You are on page 1of 11

1

Penambahan Probiotik Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi


Pakan Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

Muhammad Azwan Fajri1), Adelina2), Netti Aryani2)


Faculty of Fisheries and Marine Sciences University of Riau
Pekanbaru, Riau Province
Muhammadazwan1993@gmail.com

ABSTRACT

The research aimed to determine effect of addition probiotic in artificial feed to


growth and retention proteins on fingerling of baung (Hemibagrus nemurus). This
research used a completely randomized design (RAL) with one factor, five
treatments and 3 replications. The treatment given was different concentrated of
probiotic in feed. Consisting of: control (without the addition of probiotic), P1
(addition probiotic of 2 ml/kg feed), P2 (4 ml/kg of feed), P3 (6 ml/kg of feed)
and P4 (8 ml/kg of feed). Feed protein content of 28,33%. The results showed
addition of probiotic 2, 4, 6, and 8 ml into artificial feed did not give a significant
effect (P>0,05) on the feed efficiency, retention of protein, specific growth rate,
and survival rate fingerling of baung. The best treatment contained in P4 (8 ml/kg
of feed) with 53,92% digestibility of feed, feeding efficiency 26,46%, protein
retention 22,43% and the specific growth rate of 2,05%.

Keywords: Probiotic, artificial feed, Hemibagrus nemurus

1. Student of Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau.


2. Lecturer of Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau.

PENDAHULUAN
Ikan baung (Hemibagrus sehingga kondisi tersebut cukup
nemurus) merupakan salah satu jenis mengkhawatirkan terhadap
ikan air tawar yang hidup di keberadaan dan ketersediaannya di
beberapa sungai di Indonesia, alam. Untuk mengatasi permasalahan
terutama di Sumatera dan tersebut maka salah satu cara yang
Kalimantan. Khusus di daerah Riau, dapat ditempuh adalah melakukan
Ikan ini dapat dijumpai di perairan pengembangan usaha budidaya ikan
umum seperti danau, waduk, dan baung (Aryani, 2014).
sungai (Kottelat et al., 1993). Ikan Pakan merupakan salah satu
ini berpotensi untuk dibudidayakan faktor yang menentukan keberhasilan
karena memiliki nilai ekonomis usaha budidaya. Pada umumnya
tinggi. Ketersediaan ikan baung pakan komersial dapat menghabiskan
sebagai bahan pangan masyarakat sekitar 60-70% dari total biaya
sebagian besar masih berasal dari produksi (Hadadi et al., 2009).
hasil tangkapan di alam. Semakin Tingginya harga pakan dan kualitas
meningkatnya minat konsumen nutrisinya yang rendah merupakan
terhadap ikan baung, mendorong hambatan dalam proses budidaya.
penangkapan yang berlebihan, Oleh karena itu, dibutuhkan bahan
2

tambahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan harian tertinggi sebesar


pertumbuhan ikan dan efisiensi 3,12 % dan efisiensi pakan terbaik
pakan yang ditambahkan ke dalam sebesar 31,65%, sedangkan tanpa
pakan (feed additive), sehingga dapat pemberian probiotik laju
mengurangi biaya produksi. pertumbuhannya 2,04 % dan
Probiotik merupakan feed efisiensi pakan sebesar 43,93%.
additive (bahan tambahan) yang Penelitian bertujuan untuk
mengandung sejumlah bakteri mengetahui penambahan dosis
(mikroba) yang memberikan efek probiotik terbaik pada pakan dan
yang menguntungkan kesehatan ikan melihat pengaruhnya terhadap
karena dapat memperbaiki pertumbuhan benih ikan baung
keseimbangan mikroflora intestinal, (Hemibagrus nemurus) tingkat
sehingga dapat memberikan efisiensi pakan, kecernaan pakan,
keuntungan perlindungan, proteksi retensi protein, serta kelulushidupan
penyakit dan perbaikan daya cerna benih ikan baung.
pakan. Selain itu probiotik juga dapat
mempercepat pertumbuhan dan BAHAN DAN METODE
meningkatkan kekebalan tubuh dari
penyakit pathogen tertentu Ikan dan Wadah Uji
(Prangdimurti, 2001). Probiotik Penelitian ini telah
berkembang dalam usus dan dapat dilaksanakan pada tanggal 1 April -
menguntungkan inangnya baik 26 Mei 2015 yang bertempat di
secara langsung maupun tidak Kolam Percobaan dan Laboratorium
langsung dari hasil metabolitnya Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan
(Kompiang, 2009). Bakteri yang Ilmu Kelautan Universitas Riau,
terkandung pada probiotik dapat Pekanbaru. Ikan uji yang digunakan
mengubah mikroekologi usus adalah benih ikan baung
sedemikian rupa sehingga mikroba (Hemibagrus nemurus) yang
yang menguntungkan dapat berukuran 3–5 cm dan dengan bobot
berkembang dengan baik (Raja dan 3-4 g sebanyak 400 ekor. 300 ekor
Arunachalam, 2011). untuk 15 wadah yang berupa
Enzim yang dihasilkan oleh keramba dan 100 ekor untuk wadah
mikroba yang terdapat dalam yang berupa akuarium. Setiap wadah
probiotik yaitu enzim amilase, diisi benih baung sebanyak 20
protease dan selulose (Wang et al., ekor/wadah. Benih ikan ini diperoleh
2008). Enzim tersebut menghidrolisis dari hasil pemijahan di desa Sungai
molekul kompleks seperti memecah Paku, Kecamatan Kampar Kiri,
karbohidrat, protein dan lemak Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
menjadi molekul yang lebih Wadah penelitian yang
sederhana sehingga mempermudah digunakan berupa karamba dari
proses pencernaan dan penyerapan jaring kasa dengan mesh size 1 mm
nutrien dalam saluran pencernaan dengan ukuran 1 x 1 x 1 m sebanyak
ikan (Putra, 2010). 15 unit dengan ketinggian air ± 75
Hasil penelitian Ahmadi et cm dan akuarium uji digunakan
al., (2012) yang melakukan untuk mengukur kecernaan pakan.
pemberian probiotik dengan dosis 6 Akuarium tersebut berukuran 50 x 20
ml/kg pakan pada benih lele cm sebanyak 5 unit ditempatkan di
sangkuriang menghasilkan laju Laboratorium Nutrisi Ikan.
3

Pakan Uji yang telah dimasak sebanyak 25 –


Pakan uji yang digunakan 30 % dari bobot total bahan dan
dalam penelitian ini adalah pakan diaduk sehingga adonan menjadi
buatan yang diramu sendiri dalam padat. Selanjutnya ditambahkan
bentuk pelet. Bahan-bahan pakan minyak ikan sesuai dosis. Adonan
untuk pembuat pelet adalah Tepung dicetak dan dikeringkan di bawah
Kedelai, tepung ikan, dan tepung sinar matahari. Pellet yang telah
terigu. Bahan pelengkap dikeringkan kemudian dianalisis
ditambahkan vitamin mix, mineral kadar proksimat. Dari hasil uji
mix dan minyak ikan. diperoleh nilai proksimat pakan uji
yaitu Protein 28,33%, Serat kasar
Metode Penelitian 9,04%, BETN 28,26%, lemak
Metode yang digunakan 13,44% dan kadar air 9,77% (Hasil
dalam penelitian adalah metode analisa IPB). Penambahan probiotik
eksperimen dengan menggunakan yaitu dengan cara disemprotkan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) merata pada pakan dan dikering
satu faktor dengan 5 taraf perlakuan anginkan selama 30 menit. Pakan
dan 3 kali ulangan sehingga yang telah ditambahkan probiotik
diperlukan 15 unit percobaan. diberikan pada ikan dengan frekuensi
Adapun perlakuannya sebagai 3 kali sehari (pukul 08.00, 12.00 dan
berikut : 16.00 WIB.

P0 : Pakan tanpa penambahan Persiapan Wadah dan Ikan Uji


Probiotik (kontrol) Ikan uji yang akan digunakan
P1 : Pakan dan penambahan dalam penelitian ini dimasukkan ke
probiotik 2 ml/kg pakan keramba yang telah dipasang pada
P2 : Pakan dan penambahan Kolam Percobaan Fakultas Perikanan
probiotik 4 ml/kg pakan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
P3 : Pakan dan penambahan Kemudian, ikan adaptasi terlebih
probiotik 6 ml/kg pakan dahulu. Setiap wadah penelitian diisi
P4 : Pakan dan penambahan ikan uji sebanyak 20 ekor/wadah dan
probiotik 8 ml/kg pakan ditimbang untuk mengetahui berat
awal ikan. Pakan diberikan sebanyak
3 kali sehari yaitu pada pukul 07.00,
Pembuatan Pakan dan Penambahan 12.00 dan 17.00 WIB. Pada
Probiotik pengamatan kecernaan pakan, ikan
Pelet yang akan dibuat dimasukkan ke dalam akuarium
sebelumnya ditentukan formulasi dan erukuran 60 x 40 x 40 cm3 dengan
komposisi masing-masing bahan padat tebar 15 ekor/wadah dan
sesuai dengan kebutuhan protein diberikan pakan yang mengandung
yang diharapkan yaitu sebesar 35%. Cr2O3. Ikan diberi pakan kemudian
Penimbangan bahan-bahan pakan feses yang dikeluarkan ikan
dan pencampuran bahan dilakukan dikumpulkan. Pengambilan feses
secara bertahap, mulai dari jumlah ikan dilakukan dengan cara
persentasenya kecil hingga penyiponan setelah 2-5 jam ikan
persentase yang besar agar campuran diberi pakan. Pengumpulan feses
menjadi homogen. Selanjutnya bahan pada tiap perlakuan dilakukan hingga
yang telah homogen ditambahkan air 1 jam. Feses ditampung dalam botol
4

film berlabel, kemudian dikeringkan


dan disimpan dalam suhu dingin
(lemari es).

Parameter yang diukur Laju Pertumbuhan Spesifik


Menurut Steffens (1989) laju
Kecernaan pakan pertumbuhan spesifik diukur dengan
Pengukuran tingkat menggunakan rumus:
kecernaan menggunakan metode
tidak langsung yaitu dengan
menambahkan indikator dalam SGR= x100%
pakan perlakuan berupa Cromium
Oxide (Cr2O3) sebanyak 1% dari
berat pakan Kecernaan pakan Kelulushidupan
dihitung menurut rumus Wattanabe Menurut Effendie (1997),
(1988), yaitu: tingkat kelulushidupan ikan dapat
dihitung dengan rumus sebagai
KP = 100 – (100 x a/a’) berikut:

Dimana: KP = Kecernaan Pakan;


a’= % Cr2O3 dalam pakan (%)
a’= % Cr2O3 dalam feses (%) Kualitas Air
Parameter kualitas air yang
Efisiensi Pakan
Jumlah pakan yang diberikan diukur selama penelitian adalah
selama penelitian serta berat ikan suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan
pada awal dan akhir penelitian akan ammoniak (NH3). Pengukuran ini
diperoleh informasi tentang efisiensi dilakukan di awal, pertengahan dan
pakan yang dihitung berdasarkan akhir penelitian.
rumus Watanabe (1988), yaitu:

Retensi Protein
Retensi protein merupakan
perbandingan antara jumlah protein
yang disimpan ikan di dalam tubuh
dengan jumlah protein yang
diberikan melalui pakan. Retensi
protein dapat dihitung dengan rumus
Watanabe (1988):
5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kecernaaan Pakan

Data mengenai perhitungan setiap perlakuan dan ulangan selama


kecernaan pakan ikan baung pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kecernaan Pakan (%) Benih Ikan Baung Pada Setiap Perlakuan Selama
Penelitian.
Perlakuan
Kecernaan Pakan (%)
(Dosis Probiotik ml/kg pakan)
P0 (0) 42,86
P1 (2) 50,98
P2 (4) 46,24
P3 (6) 48,19
P4 (8) 53,92

Berdasarkan Tabel 1 dapat amilase sehingga mampu


dilihat bahwa nilai kecernaan pakan mengoptimalkan daya cerna pakan.
benih ikan baung berkisar antara Didukung oleh pendapat Macey dan
42,86-53,92%. Kecernaan tertinggi Coyne (2005) yang menyatakan
diperoleh pada P4 (dosis 8 ml bahwa suplementasi pakan dengan
probiotik) yaitu sebesar 53,92%, bakteri probiotik meningkatkan
sedangkan kecernaan pakan terendah pencernaan dan penyerapan protein
yaitu pada P0 (kontrol) sebesar pada saluran percernaan karena
42,86%. Nilai kecernaan pada P4 (8 meningkatnya aktivitas enzim
ml probiotik) lebih baik dari protease di dalam usus.
perlakuan lainnya, ini diduga karena Daya cerna pakan yang tinggi
jumlah bakteri yang masuk ke dalam menyebabkan semakin tingginya
saluran pencernaan mampu nutrien yang tersedia pada pakan
mengoptimalkan kinerja enzim- untuk diserap tubuh sehingga
enzim yang terdapat pada saluran protein tubuh dan pertumbuhan
pencernaan ikan sehingga enzim- meningkat. Menurut Ahmadi et al.,
enzim tersebut berkerja secara (2012) aktivitas bakteri probiotik
optimal dalam proses penyerapan yang terkandung pada pakan uji
pakan. Hal ini sesuai pernyataan dapat menciptakan suasana asam
Gatesoupe (1999) bahwa dalam pada pencernaan ikan membuat
saluran pencernaan ikan terdapat sekresi enzim menjadi lebih cepat
bakteri yang menghasilkan enzim sehingga mengakibatkan
pencernaan yang dapat merombak meningkatnya kecernaan pakan.
nutrien makro yang masuk melalui Hasil penelitian sebelumnya
pakan untuk kebutuhan bakteri itu oleh Ramdhana et al., (2012) dengan
sendiri dan memudahkan diserap penambahan probiotik ke dalam
oleh ikan. Menurut Irianto (2007) pakan benih ikan lele sebanyak 7 ml
bakteri pada probiotik mampu menghasilkan kecernaan pakan
mensekresikan enzim-enzim sebesar 68,09%.
pencernaan seperti protease dan
6

Efisiensi Pakan
ikan uji selama penelitian yang dapat
Dari hasil penelitian diperoleh dilihat pada Tabel 2.
nilai rata-rata efisiensi pakan pada

Tabel 2. Efisiensi Pakan (%) Benih Ikan Baung pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian

Ulangan Perlakuan (dosis probiotik ml/kg)


P0 (0) P1 (2) P2 (4) P3 (6) P4 (8)
1 26,10 22,10 20,69 23,39 24,52
2 24,07 23,60 18,40 18,03 22,59
3 21,24 16,48 22,86 19,52 32,28
Jumlah 71,40 62,19 61,96 60,93 79,39
Rata-rata 23,80±2,44 20,73±3,75 20,65±2,23 20,31±2,76 26,46±5,12

Pemberian pakan dengan faktor antara lain tingkat kesukaan


penambahan dosis probiotik yang ikan terhadap pakan yang diberikan,
berbeda pada setiap perlakuan tidak kebiasaan makannya serta dosis
berpengaruh nyata terhadap efisiensi probiotik yang diberikan. NRC
pakan (P>0,05). Secara deskriptif, (1993) menyatakan bahwa efisiensi
perlakuan P4 (8 ml probiotik) pakan berhubungan erat dengan
menunjukkan nilai efisiensi pakan kesukaan ikan dengan pakan yang
yang paling baik sebesar 26,46% diberikan, selain itu dipengaruhi oleh
sedangkan yang terendah pada kemampuan ikan dalam mencerna
perlakuan P3 sebesar 20,31%. Pada bahan pakan. Effendie (1997)
P4 (penambahan probiotik 8 ml) menambahkan bahwa kesukaan
menunjukkan bahwa benih ikan organisme terhadap pakan yang
baung mampu memanfaatkan pakan diberikan dipengaruhi oleh beberapa
yang diberikan lebih baik faktor, yaitu: padat tebar organisme,
dibandingkan dengan perlakuan ketersediaan pakan, faktor pilihan
lainnya. Penyebab efisiensi pakan ikan dan faktor fisik yang
pada perlakuan P4 (8 ml probiotik) mempengaruhi perairan.
lebih tinggi dari perlakuan lainnya Jika dikaitkan dengan kinerja
diduga karena bakteri probiotik enzim pada saluran pencernaan ikan,
mampu memberikan kinerja positif dosis probiotik yang diberikan
dalam menghasilkan enzim-enzim diduga juga berpengaruh terhadap
yang berfungsi sebagai pemecah nilai efisiensi pakannya karena
nutrien sehingga mengoptimalkan kurang efektifnya mekanisme bakteri
penyerapan nutrien pakan pada probiotik menghasilkan enzim
saluran pencernaannya. Sesuai pencernaan pada saluran pencernaan
dengan pernyataan Johnson (1986) ikan menjadi penyebab rendahnya
dalam Rengpipat et al. (1998) bahwa efisiensi pakan karena akan
probiotik mampu meningkatkan mempengaruhi tingkat penyerapan
penyerapan pakan dalam saluran nutrien pakan oleh ikan. Menurut
pencernaan. Gatesoupe (1999), agar pakan
Sama halnya seperti nilai dimanfaatkan secara optimal maka
kecernaan pakan, efisiensi pakan dibutuhkan aktivitas bakteri dalam
terendah pada P3 (6 ml) sebesar pencernaan yang masuk melalui
20,31% diduga karena beberapa pakan yang menyebabkan terjadinya
7

keseimbangan jumlah bakteri dalam 60%. Efisiensi pakan pada penelitian


usus sehingga dapat menekan bakteri ini sebesar 26,46% ini menunjukkan
pathogen. bahwa nilai efisiensi pakan yang
NRC (1983), menyatakan diperoleh pada penelitian ini lebih
bahwa persentase efisiensi pakan rendah dari nilai yang dikemukakan
terbaik adalah berkisar antara 30- NRC (1983).

Retensi Protein
Dari hasil penelitian diperoleh pada setiap perlakuan yang
nilai retensi protein benih ikan baung ditabulasikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Retensi Protein (%) Benih Ikan Baung Pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian.

Perlakuan (Dosis probiotik ml/kg)


Ulangan
P0 (0) P1 (2) P2 (4) P3 (6) P4 (8)
1 19,57 19,29 15,03 17,21 19,33
2 18,64 19,68 13,17 15,27 18,45
3 16,11 15,55 17,67 15,57 29,51
Jumlah 54,32 54,53 45,87 48,05 67,29
Rata-rata 18,10±1,79 18,17±2,28 15,29±2,26 16,01±1,04 22,43±6,14

Dari Tabel 3 diperoleh nilai diberikan melalui pakan secara


retensi protein tertinggi pada optimal untuk penambahan protein
perlakuan P4 (8 ml probiotik) tubuh. Webster dan Lim (2002)
sebesar 22,43% dan yang terendah menyatakan nilai retensi protein
pada perlakuan P2 sebesar 15,29%. pakan ditentukan oleh sumber
Pemberian pakan dengan protein yang digunakan dalam pakan
penambahan dosis probiotik yang dan sangat erat kaitannya dengan
berbeda pada setiap perlakuan tidak kualitas protein yang ditentukan oleh
berpengaruh nyata terhadap retensi komposisi asam amino serta
protein (P>0,05). Secara deskriptif, kebutuhan ikan akan asam amino
retensi protein yang paling baik pada tersebut.
P4 (8 ml probiotik) sebesar 22,43% Menurut Dani (2005) bahwa
dengan kadar protein pakan uji 28,33 cepat tidaknya pertumbuhan ikan,
% (hasil analisa IPB). Retensi protein ditentukan oleh banyaknya protein
pada perlakuan P4 (8 ml probiotik) yang dapat diserap dan dimanfaatkan
yang merupakan nilai retensi paling oleh ikan sebagai zat pembangun.
baik diduga benih ikan baung Oleh karena itu, agar ikan dapat
mampu mengkonversi protein yang tumbuh dengan cepat, pakan yang
diperoleh dari pakan menjadi protein diberikan harus memiliki kandungan
tubuhnya dengan baik dibandingkan energi yang cukup untuk memenuhi
dengan perlakuan lainnya. energi metabolisme serta memiliki
Peningkatan protein dalam tubuh kandungan protein yang cukup tinggi
mengartikan bahwa ikan mampu untuk kebutuhan pembangunan sel-
memanfaatkan protein yang sel tubuh yang baru.
8

Laju Pertumbuhan Spesifik


Bobot rata-rata individu ikan uji pada setiap perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 1.

10
Pertumbuhan Bobot Rata-rata
individu benih ikan (g)

8
PO (0)
6 P1 (2ml)
4 P2 (4ml)
2 P3 (6ml)
0 P4 (8ml)
0 14 28 42 56
Pengamatan hari ke-

Gambar 1. Perubahan Bobot Rata-rata Individu Benih Ikan Baung Pada Setiap Perlakuan
Selama Penelitian
Pada Gambar 1 dapat dilihat Pertumbuhan ikan pada setiap
hari ke 14 sampai hari ke 28 sampling mengalami kenaikan
pertumbuhan benih ikan baung pada disebabkan oleh faktor internal dan
setiap perlakuan masih relatif sama eksternal. Adapun faktor internal
walaupun pada perlakuan 4 dan 3 diantaranya adalah keturunan, jenis
telah terlihat pertumbuhan yang lebih kelamin, umur, parasit dan penyakit,
tinggi. Pada pengamatan hari ke 42- sedangkan yang termasuk faktor luar
56 baru terlihat perbedaan adalah pakan dan kualitas perairan di
pertumbuhan antar perlakuan sekitar wadah pemeliharaan. Hal
terutama pada P4 dan P3 tersebut dapat membuktikan bahwa
menunjukkan pertumbuhan yang pakan dapat dimanfaatkan dengan
lebih tinggi dibandingkan 3 baik oleh ikan sehingga
perlakuan lainnya. Pada P4 (8 ml menghasilkan pertumbuhan ikan
probiotik /kg) menunjukkan yang baik.
pertumbuhan tertinggi dan perlakuan Selanjutnya untuk melihat
terendah yaitu pada P0. Pada pertumbuhan benih ikan baung
perlakuan P4 (8 ml probiotik) benih secara spesifik dapat diketahui
ikan baung tumbuh lebih cepat pada melalui perhitungan laju
hari ke 42-56 dibandingkan dengan pertumbuhan spesifik yang dapat
empat perlakuan lainnya pada setiap dilihat pada Tabel 4.
pengamatan. Hal ini disebabkan
karena pemberian pakan yang cukup
serta kualitas pakan yang memenuhi
kebutuhan ikan untuk
pertumbuhannya.
9

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Individu Benih Ikan Baung Pada Setiap
Perlakuan Selama Penelitian.

Perlakuan (Jumlah probiotik ml/kg)


Ulangan P0 (0) P1 (2) P2(4) P3 (6) P4 (8)
1 2,04 1,63 1,66 1,91 2,02
2 1,83 1,76 1,58 1,48 1,82
3 1,75 1,41 1,64 1,61 2,31
Jumlah 5,62 4,80 4,87 4,99 6,15
Rata-rata 1,87±0,14 1,60±0,17 1,62±0,04 1,66±0,22 2,05±0,06

Penambahan probiotik memenuhi kebutuhan nutrisi yang


dengan dosis berbeda ke dalam dibutuhkan benih ikan baung. Pakan
pakan tidak berpengaruh nyata yang dimanfaatkan oleh ikan pertama
terhadap laju pertumbuhan spesifik digunakan untuk memelihara tubuh
(P>0,05). Secara deskriptif, laju dan untuk memperbaiki alat-alat
pertumbuhan spesifik benih ikan tubuh yang rusak, setelah itu
baung yang tertinggi pada perlakuan kelebihan pakan yang ada digunakan
P4 (8 ml probiotik) sebesar 2,05% untuk pertumbuhan. Syahril (2011),
dan yang terendah pada P1 (2 ml menyatakan bahwa pertumbuhan
probiotik) sebesar 1,60%. Laju atau pembentukan jaringan tubuh
pertumbuhan spesifik tertinggi pada paling besar dipengaruhi oleh
P4 (8ml probiotik) diduga karena keseimbangan protein dan energi
pakan yang diberikan mampu dalam pakan.

Kelulushidupan
Kelulushidupan benih ikan diperoleh melalui perhitungan yang
baung dapat diperoleh dari dinyatakan dalam persen. Adapun
pengamatan setiap hari dimana data hasil perhitungan
semakin berkurangnya ikan uji pada kelulushidupan benih ikan baung
perlakuan selama penelitian dan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kelulushidupan (%) Benih Ikan Baung Selama Penelitian.


Perlakuan (Jumlah probiotik ml/kg)
Ulangan P0 (0) P1 (2) P2(4) P3 (6) P4 (8)
1 80 85 90 80 75
2 85 80 85 90 75
3 80 90 95 90 85
Jumlah 245,00 255,00 270,00 260,00 235,00
Rata-rata 81,67 85,00 90,00 86,67 78,33

Angka kelulushidupan benih tidak semuanya mampu bertahan


ikan baung yang diperoleh selama hidup pada saat minggu ketiga dan
penelitian berkisar antara 78-90%. minggu keempat penelitian. Selain
Kematian ikan selama penelitian ini itu juga disebabkan karena
disebabkan oleh adanya organisme kemampuan ikan beradaptasi dengan
parasit sehingga menyebabkan luka lingkungan tidak sama. Hal itulah
pada beberapa bagian tubuh ikan yang menyebabkan kelulushidupan
yang menyebabkan ikan tersebut
10

ikan menjadi bervariasi pada setiap kelangsungan hidup adalah faktor


perlakuan. biotik antara lain kompetitor,
Menurut Lakshmana dalam kepadatan, populasi, umur dan
Armiah (2010) faktor yang kemampuan organisme beradaptasi
mempengaruhi tinggi rendahnya terhadap lingkungan..

Kualitas Air
Kualitas air sangat penting kualitas air selama pemeliharaan ikan
dan berpengaruh langsung terhadap gurami dapat dilihat pada Tabel 6.
kehidupan ikan. Untuk lebih jelasnya

Tabel 6. Data Kisaran Kualitas Air Selama Penelitian

Kisaran Nilai Standar


Parameter
Awal Pertengahan Akhir Pengukuran *
Suhu (OC) 27-31 28-31 26-29 25-30
pH 6-7 5-6 6-7 6,5-8
DO (ppm) 2,8-3,4 2,8-3 3,1-3,3 >2
NH3(ppm) 0,047 0,039 0,054 0,1
Sumber : *Cahyono (2001)

Faktor eksternal yang pertengahan hari berkisar pukul


mempengaruhi pertumbuhan dan 13.00-15.00. Data kualitas air yang
kelulushidupan ikan uji adalah air diperoleh selama penelitian termasuk
sebagai media hidup. Suhu yang baik bagi kehidupan benih ikan
didapat selama penelitian berkisar baung karena angka tersebut
antara 26-31o C. Suhu terendah memenuhi nilai standar pengukuran
biasanya didapat setelah hujan turun kualitas air (Cahyono, 2001).
dan suhu tertinggi terjadi pada

Kesimpulan
Dari hasil penelitian pertumbuhannya meningkat dan
diperoleh bahwa pakan yang diberi menghasilkan nilai kecernaan pakan
probiotik tidak berpengaruh nyata sebesar 53,92%, efesiensi pakan
terhadap pertumbuhan dan efisiensi 26,46%, retensi protein 22,43% serta
pakan (P>0,05). Secara deskriptif, laju pertumbuhan spesifik 2,05% pada
perlakuan yang paling baik adalah benih ikan baung (Hemibargus
penambahan dosis 8ml probiotik ke nemurus).
dalam pakan (P4) dimana

DAFTAR PUSTAKA II. Jurnal Perikanan dan


Kelautan. 3 (4): 99-107
Ahmadi, H., Iskandar., dan N. Arief, M. N., Fitriani., dan S.Subekti.
Kurniawati. 2012. Pemberian 2014. Pengaruh Pemberian
Probiotik Dalam Pakan Probiotik Berbeda Pada
Terhadap Pertumbuhan Lele
Pakan Komersial Terhadap
Sangkuriang (Clarias
gariepenus) Pada Pendederan Pertumbuhan Dan Efisiensi
11

Pakan Ikan Lele Sangkuriang andDisease Resistance of


(Clarias sp.). Jurnal Ilmiah Farmed Haliotis Midae
Perikanan Dan Kelautan. 6 Through Probiotic Treatment.
Journal Aquaculture. 245:
(1) : 4 hlm.
249-261.
Armiah, J. 2010. Pemanfaatan NRC. 1993. Nutritional Requirement
Fermentasi Ampas Tahu of Warmwater Fishes.
Dalam Pakan Terhadap National Academic of
Pertumbuhan Benih Ikan Science. Washington, D. C.
Selais (Ompok 248 p.
hypopyhalmus). Skripsi Putra, A. N. 2010. Kajian Probiotik,
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Prebiotik dan Sinbiotik untuk
Kalautan Universitas Riau. Meningkatkan Kinerja
Pekanbaru. (Tidak Pertumbuhan Ikan Nila
diterbitkan) (Oreochromis niloticus).
Aryani, N. 2014. Teknologi Tesis. IPB: Bogor. 109 hlm.
Pembenihan dan Budidaya Ikan (Tidak diterbitkan)
Baung (Hemibagrus nemurus). Rengpipat, S., S. Rukpratanporn., S.
Bung Hatta University Press. Piyatitivorakul., P.
Padang. 126 hlm. Menasaveta. 1998. Effect Of
Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan Probiotic Bacterium On
Air Tawar. Ikan Gurami, Black Tiger Shrimp Penaeus
Nila, Mas. Penerbit monodon Survival And
Kanisisus. Yogyakarta. 113 Growth. Aquaculture 167:
hal. 301-313.
Dani, N. P. 2005. Komposisi Pakan Syahril, R. K. 2011. Pemanfaatan
Buatan Untuk Meningkatkan Fermentasi Ampas Tahu
Pertumbuhan dan Kandungan Dalam Pakan Terhadap
Protein Ikan Tawes (Puntius Pertumbuhan Benih Ikan
javanicus Blkr.). Jurnal Baung (Mystus nemurus
BioSmart. Surakarta. 7 (2) : C.V). Skripsi Fakultas
83-90. Perikanan Dan Ilmu Kalautan
Effendie, M. I. 1997. Biologi Universitas Riau. Pekanbaru.
Perikanan. Yayasan Pustaka (tidak diterbitkan)
Nusantara. Yogyakarta. 92- Wang Y.B, J.R. Li, J. Lin 2008.
132 hal Probiotics Cell Wall
Gatesoupe, F.J. 1999. The Use Of Hidropbobicity in
Probiotics In Aquacuiture. Bioremediation Of
Aquaculture, 180: 147-165. Aquaculture. Aquaculture
Irianto, A. 2007. Potensi 269: 349-352.
Mikroorganisma: Diatas
Langit Ada Langit. Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition
Ringkasan Orasi Ilmiah di And Marine Culture.
Fakultas Biologi universitas Departement of Aquatic
Jendral Sudirman Tanggal 12 Biosciencis Fisheries.
Mei. 125 hlm. University of Tokyo. 233
Macey, B. M., dan V. E. Coyne. hlm.
2005. Improved Growth Rate

You might also like