You are on page 1of 16

Diskusi Kasus

AKNE VULGARIS

Oleh:
Rully Prasetyo SN G99161002

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2016
BAB I

PENDAHULUAN

Akne vulgaris merupakan penyakit yang umum, dapat sembuh sendiri, yang menyerang
folikel-folikel pilosebasea dan biasanya nampak pertama kali pada umur belasan tahun. Akne
vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo,
papula, pustula, nodul, jaringan parut dan kista pada daerah-daerah predileksi, seperti di wajah,
bahu, leher bagian belakang, bagian atas dari ekstremitas superior, dada bagian depan dan
punggung bagian atas. Akne yang berat bisa meluas ke bawah ke arah tangan, sepanjang seluruh
bagian tengah punggung dan terus hingga ke pantat.

Biasanya, akne vulgaris mulai timbul pada masa pubertas. Pada wanita, insiden terbanyak
terdapat pada usia 14-17 tahun, sedangkan pada laki-laki insiden terbanyaknya pada usia 16-19
tahun. Biasanya wanita lebih banyak terkena akne vulgaris dibandingkan dengan pria. Pada waktu
pubertas, terdapat kenaikan dari hormon androgen yang beredar dalam darah, yang mana dapat
menyebabkan hipersekresi dari glandula sebasea
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akne Vulgaris
1. Definisi

Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007). Defenisi lain akne
vulgaris atau disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus
pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang
meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi
komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul atau kista;
penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor
herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus
albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam etiologi (Dorland, 2002).

2. Klasifikasi Akne

Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan atas tiga
bagian yaitu:

(1) Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan, pioderma fasiale, akne
mekanika dan lainnya.

(2) Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne kosmetika, akne
pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen.

(3) Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones dan akne radiasi.
3. Epidemiologi Akne Vulgaris

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai
kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Baru pada masa remajalah akne vulgaris menjadi
salah satu problem. Umumnya insiden terjadi pada umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19
tahun pada pria dan masa itu lesi yang

pradominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Diketahui pula bahwa
ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan ras
Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada
Negro (Wasiaatmadja, 2007).

4. Etiologi dan Patogenesis Akne Vulgaris

Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut Pindha (dalam
Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004) faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya akne adalah:

1. Faktor genetik.
Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita
akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45% remaja yang salah
satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak
menderita akne.
2. Faktor ras.
Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan dengan yang
berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang.
3. Hormonal.
Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari
jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat
mempengaruhi akne. Pada wanita, 60-70% akne yang diderita menjadi lebih parah
beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.
4. Diet.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori dan jenis
makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah parah setelah
mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.
5. Iklim.
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum koreneum
epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan
dapat memperburuk akne.
6. Lingkungan.
Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan
pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.
7. Stres.
Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional. Mekanisme
yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan oleh
sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Androgen,
mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat
(Thiboutot, 2008).

Perubahan patogenik pertama dalam akne adalah

1) Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan pengaruh pada sel berkeratin
di dalam lumen.

2) Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita dengan akne vulgaris memiliki
produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan biasanya keparahan akne sebanding dengan produksi
sebum (Pindha dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya 2004).

3) Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel.

4) Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000). Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel
sebasea besar dan multilobus yang mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel. Lesi
permukaan akne adalah komedo, yang merupakan kantong folikel yang berdilatasi berisi materi
keratinosa berlapis, lipid dan bakteri.
Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu:

1) Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki orifisium pilosebasea patulosa yang
member gambaran sumbatan. Komedo terbuka lebih jarang mengalami radang.

2) Komedo tertutup atau kepala putih. Papula radang atau nodula tumbuh dari komedo yang telah
rupture dan mengeluarkan isi folikel ke dermis bawahnya, menginduksi radang neutrofilik. Jika
reaksi radang mendekati permukaan, timbul papula dan pustule, jika infiltrat radang terjadi pada
dermis lebih dalam, terbentuk nodula. Supurasi dan reaksi sel raksasa yang kadang-kadang terjadi
pada keratin dan rambut di sebabkan oleh lesi nodulokistik. Nodulokistik bukan merupakan kista
yang sesungguhnya tetapi massa puing-puing radang yang mencair (Darmstadt dan Al Lane dalam
Nelson 1999).
5. Gejala Klinis Akne Vulgaris

Akne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka dan tertutup, papula,
pustula dan lesi nodulokistik.

Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering
terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah wajah. Lesi
dapat mengenai dada, punggung atas dan daerah deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening,
terutama komedo tertutup sering disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne
pomade). Mengenai tubuh paling sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan
eritema dan hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi
dapat ditemukan di sela-sela, tergantung keparahan, kedalaman dan kronisitas proses
(Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999).

Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetika.
Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang di tengahnya
mengandung sumbatan sebum, bila berawarna hitam mengandung unsure melanin disebut
komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna
putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut komedo
putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo) (wasitaatmadja, 2007)

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya akne diperlukan untuk pengobatan. Ada berbagai
pola pembagian gradasi akne yang dikemukakan. Menurut wasitaatmadja (1982) dalam
Djuanda (2003) di Bagian Imu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangun
Kusumo membuat gradasi sebagai berikut:

1) Ringan, bila beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi, sedikit lesi tak beradang pada
beberapa tempat predileksi, sedikit lesi beradang pada satu predileksi.

2) Sedang, bila banyak lesi tak beradang pada satu predileksi, beberapa lesi tak beradang lebih
dari satu predileksi, beberapa lesi beradang pada satu predileksi, sedikit lesi beradang pada
lebih dari satu predileksi.

3) Berat, bila banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi, banyak lebih beradang
pada satu atau lebih predileksi.
6. Pengobatan Akne Vulgaris

Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal, obat sistemik,
bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.

a) Pengobatan topikal.

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan
mempercepat penyembuhan lesi. Obat terdiri atas :

- Bahan iritan yang dapat mengelupaskan kulit misalnya Sulfur 2-10 % ; Asam salisilat 3-
5 % ; Benzoil peroksida 2,5-10 % ; Vitamin A 0,025-0,1% yang biasanya diberikan pada
lesi akne yang berupa komedo.

- Antibiotik topikal seperti Tetrasiklin (1%), Eritromisin (1%) dan Klindamisin fosfat 1%,
yang biasanya diberikan untuk akne tipe papulopustular yang ringan.

- Antiperadangan topikal yaitu berupa salep atau krim kortikosteroid kekuatan ringan atau
sedang misalnya hidrokortison 1-2,5%, atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat seperti
triamnisolon asetonid 10 mg/cc pada lesi nodulo-kistik.

b) Pengobatan sistemik.

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik, mengurangi reaksi
radang, dan menekan produksi sebum. Dapat diberikan :

- Antibiotik sistemik seperti Tetrasiklin 250 mg 3-4 kali sehari, Eritromisin 250 mg 4 kali
sehari. Doksisiklin 50 mg/hari selama 12 minggu atau Trimetoprim 100 mg 3 kali sehari.

- Obat hormonal untuk menekan produksi androgen seperti estrogen 50 mg/hari selama 21
hari, atau antiandrogen siproteron asetat 2 mg/hari.

- Vitamin A dan retinoid oral misalnya isotretinoin 0,5-1 mg/kgBB/hari.

- Antiinflamasi nonsteroid seperti Ibuprofen 600 mg/haric)

Bedah kulit.
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan parut
akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut (Wasitaatmadja,
2007).

7. Pencegahan Akne Vulgaris

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai

berikut:

a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet rendah lemak dan
karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran.

b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup berolahraga
sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya; menjauhi terpacunya
kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan sebagainya.

c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan
dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha
penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa (Wasitaatmadja, 2007).

8. Prognosis Akne Vulgaris

Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-
40an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat
hingga perlu di rawat inap di rumah sakit (Wasitaatmadja, 2007).
BAB III
ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn . A

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Berat Badan : 49 kg

Tinggi Badan : 168 cm

Alamat : Jebres

Tanggal Pemeriksaan : 28 Desember 2016

II. ANAMNESIS
Anamnesis langsung dengan pasien

A. Keluhan Utama
Jerawat

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Kulit RSDM dengan keluhan mengalami dengan keluhan
jerawat pada daerah wajah. Jerawat tersebut mengganggu aktivitas pasien dikarenakan
terasa nyeri disertai nanah dan gatal. Hal ini sudah dirasakan sejak kelas 2 SMA, timbul di
daerah dahi kemudian menyebar ke pipi. Sekitar 1 tahun yang lalu sudah melakukan
pengobatan di dokter kulit, keluhan sempat membaik kemudian timbul lagi.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa : ( disangkal)

Riwayat Penggunaan Obat : ( disangkal)

Riwayat alergi obat/makanan : (disangkal)

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Penyakit Serupa : (+) Ibu

Riwayat alergi obat/makanan : (-)

F. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Pasien adalah anak pertama. Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Pasien berobat
umum. Lingkungan rumah pasien memiliki higienitas yang cukup baik ditandai dengan
penerangan rumah cukup, ventilasi cukup, bak mandi selalu dikuras dua minggu sekali, serta
memiliki jamban. Mandi 2x Sehari dan teratur.

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak Sehat

Derajat Kesadaran : compos mentis

Status gizi : kesan gizi baik

2. Vital Sign
Masih Dalam Batas Normal
BB : 49 kg

TB : 169 cm

3. Kulit
Warna kulit sawo matang, kelembaban baik, turgor baik, tekstur halus, ikterik (-), dan pucat
(-).
4. Kepala
Masih dalam batas normal
5. Muka
Tampak komedo terbuka dan tertutup. Papul erimatosa disertai pustule ukuran
milier lentikuler, berbatas tegas, multiple di region fasialis.
6. Mata
Cekung (-/-), air mata berkurang (-/-), conjunctiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), reflek
cahaya (+/+), pupil isokor (3 cm/3 cm).
7. Hidung
Bentuk normal, napas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-).
8. Mulut
Mukosa bibir dan mulut kering (-), sianosis (-), gusi berdarah (-).
9. Tenggorokan
Uvula di tengah, tonsil sulit dievaluasi, faring hiperemis (-).
10. Telinga
Bentuk normal, kelainan MAE (-), membrana timpani utuh, prosesus mastoideus tidak
nyeri tekan, tragus pain (-), sekret (-).
11. Leher
Bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak membesar.
12. Limfonodi
Kelenjar limfe auricular, submandibular, servicalis, supraclavicularis, axillaris, dan
inguinalis tidak membesar.

IV. DIAGNOSIS
Acne vulgaris

V. PENATALAKSANAAN
- Doksisiklin tab 100mg 1x1
- Benzolac Peroksida 5% pemakaian luar 1x1 malam hari
Doxycycline / Doksisiklin

Komposisi
Tiap kapsul Doxycycline mengandung doksisiklin hcl yang setara dengan
doksisiklin 100 mg.
Farmakologi
Doksisiklin adalah antibiotik golongan tetrasiklin. Doksisiklin bekerja
secara bakteriostatik dengan mencegah sintesa protein mikroorganisme.
Doksisiklin mempunyai spektrum kerja yang luas terhadap bakteri gram positif dan
gram negatif.
Indikasi
1. Infeksi saluran pernafasan
2. Infeksi saluran pencernaan
3. Infeksi pada saluran kemih dan kelamin
4. Infeksi jaringan lunak dan kulit
5. Infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan
Kontraindikasi
Doksisiklin jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau alergi
terhadap antibiotik doksisiklin atau tetrasiklin.
Dosis dan aturan pakai
Dewasa dan anak lebih dari 8 tahun dengan berat badan 45 kg atau lebih :
Hari pertama 200 mg dibagi dalam 2 dosis setiap 12 jam dilanjutkan dengan 100
mg/hari.
Pengobatan harus dilanjutkan minimal 1-2 hari setelah tanda-tanda dan
gejala infeksi menghilang.
Anak-anak lebih dari 8 tahun dengan berat badan kurang dari 45 kg : hari
pertama 4,4 mg/kgBB/hari terbagi dua dosis setiap 12 jam, selanjutnya 2,2
mg/kgBB 1 kali sehari atau dalam 2 dosis setiap 12 jam.
Untuk infeksi berat dapat diberikan 2,2 mg/kgBB setiap 12 jam.
Untuk infeksi streptokokus, lama terapi sedikitnya 10 hari.
Untuk pasien dengan kerusakan ginjal, tidak boleh melebihi dosis yang disarankan.
Acute gonococcal anterior urethritis pada laki-laki dosis tunggal 300 mg atau 100
mg 2 kali sehari selama 2 – 4 hari.
Efek samping
Beberapa pasien yang peka dapat mengalami fotosensitivitas, alergi kulit
pada waktu terkena sinar matahari.
Reaksi hipersensitif / alergi seperti : ruam kulit dan gatal-gatal.
Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, dan diare.
Dapat terjadi anemia hemolitik, trombositopenia.
Peringatan dan perhatian
Doksisiklin jangan diberikan kepada wanita hamil dan menyusui, anak kecil
di bawah 8 tahun. Seperti pada penggunaan antibiotik lainnya, terjadinya
pertumbuhan yang berlebihan dari mikroorganisme yang resisten yang dapat
menyebabkan glositis, stomatitis, vaginitis, stafilokokal enteritis, sehingga
pengobatan harus segera dihentikan.
Interaksi obat
Penisilin, sefalosporin dan aminoglikosida bersifat antagonis terhadap
doksisiklin.
Kation polivalen (Ca, Mg, Al) mengurangi absorpsi dari doksisiklin (membentu
chelat), juga obat yang mengandung besi secara oral, sehingga harus diberikan 2
jam sesudah atau sebelum pemberian doksisiklin.
Fenitoin, fenobarbital dan karbamazepin dapat mempersingkat masa paruh
doksisiklin dalam plasma.
Benzoil Peroksida

Benzoil peroksida dapat digunakan untuk menangani acne inflamasi superfisial


(acne yang tidak dalam). Senyawa ini merupakan antibakteri nonantibiotik yang berperan
sebagai bakteriostatik terhadap P.acnes. Benzoil peroksida diuraikan pada kulit oleh sistein
sehingga membebaskan radikal bebas oksigen yang akan mengoksidasi protein bakteri.
Senyawa tersebut meningkatkan laju pengelupasan sel epitel dan melepaskan struktur
gumpalan pada folikel sehingga berdampak pada aktivitas komedolitik.
Sabun, losio, krim, dan gel tersedia dalam konsenstrasi 2,5% hingga 10%. Konsentrasi 10%
tidak lebih efektif secara signifikan, tetapi mungkin lebih iritan formulasi gel biasanya
memiliki aktivitas yang lebih poten dibandingkan dengan losio, krim, dan sabun.
Indikasi
Acne vulgaris papula, pustula yang berat, tidak dibenarkan untuk digunakan pada
acne vulgaris ringan.
Peringatan
Hanya untuk pemakaian luar, hindarkan kontak langsung dengan mata, mulut dan
membrane mukosa; dapat melenturkan kain dan rambut; hindarkan pemaparan berlebihan
terhadap sinar matahari; jika terjadi iritasi dan bertambah parah hentikan pemakaian dan
konsultasi ke dokter.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen obat.
Interaksi
Produk topikal yang mengandung alkohol (losio cukur, astrigen, kosmetik), sabun
yang bersifat mengeringkan, krim cukur, produk anti jerawat yang mengandung peeling
agent (resorsinol, asam salisilat, sulfur).
Efek samping
Iritasi kulit kurangi frekuensi penggunaan atau tuda penggunaan hingga iritasi
membaik dan mulai kembali penggunaan dengan penurunan frekuensi.
Dosis
Dosis: 2,5 – 10 %

You might also like