You are on page 1of 4

Pendongeng: Anne Rasya Ariesta

KEMARAU PANJANG DI HUTAN

Musim panas di hutan Gembira kali ini benar-benar berkepanjangan. Sudah


berbulan-bulan hujan tidak turun. Udara panasnya bukan main. Banyak pohon yang
layu sehingga hewan-hewan kesulitan mencari makanan. Buah-buahan semuanya
menjadi layu. Air kolam kering, sehingga semuanyua kesulitan air untuk minum. Semua
penghuni hutan merasa lapar dan haus.
Twinkie sendiri merasa sedih dengan musim kemarau yang tidak ada habisnya. Ia
menengadahkan kepala ke langit untuk melihat kalau-kalau mendung datang. Tapi
harapannya sia-sia. Langit biru jernih, matahari bersinar dengan teriknya. Tak ada
tanda-tanda mendung sedikitpun. Twinkie memutuskan untuk pergi ke Negari awan.
Setibanya Twinkie di awan, ia melihat pemandangan yang tidak biasa. Biasanya di
sana awan-awan saling bercanda, tertawa dan bermain. Jika awan-awan bercanda
mereka akan tertawa samapi meneteskan air mata dan jika mereka bermain mereka
akan berkeringat. Air mata tawa dan keringat itulah yang akan menjadi hujan. Tapi saat
ini para awan terlihat muram. Muka mereka masam dan mereka tidak saling bertegur
sapa.
Twinkie bertanya pada Cloudy, salah satu awan yang paling sering menurunkan
hujan. Cloudy lalu bercerita, beberapa bulan lalu ayah mereka kehilangan mahkotanya.
Ayahnya lalu bertanya-tanya siapa yang mencuri mahkota itu. Anak-anak awan saling
mnecurigai dan bertengkar tentangt siapa pencurinya. Mereka tidak senang pada
ketiddak jujuran. Sampai saat ini mereka masih saling mencurigai dan tidak mau
berbaikan.
Twinkie lalu menghadap Raja Awan, ayah Cloudy dan awan-awan lain. Setelah
Twinkie bertanya tentang mahkota itu, Raja Awan tertawa terbahak-bahak. Ternyata
mahkotanya tidak hilang, hanya saja ia lupa menaruhnya di lemari. Tawa raja awan
yang sangat keras menurunkan hujan sedikit. Tapi tetap saja hutan masih sangat
kering.
Keesokan harinya Twinkie pergi lagi ke negeri awan. Mereka masih saling diam.
Twinkie lalu menjelaskan kalau semuanya sudah beres. Mahkota ayah mereka sudah
ditemukan. Awqan-awan itu gembira mendengarnya. Mereka mulai saling tersenyum
satu sama lain, tapi mereka masih merasa canggung untuk bermain setelah sekian lama
saling berdiam.
Twinkie lalu membacakan mereka beberapa cerita lucu, awan-awan itu mulai
tertawa terbahak-bahak. Air mata tawa mereka menurunkan hujan deras. Setelah puas
tertawa bersama-sama, Twinkie pamit pulang.
Setibanya di hutan Twinkie segera disambut semua temannya. Mereka berterima
kasih karena Twinkie telah berhasil membujuk para awan untuk menurunkan hujan.
Walaupun begitu, hujan yang turun belum cukup lebat untuk mengembalikan keadaan
hutan seperti sebelumnya. Air di kolam baru terisi sedikit, dan pohon-pohon belum
segar kembali.
Maka esok harinya Twinkie kembali ke negeri awan untuk menagajak para awan
bermain. Twinkie mengajak awan-awan bermain kejar-kejaran hingga para awan
senang, dan awan-awanpun berkeringat dan tertawa. Keringat dan tawa mereka
menurunkan hujan yang sangat deras.
Ketika Twinkie pulang, kedaan hutan sudah berubah. Pepohonan hujan
menghijau, bunga-bunga bermekaran, dan air kolam mulai terisi penuh. Semua
penduduk hutan gembira melihat hujan deras turun.
Beberapa hari hujan turun. Musim kemarau telah berlalu. Twinkie melihat kelangit
di sana awan-awan sedan bermain dan tertawa. Twinkie melambaikan tangannya ke
langit seraya berkata “rukun-rukunlah kalian disana”. Awan-awan mengangguk dan
tersenyum.
Mulai saat itu awan-awan hidup rukun. Tidak ada lagi kekeringan dihutan karena
hujan mulai turun dengan teratur.
Pendongeng: Jihan Zahira
TERSESAT DI HUTAN

Twinkie sedang terbang sendirian di hutan pagi ini. Tiba-tiba ia mendengar suara
tangis di balik rerumputan tinggi dekat kolam. Twinkie menghampiri sumber suara itu
untuk melihat siapa yang menangis. Ternyata di sana ada seekor anak bebek yang
terlihat sangat ketakutan.
Twnkie memanggil bebek itu keluar. Dengan malu-malu dan agak takut, si bebek
menghampiri Twinkie. “Hai bebek kecil yang manis,n aku Twinkie. Siapa namamu?”.
Tanya Twinkie sambil tersenyum. “Aku Ducky, ak tersesat di hutan ini”. Ducky lalu
bercerita bagaimana ia bisa tersesat di hutan ini.
Rupaya pagi itu Ducky, ibunya, dan keempat saudaranya pergi berjalan-jalan
masuk hutan ini dan kemudian berenang-renang di kolam yang jernih. Karena
keasyikan berenang, Ducky tidak sadar kalau ibu dan saudara-saudaranya yang lain
sudah pergi. Ia tinggal di Hutan Tawa, yang bersebelahan dengan hutan gembira. Akan
tetapi Ducky tidak tahu jalan keluar hutan ini. “Aku ingin kembali pada ibuku. Maukah
kau membantuku, Twinkie?” Twinkie mengangguk lalu terbang membimbing Ducky.
Sebelum berangkat meninggalkan hutan, Twinkie singgah ke rumah, Bearly, salah
satu beruang penghuni hutan gembira yang tertua untuk menanyakan jalan keluar
hutan. “Ikuti jalan setapak itu, Twinkie, lalu kau akan melihat sungai. Sebrangilah
sungat itu, lalu kau akan bertemu pohon apel, yang rimbun, beloklah ke sana, maka
kau akan keluar hutan ini menuju Hutan Tawa.” Kata bearly menjelaskan.
Setelah mengucapka terima kasih, Twinkie dan Ducky berjalan bersama sambil
bernyanyi gembira. Di jalan setapak mereka bertemu teman-teman Twinkie. Wanda,
dan Windi si tupai kembar, Buniie si anak kelinci, dan Rattie si tikus. Semua ingin ikut
mengantar Ducky pulang. Maka mereka berjalan beriringan di hutan.
Jalan setapak berujung sungai. Mereka harus menyebrangi sungai itu. Wah
ternyata agak sulit, karena selain Ducky, semua tidak bisa berenang. Ducky sendiri
agak takut untuk berenang karena arusnya sangat deras. Mereka berdiri di tepi sungau
dengan kebingungan.
Tiba-tiba ada yang muncul dari bawah air. Ternyata si Tua Turtile, kura-kura yang
telah hidup lebih dari seratus tahun di sungai itu. Ia menawarkan untuk
menyebrangkan mereka semua “Aku memamng lambat dan tua, tapi ak bisa
mengantarkan kalian semua. Duduklah di tempurungku dan berpeganglah yang erat.”
Semua senang karena bisa menyebrang.
Sesampainya di sebrang mereka mengucapkan banyak terima kasih pada Turtile.
Turtile berkata akan menunggu mereka di sini untuk menyebrangkan mereka kembali.
Setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi mereka mulai berjalan mencari pohon
apel. Ternyata jalan itu bercabang dan di kedua cabangnya sama-sama terdapat pohon
apel. Mereka kebingungan lagi.
Untunglah datang Birdy si burung biru menawarkan bantuan pada mereka untuk
melihat jalan mana yang mengarah ke luar hutan. Birdy terbang tinggi sebentar lalu
kembali, “Ikuti jalan ini, kawan-kawan, kalian akan keluar hutan. Jika kalian ikuti jalan
satu lagi, kalian akan kembali ke dalam hutan.” Mereka lalu mengikuti jalan yang
ditunjukkan Birdy.
Ternyata benar. Tak lama mereka berjalan, hutan pun berakhir. Disebrang jalan
terdapat hutan lain. “Itu hutan Tawa” seru Ducky gembira. “Ayo semua ikut masuk
bersamaku. Di hutan ini semuanya juga bersahabat” sambung Ducky.
Mereka bersama-sama masuk ked dalam hutan menuju rumah Ducky yang berada
di dekat kolam. Hutan Tawa sama indahnya dengan hutan gembira. Sepanjang jalan
Ducky memperkenalkan mereka pada teman-twman baru yang tinggal di hutan ini.
Sesampainya di rumah, Ducky disambut gembira oleh keluarganya.
“Terima kasih, Twinkie, juga yang lainnya. Untung ada kalian, jadi kami bisa
berkumpul lagi.” Kata ibu Ducky. Twinkie bersama teman-temannya kemudian
diundang minum the bersama beberapa penghuni hutan tawa. Mereka melewati sore
yang sangat menyenangkan.

You might also like