistimatik terhadap Kegiatan Lapangan


Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi kontrol
manajemen kegiatan konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu
diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan
setengah-setengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan
mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi masalah
ini, Pengawas lapangan perlu menerapkan sistim kontrol yang sistimatik di
lapangan.
Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan di lapangan memiliki tiga tujuan, yaitu :
Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang
kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan, maka harus dikembangkan
sasaran jangka pendek dan program kerja untuk
Memastikan bahwa pekerjaaan pengawasan berjalan secara benar sehingga
peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh kegiatan tidak di-lampaui
bila tidak terjadi perubahan kontrak.
Kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di lapangan, yaitu :
Pencapaian target kemajuan fisik.
Pencapaian target keuangan
Pengadaaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi
kerja lapangan.
Pemantapan kerja sama antar pekerja kegiatan dari seluruh bagian/divisi.
Hubungan dengan pihak pemilik.
Tiap bidang tersebut di atas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai
atau menunjukan tendensi yang tidak menggembirakan. Dengan mengetahui
keadaan dan situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil
untuk mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.

E.1.5. Kunjungan Lapangan/Site Visit


Frekwensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan
lapangan, sifatnya dapat secara harian, mingguan. Frekwensi kunjungan dapat
bergantung pada tahapan dari pemimpin kegiatan yang mengelolanya beserta para
anggota tim sesuai urgensinya.

E.1.6. Pengontrolan Kegiatan


Merencanakan dan membangun adalah suatu aktifitas yang dinamis, dan yang
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu network/scurve chart yang
telah disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanan harus secara periodik atau
sesuai kondisi dicheck kembali :
Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati;
Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera;
Nantinya akan ditepati (jangka panjang).
Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya kegiatan
seperti yang dikehendaki.
1) Jarak waktu kontrol
Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi dua macam rentang waktu yaitu :
— 1-2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1 minggu;
— 2-4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.
2) Cara mengontrol
Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :
— Pengontrolan terhadap aktivitas yang akan dimulai
— Melakukan pengujian terhadap pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai
— Melakukan pengujian terhadap pekerjaan yang seharusnya sudah selesai

E.1.7. Sistim Informasi Manajemen Kegiatan


Sistim informasi manajemen kegiatan pada hakekatnya adalah suatu sistim
untuk mendukung pihak Pimpinan Kegiatan dalam memantau dan mengendalikan
kegiatan. Tujuan sistim ini untuk digunakan pihak Pemilik dalam mendapatkan
informasi kegiatan setiap saat atau secara berkala, cepat dan akurat. Sistim ini
dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan kondisi yang
dihadapi di lapangan serta mengintegrasikan keinginan-keinginan dari pihak
Pemimpin Kegiatan yang mewakili pihak Pengguna Jasa tentang apa-apa yang mau
dimonitor dan dikendalikan.
Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan
supaya perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut
dijabarkan dalam besaran uang dan besaran waktu.
Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan fisik, peranan sistim informasi
manajemen kegiatan hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu
pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan dilapangan, tidak
dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur pengukuran mutu pekerjaan adalah
dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).
Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya
atau dimonitor dimana perkembangan suatu kegiatan selalu diikuti oleh
perkembangan data kegiatannya. Volume data kian hari kian membengkak sesuai
dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.
Data kegiatan sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pengguna
Jasa, karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data kegiatan yang telah
dikumpulkan secara periodik kemudian diolah/diproses untuk dijadikan informasi
kegiatan (laporan kegiatan). Artinya, dari laporan kegiatan dapat diketahui
perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari laporan kegiatan
ini Pemimpin Kegiatan baru dapat mengevaluasi perkembangan kegiatannya
dengan cara memperbandingkannya terhadap rencana.
Pemimpin kegiatan mengendalikan kegiatannya dengan keputusan-keputusan
yang dibuat dan diimplementasikan ke project site. Hasil dari implementasinya
menciptakan data kegiatan baru dan dengan demikian siklus project management
control system berulangkali. Siklus ini baru berhenti apabila kegiatan telah selesai.

E.1.8. Pengendalian Mutu


Selama periode kontruksi, konsultan akan senantiasa memberikan
pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia
Jasa Pemborongan guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan
baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut di bawah ini namun tidak
terbatas pada :
Peralatan laboratorium
Penyimpanan bahan/material
Cara pengangkutan material yang akan digunakan.
Pengujian material yang akan digunakan
Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
Test lapangan
Administrasi dan formulir-formulir
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar E.1.8 beriut:
GAMBAR E.1.8
BAGAN ALIR PENGENDALIAN MUTU

Disan
Spesifikasi Teknis

Revisi Disain

Shop Drawing

Pelaksanaan
Inspection Guide

Pra
Request of Work
Metode Konstruksi

Pelaksanaan
Konstruksi

Pelaksana
Evaluasi Pelaksanaan an
Konstruksi

Data Test
Survey Hasil Pelaksanaan
Pasca Pelaksanaan

Inspection Sheet
Attachment
E.1.8.1 Laboratorium dan Personil
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui kekuatan
konstruksi beton yang tidak bisa dilakukan di lapangan. Personil/tenaga yang
terkait untuk maksud pengujian harus cukup berpengalaman dan mengenal
dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.
E.1.8.2 Penyimpanan Bahan/Material
Mekanisme penyimpanan bahan/material dilakukan sebagai berikut :
Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas.
Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah
dapat diperiksa oleh konsultan.
Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan, puing, dan mempunyai
drainase yang lancar.
Bahan-bahan yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan, kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi
lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk
mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta mengontrol
kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5 m.
E.1.8.3 Cara Pengangkutan Material/Campuran
Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk
perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada di sekitar pekerjaan.
Bilamana terjadi gangguan di antara operasi berbagai pekerjaan, konsultan akan
mempunyai wewenang untuk memerintahkan Penyedia Jasa Pemborongan
dalam menentukan urutan pekerjaan yang diperlukan guna mempercepat
penyelesaian seluruh pekerjaan.
E.1.8.4 Pengujian Material yang Akan Digunakan
Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspesikan oleh
konsultan. Staf anggota team konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk
menginspeksi material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja
Penyedia Jasa Pemborongan. Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah
disetujui sebelum penyimpanan, namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali
oleh konsultan. Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk
mendapat persetujuan dari konsultan, jenis dan jumlah test seperti yang
disebutkan dalam spesifikasi.
E.1.8.5 Job Mix Formula
Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan
spesifikasi, sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix
Formula yang disetujui konsultan, antara lain untuk pekerjaan Beton.
E.1.8.6 Pengujian Rutin Laboratorium
Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-
bahan atau campuran-campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian atau
selama pekerjaan berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan
persyaratan. Jenis dan frekuensi/jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan
dalam spesifikasi.
E.1.8.7 Test Lapangan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu
pengujian/tes lapangan.
E.1.8.8 Administrasi Pekerjaan dan Formulir-Formulir
Menunjukkan kelengkapan administrasi pekerjaan yang umum digunakan.
Adapun Contoh formulir-formulir yang diperlukan pekerjaan antara lain sebagai
berikut di bawah ini dapat dilihat pada Lampiran. Form-form contoh ini dapat
dimodifikasi/ sesuai dengan keperluan pekerjaan. Form-form yang dimaksud
antara lain :
Buku direksi
Time schedule
Mco (Mutual Check Awal)
Request dan shop drawing
Laporan mingguan
Record cuaca
Photo dokumentasi
Change order
Addendum
Monthly certificate (MC)
PHO (Provisional Hand Over)
Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.

E.1.9. Pengendalian Kuantitas


Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-
bahan/campuran yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan atau yang terpasang. Konsultan akan memproses bahan-
bahan/campuran berdasarkan :
- Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
- Metode perhitungan
- Lokasi kerja
- Jenis pekerjaan
Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan, baik kualitas maupun kuantitas,
dan persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume
pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh konsultan sehingga kuantitas
dalam kontrak adalah benar diukur dan dibayar oleh konsultan dan mendapat
persetujuan Pengguna Jasa. Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain
:
1) Pengukuran meter persegi (m2)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang
dan lebar, setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimal atau
toleransi yang digunakan dan spesifikasi.
2) Pengukuran meter panjang (m’)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, setelah
penampang suatu konstruksi sesuai dengan gambar (dimensinya).
3) Pengukuran meter kubik (m3)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang
dan lebar. Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan alat ukur
sehingga panjang, lebar, dan tebal menghasilkan volume yang akurat.
4) Pengukuran berat (ton)
Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :
— Pertama, yaitu penimbangan dengan timbangan.
— Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan
tersebut (berat jenis dapat diketahui dari laboratorium).
Gambar E.1.9 menunjukan diagram pengendalian volume pekerjaan guna
memperjelas uraian di atas.
Gambar E.1.9 : CARA PENGENDALIAN VOLUME
Gambar E.1.9
DIAGRAM ALIR QUALITY CONTROL "BAHAN"

SURVAI LOKASI
QUARRY

USULAN MATERIAL
(QUARRY)

PENGUJIAN Tidak
MUTU
LABORATORIUM

Ya

USULAN
JOB MIX FORMULA

Tidak PENGUJIAN
MUTU
LABORATORIUM

Ya

EVALUASI Tidak
DIREKSI
TEKNIK

Ya

STOK FILE
MATERIAL

PRODUKSI :
- AMP
- STONE CRUSHER
- CONCR. BATCHING PLANT
E.1.10. Pengendalian Waktu
Di dalam pekerjaan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari
adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian
pekerjaan. Berikut ini dijelaskan bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat
perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang akan
memboroskan waktu, tenaga dan biaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilkhat pada
gambar E.1.10 PROSEDUR PENGENDALIAN WAKTU
KONTROL WAKTU
PROSEDUR PENGENDALIAN WAKTU
GAMBAR 4.2

ANALISA SUMBER DAYA


FIELD ENGINEERING

NETWORK ANALISIS

GAMBAR KERJA
KONTRAK ASLI

PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
- KONSTRUKSI

EVALUASI
- KUANTITAS

SYSTEM
METODE :

SITE INSTRUCTION /
RAPAT HARIAN
E.1.11. Schedule Penyedia Jasa Pemborongan
Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule
pelaksanaan yang dibuat Penyedia Jasa Pemborongan. Apakah rencana kerja
progres pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan realistis. Misalnya dalam
musim hujan, target pekerjaan lebih kecil bila dibandingkan pada musim kemarau
untuk pekerjaan saluran dengan kondisi kerja yang sama. Kemudian dicek juga
apakah construction methode dan urutan kerja Penyedia Jasa Pemborongan
sudah sistematis, konsepsional dan benar ?
Selanjutnya, berdasarkan schedule Penyedia Jasa Pemborongan yang sudah
disetujui, konsultan pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut.
Time schedule ini bisa dijabarkan ke dalam target harian, sehingga setiap hari
dapat dicek apakah target volume tersebut bisa tercapai atau tidak ? Bila target
tidak tercapai, maka selisih volume diprogramkan/dikejar untuk schedule hari
berikutnya.
Bila time schedule yang dibuat dan disetujui tersebut dilaksanakan sebagaimana
mestinya dan dikendalikan dengan baik, maka diharapkan pekerjaan bisa
diselesaikan “on schedule”.

E.1.12. Alat Berat (Heavy Equipment)


Untuk mengerjakan pekerjaan yang tingkat kesulitannya besar, dalam artian
kalau tidak menggunakan alat berat tidak efesien dan efektif, bisa
kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.
Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah suatu
kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil. Dari alat
tersebut dihitung produksi nyata per jam, kemudian produksi terkecil yang
digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.
Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut
menghasilkan produk sesuai volume yang ditargetkan ? Bila tidak tercapai, perlu
diambil tindakan-tindakan, antara lain : menambah jumlah alat atau menambah
jam kerja/over time, sedemikian rupa sehingga volume pekerjaan yang
direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

E.1.13. Tenaga Kerja


Demikian juga tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga kerja
yang mencukupi, sehingga pekerjaan akan bisa dikerjakan oleh tenaga kerja
sesuai dengan jadwal/waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan diperkiraan
tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua shift atau
kerja lembur/over time. Dengan tenaga kerja yang cukup dan jam kerja yang
cukup/efektif, maka pelaksanaan pekerjaan diharapkan bisa tepat waktu sesuai
yang ditargetkan.

E.1.14. Jumlah Jam Kerja


Penyelesaian suatu pekerjaan sangat tergantung pada jam kerja per hari.
Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil
dibandingkan bila jam kerja per harinya lebih banyak.
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian rupa
sehingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu
pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu untuk kerja
malam/ over time.
Dalam administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara
optimal, maka konsultan harus memahami secara sungguh-sungguh Network
Planning yang umumnya telah dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan dengan
metode lintas kritis (Critical Path Methode/CPM).
Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan
pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin “Network Planning”
tersebut bila memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart/S-
curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik/cocok
untuk pekerjaan jalan karena dapat mengetahui/menunjukkan lokasi dan waktu.
Schedule ini, pada arah “basis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah
“ordinat” menggambarkan waktu.

E.1.15. Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan


Di dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :
Biaya pekerjaan
Estimated Quantity/Volume Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan
Guna pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan, hal-hal pokok yang perlu
diperhatikan antara sebagai berikut :
Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar
sehingga kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana. Dengan
demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada akhirnya biaya yang
dikeluarkan sudah sesuai dengan yang dianggarkan.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari
pengukuran/kwantitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-benar untuk
pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.

GAMBAR 4.4
PROSEDUR PENGENDALIAN BIAYA

KONTRAK ASLI

Field Engineering

Review & Value

MET ODE :
- Kuantitas
- Konstruksi

A nalisa Sumber Daya

BIA YA

GA MBA R KERJA

Site Instruction /
Rapat Harian
Pelaksana Konstruksi

Evaluasi Pelaksanaan

Lampiran Inspection Sheet

Monthly Certificate

Evaluasi Biaya

Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan
yang tercantum dalam kontrak pelaksanaan, sehingga biaya pekerjaan dibayarkan
sesuai dengan item pekerjaan yang ada di kontrak.
E.1.16. Pemeriksaan Sertifikat Bulanan (MC)
Penyedia Jasa Pemborongan harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari
pekerjaan yang dilaksanakan kepada Resident Engineer pada setiap akhir bulan
yang berjalan, yang selanjutnya disebut sebagai “sertifikat bulanan (Monthly
Certificate/MC)”. Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan standart atau
diusulkan oleh Konsultan dan disetujui oleh Pengguna Jasa. Resident Engineer
akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada sertifikat bulanan dan
apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang telah terjadi di lapangan,
selanjutnya dapat disetujui untuk menandatangani bersama oleh wakil Penyedia
Jasa Pemborongan, konsultan, dan Pemimpin Pekerjaan. Prosedur pembuatan
MC dapat dilihat pada Gambar E.1.16
Gambar E.1.16 : PROSEDUR MONTHLY CERTIFICATE (MC)
GAMBAR E.1.16
PROSEDUR PEMBAYARAN PRESTASI KERJA KONTRAKTOR
(MONTHLY CERTIFICATE / MC)

KONTRAKTOR KONSULTAN PROYEK DIREKTUR UTAMA

CEK KUALITAS DAN


PENGAJUAN PERSETUJUAN
KUANTITAS DI
INSPECTION SHEET INSPCETION SHEET
LAPANGAN

EVALUASI/
PENGAJUAN PEMERIKSAAN CEK KELENGKAPAN
PERMINTAAN MC KUANTITAS & DATA ADMINISTRASI
PENDUKUNG

PERSETUJUAN MC

PEMBAYARAN &
PENGAJUAN
PROSES
PERMINTAAN
ADMINISTRASI
PEMBAYARAN
KEUANGAN

MENERIMA PHOTO
MENERIMA
COPY BUKTI
PEMBAYARAN
PEMBAYARAN
E.1.17. Pemeriksaan Pembayaran Akhir
Tim Pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang
telah lalu. Apabila terdapat kesalahan, pembayaran terdahulu yang sudah disetujui
masih dapat dikoreksi pada pembayaran berikutnya.
Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang
telah dibayar sebelumnya, sehingga kuantitas/volume yang dibayar dalam
pembayaran akhir merupakan final quantity yang benar.

E.1.18. Prosedur Perubahan (Contract Change Order)


Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau Penyedia
Jasa Pemborongan dan harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang
ditanda-tangani oleh kedua belah pihak. Jika dasar pembayaran yang ditetapkan
dalam suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu perubahan dalam
struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu perubahan yang diperkirakan
dalam Jumlah Kontrak, maka Perintah Perubahan harus dirundingkan dan
dirumuskan dalam suatu Addendum. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada
GAMBAR E.1.18 berikut.
PROSEDUR PERUBAHAN VOLUME DAN PAY ITEM / SATUAN (CCO)

GAMBAR E.1.18

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

KETERANGAN
PANITIA DIREKTUR
KONTRAKTOR KONSULTAN PROYEK
KEWAJARAN UTAMA

a=b=c
Usulan
Perubahan

Usulan a=b=c
Surat Usulan
Perubahan Perubahan

Evaluasi
a=b=c

a=b=c

Persetujuan 3 Belah Pihak a=b

Negosiasi
Harga

a=b
Tidak

Berita Acara Persetujuan

Ya
Persetujuan 3 Belah Pihak CCO
a=b
a=b=c

Pelaksana
GAMBAR E.1.18 PROSEDUR PERUBAHAN VOLUME (CCO)
E.1.19. Sertifikat Penyelesaian Akhir
Bila Penyedia Jasa Pemborongan menganggap pekerjaan akan selesai,
termasuk semua kewajiban pada Perioda Jaminan, maka ia harus membuat
permohonan untuk serah terima pertama. Setelah pekerjaan perbaikan yang
diminta oleh Panitia Serah Terima selesai dilakukan, yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan membantu
mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.

E.1.20. Pernyataan Perhitungan Akhir


Penyedia Jasa Pemborongan harus membuat permohonan untuk
pembayaran perhitungan akhir, bersama-sama dengan semua rincian pendukung
sebagaimana diperlukan oleh engineer. Setelah peninjauan kembali oleh engineer
dan jika diperlukan amandemen oleh Penyedia Jasa Pemborongan, engineer akan
mengeluarkan suatu pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui untuk
pembayaran oleh Pengguna Jasa.

E.1.21. Addendum Penutup


Berdasarkan pada rincian Pernyataan Engineer mengenai Perhitungan
Akhir. Setelah memperoleh tanda tangan Penyedia Jasa Pemborongan, engineer
akan menyampaikan addendum penutupan tersebut kepada Pemberi Pekerjaan
untuk ditandatangani bersama-sama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir yang
disetujui.

E.1.22. Dokumen Catatan Pekerjaan


Penyedia Jasa Pemborongan harus memelihara catatan yang cermat
tentang semua perubahan dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan
Pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan.

E.1.23. Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan Kerja


Bila pekerjaan ini berada di lokasi atau menimbulkan volume lalu lintas yang
cukup padat, diperlukan pengaturan lalu lintas dan metoda pelaksanaan yang lebih
khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan pekerjaan survey maupun pada saat
pelaksanaan pekerjaan konstruksinya, agar lalu lintas yang ada tetap terjaga
kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman melewatinya. Manfaat yang
didapatkan pada pemeliharaan lalu-lintas yang baik selama pelaksanaan
memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang lebih baik pula.
Situasi seperti itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-persoalan
yang diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya akan menghambat
pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu, penanganan khusus sangat
diperlukan agar tercapai hasil yang optimal dan sedikit mungkin akibat buruknya.
Demikian pula dengan penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah
dengan penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk dan
keluar dari lokasi pekerjaan. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut di
atas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah hasil galian
haruslah memperhatikan lingkungan. Tanah yang dimuat di atas Dump Truck
harus diberi penutup agar tidak tercecer di atas permukaan jalan yang ada, sebab
bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas
yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada. Dalam pelaksanaan
“Traffic Management” untuk pekerjaan ini kriteria penanganan dibagi menjadi 2
(dua) bagian :
Pelayanan umum; dan
Keselamatan kerja.
1) Pelayanan umum
Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :
Efektivitas sistim informasi
Sistim informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan selama
pelaksanaan yang tujuannya memberikan informasi bahwa akan ada pekerjaan
pembangunan. Sistim ini dapat diwujudkan melalui :
è Media cetak yang bersifat pengumuman.
è Pembagian “pamflet” Mengurangi kemacetan
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan dengan
perambuan sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan
menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.
2) Keselamatan kerja
Indikasi yang diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal berikut :
Disiplin kerja :
è Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus menerus
dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling
berhubungan setiap saat dengan cepat.
è Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan sesuai
jadwal yang telah ditetapkan. Pengendalian waktu ini disesuaikan
dengan tuntutan lapangan yang mencakup seluruh aspek terkait.
Peniadaan kecelakaan fatal :
è Perambuan sesuai dengan standar perambuan.
è Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan
kerapihan kerja sepanjang daerah pekerjaan (kiri dan kanan) dan diberi
lampu agar mudah terlihat pada malam hari.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, ada beberapa faktor keselamatan kerja yang
terkait, antara lain :
— Faktor perambuan darat
— Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan.
— Atribut pada tenaga kerja.
— Astek
— Dan lain-lain.
Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang
ditangani dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja
dari pada semua eksponen terkait menjadi faktor utama dari kelancaran progres
yang hendak dicapai.
Gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut :
Perambuan darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambunan pada tahap
pelaksanaanpun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang
memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang
berada pada daerah perambunan. Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada
tahap pelaksanaan misalnya rambu peringatan, rambu perintah dan larangan
serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang pengaturan letak
penempatan serta jaraknya, seperti ditunjukan pada keperluan “rambu darurat”.
Di samping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat
dengan warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda
“spot light” atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada
malam hari. Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light.
Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan
Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :
è Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah kerja ditentukan,
rute perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada
prinsipnya tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik.
Dump Truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet
ke belakang namun harus masih tetap dalam area perambuan.
è Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan
penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak
tercecer di muka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin
bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan
fatal.
è Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan
keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta
bantuan pengawal dari pihak kepolisian.
Atribut pada tenaga kerja
Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan
terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian
baju rompi refleksionis warna orange yang harus dikenakan pada saat
melaksanakan tugas.
Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu
mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih
yang dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat
membahayakan dan mengurangi akurasi.

Astek (Asuransi tenaga kerja)


Jaminan pelindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah
beresiko tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus
dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan Astek.
GAMBAR E.1.23
BAGAN ALIR PENGENDALIAN KEAMANAN DAN
KESELAMATAN KERJA

DESIGN

SHOP DRAWING
INSPECTION

REQUEST OF WORK
METODE KONSTRUKSI

Tidak OK

PEMERIKSAAN
PERSIAPAN

OK

PELAKSANAAN

EVALUASI WAKTU
BAHAYA STOP
PELAKSANAAN

PENGAMANAN PASCA
PELAKSANAAN

Secara skematis manajemen lalu lintas dan keselamatan kerja dapat di lihat
pada gambar E.1.23 berikut;
E.1.24. Quality Assurance
Jaminan mutu memerlukan perubahan struktural terhadap metode supervisi.
Juga diperlukan supervisi yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang lebih
besar), standarisasi test dan pengetesan (termasuk kekerapan pengetesan) serta
kriteria untuk penaksiran (termasuk toleransi yang diijinkan). Diperlukan pula
guideline yang spesifik untuk supervisor dan client atau pihak ketiga (seperti
konsultan atau team audit teknis).
Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil ialah kecermatan
rancangan. Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang tersedia dan/atau
berdasarkan survey yang tidak akurat cenderung mendapatkan lebih banyak
masalah mutu dibandingkan dengan rancangan yang secara akurat mewakili
kebutuhan-kebutuhan di lapangan.
Karena sebagian besar kontrak berdasarkan kuantitas, maka fokus pengawasan
juga berdasarkan kuantitas. Hal ini dikuatkan pula dengan banyaknya perbaikan
yang diperlukan sebagai akibat tidak akuratnya rancangan. Perbaikan administratif
ini juga memakan banyak waktu dan usaha Penyedia Jasa Pemborongan dan
supervisor sehingga mereka hampir tidak mempunyai waktu untuk pemeriksaan
mutu.
Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan
Penyedia Jasa Pemborongan mengikuti standard. Ini berarti bahwa semua
pengetesan harus dibayarkan oleh Pengguna Jasa (kecuali kontrak tersebut
secara spesifik menetapkan yang sebaiknya), dengan kata lain : cadangan
anggaran untuk pengetesan merupakan persyaratan untuk lebih memperkuat
mutu.
Jaminan mutu mengarah pada kontrak lump sum (dengan harga borongan) dan
bentuk-bentuk kontrak lainnya yang tidak berdasarkan unit price, pada paket yang
lebih besar yang lebih mudah dilaksanakan dan pada pencantuman per-syaratan
testing serta kekerapan testing (yang harus dikeluarkan dari kontrak) di dalam
surat kontrak. Persyaratan testing dan kekerapannya pada dasarnya berarti
pergeseran tanggung jawab, yaitu Penyedia Jasa Pemborongan harus
membuktikan bahwa pekerjaan itu dilakukan menurut spesifikasinya, bukannya
supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan ada di bawah standard. Memulai
dan membentuk perubahan tanggung jawab ini bukanlah praktek yang mudah dan
cepat. Pola kerja dan prosedur yang sudah terbentuk harus dibuang; praktek dan
prosedur baru harus diambil tetapi input-input seperti pengauditan teknis, evaluasi
yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan dan lain-lain cenderung mempunyai
dampak pada pendekatan masalah ini. Pertama-tama perlu untuk memberi jalan
pada publik luas dalam pemerintah untuk melihat hasil perhitungan teknis. Yang
kedua, alternatif untuk format kontrak dan prosedur supervisi saat ini perlu
ditentukan, ditest dan dibentuk.
Konsultan akan mendukung dan coba memulai perubahan-perubahan tersebut
melalui saran-saran yang sehubungan dengan perhitungan teknis, saran yang
berhubungan dengan evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan,
saran pengawasan konstruksi serta pelatihan.

E.1.25. Value Engineering


Value engineering adalah suatu teknik manajemen yang telah teruji yang
menggunakan pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian
rupa untuk menganalisa fungsi suatu item/masalah atau sistem dengan tujuan
untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan biaya kepemilikan total yang paling
kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan penampilan,
rahabilitasi, kualitas, teknis, dan kemudahan untuk pemeliharaan suatu pekerjaan.
Program value engineering, mencari kemampuan manajemen seseorang untuk
mengadakan perubahan yang berarti dengan cara agar dapat menemukan biaya
yang tidak berguna dan menghilangkannya.
Program value engineering secara teoritis dapat digunakan kapan saja selama
siklus pelaksanaan pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan dimulai
untuk dikerjakan, langsung dilakukan studi value engineering.
Selain tugas pokok konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value
engineering untuk membantu Pengguna Jasa dalam hal mencarikan alternatif
yang lebih baik dan lebih murah atas pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pada
pekerjaan ini, kegiatan value engineering antara lain dapat berupa :
a) Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah, lebih
mudah dan lebih cepat pelaksanaannya, namun tetap aman dari segi
konstruksi.
Dalam perioda pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan
review design untuk penyesuaian-penyesuaian lapangan atas dasar
pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi lapangan.
b) Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat berat,
sehingga didapat penggunaan alat yang tepat guna, ideal, optimal, efisien.
Dengan cara ini diharapkan diperoleh biaya yang lebih murah dan waktu
pelaksanaan bisa dipercepat.
Dengan adanya analisa yang baik dalam construction method diharapkan
peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk
menangani suatu pekerjaan.
Untuk mendapatkan hasil optimal dan efisien, diperlukan suatu
rencana/metode kerja yang tepat. Kebutuhan peralatan dan pengendalian
biaya pekerjaan dapat ditentukan dari metode kerja yang dipakai.
Rencana kerja value engineering adalah sebagai berikut :
— Phase pemilihan (seleksi)
Memilih pekerjaan : Apa yang dipelajari (studi) ? Siapa akan
melaksanakan ? Apa yang perlu diketahui untuk mulai studi tersebut ?
— Informasi (investigasi)
Periksa pekerjaan : Pekerjaan apakah itu ? Apa masalahnya ? Berapa
biayanya ? Apa saja yang telah dilaksanakan ? Apa saja yang harus
dilaksanakan ?
Analisa fungsi dan biaya : Apa basic fungsinya ? Apa fungsi keduanya ?
Berapa biayanya ?
— Spekulasi
Spekulasi atas alternatif : Apa guna fungsi yang lainnya ? Dimana saja
yang ada ? Bagaimana fungsi akan tampil ?
— Evaluasi
Evaluasi alternatif : Apakah tiap ide dapat berjalan ? Berapa biayanya ?
Apakah tiap ide memenuhi fungsi dasar ? Alternatif mana yang terbaik ?

c) Pendekatan kondisi kerja


Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi
berdasarkan kondisi sebagai berikut :
— Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali
mengejar target penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau
kondisi khusus.
— Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance
peralatan.
— Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan over
time.
d) Analisa waktu penyelesaian
Total volume pekerjaan = V (ton)
Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)
Waktu yang diperlukan : T = V/Q (jam, konversikan ke bulan)
e) Pola dan kerangka pemikiran manajemen operasi alat berat
Analisis efesiensi alat berat pekerjaan pengaspalan pekerjaan jalan
berdasar kerangka pemikiran sebagai berikut :
— Analisis sisem pengoperasian alat berat sangat penting pengaruhnya
dalam rangka efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
— Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck yang
digunakan, dan biaya alat.
— Analisis tersebut menghasilkan : jangka waktu pelaksanaan
pembangunan, jenis alat, kapasitas alat, jumlah alat, pengaturan dan
penempatan alat berat, bahkan dapat menghasilkan penghematan biaya
operasi alat.
— Penghematan biaya operasi alat (operating cost) inilah dapat merupakan
salah satu komponen untuk value engineering, selain komponen
pekerjaan lainnya.

E.2. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang
berdasarkan analisa dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Secara garis besar, aspek-aspek yang
berkaitan dengan rekayasa pembangunan dapat dikelompokkan menjadi empat
tahapan kegiatan, yaitu :

Tahapan Studi;
Tahapan Perencanaan;
Tahapan Pelaksanaan;
Tahapan Operasi dan Pemeliharaan.
Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang
dilaksanakan untuk mendukung kegiatan masing-masing tahapan.
Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah
dijelaskan di atas, pekerjaan ini termasuk dalam Tahapan Pelaksanaan Konstruksi.
Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan/TOR, maka
dalam menyiapkan rencana kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan
metodologi pengawasan yang optimal, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat
diandalkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini, pihak konsultan
akan menyajikan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan dari masing-
masing kegiatan yang dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian akhir pekerjaan.
Adapun ruang lingkup pelaksanaan serta metode yang digunakan di setiap tahapan
pelaksanakan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
- Tahapan Persiapan.
- Tahapan Koordinasi.
- Tahapan Pengawasan Lapangan.
- Tahapan Penyerahan Hasil.
E.2.1. Tahapan Persiapan
Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi
personil dan peralatan.
Penyelesaian Administrasi
Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi administrasi
kontrak dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan
ini, baik di lingkungan intern konsultan maupun untuk berhubungan dengan pihak
lain.
Mobilisasi Personil dan Peralatan
Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan
mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini. Kemudian
setelah semua personil dimobilisir, dilakukan rapat koordinasi untuk menentukan
langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan pengawasan ini agar didapatkan
hasil kerja yang maksimal.

E.2.2. Tahapan Koordinasi


E.2.2.1 Tujuan
Merupakan tahapan yang mempertemukan berbagai pihak yang terkait
dengan pelaksanaan pembangunan/konstruksi, yaitu Pengguna Jasa, Penyedia
Jasa Pemborongan, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas serta pihak-
pihak lain yang dianggap berkaitan untuk bersama-sama melakukan koordinasi
sehubungan dengan pelaksanaan konstruksi di lapangan.
E.2.2.2 Ruang Lingkup
Rapat Koordinasi Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi
Untuk kelancaran pelaksanaan konstuksi, pihak-pihak yang terkait, yaitu Penyedia
Jasa Pemborongan, Pengguna Jasa, Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana perlu mengadakan pertemuan guna mencari solusi dari setiap
permasalah yang ditemui di lapangan baik menyangkut bahan, metode kerja
maupun volume pekerjaan. Hasil keputusan dari pertemuan ini yang akan
diterapkan di lapangan guna mengatasi masalah-masalah tersebut. Pertemuan-
pertemuan atau koordinasi ini akan kontinu dilakukan selama masa pelaksanaan
konstruksi.
Penentuan Patok-patok Referensi dan Elevasi Titik Kontrol
Dalam setiap awal pelaksanaan konstruksi suatu bangunan, Konsultan Pengawas
akan memberikan petunjuk secara tertulis kepada Penyedia Jasa Pemborongan
mengenai lokasi dan elevasi titik kontrol tetap dan titik referensi berupa patok beton
untuk keperluan survey dan pengukuran pelaksanaan pekerjaan.
E.2.2.3 Output
Notulen rapat koordinasi;
Surat Perjanjian Perubahan Kontrak (adendum).

E.2.3. Tahapan Pengawasan Lapangan


E.2.3.1 Pengendalian Mutu Pelaksanaan
Tujuan ;
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan spesifikasi teknis,
gambar kerja dan kesepakatan yang telah disetujui oleh semua pihak.

Ruang Lingkup
— Pengendalian Mutu Bahan;
— Pengendalian Metode Kerja;
— Pengendalian Volume dan Gambar.
Metodologi ;
Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi, beberapa hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
Pengendalian Mutu Bahan ;
Pengendalian mutu bahan menyangkut jenis dan spesifikasi bahan-bahan yang
digunakan untuk konstruksi baik itu bahan bangunan maupun bahan pompa.
Sebelum digunakan, bahan-bahan ini akan diuji kualitasnya oleh Konsultan
Pengawasan.
Penjelasan pengujian bahan selengkapnya telah dijelaskan di pembahasan
sebelumnya
Pengendalian Metode Kerja ;
Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, metode kerja yang digunakan oleh
Penyedia Jasa Pemborongan harus sesuai dengan yang telah diberikan pada
spesifikasi teknis. Konsultan akan mengawasi cara-cara yang digunakan oleh
Penyedia Jasa Pemborongan tersebut dan memberikan masukan kepada
Penyedia Jasa Pemborongan apabila tidak begitu mengerti tentang metode yang
ada di dalam spesifikasi teknis.
Pengendalian Volume dan Gambar ;
Volume dan gambar merupakan dasar bagi pelaksanaan konstruksi yang utama di
lapangan. Oleh karenanyas menjadi tugas Konsultan Pengawas untuk mengecek
apakah pelaksanaan yang ada sudah sesuai dengan apa yang tercantum pada
gambar rencana dengan volume yang sesuai.
Dari ketiga jenis pengendalian mutu di atas, Konsultan Pengawas akan
memberikan laporan kepada Pengguna Jasa secara berkala sesuai dengan
perkembangan di lapangan.
Pada pengendalian mutu ini, tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan
yang akan timbul di lapangan yang disebabkan kondisi lokasi setempat baik
mengenai metode kerja dan gambar rencana. Untuk itu perlu dilakukan
penyesuaian-penyesuaian (revisi) terhadap sistem pengendalian di atas selama
tidak menyimpang dan kesepakatan awal dan spesifikasi yang ada. Hasil revisi ini
akan dicatat oleh Konsultan Pengawas dan terhadap perubahan-perubahan yang
ada oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan dibuatkan gambar hasil pelaksanaan
dari perubahan tersebut.
Mengenai perubahan gambar rencana dan metode pembuatan gambar
perubahannya (as built drawing) dapat dilihat pada Data Teknis E.
Output ;
Laporan harian, mingguan dan bulanan hasil uji mutu bahan.
Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi volume pekerjaan.
Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi metode pekerjaan.
Gambar pelaksanaan lapangan (as built drawing).
Perjanjian perubahan kontrak (adendum).
E.2.3.2 Pengendalian Waktu Pelaksanaan
Tujuan ;
Tujuannya adalah agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung seperti
yang telah direncanakan atau tidak melebihi waktu batas akhir kegiatan.
Ruang Lingkup ;
Pembuatan diagram jaringan (network diagram) dan jadwal kerja pelaksanaan.
Metodologi ;
Diagram jaringan (network diagram) adalah diagram yang memberikan permulaan
tanggal dini atau lambat dari masing-masing aktivitas agar dimungkinkan diperoleh
jadwal jalur kritis (critical path). Juga dibuat sub jadwal untuk menunjukkan jadwal
pekerjaan kritis dari keseluruhan jadwal konstruksi.
Di samping pembuatan diagram jaringan, untuk kontrol terhadap waktu perlu
dibuat juga jadwal kerja dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi yang terdiri
dari :
- Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Pembuatan jadwal ini yang mengacu pada jadwal kegiatan Penyedia Jasa
Pemborongan dibuat untuk rencana pelaksanaan pekerjaan dan agar
kemajuan pekerjaan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi ketepatan
waktunya. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan berbagai aktivitas
pekerjaan.
- Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan
Jadwal kedatangan bahan bangunan harus disesuaikan dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan dan dibuat terpisah. Dalam jadwal harus sudah
termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, rencana produksi bahan di
pabrik/sumber bahan, jadwal rencana pengiriman, pengujian, pengambilan
sampel dan persetujuan dari Pengguna Jasa.
- Jadwal Penggunaan Tenaga Kerja
Jadwal ini juga mengacu kepada jadwal yang dimiliki oleh Penyedia Jasa
Pemborongan pelaksana di lapangan. Dari sini nantinya akan dilihat
perkembangan dan kecenderungan kebutuhan tenaga kerja yang digunakan
dalam pelaksanaan.
- Jadwal Penggunaan Peralatan Konstruksi
Untuk membantu pelaksanan konstruksi, biasa digunakan berbagai
peralatan baik itu peralatan ringan maupun alat-alat berat. Untuk itu, sangat
perlu dilakukan penjadwalan atas penggunaan alat-alat yang ada untuk
melihat tingkat efisien alat-alat tersebut.
Secara berkala pengawas akan memperbarui jadwal-jadwal di atas yang
disesuaikan dengan jadwal-jadwal Penyedia Jasa Pemborongan untuk
menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan secara aktual sampai
hari terakhir bulan yang bersangkutan.
Output ;
Diagram jaringan (network diagram).
Laporan harian, mingguan dan bulanan pelaksanaan konstruksi aktual.
Laporan harian, mingguan dan bulanan kedatangan bahan bangunan.
Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan tenaga kerja.
Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan peralatan.
E.2.3.3 Pengendalian Biaya Pelaksanaan
Tujuan ;
Pengawasan terhadap keadaan arus uang (cash flow) kegiatan agar dapat
memaksimalkan keuangan kegiatan yang ada untuk mencapai hasil seperti yang
diharapkan.
Ruang Lingkup ;
Pengontrolan biaya melalui kurva S yang dikembangkan dari Bar Chat/Giant Chart.
Metodologi ;
Seperti diketahui, kurva S bertujuan memberikan gambaran kemajuan pekerjaan
dengan waktu yang direfleksikan terhadap bobot penyerapan biaya.
Pengawasan kegiatan dilakukan dengan membandingkan kurva S rencana (yang
dibuat Penyedia Jasa Pemborongan) dengan kurva S aktual sehingga dapat
diketahui apakah pekerjaan terlambat, sesuai atau mendahului jadwal rencana.
Dari sini kemudian dapat dilihat bobot biaya yang telah dikeluarkan Penyedia Jasa
Pemborongan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi sampai dengan
kemajuan yang ada. Dengan kurva S ini, Penyedia Jasa Pemborongan dapat
mengajukan pembayaran yang akan diterima sesuai dengan hasil kerja yang
dilakukan.
Output ;
Kurva S Aktual yang dibandingkan dengan Kurva S Rencana.
Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran Penyedia Jasa
Pemborongan.
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah/Kurang bila ada perubahan
pekerjaan.
E.2.4. Penyerahan Hasil
Tujuan ;
Tujuan adalah menyerahkan hasil-hasil pekerjaan pengawasan Konsultan terhadap
pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Pemborongan.
Ruang Lingkup ;
— Mengasistensi kepada Pemimpin Kegiatan atas kebenaran dan kelengkapan
hasil pengawasan.
— Evaluasi hasil pelaksanaan serta bukti-bukti pemenuhan kontrak oleh Penyedia
Jasa Pemborongan.
— Menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.
Output ;
— Surat Pernyataan selesainya pekerjaan.
— Berita Acara Penyerahan Pekerjaan.

E.3. PEDOMAN PENGAWASAN PEKERJAAN

E.3.1. Evaluasi Gambar Kerja


Dalam evaluasi gambar kerja, beberapa hal yang dijadikan perhatian adalah
:
Apabila ada keragu-raguan mengenal dimensi satuan, Penyedia Jasa
Pemborongan wajib menanyakan terlebih dulu kepada Konsultan Pengawas.
Dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan uraian pekerjaan dan
persyaratan pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis. Ketentuan
tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas dan atau
Konsultan Perencana.
Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau keraguraguan
di antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut,
Kontraktor harus melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas, dan
Konsultan Pengawas memberikan keputusan gambar mana yang akan dijadikan
pegangan, sesudah berunding dengan Konsultan Perencana.
Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk
mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.
E.3.2. Pembuatan Shop Drawing
Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat
kontraktor berdasarkan gambar perencanaan/gambar kerja yang disesuaikan
dengan keadaan lapangan dan/atau persyaratan pabrik dan bahan yang dipakai.
Shop drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produksi, bahan, cara pemasangan, dimensi dan lain-lainnya.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing tersebut yang
sebelumnya telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
Pada dasarnya kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada
persyaratan khusus dari pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau belum tercakup
secara lengkap dalam gambar kerja, dan/atau disesuaikan dengan kondisi
lapangan.

E.3.3. Dokumentasi Pelaksanaan Konstruksi


Kontraktor harus membuat foto-foto berwarna dari bagian-bagian pekerjaan
yang sedang dilaksanakan atau yang telah selesai dilaksanakan seperti yang
diminta oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Contoh-contoh foto harus diserahkan
kepada Direksi/Pengawas Lapangan pada akhir setiap bulan. Ukuran foto
sekurang-kurangnya ukuran postcard dan dipasang pada album. Keterangan yang
menyebutkan kegiatan/macam pekerjaan dan tanggal pengambilan harus
disertakan ukuran masing-masing foto.
Dari contoh yang dipilih Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor harus membuat
foto dokumentasi 3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari sesudahnya.
Negatif foto dokumentasi tersebut menjadi milik Pemberi Tugas atau Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan dan tidak diijinkan untuk membuat cetakan dan
negatif tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas atau Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan untuk diserahkan kepada siapa pun.

E.3.4. Mobilisasi dan Demobilisasi


Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi mencakup :
Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan
pembangunan dan peralatan lainnya, sedemikian rupa sehingga lokasi kegiatan
bersih dan teratur kembali dan diterima baik oleh Pengawas.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor
harus memasukkan rencana kepada Konsultan Pengawas/ Pengawas Lapangan
mengenai prosedur mobilisasi.
Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10
(sepuluh) hari setelah Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan memberikan nota
dimulainya pekerjaan, peralatan harus sudah berada di lokasi kegiatan sesuai
dengan jadwal dibutuhkannya alat-alat tersebut.
Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan
digunakannya untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan dan disetujui oleh Pengawas Lapangan dalam hal fungsi
dalam pekerjaan, kapasitas, jumlah, tahun pembuatan, pabrik pembuat, kondisi dan
rencana waktu tiba di tempat pekerjaan. Kontraktor wajib mendatangkan alat-alat
tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal pemakaian.
Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat
tersebut sebagian atau seluruhnya, selama pelaksanaan pekerjaan tanpa
persetujuan Pengawas Lapangan.
Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan tiap-tiap bagian/komponen/tahap pekerjaan sebelum pekerjaan
tersebut dimulai. Penyediaannya di tempat pekerjaan dan persiapannya harus
terlebih dahulu mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas.

E.3.5. Material/Bahan Bangunan


Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada
Pengawas untuk mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan macam
bahan bangunan yang dipesan untuk digunakan dalam pekerjaan, yaitu : koral, split,
pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.
Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor
ke lapangan.
Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang
telah disetujui Pengawas.
Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan kepada
Pengawas “certificate test” dari bahan-bahan besi dan portland cement dari
produsen/pabrik.
Persyaratan bahan bangunan yang digunakan antara lain adalah :
Portland cement :
è Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau V yang
memenuhi Standard Semen Indonesia (NI-8-1964) dan ASTM C-150.
è Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan.
è Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
è Kadar alkali maksimum 0,40%.
Agregat :
è Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus memenuhi
test, standard laboratorium dan mempunyai gradasi yang memenuhi
persyaratan ASTM 0-33. Agregat kasar harus mempunyai susunan gradasi
yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Selain itu,
agregat beton yang digunakan haruslah bersih, uncoated, keras dan terbebas
dan lumpur, garam, partikel pipih dan material-material merusak lainnya seperti
alkali, organik dan bahan-bahan lunak & ekspansif.
è Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyediakan sample
agregat seberat 25 kg untuk setiap ukuran dari sumber pengambilan agregat
yang akan digunakan untuk disetujui pengawas. Jika pengawas memandang
perlu untuk mengadakan pemeriksaan di laboratorium, maka pemeriksaan
tersebut sudah harus diperhitungkan di dalam penawaran.
è Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan sesuai
dengan ASTM Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm).
è Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas dan bahan-
bahan organik, tanah lempung dan sebagainya.
Air :
è Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali, garam, dan bahan organik atau bahan lain yang dapat
menurunkan mutu pekerjaan dan sesuai dengan pasal 3.6 P81 1971 dan pasal
9 PUBI – 1982.
è Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air
yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya Kontraktor.
Baja tulangan :
è Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-kotoran lain
yang dapat mengurangi lekatannya pada beton dan harus memenuhi
persyaratan dalam PBI 1971.
è Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran sesuai
dengan dokumen lelang.
è Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai kekuatan dan
ukuran baja tulangan.
è Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari
laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum
masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk
setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada laboratorium-laboratorium yang
disetujui oleh Pengawas.
Admixture :
è Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu, Kontraktor diminta
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Pengawas mengenai hal
tersebut.
è Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan
admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan,
nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya,
resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
è Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide, ion nitrat dan
unsur-unsur lainnya yang dapat merusak bahanbahan beton dan tulangan baja
tidak boleh digunakan pada pekerjaan ini.
è High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan, harus sesuai dengan
persyaratan ASTM C494 type F atau G.

E.3.6. Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan yang harus dilaksanakan kontraktor meliputi pekerjaan
mobilisasi peralatan dan material, pemasangan papan nama proyek, pekerjaan
pengukuran kembali (setting out).
E.3.6.1 Pekerjaan Mobilisasi Peralatan dan Material/Bahan
Kotraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan, lampu untuk
penerangan, rambu-rambu pengamanan, pekerjaan sementara, suku cadang,
tenaga kerja dan orang-orang termasuk segala sesuatau yang diperlukan untuk
melaksana-kan pekerjaan dengan baik dan selalu siap selama pekerjaan
berlangsung.
Pekerjaan persiapan ini juga menyediakan kantor lapangan untuk Kontraktor dan
Direksi, barak untuk tempat tinggal karyawan Kontraktor, lapangan untuk
persiapan (work-yards), pengadukan beton (batch plant), bengkel, depot dan
gudang. Kegiatan ini juga termasuk pekerjaan asembling dan pemuatan untuk
transportasi peralatan di gudang pusat Kontraktor atau tempat dimana peralatan
tersebut berada, pengangkutan dan pengiriman peralatan maupun material dan
suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasanga sehingga siap pakai
semua peralatan, material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran,
pemasangan sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang
termasuk segala sesuatu yang diperlukan untuk melakasanakan pekerjaan.
E.3.6.2 Papan Nama Proyek
Kontraktor berkewajiban memasang papan nama proyek di lokasi yang
mudah terlihat, di sekitar jalan masuk lokasi pekerjaan. Papan nama proyek
dipasang pada balok kayu dengan mutu yang baik, yang tertancap dalam tanah
sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah.
Papan nama proyek berisi informasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan,
meliputi :
v Nama dan nomor kontrak pekerjaan yang dilaksanakan.
v Identitas pemilik pekerjaan.
v Identitas pelaksana pekerjaan.
v Waktu pelaksanaan pekerjaan.
v Nilai pekerjaan yang dilaksanakan.
Papan nama proyek dibuat dari kayu dengan mutu yang baik, terbuat dari papan
dengan ukuran tebal 3 cm, lurus dan diserut rata. Papan nama proyek dipasang
tegak (tidak miring), tinggi sisi atas papan nama proyek harus sama satu dengan
lainnya.
E.3.6.3 Pengukuran Kembali
Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memastikan lokasi tapak pekerjaan
serta situasi lokasi pekerjaan, agar didapat gambaran yang jelas (dalam bentuk
peta situasi) untuk pelaksanan pekerjaan.
Persyaratan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk mengadakan
pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi
keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-
batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kepresisiannya.
Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk dimintakan
keputusannya.
Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpas/theodolit yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.
Kontraktor harus menyediakan theodolit/waterpas beserta Petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Direksi Pengawas selama
pelaksanaan pekerjaan/proyek.
Pengukuran sudut prisma atau benang secara azas segi tiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
Kontraktor harus memasang tugu patokan dasar (bench mark) sebagai titik acuan.
Untuk patok pekerjaan, kontaktor juga harus memasang patok-patok penuntun dan
papan dasar pelaksanaan.
Tugu patokan dasar (bench mark)
Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20×20
cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol
diatas muka tanah sekurang-kurangnya setinggi 40 cm.
Letak dan jumlah patokan dasar ditentukan oleh Direksi Pengawas, minimal
diperlukan 2 buah tugu patokan dasar.
Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang jelas
dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi Pengawas untuk
membongkarnya.
Pada waktu pematokan (penetuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak
(perpindahan), Kontraktor wajib membuat shop drawing dahulu sesuai keadaan
lapangan.
Papan dasar pelaksanaan (bouwplank) dan patok pekerjaan
Papan dasar pelaksanaan dipasang pada sepasang patok kayu ukuran 5/7 cm
dengan mutu yang baik. Patok kayu tersebut tertancap dalam tanah dan tidak bisa
digerak-gerakkan atau diubah-ubah posisinya, dengan jarak satu sama lain
maksimum 1,50 meter.
Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu dengan mutu yang baik
yang disetujui Direksi Pengawas, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus
dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Direksi Pengawas.
Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar lokasi pekerjaan.
Setelah selesai pemasangan papan dasar peleksanaan, Kontraktor harus
melaporkannya kepada Direksi Pengawas.

E.3.7. Pekerjaan Beton


E.3.7.1 Persyaratan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk
membuat mix design dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang sudah
memenuhi persyaratan dengan pelaksanaannya mengikuti Standar Konstruksi
Bangunan Indonesia l.4.5.3.1989-UDC:693.5.
Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah kepada
Pengawas untuk memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan
bangunan acuan dan perancah tidak diperkenankan sebelum gambar rencana
bangunan pembentuk disetujui Pengawas.
Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara–
cara dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan Pengawas.
Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta
dan angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam
satuan isi yang dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar
harus dibuat dengan baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas
terlebih dahulu.
Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka
waktu tersebut bisa diperpanjang satu jam. Adukan beton tersebut harus dicorkan
sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu sampai mencapai syarat-syarat
pelaksanaan yang disetujui Pengawas.
Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa
menghasilkan bentuk permukaan serta ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan
gambar kerja.
Pelaksanaan pemadatan/penggetaran harus dilaksanakan oleh pekerja-pekerja
yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan
petunjuk Pengawas.
E.3.7.2 Pemeriksaan Mutu Beton
Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan ditempat lain
atau dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh
Pengawas.
Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap 5 m3 beton
dengan minimum 1 benda uji setiap hari sesuai dengan Standar Konstruksi
Bangunan Indonesia 1.4.5.3.1989-UDC:693.5 dan diberi tanggal dan nomor urut
yang menerus. Pengambilan benda uji dilakukan atas persetujuan Pengawas.
Kontraktor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas beton yang dibuat
dengan disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan
nilai karakteristiknya.
Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan.
E.3.7.3 Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton
Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan dalam spesifikasi teknik dan gambar perencanaan telah dipenuhi
seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28 hari. Kriteria penerimaan hasil
pekerjaan beton ditentukan berdasarkan PBI 1971.
Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan
beton hasil pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan beton yang
disyaratkan, maka hasil pekerjaan ini dapat diterima oleh Pengawas. Atau diambil
tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971. Penyimpangan hasil
pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar perencanaan atau petunjuk
Pengawas dapat menyebabkan hasil pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbarui
kembali sesuai dengan persyaratan dan ketentuan-ketentuan dalam persyaratan
dokumen kontrak.
E.3.7.4 Penolakan Hasil Pekerjaan Beton
Pengawas berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil
pekerjaan beton jika pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil sebagai
berikut :
- Porous, segregasi atau berlubang-lubang.
- Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara-cara yang tidak
sesuai dengan rencana.
- Letak/posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana)
selama dan setelah pengecoran.
- Penyimpangan-penyimpangan hasil pelaksanaan sudah di luar batas
toleransi yang dapat diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
- Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.
- Hasil pemeriksaan mutu beton maupun tindakan penanggulangannya
tidak dapat memenuhi persyaratan pada PB 1971 (N I-2).
- Hasil pekerjaan tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis ini.

E.3.8. Pekerjaan Mekanikal (Pompa)


E.3.8.1 Bahan Baku (Materil)
Material (bahan baku) yang digunakan harus baru dan mempunyai nilai
kualitas nomor satu bebas dari cacat dan ketidak sempurnaan, serta sesuai
dengan tingkatan klasifikasi pada desain.
Semua pengadaan komponen ukuran, dimensi dan spesifikasinya harus sesuai
dengan gambar desain yang telah disetujui pemilik proyek. Untuk semua
komponen mekanik lainnya seperti ulir baut, mur dan pipa harus dalam ukuran
matriks.
Semua hasil pengecoran harus memenuhi persyaratan ketebalan, bebas terhadap
porosity, blow holes, shrinkage, crack dan lain-lain. Kesalahan pengecoran tidak
boleh diperbaiki dengan cara penambahan atau pengelasan tanpa ijin dari Pemilik
Proyek.
E.3.8.2 Pabrikasi
Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu gambar-gambar yang jelas
untuk mendapatkan persetujuan dari Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan
sebelum pekerjaan fabrikasi dimulai, baik untuk pekerjaan yang perlu difabrikasi di
luar area proyek maupun di dalam area proyek. Hasil pekerjaan fabrikasi tersebut,
akan diperiksa oleh Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan untuk mendapat
persetujuan sebelum dikirim ke lokasi/pemasangan.
E.3.8.3 Pengelasan
Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengelasan untuk disetujui
oleh pihak proyek sama dengan yang ada didalam gambar. Ukuran dan tipe las
yang dibutuhkan harus diperlihatkan dalam gambar kontraktor.
Kualifikasi operator las (tukang las) yang akan melakukan pekerjaan harus
mempunyai kartu rekam (pass) selama 6 bulan sesuai dengan JIS Z 3801 atau
yang setara. Kontraktor harus menyerahkan (3) tiga salinan sertifikat laporan hasil
tes las specimen pada tes kualifikasi. Bila pihak proyek meragukan sertifikat para
operator las yang diajukan kontraktor maka pihak proyek berhak untuk meminta
tes kualifikasi ulang. Semua biaya tersebut ditanggung oleh kontraktor.
Kawat las yang digunakan harus mengacu pada JIS Z 3211 atau 3212, Low
hidrogen type covering atau yang setara. Kawat las tahan karat (stainless) yang
digunakan pada bagian di dalam air untuk pelindung atau penyambungan harus
menggunakan chromium nickel. Tipe, komposisi kimia dan JIS atau acuan standar
untuk kawar las yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari pihak
proyek.
E.3.8.4 Pengecatan
Pemilihan cat dan warna yang akan digunakan harus di setujui oleh proyek
dan kontraktor harus mengusulkan merk cat dan warna, dengan menyerahkan
contoh warna termasuk spesifikasi cat untuk setiap lapisan sampai dengan lapisan
cat terakhir.

E.4. PROGRAM KERJA


Dalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu
program kerja yang konsepsional, efektif dan efisien, sehingga setiap aktivitas kerja
untuk mencapai target sukses pekerjaan dapat terprogram dengan baik. Program
kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK) atau Terms of Reference (TOR). Penyusunan program kerja ini
dilakukan berdasarkan :
Ruang lingkup pekerjaan;
Volume pekerjaan;
Batas waktu;
Keahlian personil;
Jumlah personil;
Peralatan yang dipakai;
Schedule mobilisasi;
Arahan Pengguna Jasa;
Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya.
Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang
diharapkan, maka program kerja akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan
berdasarkan urutan pekerjaan efektif dan waktu pelaksanaannya. Untuk
mendapatkan efektivitas yang tinggi atas input konsultan, dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia secara efisien, dibutuhkan suatu perencanaan dan
pelaksanaan sistem layanan konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini kualitas
maupun kuantitas pekerjaan dapat dikontrol, seraya menghindari beban pekerjaan
puncak yang cukup besar. Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi
staf tambahan dan pengenalan terhadap pekerjaan. Aktivitas yang mengakibatkan
berkurangnya kualitas pekerjaan diupayakan untuk dihindari.
Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai
berikut :
Persiapan awal, studi terdahulu;
Koordinasi konsultan dengan Pemimpin Pekerjaan;
Koordinasi dengan unsur pekerjaan;
Koordinasi team konsultan;
Koordinasi dengan instansi terkait;
Tahap pengawasan teknik.

E.4.1. Persiapan Awal dan Studi Terdahulu


E.4.1.1 Persiapan awal
Setelah konsultan mengadakan mobilisasi, dimana Team Leader telah
dimobilisasi, kemudian disusul dengan mobilisasi personil yang lain sesuai
Manning Schedule dan kebutuhan aktivitas pekerjaan, team konsultan segera
mengadakan persiapan awal untuk pekerjaan ini, yang kegiatannya antara lain
meliputi :
Menata/penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor, dan lain-lain.
Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan.
Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi dan
pihak-pihak terkait.
Penyiapan format/form-form standar yang akan diperlukan/digunakan
selama periode pekerjaan.
Pengumpulan data yang tersedia.
Studi/analisa data yang tersedia.
Field reconnaisance/site visit.
Mempelajari kembali design dan scope pekerjaan fisik.
E.4.1.2 Studi terdahulu
Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan
pengawasan konstruksi adalah berupa gambar-gambar rencana dan spesifikasi-
spesifikasi, baik teknis maupun umum yang akan dikumpulkan/dicari konsultan
pengawas untuk dipelajari dan kemudian dilaksanakan. Data tersebut umumnya
dapat diperoleh dari Pengguna Jasa.
E.4.2. Koordinasi
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan
melakukan koordinasi secara rutin dengan Pemimpin Pekerjaan, unsur pekerjaan,
instansi terkait dan koordinasi intern konsultan.
Pemimpin Pekerjaan
Koordinasi dengan Pemimpin Pekerjaan perlu dilakukan secara rutin dan dengan
frekwensi yang cukup.
Unsur Pekerjaan
Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan “Monthly Project Meeting” antara
Konsultan, Penyedia Jasa Pemborongan dan Pemimpin Pekerjaan, di sini bisa
dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara lain :
— Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-raguan
atau kesalahan dalam pelaksanaan.
— Management pengaturan/penempatan alat berat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.
— Kemajuan pekerjaan.
— Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada Penyedia Jasa
Pemborongan dan atau sebaliknya.
— Masalah-masalah di lapangan dan pemecahannya.
— Rencana kerja Penyedia Jasa Pemborongan untuk bulan berikutnya.
Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu
dilaksanakan dengan “crash-program” dan lain-lain, dalam hal ini perlu diadakan
pertemuan khusus.
Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan dilakukan
secara periodik (mingguan), untuk kondisi khusus dapat dilakukan dalam rentang 2
– 3 harian.
Instansi Terkait
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu melakukan
koordinasi dengan instansi dan konsultan lain terkait yang berhubungan dengan
scope pekerjaan.
Intern Konsultan
Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan tugasnya
sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi antara Team Leader
dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak terbatas pada :
a) Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :
è Laporan bulanan.
è Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.
è Masalah lapangan dan pemecahannya.
è Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.
b) Profesional staf Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari atau secara
berkala ke lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan bahwa
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak.
c) Sub profesional staf akan melaksanakan inspeksi harian untuk meyakinkan
bahwa material, tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik sesuai dengan dokumen
kontrak dalam hal mutu, volume dan waktu.
d) Pertemuan-pertemuan khusus antara team leader dengan team atau antar staf
Konsultan dengan frekwensi yang cukup atau sesuai kebutuhan, agar terjadi
komunikasi, koordinasi, informasi yang baik.

E.4.3. Tahap Pengawasan


Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan,
bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna
menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas, tepat
kuantitas, tepat waktu dan tepat biaya dengan berdasarkan dokumen kontrak dan
petunjuk teknis lainnya. Selain itu, tugas konsultan meliputi melakukan sertifikasi
atas pekerjaan ini yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan. Secara
rinci, pekerjaan yang dilakukan pada tahap supervisi adalah
Masa Konstruksi/ Masa Perbaikan :
- Mengecek data titik survey di lapangan
- Menyelenggarakan pengawasan menerus di lapangan untuk mendapatkan
kepastian bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan di
dalam dokumen kontrak.
- Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik, juga material
yang akan digunakan dan metode kerja untuk mendapatkan kepastian sudah
sesuai dengan persyaratan.
- Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitor, meevaluasi rencana kemajuan
pekerjaan yang terbaru berupa bar-chart dan atau metode lain yang digunakan
sesuai dengan rencana kerja yang sudah disetujui.
- Memeriksa dan menyetujui semua gambar kerja dan detailnya yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pemborongan, penyesuaian design bila diperlukan, agar sesuai
dengan kebutuhan teknis/lapangan.
- Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas pekerjaan yang
sudah di test termasuk penggunaan material, dengan menggunakan bentuk yang
sudah disetujui oleh Pengguna Jasa.
- Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan memberikan
rekomendasi pemecahan permasalahan.
- Membantu mempersiapkan semua perubahan (change orders) dan membantu
Pengguna Jasa pada saat dilakukan negosiasi harga dan biaya konstruksi
terhadap perubahan kontrak tersebut (bila ada).
- Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi Pengguna Jasa
dalam bertindak atas klaim terhadap kontrak, perselisihan, penambahan lingkup
pekerjaan kontrak dan perubahan-perubahan lain di luar lingkup pekerjaan yang
tercantum dalam dokumen kontrak.
- Memeriksa rancangan sertifikat pembayaran bulanan yang akan disertifikasikan
oleh Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin Pekerjaan.
- Menyediakan bantuan dan arahan pada saat yang tepat bagi Penyedia Jasa
Pemborongan di dalam semua masalah yang ada hubungannya dengan dokumen
kontrak, pengecekan terhadap survey tanah dasar, test pengawasan mutu dan
masalah lain yang berhubungan dengan dipenuhinya kontrak dan kemajuan
pekerjaan.
- Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap semua jaminan yang
diperlukan di bawah syarat-syarat yang tercantum di dalam dokumen kontrak,
untuk material dan peralatan yang digunakan di pekerjaan. Semua material yang
digunakan di pekerjaan termasuk sumbernya juga harus disetujui terlebih dahulu.
- Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pengguna Jasa, menghadiri dan
mencatat semua rapat/pertemuan dengan Penyedia Jasa Pemborongan,
Pemimpin Pekerjaan dan Instansi pemerintah lain serta menyediakan bantuan
teknis bila dan kapan diperlukan dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan
dan masalah-masalah kontrak.
- Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, peralatan Penyedia Jasa
Pemborongan dan personil di lapangan serta peristiwa/kejadian yang bisa
mengakibatkan keterlambatan, dan langkah-langkah yang diambil untuk
mencegah keterlambatan tersebut.
- Memberikan bantuan advis kepada Pemimpin Pekerjaan di dalam menyusun
kebijakan dan langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.
- Membuat laporan bulanan, laporan teknik/khusus dan laporan akhir pekerjaan
seperti yang dikehendaki oleh Pengguna Jasa.
Pemeriksaan Serah Terima Sementara, termasuk penyiapan laporan dan Berita
Acara Serah Terima Sementara yang diperlukan, serta menyiapkan Sertifikat
Penerimaan Sementara (Certificate of Provisional Acceptance).
Secara ringkas, semua aktivitas di lapangan dirangkum di bawah ini :
1. Persiapan lapangan
Pada tahap persiapan di lapangan, tim konsultan akan mengawasi dan
mengecek aktivitas-aktivitas konstruksi seperti yang dijabarkan berikut ini :
- Memeriksa kualitas semua bahan yang akan digunakan untuk konstruksi.
- Penyiapan rancangan campuran pekerjaan (job mix formula) untuk beton
dan lain-lain.
- Lokasi letak bahan-bahan.
- Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja.
- Jumlah dan kondisi semua peralatan.
- Jumlah personil Penyedia Jasa Pemborongan.
- Jumlah dan kualitas bahan-bahan.
- Kondisi cuaca.
- Prosedur administrasi Penyedia Jasa Pemborongan.
- Form/formulir kerja.
- Persiapan form-work.
- Mengecek jadwal Penyedia Jasa Pemborongan.
- Persiapan konstruksi.
2. Pekerjaan konstruksi/ Perbaikan
Setelah mobilisasi dan persiapan di lapangan selesai dan diperiksa oleh
konsultan dan Pemimpin Pekerjaan, maka Penyedia Jasa Pemborongan akan
diijinkan untuk melanjutkan pekerjaan konstruksi. Team konsultan akan
mengecek langsung hal-hal berikut ini :
Metoda pekerjaan konstruksi;
- Penggunaan bahan;
- Pengecekan jadwal;
- Kondisi cuaca dari waktu ke waktu selama periode pelaksanaan pekerjaan;
- Pengambilan contoh (sampling).
Sebelum pekerjaan fisik dimulai, Penyedia Jasa Pemborongan mengajukan
“Request” terlebih dahulu, yang berisi antara lain :
- Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan;
- Lokasi pekerjaan;
- Peralatan yang akan digunakan;
- Estimasi volume pekerjaan;
- Material yang akan digunakan;
- Rencana jam kerja.
Pengawasan mutu ;
Sebelum memulai aktivitas konstruksi, Penyedia Jasa Pemborongan akan
membuat suatu permohonan tertulis kepada konsultan untuk prosedur
konstruksi dan persetujuan pekerjaan. Konsultan akan :
- Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan.
- Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.
- Menginspeksi dan menyetujui metoda serta ketelitian pekerjaan
- Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan.
- Memeriksa/menginstruksikan test laboratorium terhadap sampel-sampel
yang diambil dari lokasi kerja.
- Memeriksa/menginstruksikan test yang lain sesuai spesifikasi.
Pengawasan kuantitas ;
Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan yang
ditempatkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan. Konsultan akan memproses
bahan-bahan dan produk fisiknya berdasarkan atas :
- Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi
- Metoda perhitungan.
- Lokasi kerja.
- Jenis pekerjaan (work item).
- Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
Catatan-catatan teknis ;
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna
meningkatkan aspek-aspek pekerjaan fisik, metode kerja/construction methode
dan lain-lain.
Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk
pekerjaan yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.
Fase value engineering :
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap value engineering antara lain sebagai
berikut :
— Memeriksa original design, untuk mengetahui apakah dimungkinkan
dilakukan redesign untuk penghematan sesuai usulan Penyedia Jasa
Pemborongan.
— Metode konstruksi, pengoperasian alat berat, sehingga diharapkan
diperoleh penghematan biaya konstruksi.

E.4.4. Pelaporan
Selama proses pengawasan pelaksanaan pekerjaan dan akhir dari
pelaksanaan pekerjaan, maka konsultan akan membuat laporan, yaitu : laporan
pendahuluan, laporan mingguan, laporan bulanan dan laporan akhir.
Laporan mingguan/bulanan berisi tentang progres fisik pekerjaan dan kendala-
kendala selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung untuk setiap
minggu/bulannya. Proses penyusunan laporan mingguan/bulanan akan mengacu
kepada laporan dari field engineer dan pengawas lapangan untuk setiap lokasi yang
akan diawasi. Sebelumnya diarsipkan maka perlu dilakukan pembahasan bersama-
sama dengan direksi.
Sedangkan laporan Akhir berisikan tentang perhitungan volume akhir pekerjaan dan
evaluasi pelaksanaan pekerjaan. Laporan tersebut akan dilengkapi dengan foto-foto
dokumentasi yang bedasarkan prosentase kemajuan pekerjaan (0 %, 25 %, 50 %,
75 % dan 100 %). Secara rinci, isi laporan adalah sebagai berikut :
- Laporan Bulanan = 2 (dua) buku/bulan
Merupakan resume Laporan Mingguan per bulan, yang berisi antara lain :
permasalahan yang terjadi di lapangan perbulan, usulan pemecahan dan tindak
lanjut, kemajuan pekerjaan konstruksi di lapangan tiap akhir bulan. Laporan ini
diserahkan kepada Pemberi Tugas setiap akhir bulan.
- Laporan Akhir = 3 (tiga) buku
Berisi uraian lengkap mengenai kegiatan pengawasan, dengan lampiran :
Buku Harian Lapangan (BHL).
Addendum Surat Perjanjian (Kontrak) tentang perpanjangan waktu dan
Perubahan Tata Cara Pembayaran (kalau ada).
Surat Pernyataan selesai pekerjaan.
Foto Dokumen Lapangan sebanyak 1 exemplar/minggu.
Berita Acara Penyerahan Pekerjaan I (PHO).
Laporan ini diserahkan di akhir pelaksanaan pekerjaan.

E.5. ORGANISASI DAN PERSONIL


E.5.1. Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Berdasarkan metodologi dan pendekatan penanganan pekerjaan
sebagaimana telah diuraikan, maka disusun organisasi pelaksana pekerjaan dalam
rangka koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan
pekerjaan secara makmimal serta struktur organisasi tim konsultan. Untuk itu,
sistem koordinasi pekerjaan ini dengan struktur organisasi seperti diperlihatkan
pada Gambar C.10. dan Gambar C.11, yang mempunyai sasaran pokok sebagai
berikut :
E.5.1.1 Sasaran eksternal
Dalam arti tujuan koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan
pengendalian pelaksanaan pekerjaan antara Tim Konsultan dengan Suku Dinas
Umum Tata Air Kota Adminstrasi Jakarta Selatan.
E.5.1.2 Sasaran internal
Dalam arti koordinasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan di dalam Tim
Konsultan sendiri, baik dalam tahap persiapan maupun tahap pengawasan.
Koordinasi dilakukan antara anggota tim dan angota tim dengan ketua tim sesuai
tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota tim.
Adapun mekanisme pelaksanaan penyusunan pekerjaan adalah sebagai berikut :
PPK
Dalam hal ini Pemimpin Pekerjaan, bertindak sebagai penanggung jawab
pekerjaan dan akan mempunyai peran dalam hal koordinasi khususnya secara
administratif dan teknis.
Konsultan
- Direktur Perusahaan, bertanggung jawab atas masalah kontrak, manajemen
personil dan pembiayaan pekerjaan secara keseluruhan.
- Spesial Technician, secara umum bertanggung jawab dalam hal-hal manajerial dan
koordinasi Tim maupun koordinasi terhadap seluruh pekerjaan seperti menyiapkan
program kerja, memberikan arahan dan petunjuk dalam melaksanakan pekerjaan,
memimpin tim dalam setiap diskusi dan koordinasi dengan Pengguna Jasa,
bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan tim, serta secara khusus bertanggung
jawab terhadap materi yang terkait bidang keahliannya.
- Inspektor, akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan bidang ilmunya masing-
masing sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing item pekerjaan. Selain tenaga ahli,
pekerjaan ini juga akan dibantu tenaga pendukung lainnya, yaitu :
- Narasumber
Narasumber yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah, pihak-pihak yang terkait
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat memberikan data/ informasi dan
masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
E.5.2. Penugasan Personil
Uraian tugas dan tangung jawab masing-masing tenaga ahli untuk
pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai berikut :
E.5.2.1 Spesial Technician
- Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan lapangan;
- Mengkoordinasi dan mengelola kegiatan sehari-hari dari Tim Konsultan;
- Menyiapkan program kerja dan pelaksanaan;
- Memobilisasi dan mengontrol tim serta mengkoordinir semua kegiatan;
- Membantu tugas-tugas Pemberi Pekerjaan dalam menjamin terlaksananya
pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak;
- Membantu Pemberi Tugas bila terjadi/adanya perubahan/modifikasi desain
dalam pekerjaan;
- Menjembatani koordinasi antara instansi terkait dengan pemberi tugas dan
kontraktor pelaksana;
- Menelaah dan mengevaluasi program, jadwal dan kemajuan pekerjaan serta
kinerja Penyedia Jasa Pemborongan;
- Melaporkan untuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) terhadap Critical Patch,
mengevaluasi penyebab-penyebab terjadinya keterlambatan dan memberikan
saran tindakan yang harus diambil agar kemajuan kegiatan tetap terjaga;
- Menelaah gambar dan desain yang ada dan memantau penerapannya;
- Mengesahkan semua pembayaran sesuai dengan kemajuan pekerjaan;
- Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam perubahan pekerjaan
(contract change order’s) dengan pihak perencana untuk mendapat persetujuan
dalam bentuk Justifikasi Teknis;
- Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atas keberatan, permintaan
perubahan dan klaim pekerjaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan dalam bentuk Justifikasi Teknis;
- Menelaah, mengevaluasi dan merekomendasikan persetujuan terhadap usulan
penggunaan bahan, peralatan dan pekerjaan yang disubkontrakkan oleh
Penyedia Jasa Pemborongan;
- Mempersiapkan notulen rapat;
- Membantu dan membuat rekomendasi tanggal PHO dan FHO setelah masa
Jaminan Pemeliharaan serta mempersiapkan daftar kekurangan dan kerusakan
E.5.2.2 Inspector Sipil
- Mengawasi dan memeriksa hasil pekerjaan yang di Jasa Pemborongan;
- Mengkoordinasikan Penyedia Jasa Pemborongan berkaitan dengan masalah
utilitas umum dan jenis tanah;
- Membuat sistem pengarsipan yang baik, antara lain : menyimpan tanda terima,
dan memeliharanya sebagai catatan tetap, jaminan yang dibutuhkan menurut
syarat kontrak yang ada dalam kegiatan;
- Mempersiapkan As Built Drawing semua pekerjaan sipil termasuk detail-
detailnya;
- Melakukan survey selama pelaksanaan berlangsung bekerja sama dengan
Spesial Technician untuk mengkonfirmasikan hasil survey dari Penyedia jasa
Pemborongan;
- Mencatat jadwal progres yang up to date dan membantu Pejabat Pembuat
Komitmen dengan data pembayaran dan fisik pada saat diperlukan;
- Mengawasi pekerjaan pembangunan dan perbaikan, dan lain-lain dan
membantu mengambil keputusan yang cepat dan tepat apabila terjadi
penyimpangan;
- Melaksanakan dan melaporkan tentang PHO.

E.5.3. Peralatan Pendukung


Konsultan akan menyediakan peralatan kantor dan lapangan selama periode
kontrak, yang digunakan untuk kelancaran operasional pekerjaan. Peralatan itu
antara lain :
 Personal computer,
 Meja Gambar,
 Printer,
 Kamera/ Video Kamera,
 Alat komunikasi (telepon dan Fax), serta
 Alat tulis kantor (ATK).
Untuk menujang kelancaran dan efektifitas kerja, Konsultan juga sudah memiliki
fasilitas, peralatan dan perlengkapan kantor yang memadai.

You might also like