You are on page 1of 24

ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY NURSING

PADA PASIEN DENGAN GGK ( GAGAL GINJAL KRONIK)

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas


mata kuliah Emergency Nursing yang dibimbing
oleh Ibu Novita Ana Anggraeni S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Asep Nuryadi 1311b0062


Elisda Budiningtyas 1311b0073
Mada Hendra Yudistira 1311b0082
Maria Liguri Makon 1311b0084
Satria Riski Prasetyo 1311b0096

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2016/2017
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan
emergency nursing pada pasien dengan ggk ( gagal ginjal kronik ) dengan
baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mahasiswa
dalam memahami tentang tindakan utama pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
Isi dari makalah ini, terdapat uraian dan penjelasan tentang definisi, penyebab
serta penatalaksanaan dari gagal ginjal kronis yang akan kami uraikan dalam
bentuk tulisan yang ringkas dan jelas. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas
kesempatan dan masukan positif yang diberikan oleh dosen emergency nursing
bagi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah
bekerja sama dan terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan. Kami
sebagai penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi kita semua.

“Lepas dari segala kekurangan yang ada semoga makalah ini dapat bermanfaat”

Kediri, 24 September 2016

Penyusun
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu
retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer,
2002).
Chronic Kidney Disease, (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO dengan
kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang 2011
sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic
Kidney Disease (CKD). (Data survey, 2011)

Indonesia termasuk tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi.


Menurut data dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) sampai 2 Januari
2011 di perkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia yang
membutuhkan cangkok ginjal.

Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan,


meningkatkan kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat
masalah kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan
bahkan kematian (Depkes 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definis dari GGK ?
2. Apa etiologi dari GGK ?
3. Apa sajakah klasifikasi dari GGK ?
4. Apa manifestasi klinis GGK ?
5. Bagaimana pathway dari GGK ?
6. Bagaimana patofisiologi dari GGK ?
7. Apa sajakah pemeriksaan penunjang dari GGK ?
8. Apa sajakah pemeriksaan dignostik dari GGK?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari GGK ?
10. Apa sajakah komplikasi dari GGK ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari GGK ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta


bagaimana cara menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan
gangguan gagal ginjal yang bersifat kronik.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Agar mahasiswa mengerti tentang definisi dari GGK.
2. Agar mahasiswa mengerti tentang etiologi dari GGK.
3. Agar mahasiswa mengetahui tentang klasifikasi dari GGK.
4. Agar mahasiswa mengetahui tentang manifestasi klinis dari GGK.
5. Agar mahasiswa dapat memahami tentang WOC dari GGK.
6. Agar mahasiswa dapat memahami tentang patofisiologi dari GGK.
7. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang pemeriksaan
penunjang dari GGK.
8. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang pemeriksaan
diagnostik dari GGK.
9. Agar mahasiswa mengetahui tentang penatalaksanaan dari GGK.
10. Agar mahasiswa mengetahui tentang komplikasi dari GGK.
11. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan GGK.

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah
wawasan dan informasi dalam penanganan gagal ginjal akut dan mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal akut
secara tepat dan benar, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) di dalam darah (Arif Muttaqin,2011).
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan
cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50
ml/menit (Arjatmo Tjokonegoro,2001).

2.2 Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik :
o Glomerulonefritis kronik
o Diabetes melitus
o Hipertensi
o Batu ginjal
o Obat-obatan

Keanekaragaman penyakit bisa menghasilkan gagal ginjal kronis.


Penyebab yang paling sering adalah penyakit ginjal bawaan dan sistem
perkemihan yang cacat, refluks vesicoureteral yang dihubungkan dengan
infeksi sistem perkemihan yang kambuh, pielonefritis kronik, penyakit
keturunan, glomerulonefritis kronik dan glomerulopathi dihubungkan dengan
penyakit sistemik seperti anaphylactoid purpura dan lupus eritematosus.
Penyakit pembuluh ginjal seperti sindrom hemotitik-uremi, pembuluh
trombosis dan kortikel nekrosis adalah penyebab yang paling sering. (Wong &
Whaley’s, 2000)

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik :

1. Gastrointestinal: ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan.

2. Kardiovaskuler: hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG),


perikarditis, efusi pericardium dan tamponade pericardium.

3. Respirasi: edema paru, efusi pleura, dan pleuritis.

4. Neuromuskular: lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan


muskular, neuropati perifer, bingung dan koma.

5. Metabolik / endokrin: inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon seks


menyebabkan penurunan libido, impoten dan amenor.

6. Cairan-elektrolit: terjadi ketidakseimbangan antara lain :

 Ketidakseimbangan cairan
 Kelebihan cairan: edema, oligori, hipertensi, gagal jantung
kongestif.
 Penipisan volume vaskuler: poliuri, penurunan asupan cairan,
dehidrasi.
 Ketidakseimbangan elektrolit
 Hiperkalemia: gangguan irama jantung, disfungsi miokardial.
 Hipernatremia: haus, stupor, takikardi, membran kering,
peningkatan reflrk tendon profuda, penurunan tingkat
kesadaran.
 Hipokalemia dan hiperfosfatemia: iritabilitas, depresi, kram
otot, parastesia, psikosis, tetani.
 Hipokalemia: penurunan reflek tendon profunda, hipotonia,
perubahan EKG

7. Dermatologi: pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis dan uremia frost.

8. Abnormal skeletal: osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia.

9. Hematologi: anemia, defek kualitas platelet dan perdarahan meningkat.

10. Fungsi psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan


proses kognitif. (Nursalam, 2006)

2.4 Patofisiologi

Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun


dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan mempengaruhi
seluruh system tubuh. Semakin banyak timbunan produksi sampah maka
gejala semakin berat.

Gangguan clearanse renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus


yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan
memeriksa clearanse kreatinin urine tampung 24 jam yang menunjukkan
penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum.

Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan


hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan
kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam
mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare
menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.

Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu
mensekresi ammonia (NH3-) dan mengabsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-).
Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain terjadi.

Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai,


memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari
saluran penceranaan. Eritropoitein yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi
sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah, dan produksi
eritropoitein menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disrtai
keletihan angina, dan sesak nafas.

Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme.


Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika
salah satunya meningkatr, maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan
menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka meningkatkan kadar
fosfat serum dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dan kelenjar paratiroid.
Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak merespon normal terhadap peningkatan
sekresi parathormon, sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan
terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga, vitamin D
(1,25 dihidrokolekalsiferol) yang dibentuk diginjal menurun seirng
perkembangan gagal ginjal. (Nursalam, 2006)

2.5 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :

1. Hiperkalemia

2. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung

3. Hipertensi

4. Anemia
5. Penyakit tulang

(Brunner & Suddarth, 2002)

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik :

o Pemeriksaan laboratorium

Dilakukan untuk menetapkan adanya GGk, menentukan ada tidaknya


kegawatan, menentukan derajat GGK, dan membantu menetapkan etiologi.

o Pemeriksaan EKG

Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,


aritmia, dan gangguan elektrolit.

o Ultrasonigrafi (USG)

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mmencari adanya faktor yang reversibel seperti obstruksi oleh karena batu
atau massa tumor.

o Foto polos abdomen

Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal.

(Suhardjono, dkk, 2001)

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaannya adalah :

1. Memperlambat progresi gagal ginjal.

 Pengobatan hipertensi.
 Pembatasan asupan protein untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus.
 Restriksi fosfor, untuk mencegah hiperparatiroidisme sekunder.
 Mengurangi proteinuria.
 Mengendalikan hiperlipidemia.
2. Mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut

3. Pengelolaan uremia dan komplikasinya

(Suhardjono, dkk, 2001)

Pengobatan pada gagal ginjal kronis terutama untuk menghambat laju


kegagalannya agar tidak sampai terjadi gagal ginjal terminal atau ginjal tidak
berfungsi lagi. Disini pengobatan harus dibantu oleh disiplin ketat penderita.
Bila ingin berolahraga, pencapaian target tidak ditentukan. Jenis olahraga yang
boleh dilakukan hanya yang ringan seperti berjalan kaki dan berenang
secukupnya.

Selain itu tekanan darah harus dinormlakan, gula darah dikendalikan, serta
antibiotika diberikan secara tetap bila terjadi infeksi. Infeksi seringkali terjadi
gara-gara tumbuh batu, khususnya pada saluran kemih. Hati-hati bila salah
satu ginjal mengalami infeksi, harus segera diatasi sebab mudah menular pada
yang masih sehat.

Proses hemodialisa baru dilakukan bila ginjal hampir tidak berfungsi lagi
(kadar kreatinin kurang dari 5 ml/menit, kedua ginjal sudah mengecil, serta
fungsinya dibawah 5%). Ada dua macam cara cuci darah yakni hemodialisis
yang harus dilakukan dirumah sakit secara teratur (2-3 kali/minggu) atau
CAPD (dialiasis peritoneal kronik) yang dapat dilakukan sendiri dirumah.
Namun, yangkedua ini jarang dilakukan karena sering menimbulkan
komplikasi.

Yang utama perlu diupayakan penderita gagal ginjal kronik adalah diet
ketat rendah protein dengan kalori cukup. Pemilihan makanan secara ketat
untuk mencegah terjadinya atau berlanjutnya komplikasi gagal ginjal. Tapi
cukup energi untuk kegiatan sehari-hari serta bobot badan normal perlu
diperhatikan.

Beberapa jenis terapi pengganti ginjal, yaitu :

1. Hemodialisis (HD = cuci darah)

Pada hemodialisis darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam
mesin dialiser (yang berfungsi sebagai ginjal buatan) untuk dibersihkan dari
zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk
dialisis. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh.

2. Dialisis Peritoneal (cuci darah lewat perut)


Disini proses “cuci darah” dilakukan didalam tubuh melalui
selaput/membran peritoneum (selaput rongga perut)

Dialisis peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisis kedalam


rongga perut melalui selang kateter yang telah ditanam dalam rongga perut.
Tekhnik ini memanfaatkan selaput rongga perut untuk menyaring dan
membersihkan darah. Ketika cairan dialisis berada dalam rongga perut, zat-zat
racun didalam darah akan dibersihkan, juga kelebihan air akan ditarik.

Proses dialisis peritoneal ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya
membutuhkan waktu yang singkat, terdiri dari 3 langkah : memasukkan
dialisat (cairan dialisis) berlangsung selama 10 menit; waktu tinggal yaitu
dimana sesudah cairan dimasukkan, cairan dibiarkan dalam rongga perut
untuk selama periode tertentu (5-6 jam); mengelurkan cairan yang berlngsung
selama 20 menit.

3. Transplantasi ginjal (pencangkokan)

Penurunan semua fungsi ginjal akan diikuti penimbunan sisa metabolisme


protein, gangguan asam basa dan elektrolit.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian

 Aktivitas/Istirahat

Gejalanya adalah kelelahan, malaise, gangguan tidur ditandai dengan


kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

 Sirkulasi

Gejalanya adalah riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada,
ditandai dengan hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, disritmia
jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia,
pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.

 Integritas Ego

Gejalanya adalah faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan ditandai dengan menolak, ansietas, takut, mudah tersinggung,
perubahan kepribadian.

 Eliminasi

Gejalanya adalah penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen


kembung, diare atau konstipasi ditandai dengan perubahan warna urine contoh
kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.

 Makanan/cairan

Gejalanya adalah oedema, malnutrisi, anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah


ditandai dengan distensi abdomen/asites, pembesaran hati, perubahan turgor
kulit, ulserasi gusi, penurunan otot, penurunan lemak subkutan, peampilan tak
bertenaga.

 Neurosensori

Gejalanya adalah sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, kesemutan ditandai


dengan gangguan status mental, kejang, fasikulasi otot, rambut tipis, kuku
rapuh dan tipis.
 Pernafasan

Gejalanya adalah nafas pendek, dispnea noktural paroksimal, batuk dengan


atau tanpa sputum ditandai dengan takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi
pernafasan kusmaul, batuk produktif edngan produksi sputum merah muda.

 Nyeri/kenyamanan

Gejalanya adalah nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki ditandai


distraksi, gelisah.

 Keamanan

Gejalanyaadalah kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi ditandai dengan


pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), peteki, area ekomosis pada kulit, fraktur
tulang, defesi fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan
gerak sendi.

 Seksualitas

Gejalanya adalah penurunan libido, amenore, infertilitas.

3.2 Diagnosa

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.

2. Kelelahan berhubungan dengan anemia.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.

4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan fungsi paru

5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.

6. Resti infeksi berhubungan dengan penurunan im


BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

4.1 Kasus

Hari kamis sekitar jam 09.30 WIB Ibu Afifah membawa anaknya (Suhardi 20
tahun ) ke RS KARDINAH dengan keluhan sesak nafas terlebih pada posisi
terlentang disertai peningkatan suhu tubuh 38,5 O C dan kadang-kadang muntah-
muntah hilangnya nafsu makan yang sudah dirasakan sejak 4 jam sebelum klien
ke IRD

4.2 Pembahasan
Data Etiologi Masalah
(1) DS : Gagal ginjal Gangguan pemenuhan
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya  kebutuhan O2
sering merasa mengeluh nafasnya agak peneurunan ekresi
sesak cairan

DO : RR : 28 X/mnt penumpukan cairan
Edema (+) diparu
Hasil Lab 
Adanya cardiomegali dengan udema complien paru 
paru 
 otot tonus lemah gangguan pemenuhan
kebutuhan O2
 tekanan darah rendah
 kulit berwarna coklat
 edema
 nafas pendek
 urin pekat

(2) S : Akumulasi penumpukan Resiko tinggi penurunan


Klien mengeluh kadang-kadang kepalanya urea/ curah jantung
terasa pusing dan dadanya/jantungnya 
terasa berdebar-debar perubahan urea menjadi
amonia
O: 
TD ; 180 /90 mmHg ketidak seimbangan
HR : 100 x/mnt cairan
Hasil Lab 
Ureum/BUN : 61,3 mg/dl pe beban volume
Serum Creatinin : 13,37 mg/dl cairan, kerja miokard
dan tahanan vaskuler
meningkat

gangguan hantaran
darah, pe irama
jantung

DIAGNOSA

1. gangguan pemenuhan Oksigen berhubungan dengan penumpukan cairan


diparu (udemaparu)
2. resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan akumulasi urea
dijaringan tubuh
RENCANA TINDAKAN

DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL


KEPERAWATAN
1. gangguan Pemenuhan 1. Kaji frekuensi, 1. Berguna
pemenuhan kebutuhan kedalaman dalam
oksigen oksigen pernafasan, catat evaluasi
berhubungan terpenuhi pergerakkan otot disstress
dengan Dengan kriteria : aksesori, nafas pernafasan
penumpukan RR : 20 x/mnt bibir, dan /atau
cairan di paru Sesak tidak ada ketidakmampua kronisnya
(udema paru) Udema n proses
di tandai : hilang/tidak ada bicara,berbincan penyakit.
nafas sesak RR Kulit hangat g 2. Mengurangi
: 28x/menit 2. Batasi aktifitas kebutuhan
Gelisah klien oksigen yang
3. Tinggikan tempat lebih banyak
tidur, bantu klien 3. Pengiriman
untuk memberi /pemenuhan
posisi yang oksigen
mudah utuk dapat
bernafas diperbaikide
ngan posisi
4. Batasi cairan duduk tinggi
yang masuk /semi fowler
4. Untuk tidak
5. Kolaborasi dalam memperbera
pemberian obat t udema
yang bersifat paru dan
diuretik memperbera
t penyebab
5. Untuk
memenuhi
pemenuhan
kebutuhan
oksigen yang
kurang pada
tubuh
DIAGNOSA TUJUAN RENCANA RASIONAL
KEPERAWATAN TINDAKAN
2) Resiko tinggi terjadi Tujuan : 1. Auskultasi 6. Berguna dalam
penurunan curah Mempertahanka bunyi evaluasi disstress
jantung berhubungan n curah jantung. jantung dan pernafasan dan
dengan Kriteria : paru. /atau kronisnya
akumulasi/penumpuka Tekanan darah Evaluasi proses penyakit.
n urea toksin. sistole antara adanya 7. Mengurangi
100 – 140 dan edema, kebutuhan
diastole antara perifer, oksigen yang lebih
70 – 90 mmHg kongesti banyak
dan frekuensi vaskuler 8. Pengiriman
jantung antara dan /pemenuhan
60 - 100, nadi keluhan oksigen dapat
perifer kuat, dan dispnea. diperbaikidengan
sama dengan Selidiki posisi duduk tinggi
waktu pengisian keluhan /semi fowler
kapiler. pada dada, 9. Untuk tidak
perhatikan memperberat
lokasi dan udema paru dan
skala memperberat
keparahan. penyebab
10. Untuk memenuhi
2. Berikan pemenuhan
oksigen kebutuhan
tambahan oksigen yang
sesuai kurang pada
indikasi. tubuh

3. batasi
aktivitas 1. Untuk mengetahui
klien terpenuhinya atau
tidaknya
4. Tinggikan kebutuhan klien
kaki dan akibat kebutuhan
hindari pola tidur
tekanan /istirahat klien
pada bawah sehingga dapat
kulit lutut. diambil tindakan
5. Evaluasi yang tepat.
bunyi 2. Membatasi faktor-
jantung, TD, faktor penyebab
nadi dan pencetus
perifer, terjadinya
pengisian gangguan pola
kapiler dan tidor
suhu. 3. Cairan yang
hangat
Kolaborasi : membolidasi dan
1. Pemeriksaa mengeluarkan
n sekret
laboratoriu Dengan
m (Na, K), lingkungan yang
BUN, Serum tenang
kreatinin, Dan nyaman
Kreatinin dapat membantu
klirens. memberikan
2. Pemeriksaa dan
n thoraks meningkatkan
foto. tidur /istirahat
3. Pemberian 4. Pengantar tidur
obat- akan
obatan anti memudahkan
hipertensi. pasien dalam
Persiapan jatuh dalam tidur
Dialisis dan relaksasi
mengurangi
ketegangan otot.
5. kolaborasi
Pemberian obat
untuk menurunkan
produktivitas batuk
klien

1. Mengidentifikasi
defisiensi,
memperhitungkan
kemungkinan
intervensi
2. Mengevaluasi
masukkan kalori
dan kualitas
kekurangan,
konsumsi
makanan.
3. kolaborasi
Membantu
dalam membuat
dan mencari diet
untuk
memenuhi
kebutuhan
individual
Meningkatkan
efektivitas
program
pengobatan
termasuk sumber
diet yang
dibutuhkan.
4. Untuk
meningkatkan dan
mempercetpat
pembentukan
haemoglobin
5. Untuk
meningkatkan hb
dengan menambah
komponen darah
dalam tubuh

1. Adanya bunyi
jantung S3.S4
dengan tonus
muffled,
takikardia,
frekuensi jantung
tak teratur,
takipnea, dispnea,
gemerisik, mengi,
dan
edema/distensi
jugular
menunjukan GGK.

2. Gagal ginjal kronik


dan hipertensi
dapat
menyebabkan
infark miokard.

3. Meningkatkan
sediaan oksigen
untuk miokard.

4. Menurunkan
statis vena dan
insiden trombus.

5. Adanya hipotensi
tiba-tiba,
penyempitan
tekanan nadi,
penurunan/tekad
anya nadi perifer,
distensi jugular
nyata dan pucat
menunjukkan
tamponade yang
merupakan
kedaruratan
medik.

kolaborasi
1. Ketidakseimbanga
n dapat
mengganggu
konduksi
elektrikal dan
fungsi jantung.

2. Mengidentifikasi
terjadinya gagal
jantung atau
kalsifikasi jaringan
lunak.
3. Obat anti
hipertensi akan
mempercepat
penurunan
tekanan darah
dan menurunkan
tahanan vaskuler
sistemik
4. Penurunan ureum
toksik,
memperbaiki
ketidakseimbanga
n elektrolit dan
kelebihan cairan,
mencegah
manifestasi
jantung, termasuk
hipertensi dan
efusi pericardial

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)


DIAGNOSA TANGGAL TINDAKAN EVALUASI (SOAP)
keperawatan KEPERAWATAN
1 gangguan 22 juli 2002 1 Kaji frekuensi, Subjektif :
pemenuhan kedalaman Klien
Oksigen pernafasan, catat mengatakan
berhubungan pergerakkan otot sesak
dengan aksesori, nafas berkurang
penumpukan bibir, Objektif :
cairan diparu ketidakmampuan RR : 24 x/mnt
(udemaparu) bicara,berbincang Klien tampak
ditandai ; 2 Batasi aktifitas mulai tenang
nafas sesak klien Sesak
RR : 28 x/mnt 3 Tinggikan tempat berkurang
Gelisah tidur, bantu klien Kulit perifer
untuk memberi mulai memerah
posisi yang mudah Produktivitasa urine
untuk bernafas perjam 40 -50
4 Batasi cairan yang
masuk
5 Kolaborasi dalam
pemberian obat
yang bersifat
diuretik
2 Resiko tinggi terjadi 23 juli 1 Mengauskultasi TANGGAL 19 juli
penurunan curah 2002 bunyi jantung dan 2002
jantung berhubungan paru. Mengevaluasi Post Hemodialisa.
dengan adanya edema,
akumulasi/penumpuk perifer, kongesti O:
an urea toksin. vaskuler dan keluhan 1. Tekanan darah
dispnoe. 180/80 mmHg
2. Ureum/BUN :
2 Menyelidiki keluhan 43 mg/dl (10
nyeri dada, – 45).
perhatikan lokasi dan 3. Serum
skala keparahan. Creatinin :
3 Memberikan oksigen 10,67 mg/dl
tambahan sesuai (L : 0,9 –
indikasi (bila 1,5 P : 0,7 –
diperlukan) 1,3).
4 Meninggikan kaki A : Tujuan tercapai
dan hindari tekanan sebagian
pada bawah kulit
lutut.. P : Intervensi terus
5 Mengevaluasi bunyi dilakukan.
jantung, TD, nadi
perifer, pengisian
kapiler dan suhu.
6 Meninggikan kaki
dan hindari tekanan
pada bawah kulit
lutut.
7 Mengkolaborasikan :
8 Pemeriksaan
laboratorium (Na, K),
BUN, Serum
kreatinin, Kreatinin
klirens.
9 Pemeriksaan thoraks
foto.
10 Memberikan obat-
obatan anti
hipertensi
Mempersiapkan rencana
tindakan Dialisis

You might also like