Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan ibu dan bayi terutama pada masa perinatal merupakan
masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. 1 angka
kematian perinatal pada tahun 1984 adalah 45 /1000 kelahiran ,1994 adalah
36/1000 kelahiran sedangkan di rumah sakit besar dan rujukan dapat lebih
tinggi lagi .Penyebab utama kematian adalah aspiksia, komplikasi BBLR,
tetanus neonatorum, dan trauma kelahiran terutama di negara berkembang
.Dengan pemeriksaan prenatal care yang baik ,hanya lebih kurang 5% bayi baru
lahir memerlukan pertolongan resusitasi dan ¼ diantaranya memerlukan
intubasi.
Deteksi dini faktor resiko dan kelainan yang ditemukan pada bayi baru
lahir bahkan janin ,sangat membantu agar tidak terjadi kerugian dikemudian
hari. Antisipasi penangganan dini bayi aspeksia dapat menghindarkan bayi
tersebut dari kecacatan dan dampak yang merugikan. Resusitasi yang memadai
dapat mengurangi akibat yang merugikan pada BBL yang menderita kegawatan
napas, karena dampak jangka panjang aspeksia neonatorum ataupun hipoksia
akibat gawat napas tergantung selain lamanya terjadi aspeksia atau beratnya
hipoksia ,lokalisasi kerusakan gangguan metabolisme juga tergantung
kecepatan penangganan, Sebagian besar bayi baru lahir tidak memerlukan
bantuan apapun agar dapat bernapas dengan efektif setelah dilahirkan, dan
apabila mereka memerlukannya, sebagian besar hanya membutuhkan bantuan
minimal. Beberapa memerlukan intubasi dan ventilasi sementara kebutuhan
untuk menggunakan obat dan kompresi dada jarang diperlukan. Kurang lebih
10% dari semua neonatus memerlukan bantuan pada waktu dilahirkan, hanya
1% yang memerlukan resusitasi lanjut. Diperkirakan asfiksia perinatal
merupakan penyebab seperlima semua kematian neonatal di seluruh dunia;
tindakan resusitasi sederhana dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas yang
disebabkan asfiksia perinatal.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan judul
laporan penatalaksanaan resusitasi, maka dalam hal ini rumusan masalah adalah
“ Bagaimana pelaksanaan resusitasi yang diberikan pada bayi baru lahir untuk
menurunkan angka kematian bayi”.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan untuk melaksanakan resusitasi pada bayi baru lahir
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada bayi baru lahir
b. Mampu merumuskan diagnosa bayi baru lahir yang memerlukan
tindakan resusitasi
c. Mampu menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan
d. Mampu menerapkan rencana tindakan yang akan dilakukan
e. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan resusitasi tersebut.
D. MANFAAT
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
2.2 ETIOLOGI/PENYEBAB
Waktu bayi lahir ,napas pertama terjadi karena rangsangan udara dingin,
cahaya,perubahan biokomia darah dsb. Cairan yang ada pada paru-paru
sebagian besar akan dikeluarkan pada saat bayi dilahirkan karena tekanan jalan
lahir pada dinding thorak ( squeeze) dan sebagian kecil diserap oleh pembuluh
darah kecil. Sirkulasi darah berubah dari sirkulasi janin ke sirkulasi dewasa.
Pada saat bayi dilahirkan dan terjadi pernapasan alveoli yang padea saat belum
lahir berisi air,akan berkembang dengan berisi udara. Aliran darah ke paru akan
bertambah karena oksigen yang didapat bayi akan menyebabkan dilatasi
pembuluh darah paru .aliran darah balik paru ( venous return ) akan meningkat.
Sehingga akibatnya akan terjadi aliran darah keluyar dari ventrikel kiri. Pada
bayi baru lahir yang normal penutupan duktus arteriosus dan penurunan tahanan
pembuluh darah paru akan berakibat penurunan tekanan arteri pulmonalis dan
ventrikel kanan. Penurunan terendah terjadi 2 atau 3 hari post natal Kadang-
kadang sampai lebih dari 7 hari post natal ( Behrman , 1992 ).
2.4 PATOFISIOLOGI
2) PELAYANAN INTRANATAL
Kematian terbesar terjadi pada saat intranatal, dan saat ini memang sangat kritis
mengingat faktor yang berkaitan, yaitu penyakit ibu, plasenta dan janin.
Penyakit ibu dapat lebih mudah diketahui, tetapi keadaan dan fungsi plasenta
serta keadaan janin sulit diketahui. Gerakan janin mungkin dapat dipakai
sebagai patokan kesejahteraan janin, walaupun mungkin sangat kasar. Besar
janin dapat disebagai pertanda nutrisi janin masih adekuat tetapi suplai oksigen
mungkin amat sukar untuk diketahui. Untuk itu maka pada pusat rujukan
diperlukan alat bantu pemantau elektronik. Pengenalan dan kesadaran akan
adanya faktor risiko merupakan awal dari proses rujukan. Rujukan yang tepat
akan dapat mengurangi kematian perinatal.
3) PELAYANAN POSTNATAL
Kehidupan dan kualitas bayi baru lahir amat ditentukan oleh pelayanan
kebidanan. Sejak saat lahir bayi dapat mengalami cedera seperti trauma lahir,
trauma dingin, renjatan, resusitasi yang tidak adekuat atau infeksi. Bayi dapat
menderita renjatan, bradikardia yang tidak segera diatasi dan baru disadari
bahwa bayi tersebut “sakit” dan timbul gangguan pernafasan. Bayi risiko tinggi
memerlukan perawatan intensif, untuk itu pengenalan faktor risiko dan proses
rujukan merupakan kunci keberhasilan usaha menurunkan kematian perinatal.
Gejala umum yang terjadi pada bayi baru lahir yang memerlukan tindakan
resusitasi adalah bayi yang baru lahir namun tidak mampu untuk menghirup
oksigen dengan adekuat dengan tanda dan gejala : Bayi tidak bernapas atau
napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis,
pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
1. sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah
yang jatuh ke posterior.
2. kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium
sulfat, dan sebagainya
3. kerusakan neurologis.
4. kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan / sirkulasi.
5. syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.
Pengaturan suhu
Diperlukan waktu tiga puluh detik untuk menyelesaikan setiap langkah, dan
menentukan apakah langkah selanjutnya diperlukan :
a) Langkah Dasar
Bayi paling baik diletakkan terlentang atau menyamping dengan kepala pada
posisi netral atau sedikit ekstensi, menggunakan sandaran bahu satu inchi, dan
jika mungkin, dengan kepala menghadap ke arah sisi.
d) Suctioning.
Bayi baru lahir yang sehat dan aktif biasanya tidak memerlukan suctioning pada
waktu dilahirkan. Sekresi dapat disingkirkan dari hidung dan mulut
menggunakan selang atau handuk. Jika diperlukan suctioning, bersihkan dahulu
sekresi dari mulut kemudian hidung dengan bulb syringe atau kateter suction (8
atau 10 Fr). Tekanan suction tidak boleh melebihi 80-100 mm Hg. Suction
faringeal yang agresif dapat menyebabkan spasme laringeal dan bradikardia
vagal sehingga mengakibatkan keterlambatan pernapasan spontan.
f) Suction trakea
g) Stimulasi taktil.
Setelah pemeriksaan awal dan langkah awal, resusitasi lanjut harus dipandu
pemeriksaan simultan respirasi, denyut jantung, dan warna. Bayi harus bernapas
reguler yang memadai untuk memperbaiki warna dan mempertahankan denyut
di atas 100 denyut per menit.
1. Respirasi
2. Denyut jantung
3. Warna
i) Respirasi.
j) Denyut jantung.
k) Warna.
Warna bayi dapat dikelompokkan menjadi sianosis sentral, sianosis perifer, atau
merah muda. Neonatus sehat akan tampak merah muda tanpa oksigen.
Acrosianosis (warna kebiruan pada kaki atau tangan saja) biasa ditemukan pada
awal dan bisa menjadi petunjuk keadaan lain seperti stress dingin. Sianosis
sentral biasanya ditemukan di wajah, badan dan mukosa. Pucat (pallor) bisa
disebabkan hipotensi, hipovolemia, anemia berat, hipotermia atau asidosis.
l) Pemberian oksigen.
m) Ventilasi
Ventilasi efektif saja merupakan kunci resusitasi semua bayi yang apnu atau
bradikardi pada waktu lahir. Ventilasi tekanan positif harus dilakukan apabila
bayi masih tetap apnu atau terengah, jika denyut jantung < 100 kali per menit
setelah 30 detik dilakukannya langkah pertama, atau bayi masing mengalami
sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen tambahan.
n) Kantong resusitasi.
Sungkup harus erat dengn mulut dan hidung tanpa menutupi mata. Ukurannya
biasanya 0 dan 1 dan berbentuk bulat atau anatomis. Penting melakukan
pengetesan alat sebelum dipakai dengan menempelkan ke telapak tangan untuk
mengetahui tekanan yang adekuat, katup yang bekerja dengn baik, dan tidak ada
kerusakan lain.
p) Kompresi dada.
q) Teknik Kompresi.
Teknik yang dapat digunakan adalah teknik dengan dua telapak tangan dan
teknik dua jari. Teknik dua telapak tangan adalah teknik yang lebih disukai.
Kedua ibu jari diletakkan di sternum, berdekatan atau saling tumpang tindih,
dan jari yang lain mengelilingi dada dan menopang bagian belakang. Cara
lainnya, dua jari diletakkan di atas sternum, sedangkan tangan yang lainnya
menopang bagian belakang.
r) Obat-obatan
Rute pemberian yang lebih disukai adalah vena umbilikalis karena dapat diakses
dengan mudah. Semua obat-obatan dan volume expanders dapat melalui rute
ini.
t) Volume expanders.
u) Adrenalin.
v) Sodium bikarbonat.
Penggunaan obat ini hanya diindikasikan pada kasus henti jantung yang tidak
berespon terhadap terapi lain. Dosis yang diperlukan adalah 1-2mEq/kg dari
sediaan larutan 0,5 mEq/ml yang diberikan pelan selama 2 menit atau lebih.
Obat lain seperti atropin, dexamethasone, kalsium coramin dan dextrosa tidak
berperan pada resusitasi neonatus.
Prosedur setelah resusitasi.
Hipotermia terinduksi.
Asistol dan apnea selama lebih dari 10 menit meskipun dilakukan resusitasi
yang adekuat dan kontinyu biasanya jarang tidak menimbulkan kecacatan. Oleh
karena itu jika telah dilakukan ventilasi selama 30 menit dan hanya
menghasilkan refleks gasping maka perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
usaha resusitasi. Keluarga harus dikonseling dan diberikan dukungan emosi
C. Tindakan
2. Persiapan keluarga
4. Persiapan alat
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
– Bahan ganjal bahu bayi, berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil
• Oksigen
• Sarung tangan
• Stetoskop
• Stylet
a. Langkah awal
Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik) secara
umum 6 langkah awal dibawah ini cakup untuk merangsang bayi baru lahir.
– Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum dan
selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
– Pindahkan bayi keatas kain ke tempat resusitasi di bawah alat pemancar panas
tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan selimut
hangat (apabila diperlukan penghisapan mekonium, dianjurkan menunda
pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium dihisap
– Baringkan bayi terlentang di alas yang di atas dengan kepala didekat penolong
– Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi, sehingga bahu terangkat ¾ sampai 1
inci (2-3 cm).
– Kepala bayi dimirngkan agar cairan berkumpul di mulut dan tidak difaring
bagian belakang.
– Keringkan bayi mulai dari mulut kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan rangsangan ini dapat memulai pernafasan bayi atau pernafasan
lebih baik.
PENYULIT YANG MUNGKIN TERJADI SELAMA RESUSITASI
Hipotermia
Pneumotoraks
Pemberian ventilasi tekanan positif dengan inflasi yang terlalu cepat dan
tekanan yang terlalu besar dapat menyebabkan komplikasi ini.
Jika bayi mengalami kelainan membran hialin atau aspirasi mekonium, risiko
pneumotoraks lebih besar karena komplians jaringan paru lebih lemah.
Trombosis vena
Program rersusitasi neonatus ini akan merujuk perawatan pasca resusitasi pada
tiga perawatan dibawah ini :
A. Perawatan rutin
Hampir 90 % bayi baru lahir merupakan bayi bugar tanpa faktor resiko dan
bersih dari cairsn amnion. Mereka tidak perlu dipisahkan dari ibunya untuk
mendapatkan langkah awal resusitasi. Pengaturan suhu tubuh akan didapatkan
dengan meletakkan bayi di dada ibunya ,dikeringkan dan di tutupi dengan
selimut yang kering .kehangatan tubuh akan dipertahankan melalui kmontak
kulit bayi dengan kulit ibunya ( skin to skin contact) Membersihkan jalan napas
atas dapat dilakukan bila diperlukan dengan membersihan mulut dan hidung
bayi . sambil melakukan langkah awal seperti ini , pengalaman terus menerus
terrhadap usaha napas , aktivitas dan warna kulit tetap dilakukan untuk
menentukan perlunya tindakan tambahan.
B. Perawatan supportif
Bayi yang memiliki resiko prenatal dan intrapartum , dengan mekoneum pada
air ketuban atau pada kulit ,gangguan usaha napas dan sianosis , memerlukan
tindakan resusitasi saat lahir. Bayi-bayi ini harus dievaluasi dan ditanggani
dibawah alat pemancar panas dan mendapatkan langkah awala dengan benar .
Bayi semacam ini tetap memiliki resiko perburukkan yang berhubungan .
C. Perawatan lanjut
Bayi yang mendapatkan ventilasi tekana positif atau tindakan lebih lanjut yang
memerlukan tindakan terus menerus ,memiliki risiko yang berulang dan
berisiko tinggi untuk mendapatkan komplikasi pada masa transisi.Bayi
semacam ini pada umumnya harus ditanggani dalam ruanggan yang dapat
dilakukan pengawasan dan monitoring terus menerus. Bila perlu, dirujruk ke
unit perawatan intens
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di seluruh dunia , lebih dari 1 juta bayi pertahun akan membaik melalui
penggunaan teknik program resusitasi neonatus. Hampir semua bayi sehat 10 %
memerlukan sebagian tindakan resusitasi . 1 % memerlukan resusitasi lengkap
untuk mempertahankan kehidupannya. Paru-paru janin berkembang didalam
kandungan ,tetapi alveoli masih terisi cairan. Pembuluh darah paru janin masih
kontriksi sehingga darah untuk perfusi paru dipompakan dari arteri pulmonalis
melalui duktus arteriosus ke aorta .Saat lahir , cairan dalam alveoli diserap
jaringan paru dan diganti dengan udara. Masuknya oksigen sesaat lahir , akan
menyebabkan relaksasi arteri pulmonalis akan meningkat secara dramatis .
darah akan menyerap oksigen dari udara ke alveoli dan darah yang kaya
oksigen akan diedarkan ke seluruh tubuh bayi.
B. Saran
1. Tenaga kesehatan harus dapat mengetahui tanda dan gejala secara dini
agar dapat melakukan penanganan segera