Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit adalah pelayanan
tindakan pembedahan. Berdasarkan data dari medical record RS ..., diketahui bahwa
angka pembedahan abdomen (laparatomi) meningkat setiap tahunnya, yaitu pada
tahun 2010 sebanyak 831 kasus pembedahan, kemudian pada tahun 2011 sebanyak 706
kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status nutrisi dan
intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pascaoperasi laparatomi. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas tidur,
sedangkan variabel independen, yaitu status nutrisi dan intensitas nyeri. Penelitian ini
menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada
responden melalui kuesioner, dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang di Instalasi
Rawat Inap Bedah RS... pada tanggal ... 20... Hasil analisis univariat menunjukkan
responden yang kualitas tidurnya terganggu sebanyak 17 orang (56,7%); responden yang
status nutrisinya tidak normal sebanyak 18 orang (60%); sebagian besar responden
mengalami nyeri berat, yaitu 18 orang (60%). Hasil analisis bivariat dengan uji Chi
Square menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara antara status nutrisi (p
value = 0,013) dan intensitas nyeri (p value = 0,016) dengan kualitas tidur pada pasien
pascaoperasi laparatomi. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan atau penataran bagi perawat untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya, khususnya mengenai tindakan
keperawatan pada klien pascaoperasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar
yang diberikan kepada individu, baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis
dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan
dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki
dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam,
2003).
Salah satu tempat yang memberikan pelayanan keperawatan adalah rumah sakit. Oleh
karena itu, rumah sakit menjadi tempat bagi pasien dan keluarganya menaruh harapan
kesembuhan. Akan tetapi, selain keberhasilan dalam pengobatan dan perawatan kepada pasien
yang dirawat di rumah sakit, banyak pula laporan tentang kegagalan pengobatan dan perawatan
pasien tersebut sehingga menyebabkan waktu perawatan di rumah sakit menjadi lebih lama dan
Salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit adalah pelayanan tindakan
pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, prosedur tindakan
pembedahan pun mengalami kemajuan pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk
dilakukannya tindakan pembedahan. Salah satu tindakan operasi atau pembedahan adalah
laparatomi. Tindakan operasi atau laparatomi merupakan peristiwa kompleks sebagai ancaman
potensial atau aktual kepada integritas seorang baik bio, psiko, maupun sosial, dan spiritual
(Razid, 2010).
Hasil penelitian Razid (2010) di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan menunjukkan
semakin tingginya angka terapi pembedahan abdomen (laparatomi) tiap tahunnya, pada tahun
2008 terdapat 172 kasus pembedahan laparatomi, lalu pada tahun 2009 terdapat 182 kasus
pembedahan laparatomi. Selanjutnya pada bulan Januari-April tahun 2010 terdapat 32 kasus
pembedahan laparatomi.
Rumah Sakit ... merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki Instalasi Bedah Sentral.
Berdasarkan data dari medical record RS..., diketahui bahwa angka pembedahan abdomen
(laparatomi) meningkat setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 sebanyak 638 kasus
pembedahan, lalu meningkat pada tahun 2010 menjadi 831 kasus pembedahan, kemudian pada
tahun 2011 sebanyak 706 kasus, pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2012
Masalah yang sering terjadi pada pasien yang mengalami operasi laparatomi adalah
gangguan tidur, padahal tidur memberikan waktu perbaikan dan penyembuhan bagi sistem tubuh
yang sangat dibutuhkan oleh pasien, khususnya bagi pasien pascaoperasi. Gangguan tidur yang
dialami pasien pascaoperasi laparatomi biasanya disebabkan oleh faktor nutrisi dan rasa nyeri
Nutrisi merupakan elemen penting dalam proses dan fungsi tubuh. Nutrien mencakup
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, meneral dan air. Pasien pascaoperasi laparatomi rentan
terhadap kekurangan nutrisi, karena pasien tersebut mengalami pendarahan eksternal akibat dari
Gangguan tidur yang dialami oleh pasien pascaoperasi laparatomi, selain disebabkan faktor
nutrisi, juga disebabkan oleh rasa nyeri pada luka operasi. Dalam hal ini, sangat dibutuhkan
peranan perawat, karena perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien
dibanding tenaga profesional kesehatan lainnya sehingga perawat mempunyai kesempatan lebih
banyak untuk membantu meningkatkan kualitas tidur pasien pascaoperasi laparatomi dengan
meningkatkan status nutrisi dan menghilangkan rasa nyeri pada pasien pascaoperasi laparatomi.
Dalam hal ini, perawat dapat berkolaborasi dengan tenaga profesional lain, seperti ahli gizi
rumah sakit, dalam pemenuhan nutrisi pasien dan dokter, dalam hal intervensi pereda rasa nyeri
pascaoperasi. Manajemen perawatan pada pasien pascaoperasi laparatomi yang baik akan
membantu penyembuhan pascaoperasi secara lebih signifikan sehingga pasien dapat pulang lebih
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit ...
pada bulan ... 20.., mendapatkan 8 orang (80%) dari 10 pasien pascaoperasi laparatomi yang
mengalami gangguan tidur.Hasil penelitian Menzeis dalam Razid (2010) di Rumah Sakit ...,
menunjukkan bahwa 748 orang (90%) dari 831 pasien pascaoperasi laparatomi mengalami
gangguan tidur akibat faktor nutrisi dan rasa nyeri pada luka operasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Hubungan antara Status Nutrisi dan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Tidur pada
Pasien Pascaoperasi Laparatomi di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit ...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Laparatomi
1. Pengertian Laparatomi
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen, bedah laparatomi
merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada
2. Indikasi Laparatomi
fistulktomi atau fistulektomi. Adapun cara operasi laparatomi, yaitu : midline incision,
paramedian : panjang (12,5 cm) lebih kurang sedikit ke tepi dari garis tengah; transverse upper
abdomen incision : sisi di bagian atas, seperti pembedahan colesistotomy dan splenektomy;
transverse lower abdomen incision : 4 cm di atas anterior spinal iliaka, lebih kurang insisi
Masalah yang sering terjadi pada pasien yang mengalami operasi laparatomi adalah
gangguan tidur, padahal tidur memberikan waktu perbaikan dan penyembuhan bagi sistem tubuh
yang sangat dibutuhkan oleh pasien, khususnya bagi pasien pascaoperasi. Gangguan tidur yang
dialami pasien pascaoperasi laparatomi biasanya disebabkan oleh faktor nutrisi dan rasa nyeri pada luka
operasi. Dalam hal ini, perawat dapat berkolaborasi dengan ahli gizi dan dokter untuk intervensi
pemenuhan nutrisi dan pereda rasa nyeri pascaoperasi (Potter & Perry, 2005).
4. Komplikasi Pascaoperasi
a. Perdarahan eksternal
Perdarahan merupakan komplikasi paling dini yang mungkin terjadi setelah operasi.perdarahan
eksternal yang sering tampak adalah daerah drainase. Pipa drainase biasanya keluar dari lubang
insisi yang terpisah dan mungkin terjadi perembesan darah yang terus menerus dari pembuluh
b. Perdarahan internal
Perdarahan internal sulit terdeteksi karena manifestasi kliniknya lambat. Tanda–tanda klasik dari
perdarahan adalah pucat, menurunnya tekanan darah, nadi yang cepat dan lemah, berkeringat,
B. Perawatan Pascaoperasi
1. Persiapan pasien
a. Memberi tahu pasien tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberitahukan bahwa balutan
akan diganti dan penggantian balutan tersebut adalah hanya prosedur sederhana yang
b. Menyiapkan lingkungan pasien. Jika pasien dirawat di unit terbuka, gorden harus dipasang untuk
2. Persiapan alat-alat
a. Alat-alat steril
(6) 1 klem
b. Alat-alat nonsteril
(2) Bengkok
(3) Plester
3. Pelaksanaan
b. Memakai masker;
c. Memakai gown;
kerja perawat;
f. Bantu klien pada posisi yang nyaman dan tutup bagian tubuh yang tidak diberikan tindakan
dengan selimut;
j. Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester atau kasa yang menutup luka
tersebut, lepaskan plester dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan sejajar
dengan kulit ke arah balutan dengan menggunakan pinset anatomis. Jika plester terlalu kuat
merekat ke kulit, maka oleskan alkohol dengan menggunakan cotton buds pada sisi plester untuk
mengurangi rasa sakit karena tarikan kulit dengan tangan. Dengan tangan yang telah
menggunakan sarung tangan bersih angkat balutan dengan pinset. Buang ke kantong plastik yang
sudah disiapkan;
k. Buang balutan kotor pada kantong yang telah disiapkan. Hindari kontaminasi permukaan luar
kantong tersebut. Lepaskan sarung tangan bersih sekali pakai dan buang pada tempat yang
disediakan;
l. Siapkan peralatan balutan steril. Tuangkan cairan yang diresepkan (NaCl 0,9%) pada kom atau
s. Kemudian pasang plester. Cara yang tepat untuk memasang plester adalah dengan meletakkan
plester di tengah balutan dan kemudian menekan plester ke bawah pada ke dua sisinya, sehingga
v. Mencuci tangan;
4. Evaluasi
Sambil mengganti balutan, perawat mempunyai kesempatan untuk mengajarkan pasien tentang
cara merawat insisi dan mengganti balutan di rumah. Perawat mengamati isyarat dari kesiapan
pasien untuk belajar, seperti melihat pada insisi, menunjukkan minat atau membantu dalam
6. Pengobatan
Pengobatan luka dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik profilaktik yang diberikan ketika
diduga terjadi kontaminasi, atau ketika alat prostetik dimasukkan ke dalam luka yang bersih.
Luka yang terinfeksi tidak ditutup sampai segala upaya telah dilakukan untuk membuang semua
jaringan devitalis dan terinfeksi, prosedurnya disebut debridemen. Sering kali drain kecil
dipasang sebelum luka dijahit untuk mencegah penggumpalan limfe dan darah serta
C. Konsep Tidur
1. Pengertian Tidur
Istirahat adalah perasaan relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan tenang secara
fisik. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur, namun dapat berupa membaca buku,
melihat televisi. Seusai istirahat, mental dan fisik menjadi segar. Tidur merupakan perubahan
status kesadaran berulang–ulang pada periode tertentu. Tidur memberikan waktu perbaikan dan
penyembuhan sistem tubuh, perawat membantu klien mengembangkan perilaku kondusif untuk
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan dan upaya
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang–ulang dan masing–masing menyatakan
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh sesuatu
atau sensoris yang sesuai atau juga dapat di katakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus berulang, dengan ciri adanya dengan aktivitas yang minim, memiliki kesadaran
yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
2. Fisiologi Tidur
a. Irama Sirkardian
Irama siklus 24 jam siang malam disebut irama sirkadian. Irama sirkardian mempengaruhi
perilaku dan pola fungsi biologis utama seperti suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah,
sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana hati. Irama sirkardian dipengaruhi cahaya,
suhu, dan faktor internal (aktivitas sosial dan dan rutinitas pekerjaan).
b. Tahapan Tidur
Dua fase normal : NREM (pergerakan mata yang tidak cepat) dan REM (pergerakan mata yang
cepat).
Tahap 1 : NREM
Merupakan tingkatan paling dangkal dari tidur. Tahap ini berakhir beberapa menit sehingga
Tahap 2 : NREM
Merupakan tidur bersuara. Terjadi relaksasi sehingga untuk bangun pun sulit. Tahap ini berakhir
Tahap : 3 NREM
Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot – otot menjadi relaks penuh sehingga sulit untuk
dibangunkan dan jarang bergerak. Tanda – tanda vital menurun namun teratur. Berakhir 15 – 3
menit.
Tahap 4 : NREM
Menjadi tahap tidur terdalam. Individu menjadi sulit dibangunkan. Jika kurang tidur, individu
Tanda – tanda vital menurun secara bermakna. Pada tahap ini terjadi tidur sambil berjalan dan
Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon pergerakan mata yang cepat, fluktasi
jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan darah. Terjadi tonus otot skelet
penurunan. Sekresi lambung meningkat. Berakhir dalam waktu 90 menit. Terjadi peningkatan
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral
yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekankan pada pusat otak agar dapat tidur
dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem mengaktivasi retikularis yang
merupakan system yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan syaraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dari tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, Reticular Activating System (RAS) dapat
rangsangan visual, pendengaran, nyeri, perabaaan juga dapat menerima stimulasi dari kortek
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses fikir dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS
Demikian juga pada saat tidur kemungkinan adanya pelepasan serum serotinin dari sel khusus
yang berada di pons di batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun
tergantung dari keseimbangan implus yang diterima di pusat otak dan system limbic, dengan
demikian sistem dengan batang otak yang mengatur atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan
Dalam prosesnya, tidur di bagi ke dalam dua jenis pertama, jenis tidur yang disebabkan oleh
menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang
lambat karena gelombang otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga tidur Non Rapid Eye
Movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat –
isyarat dalam otak, meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan
jenis tidur paradoks atau disebut juga dengan tidur Rapid Eye Movement (REM) (Hidayat, 2008).
Jenis tidur ini kenal dengan tidur yang dalam, istirahat yang penuh, atau juga dikenal dengan
tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga
menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur gelombang lambat bias juga disebut dengan tidur
gelombang delta, dengan ciri –ciri : betul–betul istirahat, tekanan darah menurun, frekuensi nafas
menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan metabolisme menurun.
Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui elektroenchepalografi dengan
memperlihatkan gelombang otak berada setiap tahap tidur, yaitu : pertama, kewaspadaan penuh
dengan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan voltase rendah: ke dua, istirahat tenang
yang diperlihatkan pada gelombang alpa : ke tiga, tidur ringan karena terjadi perlambatan
gelombang alpa sejenis teta atau delta yang bervoltase rendah : dan ke empat tidur nyenyak
karena gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dengan kecepatan ½
Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan cirri sebagai berikut : rileks,
masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke
samping, frekuensi nafas dan nadi sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini
Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai
berikut : mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses tubuh
lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi simpatis syaraf parasimpatis dan sulit untuk
bangun.
Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan turun,
jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun dan
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat
digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada
paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain – lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat
diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat efek fisiologis dari
tidur : pertama, efek pada system syaraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal
dan keseimbangan diantara berbagai susunan syaraf, dan ke dua, efek pada struktur tubuh dengan
memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur mengalami penurunan.
Tabel 2.1
Kebutuhan Tidur Manusia Berdasarkan Usia
Menurut Widianti (2011), kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
a. Penyakit
Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan
oleh infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga
keseimbangan energi yang telah dikeluarkan hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah
melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan, maka orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat
c. Stres psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seeorang akibat ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat
ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk
tidur.
d. Obat
Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretik
menyebabkan seseorang insomnia, antidepresan dapat menekan ren, kafein dapat meningkatkan
syaraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek
pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan rem sehingga mudah
mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi
dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya tryptophan yang merupakan asam
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya
proses tidur. Sebaliknya, lingkungan yang tidak nyaman dan nyaman bagi seseorang dapat
g. Motivasi
Merupakan suatu dorongan atau keingan seseorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi
proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan
h. Nyeri
Sensasi tidak menyenangkan dan sangat individual dan tidak bisa berbagi dengan orang lain.
a. Insomnia
Merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas
maupun kuantitas dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur insomnia terbagi
menjadi tiga jenis yaitu : initial insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu
terbangun pada malam hari dan terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur
b. Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan pada umumnya lebih dari sembilan
jam pada malam hari, disebabkan kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan,
c. Parasomnia
Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat menggagu pola tidur seperti
somnambulisme (berjalan–jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak–anak, yaitu pada
tahap III dan IV dari tidur NREM. Sonnambulisme dapat menyebabkan cidera.
d. Enuresa
Merupakan BAK yang tidak sengaja pada waktu tidur atau biasa di sebut dengan mengompol.
disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Terjadinya apnea dapat mengacaunya
f. Narcolepsi
Merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan
berdiri, mengemudikan kendaraan, atau di saat membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan
neurologis.
g. Mengigau
Dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan di luar kebiasaan dari hasil
pengamatan ditemukan bahwa hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur
REM.
Selama kita tidur, maka kita mengalami beberapa siklus tidur. Satu siklus terdiri dari
beberapa REM dan non REM, dan bagi suatu usia tertentu maka setiap tahap akan berbeda dalam
lama berlangsungnya. Golongan remaja amat cepat terlelap sejak mulai membaringkan
badannya. Setelah 60 sampai 90 menit, ia memasuki tahap ke dua pada non REM dan segera
diikuti oleh tahap REM yang pertama pada malam itu. Siklus pertama biasanya hanya
Semakin larut malam, maka waktu siklus menjadi lebih lama dan akhirnya mencapai 100
menit. Tahap ke tiga dan ke empat merupakan bagian yang menonjol pada siklus pertama.
Bagian ini seringkali dianggap sebagai tidur yang paling nyenyak, sebab pada saat ini orang yang
paling sulit untuk dibangunkan dan sangat kebal terhadap setiap gangguan suara. Dengan
bertambah larutnya malam, maka periode REM semakin panjang, sedangkan tahap ke tiga dan
ke empat menghilang. Menjelang dini hari, maka sedikit suara saja dapat membangunkan kita.
Haruslah diingat bahwa semua ini merupakan satu kali tidur dalam suatu malam, jadi sebenarnya
dapat dianggap satu rata-rata saja. Mungkin sekali tidur anda malam ini berbeda dengan kemarin
atau dengan esok hari, dan mungkin pula tidur yang anda alami akan sangat berbeda dengan tidur
tetangga anda.
D. Status Nutrisi
Nutrisi merupakan elemen penting dalam proses dan fungsi tubuh. Nutrien mencakup
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, meneral dan air (Widianti, 2011). Nutrisi merupakan proses
pemasukan dan pengelolaan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat
mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena
adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian sebaliknya,
kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk
2. Macam–Macam Nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada umumnya dalam bentuk
amilum pembentukan amilum terjadi dalam mulut melalui enzim ptialin yang ada dalam ludah.
b. Lemak
Pencernaan lemak dimulai dalam lambung (walaupun hanya sedikit) karena dalam mulut tidak
ada enzim pemecah lemak lambung mengeluarkan enzim lifase untuk mengubah sebagian kecil
lemak dan gliserin, kemudian diangkut melalui getah bening dan selanjutnya masuk melalui
c. Protein
Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease. Enzim preatase baru terdapat dalam
d. Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Meneral hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh
mudah untuk memprosesnya. Umumnya, meneral diserap dengan mudah melalui dinding usus
e. Vitamin
Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul– molekul yang lebih kecil
sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan vitamin dilakukan dengan difusi
sederhana, tetapi sistem transfortasi aktif sangat penting untuk memastikan pemasukan yang
cukup.
f. Air
Air merupakan zat makanan yang paling mendasar dibutuhkan oleh tubuh manusia. Terdiri atas
50 % - 70% air. Asupan air secara teratur sangat penting bagi makhluk hidup untuk bertahan
3. Keseimbangan Energi
Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas, dapat diukur melalui
pembentuakan panas. Energi pada manusia dapat diperoleh dari berbagai masuakan zat gizi
diantaranya protein, karbohidrat, lemak, maupun bahan makanan yang disimpan di dalam tubuh.
Metabolisme basal merupakan energi yang dibutuhkan seseorang dalam keadaan istirahat dan
nilainya disebut dengan Basal Metabolisme Rate (BMR). Nilai metabolisme basal setiap orang
berbeda–beda, dipengaruhi oleh faktor usia, kehamilan, mal nutrisi, komposisi, jenis kelamin,
4. Jenis–Jenis Metabolisme
a. Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk monosakarida dan disakarida diserap melalui mokasa
usus. Setelah proses penyerapan (di dalam pembuluh darah) semua berbentuk monosakarida
b. Metabolisme lemak
Lemak diserap dalam bentuk gliserol asam lemak. Gliserol larut dalam air sehingga dapat diserap
secara pasif, langsung memasuki pembuluh darah dan dibawa ke hati. Melalui proses kimiawi,
menghasilkan tenaga. Jadi, gliserol diubah menjadi tenaga melewati proses yang dilakukan oleh
karbohidrat.
5. Metabolisme protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama dengan darah
dibawa ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses masuknya asam amino dapat dikatakan
tidak dinamis dan selalu diperbaharuhi. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah
asam amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakai oleh tubuh.
Ibu hamil lebih banyak membutuhkan kalori, kalsium, folat, zat besi, dan ASI pada ibu hamil.
b. Bayi
Mengalami tumbuh kembang pesat pada 1 tahun pertama. Usia 6 bulan diberikan susu dan
Usia ini, nafsu makan anak dan kecepatan pertumbuhan mulai menurun sehingga perlu intake
nutrisi yang penting untuk tumbuh kembang anak (menu gizi seimbang).
Pertumbuhan meningkat pada usia ini. Gigi permanen sudah tumbuh dan sistem pencernaan
sudah matur.
e. Lansia
Pertumbuhan dan metabolisme berhenti sehingga butuh kalori sedikit. Defesiensi kalsium dan
E. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis bertujuan untuk melindungi diri dan disebabkan
oleh stimulus tertentu (Wartonah, 2011). Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang
bersifat individual. Klien merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan beragam cara,
misalnya berteriak, meringis dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subyektif, maka perawat
mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien. Untuk itu, diperlukan kemampuan perawat
dalam mengidentifikasi dan mengatasi rasa nyeri (Asmadi, 2004). Nyeri adalah pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau
Dua kategori dasar nyeri yang secara umum diketahui nyeri akut dan nyeri umum.
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya tiba–tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, nyeri akut
mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Hal ini menarik perhaatian pada
kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi
serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan ; nyeri
ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan
definisi nyeri, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik
hingga enam bulan. Cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara
spontan atau dapat memerlukan pengobatan. Sebagai contoh, jari yang tertusuk biasanya sembuh
dengan cepat, barangkali dalam beberapa detik atau beberapa menit. Pada kasus yang lebih berat,
seperti fraktur ekstrimitas, pengobatan dibutuhkan dengan nyeri menurun dengan sejalan dengan
penyembuhan tulang.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang sesuatu periode
waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak
dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai
awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini
tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri
akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana
mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya. Nyeri kronis sering
didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun enam
bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan
nyeri kronis. Suatu episode nyeri dapat mempunyai karakteristik nyeri kronis sebelum enam
bulan telah berlalu, atau beberapa jenis nyeri dapat tetap bersifat akut secara primer selama lebih
dari 6 bulan.
Meskipun tidak diketahui mengapa banyak orang mengalami nyeri kronis setelah suatu cidera
atau proses penyakit, hal ini juga duga bahwa ujung–ujung syaraf yang normalnya tidak
mentransmisikan stimulus yang sangat nyeri, mentransmisikan stimulus yang sebelumnya tidak
nyeri sebagai stimulus yang sangat nyeri.perawat dapat berhubungan dengan pasien yang
mengalami nyeri kronis saat mereka masuk rumah sakit untuk berobat atau saat mengunjungi
mereka dirumah untuk perawatan rumah. Seringkali perawat diperlukan dalam lingkungan
Tabel 2.2
Membandingkan Karakteristik antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
2. Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri dapat meliputi resepsi, persepsi dan reaksi. Impuls syaraf yang dihasilkan
stimulus nyeri menyebar di sepanjang serabut syaraf aferen. Syaraf ini menonduksi 2 stimulus
Saat individu sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi kompleks. Menurut McCaffery,
3 sistem interaksi persepsi nyeri, yaitu efektif, kognitif, evaluatif. Bentuk reaksi fisiologis,
stimulasi cabang simpatis menghasilkan respon fisiologis. Jika nyeri terus menerus, maka saraf
parasimpatis akan menghasilkan aksi. Fase pengalaman nyeri sebagai respon perilaku nyeri :
. Akibat : nyeri atau berhenti. Namun masih tetap butuh perhatian perawat mesti sumber nyeri dapat
Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam beberapa cara berikut :
Intensitas nyeri adanya skala verbal, misalnya : 0 = tidak nyeri; 1-3 nyeri ringan; 4-6 nyeri
Kekhawatiran individu tentang nyeri dapat diliputi berbagai masalah yang luas, seperti beban
ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri (Suzanne, 2002).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dalam penelitian ini merujuk pada teori kualitas tidur yang dinyatakan
Widianti (2011) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur antara
lain adalah status nutrisi dan intensitas nyeri, sehingga kerangka konsep penelitian ini dapat
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Variabel
Dependen
Kualitas Mutu kemampuan Kuesioner Wawancara1.Terganggu, bila Nominal
tidur responden untuk tidur nilai ≥5
dan memperoleh 2.Tidak
jumlah istirahat terganggu, bila
sesuai dengan nilai <5
kebutuhannya
2. Variabel
Independen
Status Keadaan gizi Timbangan dan Menimbang1. Tidak normal, Nominal
nutrisi responden yang Meteran serta berat badan bila IMT ≤
diukur dengan kuesioner dan 18,4 atau > 25
menghitung Indeks mengukur 2. Normal, bila
Massa Tubuh (IMT) tinggi IMT 18,5 –
responden badan dan 25,0
wawancara
Intensitas Persepsi responden Kuesioner Wawancara1. Nyeri berat, Ordinal
nyeri terhadap rasa nyeri bila skala
akibat luka 7 – 10
pascaoperasi 2. Nyeri sedang,
laparatomi yang bila skala 4 – 6
3. Nyeri ringan,
dialaminya
bila skala 0 – 3
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara status nutrisi dengan kualitas tidur pada pasien pascaoperasi
2. Ada hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pascaoperasi
D. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode survei analitik
melalui pendekatan cross sectional. Rancangan penelitian cross sectional adalah suatu penelitian
yang semua variabelnya, baik variabel independen (Status Nutrisi dan Intensitas Nyeri) maupun
variabel dependen (Kualitas Tidur) diobservasi atau dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien pascaoperasi laparatomi di Instalasi Rawat Inap Bedah
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau keseluruhan subjek yang akan diteliti dan dianggap mewakili
populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental
sampling, yaitu mengambil sampel sesuai dengan jumlah sampel yang ada pada saat penelitian
dilakukan.
D. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada responden
melalui kuesioner untuk mengetahui status nutrisi dan intensitas nyeri serta kualitas tidur pada
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari profil RS... dan buku status pasien.
2. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan
alat ukur berupa angket atau daftar pertanyaan. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada
parameter yang sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun
data yang terkumpul dikelompokkan menurut variabel masing-masing dengan hasil ukur sebagai
berikut.
a) Kualitas tidur dinilai dari jawaban responden pada kuesioner, dengan penilaian jawaban :
- Ya = 1
- Tidak = 0
b) Status nutrisi
c) Intensitas nyeri dinilai dari persepsi pasien terhadap rasa nyeri akibat luka pascaoperasi
E. Pengolahan Data
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner
tersebut.
2. Coding
Proses mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Entry data
4. Cleaning
F. Analisis Data
Setelah melalui tahapan pengolahan data, data kemudian dianalisis secara univariat dan
bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan persentase
dari semua variabel penelitian yang meliputi status nutrisi dan intensitas nyeri (variabel
independen) serta kualitas tidur pada pasien pascaoperasi laparatomi (variabel dependen).
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada
pasien pascaoperasi laparatomi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi
Square, karena baik variabel independen maupun variabel dependen merupakan variabel
kategorik. Batas kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. Pengambilan keputusan statistik
dilakukan dengan membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α (0,05), dengan ketentuan :
a. Bila p value ≤ nilai α (0,05), maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen
b. Bila p value > nilai α (0,05), maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
G. Jadwal Pelaksanaan
Untuk menunjang keberhasilan dalam penulisan proposal ini, penulis menyusun jadwal
pelaksanaan penelitian, antara lain penulis melakukan penyusunan proposal, pengajuan seminar
dan melakukan perbaikan, uji coba melakukan pengumpulan informasi. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan
1. Penyusunan
proposal
2. Pengajuan
seminar dan
perbaikan
proposal
3. Pengumpulan
data
4. Analisa dan
interprestasi
data
5. Pengajuan usul
ujian skripsi
H. Etika Penelitian
Responden mengisi informed consent yang sebelumnya sudah diberikan penjelasan oleh
peneliti tentang maksud dan tujuan penelitian serta cara mengisi instrumen, dan peneliti juga
menjelaskan kerahasiaan mengenai nama responden untuk disimpan oleh peneliti dan tidak
dipublikasikan.
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent ini diberikan sebelum
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan nama inisial pada lembar pengumpulan
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan.